Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ SISTIM PEMILU MODEL PROPOSIONAL TERBUKA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Politik

Indonesia

Dosen Pengampu : Dra. Wahyuning Chumaeson, M.Si

Disusun Oleh :

Nasrul Candra Ardiansyah


G22010031

UNIVERSITAS BOYOLALI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI TEKNIK INFORMATIKA
PRODI ILMU KOMUNIKASI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sistim Pemilu Model Proposional Terbuka” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Pelajaran Sistim Politik
Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan terhadap
model dari pemilu proposional terbuka bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Sistim Politik Indonesia. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

ii
DAFRTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Sitim Pemilu Proposional Terbuka 3

B. Penerapan Sitim Pemilu Proposional Terbuka Di Indonesia 4

C. Kelebihan dan Kekurangan Sitim Pemilu Proposional Terbuka 6


1. Kelebihan 7
2. Kekurangan 8

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat (democratie).
Hal ini tertuang dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi
“kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Pemilik kekuasaan tertinggi sesungguhnya adalah
rakyat. Kekuasaan itu harus disadari berasal dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Bahkan kekuasaan diselenggarakan bersama-sama dengan
rakyat (Muhamad Saleh, 2019). Wujud dari pengejawantahan
kedaulatan rakyat dengan diselenggarakannya pemilihan umum. Sejak
perubahan ketiga UUD 1945, pemilu di Indonesia tidak lagi sebatas
memilih anggota DPR dan DPRD saja, tetapi juga untuk memilih
anggota DPD, presiden, dan wakil presiden. Peserta pemilihan umum itu
dapat bersifat kelembagaan atau perorangan calon wakil rakyat.
Kelembagaan yang dimaksud itulah yang biasanya disebut partai politik,
yaitu organisasi yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan yang
bersifat politik, seperti untuk kepentingan rekruitmen politik,
komunikasi politik, dan sebagainya. Oleh karena itu, partai politik
terkait erat dengan kegiatan pemilihan umum. Bahkan, dapat dikatakan
partai politik itu merupakan pilar penting dalam sistem demokrasi
perwakilan yang secara periodik menyelenggarakan kegiatan pemilihan
umum (Jimly Asshiddiqie, 2016).
Dengan sistim pemilihan umum yang banyak di Indonesia, salah
satunya seperti Sistem pemilihan proporsional adalah suatu sistem
pemilihan dimana kursi yang tersedia di parlemen dibagikan kepada
partai-partai politik sesuai dengan imbangan perolehan suara yang

1
didapat partai politik bersangkutan1. Jadi, sistem proporsional ialah
sistem kursi-kursi di parlemen yang tersedia dibagikan ke tiap-tiap partai
politik sesuai dengan banyak perolehan suara yang diperoleh partai
politik tersebut. Dengan adanya latar belakang diatas penulis akan
membahas mengenai sistim pemilu proposional terbuka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistim pemilu proposional terbuka ?
2. Bagaimana penerapan sistim pemilu proposional terbuka di
Indonesia ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sistim pemilu proposional terbuka ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian sistim pemilu proposional terbuka.
2. Menjelaskan penerapan sistim pemilu proposional terbuka di
Indonesia.
3. Memaparkan kelebihan dan kekurangan sistim pemilu proposional
terbuka.

1
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Depok: Rajawali Pers, 2017), cet. ke-9,
hlm. 416

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistim Pemilu Proposional Terbuka


Sistem proporsional (proportionate representative) diartikan
sebagai sistem transfer suara ke kursi parlemen sesuai dengan perolehan
suara rakyat. Proporsional representatif terdiri dari dua macam, yaitu list
yaitu berdasarkan daftar; dan single tranferable votes yaitu berdasarkan
peringkat. Umumnya sistem proporsional daftar terbuka mempunyai
lebih dari satu calon dalam satu daerah pemilihan. Hal ini menunjukkan
bahwa akan lebih dari satu kursi parlemen yang akan diperebutkan. 2
Pada sistem daftar terbuka, pemilih tidak hanya dapat memilih partai
pilihan mereka, namun juga kandidat yang diusung dalam partai
tersebut, dan apabila kandidat calon mendapatkan suara terbanyak maka
ialah yang dipilih sebagai pemimpin daerah tertentu.3
Sitim pemilu proposional terbuka adalah sistem perwakilan
proporsional yang memungkinkan pemilih untuk turut serta dalam
proses penentuan urutan calon partai yang akan dipilih. Sistem pemilu
proporsional terbuka merupakan sistem proporsional yang
menggunakan suara terbanyak untuk menentukan calon legislator yang
duduk di parlemen. Masyarakat memilih secara langsung caloncalon
yang ingin mewakilinya.4
Tujuan diberlakukannya sistem pemilu proporsional terbuka adalah
membangun instrumen-instrumen pemilu menjadi lebih demokratis.

2
Diah Ayu Pratiwi, “Sistem Pemilu Daftar Terbuka di Indonesia: Melahirkan Korupsi Politik?”,
Jurnal Trias Politika Vol. 2 No. 1, 2018, hlm. 20
3
Sri Emut Ratnasara, Skripsi, Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional Terbuka Pada
Kualifikasi Calon Legislatif, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019), hlm. 14
4
Syamsuddin, Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), hlm. 111-113.

3
Partai politik pun diharapkan lebih demokratis dengan menyusun daftar
caleg yang disukai rakyat sebagai pemilih.
Dalam sistem daftar terbuka, pemilih di distrik multimember dapat
memilih kandidat individu atau partai. Jumlah kursi yang dimenangkan
masing-masing pihak di suatu distrik sebanding dengan suara gabungan
untuk partai dan semua kandidat perorangan di distrik tersebut.
Mengingat ada banyak partai dan bahwa setiap kabupaten memiliki
antara tiga sampai sepuluh kursi di badan legislatif nasional, bahkan
partai yang lebih besar biasanya memenangkan tidak lebih dari satu atau
dua kursi di sebuah kabupaten, atau jarang sekali tiga. Calon dengan
total suara tertinggi individu pada daftar partai kemudian mengklaim
kursi partai di distrik tersebut. Sistem ini menciptakan insentif yang
kuat bagi calon perorangan untuk mencurahkan sumber daya mereka
untuk berkampanye untuk diri mereka sendiri daripada untuk partai
mereka, dan bahkan untuk bersaing dengan penuh semangat melawan
sesama calon dari partai mereka sendiri (Aspinall, 2014: 97).
Pada pemilu sistem proporsional terbuka, penetapan calon terpilih
berdasarkan suara terbanyak. Pada pemilu sistem proporsional tertutup,
penetapan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut. Jika partai
mendapatkan dua kursi, maka calon terpilih adalah nomor urut 1 dan 2.
Dari kedua system ini, kelihatan bahwa 8 parpol di DPR RI menolak
system proporsional tertutup dengan alasan sistem proporsional terbuka
merupakan suatu kemajuan dalam system perpolitikan di Indonesia dan
menilai system proporsional tertutup itu merupakan suatu kemunduran.

B. Penerapan Sistem Pemilu Proposional Terbuka Di Indonesia


Indonesia menerapkan sistem proporsional terbuka sejak Pemilu
2009 buat memilih calon anggota legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Dengan
penerapan sistem proporsional terbuka, pemilih diberikan kewenangan
memilih caleg yang dikehendaki sesuai daftar caleg yang ada di masing-

4
masing partai politik peserta Pemilu. Pada Pemilu 2009, penentuan
kursi di legislatif berdasarkan suara terbanyak.
Maksudnya adalah ketika suatu partai politik peserta Pemilu
mendapatkan kursi di suatu daerah pemilihan (dapil) maka yang
memperolehnya adalah caleg dengan perolehan suara terbanyak.
Sistem proporsional terbuka yang digunakan saat ini memberikan
keleluasaan baik bagi caleg maupun pemilih. Caleg mempunyai peluang
yang sama dan bisa menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk
meraih suara tertinggi. Sedangkan pemilih dapat menentukan wakil
mereka di parlemen secara langsung, sepanjang tercantum dalam daftar
caleg yang diajukan oleh partai politik. Dengan menerapkan sistem
proporsional terbuka dalam Pemilu, maka wilayah negara dibagi
menjadi beberapa daerah pemilihan. Nantinya Dapil itu akan
disesuaikan untuk pemilihan anggota DPR RI, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota. Pembagian Dapil pada Pemilu 2004, 2009,
2014, dan 2019 relatif sama. Perbedaan yang terjadi disebabkan adanya
pemekaran wilayah hingga perubahan jumlah penduduk yang menjadi
acuan dalam penyusunan daerah pemilihan.
Pada pemilu Tahun 2024 akan menggunakan sistim pemilu
proposional terbuka. Menurut Mahkamah, sistem pemilu proporsional
dengan daftar terbuka lebih dekat kepada sistem pemilu yang diinginkan
oleh UUD 1945. Namun karena secara konseptual dan praktik, sistem
pemilu apapun yang dipilih pembentuk undang-undang, baik sistem
proporsional dengan daftar terbuka maupun dengan daftar tertutup
bahkan sistem distrik sekalipun tetap memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, sebagai pilihan
pembentuk undang-undang tetap terbuka kemungkinan untuk
disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan penyelenggaraan pemilu.
Dalam hal ini, jika ke depan akan dilakukan perbaikan terhadap
sistem yang berlaku saat ini, pembentuk undang-undang harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain, yaitu tidak terlalu sering

5
melakukan perubahan, perubahan dilakukan dalam rangka
menyempurnakan sistem pemilu, perubahan harus dilakukan lebih awal
sebelum tahapan penyelenggaraan pemilu dimulai, tetap harus menjaga
keseimbangan dan ketersambungan antara peran partai politik
sebagaimana termaktub dalam Pasal 22E ayat (3) UUD 1945 dan
prinsip kedaulatan rakyat sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (2)
UUD 1945, melibatkan semua kalangan yang memiliki perhatian
terhadap penyelenggaraan pemilu dengan menerapkan prinsip
partisipasi publik yang bermakna (meaningful participation).
Permohonan pengujian UU Pemilu tersebut diajukan oleh Riyanto,
Nono Marijono, Ibnu Rachman Jaya, Yuwono Pintadi, Demas Brian
Wicaksono, dan Fahrurrozi. Para Pemohon mengujikan Pasal 168 ayat
(2), Pasal 342 ayat (2), Pasal 353 ayat (1) huruf b, Pasal 386 ayat (2)
huruf b, Pasal 420 huruf c dan huruf d, Pasal 422, dan Pasal 426 ayat (3)
UU Pemilu terhadap UUD 1945.
Pasal-pasal yang diuji tersebut mengenai sistem proporsional
dengan daftar terbuka. Para Pemohon pada intinya mendalilkan pemilu
yang diselenggarakan dengan sistem proporsional terbuka telah
mendistorsi peran partai politik. Dengan ditolaknya permohonan ini,
maka Pemilu anggota DPR dan DPRD 2024 tetap menggunakan sistem
proporsional dengan daftar terbuka.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Sistim Politik


Pertimbangan hukum berikutnya disampaikan oleh Hakim
Konstitusi Suhartoyo yang mengatakan, sistem proporsional dengan
daftar terbuka maupun sistem proporsional dengan daftar tertutup
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ihwal kelebihan
dan kekurangan kedua sistem tersebut, tiap-tiap varian atau sistem
berhubungan erat dengan implikasi dalam penerapannya.

6
1. Kelebihan
Beberapa kelebihan sistem proporsional dengan daftar terbuka,
antara lain, sistem ini mendorong kandidat untuk bersaing dalam
memperoleh suara; calon anggota legislatif harus berusaha
memperoleh suara sebanyak mungkin agar dapat memperoleh kursi
di lembaga perwakilan. Hal ini mendorong persaingan yang sehat
antara kandidat dan meningkatkan kualitas kampanye serta program
kerja mereka. Selanjutnya, sistem ini juga memungkinkan adanya
kedekatan antara pemilih dengan yang dipilih. Dalam sistem ini,
pemilih memiliki kebebasan langsung untuk memilih calon anggota
legislatif yang mereka anggap paling mewakili kepentingan dan
aspirasi mereka. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih dekat
antara pemilih dengan wakil yang terpilih, karena pemilih memiliki
peran langsung dalam menentukan siapa yang akan mewakili
mereka di lembaga perwakilan. Selain itu, sistem proporsional
dengan daftar terbuka memungkinkan pemilih untuk menentukan
calonnya secara langsung. Pemilih memiliki kebebasan untuk
memilih calon dari partai politik tertentu tanpa terikat pada urutan
daftar calon yang telah ditetapkan oleh partai tersebut. Kelebihan
lainnya adalah pemilih dapat berpartisipasi langsung dalam
mengawasi wakilnya di lembaga perwakilan. Dalam sistem ini,
pemilih memiliki kesempatan untuk melibatkan diri dalam
pengawasan terhadap tindakan dan keputusan yang diambil oleh
wakil yang mereka pilih, sehingga meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam sistem politik termasuk meningkatkan partisipasi
pemilih. Terakhir, sistem proporsional dengan daftar terbuka dinilai
lebih demokratis karena dalam sistem ini, representasi politik
didasarkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai politik atau
calon, sehingga memberikan kesempatan yang lebih adil bagi partai

7
atau calon yang mendapatkan dukungan publik yang signifikan. Hal
ini mendorong inklusivitas politik, mengakomodasi berbagai
kepentingan masyarakat, dan mencegah dominasi pemerintahan oleh
satu kelompok atau partai politik.
2. Kekurangan
Sistem proporsional dengan daftar terbuka juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain, sistem ini memberikan peluang terjadinya
politik uang (money politics). Kandidat yang memiliki sumber daya
finansial yang besar dapat memanfaatkannya untuk memengaruhi
pemilih. Selanjutnya, sistem proporsional dengan daftar terbuka
mengharuskan modal politik yang besar untuk proses pencalonan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan pada sub-sub bahasan
terdahulu, ada beberapa hal penting yang menjadi kesimpulan bahwa
Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat (democratie). Hal
ini tertuang dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi
“kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Pemilik kekuasaan tertinggi sesungguhnya adalah
rakyat. Kekuasaan itu harus disadari berasal dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. . Oleh karena itu, partai politik terkait erat dengan
kegiatan pemilihan umum. Bahkan, dapat dikatakan partai politik itu
merupakan pilar penting dalam sistem demokrasi perwakilan yang
secara periodik menyelenggarakan kegiatan pemilihan umum,
salahsatunya pemilihan umum sistim proposional terbuka yang akan di
terapkan juga pada tahun 2024 nantinya.
Pemilu proposional terbuka adalah sistem perwakilan proporsional
yang memungkinkan pemilih untuk turut serta dalam proses penentuan
urutan calon partai yang akan dipilih. Sistem pemilu proporsional
terbuka merupakan sistem proporsional yang menggunakan suara
terbanyak untuk menentukan calon legislator yang duduk di parlemen.
Masyarakat memilih secara langsung caloncalon yang ingin
mewakilinya.
Namun dalam pemilu sistim ini juga terdapat kelebihan dan
kekurangan salah satunya, kelebihan seperti pemilih memiliki
kebebasan langsung untuk memilih calon anggota legislatif yang
mereka anggap paling mewakili kepentingan dan aspirasi mereka,

9
kekurangan seperti, sistem ini memberikan peluang terjadinya politik
uang (money politics), atau pengeluaran dana yang sangat banyak.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Diah Ayu Pratiwi, “Sistem Pemilu Daftar Terbuka di Indonesia:
Melahirkan Korupsi Politik?”, Jurnal Trias Politika.
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Depok:
Rajawali Pers, 2017)
Sri Emut Ratnasara, Skripsi, Pengaruh Penerapan Sistem Proporsional
Terbuka Pada Kualifikasi Calon Legislatif, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2019)
Syamsuddin, Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014).
B. Wibesite
https://www.metrojambi.com/kolom/13558081/Sistem-Pemilu-
Proporsional-Tertutup-dan-Terbuka-Kelebihan-dan-
Kekurangan-?page=2
https://www.mkri.id/index.php?
page=web.Berita&id=19260&menu=2
https://www.kompas.id/baca/riset/2023/01/05/sistem-pemilu-
proporsional-terbuka-mendekatkan-pilihan-rakyat
https://nasional.kompas.com/read/2023/01/05/20053331/
mengenal-sistem-pemilu-2004-2019

10

Anda mungkin juga menyukai