PENDAHULUAN
Inti dari demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat”. Sistem pemerintahan yang demokratis seperti itulah yang tidak
akan terhapus dari muka bumi. Dengan perkataan lain itulah sistem yang
pemilu
1
atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk
Dilihat dari variannya maka ada banyak sekali varian sistem pemilu sehingga
kekuatannya. Sistem pemilu yang paling banyak digunakan di dunia saat ini
daftar terbuka.
Pemilu legislatif yang baru saja berlangsung pada pilleg DPR, DPRD
2
Pemilu legislatif tahun 2009 untuk memilih anggota legislatif Kota
tahun 2004, untuk pertama kalinya penggunaan sistem pemilu untuk memilih
dukung. UU yang digunakan untuk pemilu tahun 2009 yaitu UU pemilu no. 10
tahun 2008 mengenai sistem pemilu legislatif DPR, DPD dan DPRD , sistem
pemilu yang digunakan untuk pemilu tahun 2009 adalah sistem proporsonal
Kabupaten/Kota.
3
masyarakat dapat lebih selektif dan rasional didalam memilih caleg yang
didukung.
dan dukungan dari masyarkat, suara terbanyak jika dipandang dari sisi
berdasarkan idealisme serta pola pikir yang rasional dari masyarakat atau
sudah seharusnya caleg yang menjadi wakil rakyat adalah orang-orang yang
4
mana caleg yang terbaik dari sekian banyak caleg yang mengikuti pemilu.
sendiri untuk memilih mana caleg yang terbaik untuk menyalurkan aspirasi.
DPRD Kab/Kota di laksanakan dengan cara atau format berbeda dari sistem
pemilu tahun 2004, dimana saat pemilu tahun 2004 masyarakat hanya dapat
memilih partai yang kemudian partai menentukan caleg berdasar nomor urut
dengan suara terbanyak tidak hanya itu pada saat pemilu masyarakat selain
Dari latar belakang yang penulis telah uraikan diatas maka penulis
terbanyak.
5
B. Rumusan Masalah
b. Kegunaan Penelitian.
1. Manfaat Toeritis
perkembangan keilmuan.
Tahun 2009.
6
perilaku pemilih masyarakat pada pemilu legislatif Kota Makassar
tahun 2009.
2. Manfaat praktis
Politik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teori perilaku pemilih. kedua: teori pemilu, fungsi pemilu, asas-asas pemilu
dan sistem pemilihan umum proporsional daftar terbuka. Kedua aspek ini
A. Pemilihan Umum
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Memilu Pemilu yang
digelar itu, rakyat berharap dapat memilih wakil-wakil mereka yang mampu
Pemilu sebagai salah satu kegiatan politik terbut pernah berhenti beberapa
tahun; dan baru dihidupkan kembali pada tahun 1971 untuk memilih wakil-
Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten dan kota serta presiden dan wakil
presiden.
8
1. Pengertian Pemilihan Umum
UUD 1945, pelaksanaan pemilu bukan lagi sekadar rutinitas politik dan
menjadi agenda nasional yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi krisis
Proses Pemilu yang bebas, jujur dan adil dapat mewujudkan tatanan
suatu negara yang aman, adil dan sejahtera. Pemilu dapat juga diartikan
9
sebagai akad antara rakyat dan pemimpinnya, dimana rakyat
Kota.
b. Mengubah kebijakan.
c. Mengganti pemerintahan.
d. Menuntut pertanggungjawaban.
10
b. Sarana bagi rakyat untuk melakukan kesepakatan politik baru
3. Asas Pemilu
diskriminasi.
11
bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
f. Asas Adil, berarti setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu
pihak manapun.
untuk mencoblos satu calon DPD yang ada dalam surat suara.
oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri ”.
12
1. Sifat Nasional dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara
perundang-undangan.
April 2009 untuk memilih DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD
Hak pilih aktif adalah hak setiap warga negara yang telah memenuhi
13
c. Tidak sedang terganggu jiwa/ ingatannya
perwakilan berimbang)1.
pemilihan memiliki satu wakil. Disini wilayah Negara dibagi dalam sejumlah
besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam DPR ditentukan dalam jumlah
distrik. Calon yang dianggap menang adalah calon yang dalam satu distrik
kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak
1
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia, 1983, hal. 177.
14
Sistem pemilu proporsional sering juga disebut sebagai sistem pemilu
pada partai-partai politik yang turut dalam pemilu tersebut sesuai dengan
Dan akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negara oleh sebab
diperoleh oleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah
Dalam sistem ini setiap suara dihitung, dalam arti suara lebih yang
ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu
dalam daerah.
15
1. Sistem Pemilu Reprentasi Proporsional Daftar (List Proporsional
Representation)
distrik wakil majemuk, jumlah wakil majemuk, jumlah wakil yang terpilih untuk
suatu distrik ditentukan oleh presentase suara sah yang diraih oleh partai
politik.2
mana kursi yang tersedia di parlemen pusat untuk diperebutkan dalam suatu
yang turut dalam pemilihan tersebut sesuai dengan imbangan suara yang
dianggap sebagai suatu daerah pemilihan dan setiap Negara di hitung dalam
arti bahwa suara yang diperoleh dalam suatu daerah dapat ditambahkan
parlemen pusat.3
yang turut dalam suatu ppemilihan dewasa ini, dalam sistem proporsional
2
Toni Adrianus Pito S.IP,Teori-Teori Politik, 2006
3
opcit
16
Negara dibagi atas daerah pemilihan. Tetapi sama dengan aslinya dengan
kursi yang tersedia di parleman pusat yang akan diperebutkan dalam suatu
pemilihan umum, tetapi jumlah kursi yang diperebutkan ini tidak boleh satu
untuk daerah pemilihan, harus lebih dari satu sesuai dengan namanya multi-
member contituensy. Pemenang dari satu daerah pemiliha harus lebih dari
satu orang.
mengisi kursi-kursi yang tersedia. Dalam hal ini para kandidat memiliki
17
2. Daftar terbuka. Pemilih memilih partai politik yang mereka sukai dan
dalam partai tersebut, juga memilih kandidat yang mereka ingnkan untuk
kandidat dalam daftar partai yang ditampilkan dalam surat suara adalah
dua kali jumlah kursi yang tersedia. Dengan sistem ini ada kemungkinan
partai atau memilih nama dari daftar manapun dengan membuat daftar
manusia lain, dan menjadi ciri khas individu atas individu yang lain. Dalam
18
dan masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah, dan diantara kelompok dan
dari perilaku dan interaksi dapat ditandai akan berupa perilaku politik, yaitu
menjual dan membeli barang dan jasa, mengkonsumsi barang dan jasa,
sesuatu yang dianggap cocok dan sesuai dengan keinginan seseorang atau
dari pengaruh faktor eksternal dan internal. Secara eksternal perilaku politik
4
Ramlan Surbakti “Memahami Ilmu Politik”, hal 15 PT.Grasindo, Jakarta 1992.
5
Ibid, hal 145
19
merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai dari lingkungannya, sedangkan
saja isu-isu dan kebijakan politik, tetapi pula sekelompok orang yang memilih
dianggap representasi dari kelas sosialnya bahkan ada juga kelompok yang
memilih sebagai ekspresi dari sikap loyal pada ketokohan figur tertentu.
1. Pendekatan Sosiologis
20
merupakan sesuatu yang vital dalam memahami perilaku politik, karena
seseorang didalam menentukan pilihnaya pada saat pemilu. Hal ini tidak
ekonomi pemilih dan keluarga pemilih. Apakah preferensi politik ayah atau
sosial ekonomi berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial,
6
A.Rahman Zainuddin, hal.47-48
21
Dalam literatur perilaku pemilih, aspek agama menjadi pengamatan
yang penting. Pemilih cenderung untuk memilih partai agama tertentu yang
muslim cenderung untuk memilih partai yang berbasis Islam dan sebaliknya
2. Pendekatan psikologis
oleh akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku
psikologi.8
22
kepribadian dan merupakan variabel yang menentukan dalam
disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri, menurut Greenstein ada 3 yakni:
tersebut.
tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak
Namun, sikap bukanlah sesuatu hal yang cepat terjadi, tetapi terbentuk
melalui proses yang panjang, yakni mulai dari lahir sampai dewasa. Pada
anak. Pada fase ini, keluarga merupakan tempat proses belajar. Anak-anak
belajar dari orangtua menganggap isu politik dan sebagainya. Pada tahap
kedua, adalah bagaimana sikap politik dibentuk pada saat dewasa ketika
23
Melalui proses sosialisasi ini individu dapat mengenali sistem politik yang
saat menjelang atau ketika berada dibalik suara, tetapi sudah ditentukan jauh
politik seseorang. Dengan begitu para pemilih bukan hanya pasif tetapi juga
untuk bertindak. Faktor situasional ini bisa berupa isu-isu politik pada
24
berdasarkan penilaian terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan.
pertimbangan-pertimbangan rasional.9
hasil yang di harapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan
yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak
mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah.
keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat
merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan
disebutkan oleh beberapa pendekatan diatas, tetapi dalam banyak hal justru
C. Kerangka Pemikiran.
9
Ibid., h. 50-52
10
Surbakti ramlan. Memahami ilmu politik. Gramedia widiasarana Indonesia. Jakarta Hal 146
25
Perilaku pemilih hadir ketika seseorang mengikuti pemilu dan
DPRD Kab/Kota di laksanakan dengan cara atau format berbeda dari sistem
pemilu tahun 2004, dimana saat pemilu tahun 2004 masyarakat hanya dapat
memilih partai yang kemudian partai menentukan caleg berdasar nomor urut
dengan suara terbanyak tidak hanya itu pada saat pemilu masyarakat selain
dalam pemilu adalah masyarakat tidak terfokus lagi terhadap partai politik
akan tetapi masyarakat akan memilih caleg yang menjdi peserta di dalam
26
pemilu sehingga munculnya berbagai kemungkinan variasi motivasi pemilih
a. Pilihan masyarakat
saat pemilu semakin
banyak, sehingga
masyarakat bisa
memilih dengan selektif.
PENDEKATAN PERILAKU
b. dengan suara PEMILIH.
terbanyak membuka
1. PENDEKATAN
peluang bagi caleg
SOSIOLOGIS
untuk melakukan
2. PENDEKATAN PILIHAN
pendekatan finansial
RASIONAL
demi mendapatkan
3. PENDEKATAN
suara pemilih sebanyak-
PSIKOLOGI.
banyaknya.
Gambar : 1.1
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
perangkat penelitian mulai dari pemilihan lokasi penelitian, tipe dan dasar
A. Lokasi Penelitian
yang beragam dan tingkat dinamika politik yang tinggi baik di pemerintahan
penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau unit sosial selama
kurun waktu tertentu. Mengingat unit yang akan ditelaah dalam jumlah besar
Artinya individu atau kelompok yang diambil sebagai sampel penelitian, bisa
28
kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil
C. Sember Data
a. Data Primer
penelitian data primer merupakan data yang belum diolah atau data mentah
Idrus S.E serta Drs. M. Yusuf Pani M.Si mengenai proses penetapan
pemenang pilleg dan yang terakhir wawancara dengan Ir. H.A.M. Adil Patu,
M.Pd dan Anwar Razak A.Sos mengenai sistem pemilu proporsional daftar
b. Data sekunder
primer.
29
D. Teknik Pengumpulan Data
mengungkapkan fakta mengenai perihal yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam
a. Wawancara
Akademisi, Dr. Muhammad M.Si dan A. Ali Armunanto S.ip M.Si, Anggota
KPUD Kota Makassar, Nurmal Idrus S.E, KOPEL (Komite Pemantau Pemilu)
Anwar Razak S.Sos dan tokoh masyarakat Kota Makassar, Ir. H.A.M. Adil
Patu, M.Pd.
30
Selain melakukan wawancara penulis juga melakukan teknik
pengumpulan data studi pustaka, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang
E. Informan
penelitian, maka penulis akan mencari data dan informasi dari informan
berikut :
a. Akademisi
serta penulis ingin berdiskusi langsung dengan staf ataupun pengurus KPUD
31
Kota Makassar Yaitu. Nurmal Idrus. SE dan Kasubag Teknis dan Hupmas
pemerintah serta situasi politik yang ada di Kota Makassar, sehingga penulis
mengumpulkan data dengan pengurus dari kopel yakni Anwar Razak penulis
pemilu proporsioanal daftar terbuka saat pilleg tahun 2009 serta kaitanya
terhadap masyarakat.
masyarakat.
32
kemudian bersama informasi yang diperoleh melalui penelusuran
temuan dari kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih
33
BAB IV
a. Pemerintahan
kelurahan, 971 RW dan 4.789 RT. Kota Makassar saat ini dipimpin oleh
tahun 2007 sebanyak 45 orang yang merupakan wakil dari 7 fraksi. Porsi
kaum perempuan pada DPRD kota Makassar masih relatif kecil yaitu 3 orang
34
TABEL 1.2.
KECAMATAN KELURAHAN RW RT
1 2 3 4
Mariso 9 47 218
Mamajang 13 56 283
Makassar 14 69 369
Ujungpandang 10 37 139
Wajo 8 45 169
Bontoala 12 56 239
Tallo 15 77 463
Panakkukang 11 90 468
Manggala 6 65 350
Biringkanaya 7 99 477
Tamalanrea 6 67 329
Makassar 143 970 4.789
Sumber : BPS Kota Makassar
b. Politik
35
Situasi dan kondisi politik kota Makassar dua tahun belakangan ini secara
umum cukup aman dan terkendali, tidak terdapat hal-hal yang menonjol yang
sifatnya mengganggu stabilitas daerah. Hal ini tercermin dari suksesnya kota
tahun 2007 silam dan even pemilihan Walikota dan Wakil Walikota pada
tahun 2008. Kedua pilkada itu berlangsung dengan aman dan tertib,
instansi lainnya seperti KPU dan PANWASLU kota Makassar senantiasa aktif
masyarakat umum dalam lingkup even pilkada atau pemilu. Hal ini bertujuan
jiwa, yang terdiri dari 618.233 laki-laki dan 617.006 perempuan. Komposisi
kelamin penduduk kota Makassar, yaitu sekitar 100,20%, yang berarti setiap
100 penduduk wanita terdapat 100 penduduk laki-laki. Ditinjau dari tingkat
36
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, yaitu sekitar 2.630 jiwa
masih rendah.
Dalam hal tenaga kerja, pada tahun 2007 pencari kerja yang tercatat
sebanyak 67.290 orang, yang terdiri dari pria sebanyak 31.079 orang dan
perempuan sebanyak 36.211 orang. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa
4. Pendidikan
Makassar, jumlah Sekolah Dasar sebanyak 448 unit dengan jumlah guru
sebanyak 5.550 orang dan jumlah murid sebanyak 143.169 orang. Jumlah
SLTP sebanyak 171 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.346 orang dan
jumlah murid sebanyak 57.410 orang. Jumlah SLTA 110 unit dengan jumlah
guru sebanyak 1.586 orang dan jumlah murid sebanyak 40.879 orang.
Seluruh data pada gambaran umum kota Makassar diatas tadi bersumber
11
Data dikutip dari buku “Makassar Dalam Angka 2007” diterbitkan oleh BPS kota Makassar.
37
B. Gambaran Umum Obyek Penelitian
dalam pemilihan kepala daerah Sulawesi Selatan, terdiri atas penduduk yang
971.271 pemilih yang tersebar pada 2.256 TPS dengan persentase jenis
Tabel 1.3.
Pemilih terdaftar
Jumlah
No Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan TPS
.
1. Mariso 20,189 21,943 42,132 92
12
www.kpu kota-makassar/ daftar pemilih tetap.htm, tanggal 24-08-11 . jam 10.20
38
6. Bontoala 21,094 22,062 43, 111 105
BAB V
PEMBAHASAN
39
Makassar pada saat pilleg tahun 2009. Kedua aspek tersebut akan penulis
Sistem pemilu tahun 2009 untuk memilih caleg DPRD Kota Makassar
ialah Pemilih memilih partai politik yang mereka sukai dan dalam partai
tersebut, juga memilih kandidat yang mereka inginkan untuk mengisi kursi
daftar partai yang ditampilkan dalam surat suara adalah dua kali jumlah kursi
yang tersedia. Kata daftar terbuka dan tertutup dapat diartikan adanya
kebebasan pemilih untuk memilih wakil caleg yang di sukai oleh masyarakat.
menyoroti beberapa kelebihan serta kelemahan dari sistem pemilu ini yang
di Kota Makassar.
40
A. Kelebihan pada sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan
suara terbanyak
untuk pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Makassar. Secara teori sistem
mereka dukung. Di karenakan pada saat pilleg setiap partai membuka nama
serta gambar foto dari caleg untuk dipilih oleh masyarakat sehingga
masyarakat tidak lagi “memilih kucing di dalam karung”. Tidak hanya memilih
gambar dari partai namun dapat juga memilih tanda gambar caleg yang
yang mewakili mereka, apa visi dan misi caleg yang dipilihnya.
Menurut Nurmal Idrus anggota KPUD Kota Makassar yang penulis temui
mengatakan :
13
Wawancara dengan Nurmal Idrus S.E Anggota KPUD Kota Makassar
41
Penghapusan aturan nomor urut, jelas akan menjadikan penyusunan
caleg dan pelaksanaan pemilu lebih fair, sehingga dapat lebih diterima oleh
elite partai yang masih menginginkan adanya kontrol (peran) parpol terhadap
Hak-hak politik warga negara semakin terjamin, mereka bisa secara utuh
kualitas sistem pemilu dengan out put untuk menghasilkan wakil rakyat yang
lebih aspiratif.
42
Sepndapat dengan itu akedemisi yang penulis temui mengatakan
kelebihan yang serupa yang terdapat pada sistem pemilu proporsional daftar
terbuka.
“Pilihan caleg pada saat pemilu sangat banyak sehingga masyarakat bisa
menjadi lebih selektif untuk memilih caleg yang mempunyai program
kerja yang menurut masyarakat sesuai dengan harapan mereka” 14
pulang bagi masyarakat untuk dapat memilih caleg yang mereka dukung.
beberapa nama caleg yang telah lolos verifikasi dari KPUD,yang kemudian
keterbukaan dari parpol pada saat pilleg dengan menaruh tanda gambar
terbuka sehingga masyarakat akan lebih selektif di dalam memilih caleg yang
14
Wawancara dengan A. Ali Armunanto S.Ip M.Si Akademisi Fisip Unhas.
43
keterwakilan rakyat yang tinggi. Itulah esensi pemilu sekaligus alasan
election, diantaranya Keadaan politik, sosial, ekonomi dan pendidikan, hal ini
pemilihan umum.
mengatakan :
“Pada pilleg tahun 2009 semakin Banyak pilihan calon yang masyarakat
dapat pilih implikasinya dengan pilihan yang begitu banyak, masyarakat akan
bersikap selektif dan rasional, rasional dalam artian memilih berdasar
perbaikan ekonomi yang ditawarkan oleh caleg, rasional karena kesamaan
44
suku dengan caleg,melihat track record caleg, atau pertimbangan-
pertimbangan kedepanya (Restropektif)” 15
pilleg tahun 2009 di kota Makassar jika melihat banyaknya caleg yang
mengikuti pilleg sesuai dengan dari asas sistem pemilu proporsioanal daftar
terbuka yang mengharuskan untuk setiap partai membuat daftar nama caleg
dari caleg, sehingga mayarakat hanya akan memilih caleg yang mempunyai
akan menjatuhkan sangsi sosial bagi caleg yang telah gagal didalam
pilihan politik.
15
Wawancara Dengan A. Ali Armunanto S.Ip M.S.i tanggal 23 september 2011 jam 03.00
45
Menurut Ir. H.A.M. Adil Patu, M.Pd Tokoh masyarakat Kota
Makassar mengatakan:
dan pelaksanaan pemilu lebih adil, sehingga dapat lebih diterima oleh semua
pihak.
pemilih. Akan sulit untuk menjadi wakil rakyat di sebuah daerah pemilih jika
tidak memiliki track record yang baik di mata masyarakat. Masyarakat akan
menjadi lebih selektif dalam di dalam memilih caleg yang mengikuti pemilu.
yang akan duduk di legislatif. Selama ini yang terjadi di pemilu ialah
46
masyarakat hanya memilih tanda gambar partai yang mengikuti pemilu,
mereka.
kelebihan tetapi juga mempunyai kelemahan, sistem pemilu tahun 2009 jelas
di parlemen.
sistem pemilu yang telah ada, sehingga berbagai jenis sistem pemilu telah di
temukan oleh sarjana Ilmu politik, tak lain untuk menutupi kekurangan-
kekuragan dari berbagi sistem pemilu. Pemilu yang baik adalah ketika tingkat
47
Menurut Anwar Razak S.Sos Pengurus LSM Komite pemantau
Masyarakat pada sistem pemilu ini mempunyai peran yang cukup kuat
persaingan antar sesama caleg baik itu sesama partai atau berbeda partai
caleg, hal ini menandakan bahwa kualitas dari pemilu di Indonesia masih
pemilu bagi Negara demokrasi seperti Indonesia, dari pemilu lah lahir wakil
48
digantikan dengan pandangan yang instan demi keinginan
masyarakat.
tingkat pusat dan daerah. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-
kekuraangan yang ada pada sistem pemilu yang lalu, sehingga perbaikan-
diuraikan diatas dapat tercipta kualitas pemilu yang baik seperti yang
penyimpangan menjadi lebih dominan maka sama saja kualitas dari pemilu
49
Masyarakat sebagai element penting di dalam pemilu seharusnya
Masyarakat dapat mengenal mana caleg yang melihat track record dari caleg
apa yang telah di perbuat oleh caleg selama menjabat pada periode
sebelumnya
didukungnya, hal ini juga tidak terlepas dari banyknya pilihan-pilihan caleg
nimbang mana caleg yang terbaik untuk mewakili aspirasi masyarakat lima
tahun kedepan.
Teori Pilihan Rasional yang diadopsi oleh ilmuwan politik dari ilmu
50
semacam itu, sikap dan pilihan politik tokoh-tokoh populer tidak selalu diikuti
Beberapa indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih untuk menilai
kalkulasi antara untung dan rugi. Ini disebabkan karena pemilih tidak hanya
informasi yang cukup. Pilihan politik yang mereka ambil dalam pemilu
pilihan atas alternatif-alternatif yang ada kepada pilihan yang terbaik dan
51
melakukan hal itu dalam situasi terbatasnya sumber daya, dan karena itu ia
perlu membuat pilihan. Untuk menetapkan sikap dan tindakan yang effisien
maksimal baginya.
informan maka implaksi dari pada kelebihan dan kelemahan sistem pemilu
masyrakat untuk bisa memilih caleg lebih selektif melihat keuntungan dan
kerugian dari setiap pilihan. Masyarakat tidak memilih lagi tanda gambar dari
partai tetapi masyarakat dapat memilih tanda gambar dari caleg yang
mereka.
52
didekatinya. Keuntungan sesaat yang diterima bukan menjadi kualitas
untung dan rugi yang di pertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan
juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini
digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih
untung dan rugi di gunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau
18
Surbakti ramlan. Memahami ilmu politik. Gramedia widiasarana Indonesia. Jakarta Hal 146
53
tersebut pada saat pilleg. Sehingga masyarakat dapat kehilangan idealisme
caleg pada saat pemilu sangat tinggi, namun esensi dari pemilu itu sendiri
caleg dari partai politik hanya akan mempengaruhi moralitas serta kesadaran
kalkulasi antara untung dan rugi. Ini disebabkan karena pemilih tidak hanya
informasi yang cukup. Pilihan politik yang mereka ambil dalam pemilu
54
pilihannya dengan pertimbangan untung dan ruginya untuk menetapkan
pilihan atas alternatif-alternatif yang ada kepada pilihan yang terbaik dan
yang berasal dari Amerika Serikat pada kurun tahun 1880an. Sebagai salah
saja bermakana negatif seperti pada kalimat diatas dipakai untuk mengejek.
baik itu bagi caleg sendiri khususnya dalam pertarungan memperoleh suara
maupun masyarakat yang menjadi wajib pilih dalam memilih pilihan. Dampak
yang paling nyata yang ditinjau dari aspek pendidkan adalah lahirnya
muncul istilah “cash and carry” dari dampak ini akan menciptakan partisipasi
dimana konstituen atau wajib pilih berkumpul untuk memilih dengan didasari
55
BAB VI
PENUTUP
56
dari hasil penelitian mengenai Dampak penggunaan sistem pemilu
legislatif Kota Makassar tahun 2009 Kedua, saran yang berisi masukan yang
sifatnya membangun.
A. Kesimpulan
mempunyai implikasi ke pada masyarakat baik itu bersifat positf dan negatif.
B. Saran
57
caleg atau partai yang dengan terang-terangan menggunakan politik uang
penguatan pada partai politik yang merupak pilar dalam pemilu agar
Daftar Pustaka
Fiorina dan Hinich. 2008. Mengenali Warna warni Pemilih. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
58
Gaffan, Affar. Politik Indonesia Transisi Menuju Dmokrasi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 2006
Makassar. 2009.
Jakarta.2002
59
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 1992.
www.KPU.com
http://www.idea.int/publications/pub_electoral_main.html
60
61