Pertemuan Ke : Satu
Tanggal : 13 September 2016
Dosen : Prof. Ramlan Surbakti, Drs. MA, PhD
Hukum aksioma dalam pemikiran Maurice Duverger : “Semakin sedikit jumlah kursi yang
diperebutkan dalam sebuah daerah pemilihan, maka semakin banyak suara sah yang harus
dibutuhkan oleh setiap partai politik sehingga semakin sulit partai politik tersebut
memperoleh kursi, maka partai politik akan berkurang karena hanya partai besar yang
dapat memperoleh kursi”. Dan sebaliknya.
Rumus : 75/m + 1
Kondisi saat ini adalah walaupun sudah ada syarat keterwakilan perempuan sebanyak 30%
yang kemudian dalam 3 calon terdapat 1 calon perempuan, namun dalam penetapan calon
terpilih masih berdasarkan suara terbanyak. Seharusnya sudah ada disediakan kursi untuk
perempuan.
Dalam sistem perwakilan politik, muncul pertanyaan siapa yang dapat dikatakan mewakili
daerah pemilihan?.
Secara umum akan menjawab bahwa calon yang terpilihlah yang mewakili daerah
pemilihan. Hal ini dapat dilihat dari adanya dana aspirasi yang diberikan kepada masing-
masing anggota DPR/DPRD.
Namun sebenarnya yang mewakili daerah pemilihan adalah partai politik.
Alasannya adalah karena :
a. Peserta pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota adalah partai politik
b. Yang mengajukan daftar calon untuk ditetapkan sebagai daftar calon tetap adalah partai
politik
c. Yang membuat bahan kampanye yang didalamnya ada visi dan misi adalah partai politik
Sehingga, karena partai politiklah yang dianggap “mewakili” daerah pemilihan, maka
seharusnya anggota DPR, DPRD menyalurkan aspirasi masyarakat dengan menjelaskan
program, visi dan misi partai politik pada saat kampanye dulu untuk menjadi APBN/APBD.
1
Metode Divisi Victor De Hong : “Jika kuota dibuat maka kursi akan menumpuk pada 1
partai”
Sistem Pemilu adalah prosedur mengkonversi suara pemilih menjadi kursi.
Dalam sistem pemilu harus jelas DPT, harus jelas jumlah kursi yang diperebutkan, harus jelas
siapa yang mau dipilih, dan harus jelas distribusi kursi untuk setiap daerah pemilihan.
Karena itu, sistem pemilu memiliki unsur-unsur, sebagai berikut :
a. Besaran daerah pemilihan (District Magnitude)
b. Peserta Pemilu/Pola Pencalonan (Threshold)
c. Model Penyuaraan (Balloting)
d. Formula Pemilihan
3
Mata Kuliah : Perbandingan Tata Kelola Pemiu
Pertemuan Ke : Dua
Tanggal : 20 September 2016
Dosen : Prof. Ramlan Surbakti, Drs. MA, PhD
4
Mata Kuliah : Perbandingan Tata Kelola Pemiu
Pertemuan Ke : Tiga
Tanggal : 27 September 2016
Dosen : Prof. Ramlan Surbakti, Drs. MA, PhD
5
4. Peraturan/Putusan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi dapat dikatakan sebagai “Negatif Legislator” karena MK bisa
membatalkan UU yang utuh maupun pasal-pasal tertrentu karena tidak sesuai dengan
UUD 45.
Setiap keputusan MK hendaknya di Adopsi dan dijadikan sebagai UU
5. Putusan Mahkamah Agung
Pasal 24 A ayat 1 : “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat Kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang”
6. Peraturan Komisi Pemilihan Umum
PKPU setara dengan Peraturan Pemerintah
Untuk menjalankan Peraturan Komisi Pemilihan Umum agar menjadi Peraturan yang
tetap diperlukan Undang-Undang yang dapat dijadikan acuan dan tidak mudah diubah-
ubah.
Tugas :
1. Inventasisasi UU tentang Pemilu di Indonesia setelah masa Reformasi
2. Temukan putusan Mahkamah Konstitusi yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh
KPU
6
Mata Kuliah : Perbandingan Tata Kelola Pemiu
Pertemuan Ke : Empat
Tanggal : 4 Oktober 2016
Dosen : Prof. Ramlan Surbakti, Drs. MA, PhD
Negara Meksiko adalah negara yang patut ditiru oleh Penyelenggara pemilu di Indonesia,
karena pelaksanaan dan penyelenggaraan pemilu di negara tersebut hampir sama dengan di
Indonesia.
Di Meksiko, KPU yang berjumlah 11 orang tidak terlalu paham menyelenggarakan pemilu
secara teknis. Mereka hanya mengesahkan keputusan atau menandatangani hasil
keputusan saja. Hal ini berbeda dengan di Indonesia dimana KPU selain mengesahkan
peraturan dan keputusan juga ikut mengurusi teknis pemilu.
10% dari pemilih ikut pendidikan pemilu, sebagai suatu syarat apabila ingin menjadi
penyelenggara pemilu di tingkat PPK, PPS, KPPS. (infrastruktur demokrasi telah
dipersiapkan dengan baik)
Kaum difabel diberikan jaminan untuk pemenuhan penggunaan hak pilih. Ada orang yang
mendampingi apabila ingin memberikan suara. Pendamping tersebut harus
menandatangani surat pernyataan bahwa tidak akan memberitahu pilihan orang yang
didampinginya.
Pelaksanaan prinsip Universal Suverage : berlaku untuk umum, apabila sudah memenuhi syarat
sebagai pemilih maka harus didata sebagai pemilih. Syarat pemilih yaitu berusia 17 tahun pada
saat pemungutan suara, sudah atau pernah menikah, tidak terganggu jiwanya, tidak dicabut
hak pilihnya.
Di indonesia, prinsip universal suverage belum sepenuhnya dilaksanakn karena TNI/Polri oleh
undang-undang tidak diberikan hak untuk memilih. (bertentangan dengan UUD yaitu memilih
dan dipilih).
Equal : semua yang memenuhi syarat sebagai pemilih berhak untuk menggunakan hak pilih
dengan setara, tanpa melihat siapa dirinya, dimana tinggalnya (dalam dan luar negeri) apa
pekerjaannya, warna kulitnya, jenis kelamin, suku, agama, ras, golongannya.
Sehingga berlaku OPOVOV (One Person One Vote One Value)
Pada tahun 2004 berlaku sistem semi open list, daftar calon terbuka dan berdasarkan suara
terbanyak, namun terdapat BPP 30%. Apabila peraih suara terbanyak tidak memenuhi 30%,
maka yang mendapat kursi adalah berdasarkan nomor urut. Pada kasus ini prinsip OPOVOV
tidak terpenuhi. Pada tahun 2009, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan bahwa peraih
suara terbanyak yang akan memperoleh kursi.
dalam sistem proportional representative, yang dipilih adalah partai dan calon. Namun calon
yang terpilih adalah karena akumulasi seluruh suara calon ditambah suara partai. Jadi yang
dipilih adalah partai untuk memperoleh kursi, bukan calon.
Selain itu juga peserta pemilu adalah partai politik. Sehingga seharusnya kembalikan
kedaulatan kepada partai. Harusnya close list. Pemilih hanya memilih partai politik, calon yang
ada telah disusun sebelumnya oleh partai politik. Agar tidak terjadi oligarki partai, maka uang
harus dilakukan adalah :
Memperkuat partai politik sebagai lembaga demokrasi. Parpol harus mempersiapkan diri,
pengurus harus memperhatikan suara anggota. Karena menurut UU partai politik, anggota
yang memegang kedaulatan. Namun dalam AD/ART partai politik, hampir tidak ada yang
menyatakan tentang kewenangan anggota terutama dalam penentuan daftar calon.
7
Mata Kuliah : Perbandingan Tata Kelola Pemiu
Pertemuan Ke : Lima
Tanggal : 11 Oktober 2016
Partai Dosen : Prof. Ramlan Surbakti, Drs. MA, PhD politik harus
membuat semacam
pemilihan pendahuluan kepada anggota untuk menjadi daftar calon. Hasil dari pemilihan
pendahuluan itu lah yang akan dijadikan nomor urut calon dalam Daftar Calon Tetap
8
3. Pendaftaran, Penelitian dan Penetapan Peserta Pemilu
Alasan perlunya partai politik ditetapkan sebagai peserta pemilu dalam sistem
pemilu adalah partai politik merupakan peserta pemilu, yang mengajukan calon.
Apabila tidak ditetapkan, siapa yang akan menjadi pesertanya dan calon dari partai
mana yang akan memperoleh kursi?
Alasan daerah pemilihan dan alokasi jumlah kursi dalam pemilu 2019 harus ditata
ulang adalah :
a. Jumlah penduduk untuk 1 kursi belum setara.
Di jatim misalnya, untuk 1 kursi harganya sekitar 428.000. di Sumatera utara
harga 1 kursi sekitar 507.000. bahkan di Riau harga 1 kursi mencapai sekitar
700.000.
Selain itu jumlah kursi di jawa timur ditetapkan 87 kursi, seharusnya 83 kursi.
Di sumatera utara jumlah kursi ditetapkan 30 kursi, seharusnya 34 kursi
b. Daerah pemilihan yang ada tidak merupakan satu kesatuan atau tidak
berbatasan fisik secara langsung
c. Pengaturan kursi untuk daerah otonom tidak konsisten
Provinsi yang dimekarkan mendapat minimal 3 kursi, namun daerah induk tidak
dikurangi 3. Padahal jumlah penduduknya sama, wilayahnya sama. Seharusnya
yang dimekarkan mendapat 3 dan induk dikurangi 3
d. Kursi dalam 1 dapil ada yang melebihi dari jumlah yang seharusnya
Di cimahi jumlah kursi melebihi 12 kursi dalam 1 daerah pemilihan
Di tangerang jumlah kursinya sampai 27 kursi dalam 1 daerah pemilihan
Syaratnya adalah jumlah kursi dalam 1 dapil DPR adalah minimal 3 dan
maksimal 12.
e. Ada etnik/suku tertentu tidak terwakili, dipecah dari bagian sukunya
Contoh suku badui luar
f. Daerah pemilihan DPRD Provinsi harus merupakan daerah-daerah yang ada di
dalam daerah pemilihan DPR
Di Papua, daerah yahukimo terbagi 2 oleh pegunungan bintan. Menurut UU
yang mengatur administrasi, yahukimo B masuk ke Pulau bintan, seharusnya
9
yahukimo B adalah merupakan daerah Yahukimo A karena satu suku. Sehingga
tidak boleh dipecah, harus digabungkan.
9. Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu (Penetapan Calon Pengisi Kursi Partai
Politik)
Alasan tahapan Penetapapan dan Pengumuman Hasil Pemilu penting dalam sistem
pemilu adalah partai yang memperoleh suara sah terbanyak akan memperoleh
kursi dan selanjutnya calon yang memperoleh suara terbanyak akan mengisi kursi
partai politik tersebut.
10