Anda di halaman 1dari 4

Penggunaan Sistem Proporsional dalam Penyelenggaraan Pemilu

Pendahuluan

Dinamika ketatanegaraan di Indonesia mengalami banyak perubahan


untuk menyesuaikan akan kebutuhan rakyat dan dalam rangka memperbaiki
sistem ketatanegaraan agar dapat berlaku efektif dan efisien guna memberikan
keadilan bagi rakyat. Begitupun dalam aktivitas politik berupa pemilihan umum
yang mengalami perubahan setelah pada masa orde baru selesai seperti yang kita
kenal saat ini. Pemilihan umum ini menjadi bukti bahwa Indonesia menerepakan
kedaulatan di tangan rakyat yang memiliki makna kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat.

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pemilihan umum memiki


aspek penting dalam penyelenggaraannya yaitu sistem pemilihan umum yang
dikenal istilah sistem proporsional. Terdapat dua macam sistem proporsional yang
berlaku di Indonesia yaitu sistem proporsional daftar tertutup dan daftar terbuka.
Sistem ini banyak menuai pro dan kontra dari kalangan masyarakat. Untuk itu
perlu adanya pemahaman lebih mengenai sistem proporsional terbuka dan
tertutup. Dengan semakin pahamnya akan sistem proporsional ini tentunya akan
semakin mudah untuk menyimpulkan manakah sistem yang tepat dalam
pemilihan umu di Indonesia ini. Pemilihan umum ini mencakup pemilihan DPR,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota namun setelah amandemen keempat
UUD 1945 tahun 2002 untuk kali pertama pemilihan presiden dan wakil presiden
diselenggarakan melalui pemilihan umum.

Pembahasan

Sejak berlangsungnya pemilihan umum tahun 1955 hingga 2014 sistem


yang berlaku selebihnya tidak mengalami banyak perubahan semuanya
menggunakan sistem proporsional. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan
proporsional terbuka dan tertutup yaitu pada era sebelum reformasi dan sesudah
reformasi. Sebelum diselenggaraknnya pemilu tahun 2004 sempat terjadi
perdebatan terkait rumusan ketentuan sistem pemilu yang akan digunakan pada
pemilihan umum tahun 2004. Perdebatan tersebut diakhiri dengan
dislenggarakannya pemilu denga sistem proporsional terbuka. Diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

Pada tahun 2019 terdapat perbedaan peraturan pemilihan kepala daerah


yang mengatur dengan rinci bahwa pasangan calon kepala dan wakil daerah
dilarang memberikan uang. Ini menjadi suatu upaya untuk menindaklanjuti sistem
pemilihan umum yang menjadi pratik pembelian suara. Mantan wakil presiden
Jusuf Kalla mengatakan bahwa pemilihan umum tahun 2019 adalah pemilu paling
rumit dan pemilihan umum terburuk sepanjang sejarah Indonesia berdemokrasi.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian Sistem proporsional terbuka yaitu


pertimbangan untuk mendorong kandidat bersaing dalam memobilisasi dukungan
massa untuk kemenangan mereka. Upaya yang dilakukan calon atau tim
suksesnya dilakukan dengan cara pragmatis, membentuk tim jaringan terluas
bertugas memenangkan calon, dan melengkapi mereka dengan sejumlah uang
yang akan dipergunakan untuk perolehan suara. Dari sanalah praktik
ketidakjujuran tersebut mulai muncul dan mengakar istilah money politics yang
terjadi setiap diselenggarakan pemilihan umum. Hal demikian pula yang menjadi
latar belakang tingginya angka korupsi dikarenakan dengan dalih mengembalikan
uang yang telah digunakan ketika kampanye.

Masih terkait dengan money politics sebenarnya hal ini tidak didasari oleh
Undang-Undang melainkan oleh keadaan sosiologis dan logika masayarakat itu
sendiri juga faktor internal berupa kurang memahaminya akan detail politik
kebangsaan dan kenegaraan serta kandidat legislatif yang tidak berperan untuk
mencerahkan melainkan ikut melancarkan politik uang tersebut. Terlepas dari
kekurangan sistem proporsional terbuka ini terdapat keuntungan yaitu dengan
diberlakukannya sistem ini maka terbuka kesempatan yang sama bagi seluruh
calon legislatif untuk berhak menduduki parlemen.

Dasar hukum sistem proporsional terbuka ini terdapat dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Pada pasal 5 ayat 1 dikatakan dengan tegas bahwa
pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota
dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka.

Sementara itu mengenai sistem proporsional tertutup yang dilaksanakan


pada pemilihan umum sebelum era reformasi dimana surat suara hanya memuat
logo partai politik tanpa calon legislatif sehingga calon legislatif tidak bisa
berhubungan langsung dengan konstituen. Dengan dilaksanakannya sistem ini
dapat menekan politik uang yang menjadi polemik setiap pemilihan umum.
Kelebihan lain dari sistem ini adalah calon terpilih memungkinkan seseorang yang
memiliki integritas tinggi dan kualitas karena seleksi dilakukan oleh partai
tersebut. Sehubungan dengan pernyataan sebelumnya bahwa praktik politics
money dapat terjadi dalam internal partai, seperti dalam pemilihan nomor urut
calon legislatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa integritas dan kualitas calon
terpilih tidak dapat dipastikan. Adapaun sistem proporsional tertutup ini membuat
masyarakat memiliki keterbatasan dalam bersuara dan menempatkan kepercayaan
disebabkan oleh tidak adanya hubungan lebih antara calon terpilih dan
masyarakat.

Kesimpulan

Dalam dunia politik sendiri kedua sistem terbuka dan tertutup ini tidak
dapat dikatakan lebih baik satu sama lain karena memang dalam penerapannya
terdapat kelemahan dan juga kekurangan sehingga sudah pasti akan menuai pro
dan kontra baik dari masyaraakat atau elite politik. Di Indonesia sendiri pemilu
dilaksanakan berulang-ulang sejak kali pertama pemilihan umum dilaksanakan
hingga tahun 2019 kemarin. Penerapan sistem proporsionalpun turut mengalami
perubahan setelah era reformasi menjadi terbuka yang semula adalah tertutup.
Daftar Pustaka

Faqih, Afiq. 2020. Urgensi Sistem Proporsional Tertutup untuk pencegahan


Praktik money Politics pada pemililihan legislatif. 2(1):2-13.

Halim, Abd. 2014. Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku


politik. Ejournal. umm. Ac.id/index.php/humanity/article. 2. (9): 1-11.

Rahayu, Mega Putri. Sistem Proporsional dalam pemiliham Umum legislatif di


Indonesia. 2. (9): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai