Anda di halaman 1dari 3

Nama: JJ.

Sayyid Fairuz Zaki Adlan

Nim : 11191120000101

Kelas : Ilmu Poilitik 4A

UAS Pemilu di Indonesia

Dosen Pengampu:

Dr. A. Bakir Ihsan M.Si.

1. Sistem distrik merupakan sistem yang menggunakan total suara per daerah yang
memenangkan suara terbanyak, tetapi dalam sistem distrik banyak sekali suara yang
terbuang secara nasional apabila suatu daerah kalah dalam jumlah suara dan juga wilayah
atau provinsi yang memiliki populasi lebih banyak akan memberikan presentasi nilai
suara dibandingkan provinsi yang memiliki jumlah populasi yang lebih sedikit, oleh
karena itu, memenangkan provinsi yang memiliki populasi lebih banyak akan memiliki
lebih banyak nilai bila dibandingkan dengan provinsi yang memiliki populasi sedikit.
contoh apabila pada pemilu 2019 terdapat dua paslon yang saling bertarung dalam
memperebutkan suara, yakni Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi. Apabila paslon Jokowi-
Ma’ruf menang dalam jumlah suara sebanyak dua juta orang dan di lebih banyak
provinsi, akan tetapi provinsinya memiliki penduduk yang lebih sedikit populasinya
seperti di wilayah timur Indonesia. Dibandingkan dengan paslon Prabowo-Sandi yang
memenangkan lebih banyak suara di daerah yang memiliki penduduk yang lebih banyak
tetapi, maka paslon Prabowo-Sandi akan menjadi pemenang pada pemilu 2019. Hal
tersebut terjadi karena mayoritas provinsi yang dimenangkan paslon Prabowo-Sandi
memiliki representasi kependudukan yang lebih banyak dibandingkan paslon Jokowi-
Ma’ruf.
Sistem proporsional merupakan sistem pemilihan yang memungut suara terbanyak secara
keseluruhan. Sistem proporsional tidak mementingkan wilayah seperti distrik tetapi
menghitung total seluruh suara yang sah dalam pemilu. Pembagian sistem proporsional
terbagi menjadi dua, yakni tertutup dan terbuka. Dalam sistem proporsional tertutup para
pemilih hanya memilih partai dan calon akan dipilih oleh partai. Di lain sisi, dalam sistem
proporsional terbuka para pemilih akan langsung memilih calon yang akan dipilihnya.
Contohn proporsional pada pemilu yang terjadi di Indonesia pada pemilu era Orde Baru
yang mana para pemilih hanya mencoblos partai yang sedang berkontestasi dan tidak
memilih calon secara langsung. Dan proporsional terbuka terjadi sejak tahun 2004 hingga
tahun 2019 yang mana para pemilih langsung memilih para calon tanpa harus memilih
partai.
2. Uang merupakan hal yang penting dalam setiap kegiatan manusia. Dalam pemilu secara
konstruktif uang dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi politik seperti
digunakan untuk meningkatkan kualitas dan mutu untuk perlaksanaan pemilu.
Peningkatan kualitas pemilu untuk meningkatkan partisipasi pemilih dapat dilakukan
dengan meningkatkan fasilitas TPU dan juga untuk meningkatkan penataran
penyelanggara guna menjaga profesionalitas para penyelenggara pemilu agar tidak
melakukan tindak pelanggaran dalam pemilu. Dan secara destruktif, uang dapat
menjadikan senjata untuk menghancurkan demokrasi dengan melakukan serangan fajar,
suap, membayar orang untuk melakukan tindak pelanggaran pada pemilu.
3. Terdapat beberapa ranah pelanggaran dalam pemilu, yakni: pertama, pada pemilu
terdapat kode etik yang tidak boleh dilanggar. Dalam pemilu terdapat pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh panitia pemilu karena kurangnya profesionalitas sepeti
memberikan bocoran berupa data dan info seputar pemilu ke salah satu pihak, hal
tersebut telah melanggar sumpah dan janji penyelenggara pemilu. Penanganan dari
permasalahan profesionalitas adalah harus ditingkatkan ketika perekrutan calon
penyelenggara dan peningkatan penataran dalam pemahaman SOP pemilu. Dan
peenyelesaian dari permasalahan kode etik adalah penguatan DKPP; kedua, pelanggaran
selanjutnya adalah pelanggaran pidana yang menjadi permasalahan lanjutan dari kode
etik. Pada pelanggaran pidana dapat terjadi apabila pelanggaran atau kejahatan terhadap
ketentuan tindak pidana pemilu yang diatur dalam UU tentang pemilihan. Penyelesaian
dari pelanggaran tindak pidana adalah apabila kita melihat pelanggaran tindak pidana
maka kita harus melaporkannya agar pemilu dapat berjalan lancar; ketiga, pada
pelanggaran administrasi terdapat permasalahan dalam data data suatu calon dan
memberikan atau menjanjikan uang atau materi lainnya yang dilakukan secara
terstruktur, sistematis dan massif untuk mendapatkan data dan dapat permasalahan
adminstratif dapat berlanjut kepada pelanggaran kode etik dan pidana. Masalah
administrasi dapat diselesaikan dengan penguatan masyarakat sipil, lembaga-lembaga
terkait.
4. Terdapat beberapa metode dalam pembagian kursi parlemen DPR RI, yakni: pertama,
metode Sainte Lague yang mana pembagian kursi setelah memenuhi threshold perolehan
suara partai tersebut akan dikonversikan menjadi kursi DPR RI pada setiap daerah
pemilihan, suara akan dibagi dengan suara bilangan pembagi 1, 3, 5, 7. Cara
pembagiannya adalah dengan menambah jumlah pembagian terhadap partai yang telah
mendapatkan suara; kedua, metode D’Hondlt metode yang dibagi dengan deret bilangan
1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai jumlah kursi yang dibutuhkan dalam satu distrik atau
provinsi terpenuhi, yakni dengan perolehan hasil suara; ketiga, kuota Hare dihitung
berdasarkan jumlah total suara yang sah (vote/v) dibagi dengan jumlah kursi yang
disediakan dalam suatu distrik atau provinsi (seat/s). Metode kuota Hare ini memiliki dua
tahap perhitungan. Pertama, kita harus menetukan kuotanya atau dalam pemilu di
Indonesia disebut sebagai Bilangan Pembagi Pemilih (BPP); keempat, Kuota droop
dihitung dari jumlah total suara (vote/v) dibagi dengan jumlah kursi yang disediakan
dalam suatu distrik atau provinsi (seat/s) ditambah 1. Contoh: jika jumlah suara itu
100.000 dan jumlah kursi 4 maka bilangan pembagi pemilih adalah 20.000
(100.000/4+1= 20.000).

Nilai: 95

Anda mungkin juga menyukai