BAHASA INDONESIA
PENYUNTINGAN NASKAH MAKALAH
DOSEN PENGAMPU : Miss Gina Rizkina, M.pd
Kelompok 12 :
INDRAMAYU
2021
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3. Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen terkait yang lebih baik
kepada semua pembaca kami!
Berdasarkan latar belakang di atas akan disusun makalah dengan judul “Penyuntingan
Naskah Makalah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut ini:
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai seperti berikut
ini :
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Naskah Makalah
Kata “naskah” berasal dari bahasa Arabb" nuskhatum" yang berarti sebuah potongan
kertas. Di dalam KBBI elektronik, naskah diartikan sebagai karangan yang masih ditulis
dengan tangan, karangan sesorang yang belum diterbitkan, bahan-bahan berita yang
siap untuk disusun, dan rancangan. Sedangkan makalah adalah suatu karya tulis yang
disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan
yang merupakan hasil penelitian di bidang pendidikan dan kebudayaan. Berdasarkan
definisi naskah dan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa naskah makalah adalah
rancangan suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang
membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian. Untuk lebih
memahami apa itu naskah makalah dapat dilihat pada lampiran 1.
Naskah atau tulisan yang telah selesai ditulis secara keseluruhan pasti belum sempurna,
belum layak untuk dipublikasikan. Di bagian-bagian tertentu terdapat kesalahan-
kesalahan yang dapat berakibat fatal, sehingga diperlukan kegiatan perbaikan. Proses
perbaikan di sini dinamakan penyuntingan. Penyuntingan adalah proses memperbaiki
naskah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang telah
ditulis sebelum dipublikasikan. Penyempurnaan tulisan agar siap dipublikasikan perlu
dibaca dan ditata ulang oleh penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan
atau disebut sebagai penyunting. Kegiatan penyuntingan memiliki beberapa tujuan
seperti berikut ini :
1. Menjadikan naskah atau karangan ilmiah sebagai karya yang sempurna yang dapat
dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila dipublikasikan kelak.
2. Untuk memastikan isi karya disampaikan dengan jelas, tepat dan tidak menyalahi
etika.
3. Untuk memastikan penyampaian ide dari penulis kepada pembaca disampaikan
dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan menarik.
4. Untuk memastikan karya yang akan diterbitkan dapat menggambarkan nilai dan
identitas karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca. Penyunting dituntut
untuk memahami berbagai gatra penyuntingan dan proses pemublikasian ataupun
produksi percetakan naskah. Untuk mencapai sasaran penyuntingan yang diharapkan,
menjadi hak penyunting untuk memperbaiki, merevisi, mengatur kembali isi, dan
menyelaraskan atau terkadang mengubah gaya naskah. Yang perlu diingat kembali ialah
bahwa tugas penyunting hanyalah terbatas pada pengolahan naskah menjadi bahan
yang siap publikasi dan mengawasi pelaksanaan segi teknis sampai naskah
dipublikasikan. Dapat dikatakakan pula bahwa semata-mata bertanggung jawab atas isi
naskah dari karya tulis ilmiah tersebut.
Naskah yang sudah disunting kemudian perlu disunting lagi apalagi masih terdapat
kesalahan-kesalahan yang bisa berakibat fatal. Terdapat berbagai sikap dan cara kerja
yang sangat disarankan untuk dipenuhi oleh penyunting dalam menunaikan tugas dan
fungsinya sebagai berikut :
1. Tujuan utama penyunting adalah mengolah naskah hingga layak terbit sesuai dengan
patokan pembakuan yang digariskan dan dipersyaratkan, minimal dari segi bahasa.
4. Penyunting harus merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah agar gagasan,
pendekatan, metode, hasil penemuan, dan simpulan tidak sampai disadap orang lain
sebelum diterbitkan.
2. Membebaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa,
tanda baca, dan sebagainya.
3. Membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang ada
dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan antara
subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.
6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan
menarik.
3. Tepat dan lengkapnya kesimpulan setiap satuan dan keseluruhan analisis data.
1. Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih
baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan
esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.
2. Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali
waktu, difokuskan dalam ejaan, lalu diwaktu berikutnya difokuskan dalam tata bahasa,
dan lain sebagainya.
3. Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah ditulis. Kita perlu
mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan berusaha
memperbaikinya.
4. Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam bahasa Inggris
atau bahasa Internasional. Namun demikian, komputer sesungguhnya mungkin juga
membuat kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi benar, tetapi artinya bebeda seperti
paper-pepper
5. Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus
memastikan bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum dalam
kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya merupakan pendukung kalimat topik.
Bila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau
memasukkan kalimat “nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.
6. Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong- potong,
kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat ambigu, dan
sebagianya.
8. Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat dipercaya.
9. Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada pihak yang
berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.
10. Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel penggunaan
tanda baca, internet, dan berbagai sarana lain yang dapat membantu kita dalam
melakukan penyuntingan.
11. Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai
dengan topik buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.
Aspek-aspek yang harus disunting di dalam naskah makalah seperti berikut ini :
3. Penyuntingan Ragangan atau Outline Ragangan atau outline dalam sebuah makalah
diibaratkan sebagai tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung
gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan
subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik
pembahasan yang akan ditulis. Ragangan dalam penulisan makalah yang telah
ditetapkan sejak awal bukanlah harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai
dengan isi/materi/gagasan dalam makalah masih bisa dibongkar pasang untuk
menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau makalah yang sudah di atur
sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir
penulisan. Menyunting ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau
menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah
ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam
isi/materi/gagasan dalam makalah. Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti
ragangan daripada harus menulis ulang tema kajiannya. Penyuntingan ragangan yang
terbaik adalah saat penyelesaian penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada
daftar isi.
agar lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka,
lambang, ejaan, dan tanda baca.
Dalam makalah dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan menyangkut beberapa aspek,
diantaranya yaitu :
a. Revisi Judul Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka
kita harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih
menggigit dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang menggigit,
diperlukan kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna. Sering terjadi judul
makalah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang, terlalu singkat, datar,
tidak menarik, dan tidak membumi.
b. Revisi Intro Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele,
berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan
adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam
makalah, intro adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro makalah
yang baik cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat, yaitu
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
c. Revisi Komposisi Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Makalah yang
baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali ke luar dari hukum tersebut, kepala
dibuat kaki dan sebaliknya, maka makalah yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk
itu, perlu diperiksa apakah komposisi makalah yang dibuat sudah baik.
d. Revisi Akurasi dan Relevansi Data Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan,
pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini
semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yang telah
dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.
e. Revisi Ejaan dan Istilah Teknis Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah
teknis yang hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat
terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kita dapati penjelasan sebagai berikut: Ejaan
yaitu cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf, misal : kata “huruf” dahulu
adalah “hoeroef”. (Poerwadarminta; 1976:266)
Dalam Ensiklopedi Indonesia (jilid 2) dapat kita baca penjelasan sebagai berikut: Ejaan
yaitu cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. (Shadily; 1980:888).
Dari kedua sumber tersebut dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut: Ejaan yaitu cara
atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa diantaranya :
1). Penulisan Huruf Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digunakan
ejaan bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan. Ejaan tersebut misalnya: Penulisan huruf besar atau huruf kapital
Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf
biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat,
huruf pertama nama diri, dan sebagainya. Huruf Kapital dipakai sebagai: 1. Huruf
pertama kata pada awal kalimat. Berikut ini contoh penggunaan huruf kapital yang
tepat. Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun
Ngompro dan Pilang. 1 2 3 Keterangan: 1 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf
pertama kata pada awal kalimat. 2 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. 3 =
huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama nama geografi.
2). Tanda Baca Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem
(suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Penulisan tanda baca, misalnya pada penulisan: 1) tanda titik (.) 4)
tanda garis hubung satu (-) 2) tanda koma (,) 5) tanda kurung (( ... )) 3) tanda petik (" ...
") Berikut ini contoh penggunaan tanda baca dalam sebuah paragraf. Selain itu, masih
ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat
tulis. "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah ada bantuan alat
sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun Ngompro, kepada
Kundari Pri Susanti dari Radar Madiun (grup Jawa Pos). Bantuan susu akan diserahkan
kepada ibu-ibu yang mempunyai balita. Keterangan: Tanda titik (.) dipakai pada akhir
kalimat. Tanda koma (,) pada tulisan Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari
seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Tanda koma tersebut dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Selain itu tanda koma juga berfungsi untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Contoh: "Alhamdulillah, Kami senang karena selama ini
belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran. Tanda
petik ( " ..." ) pada tulisan "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah
ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun
Ngompro.
Tanda petik tersebut berguna mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan. Tanda pisah (-) pada penulisan ibu-ibu berguna menyambung unsurunsur
kata ulang. Tanda kurung (( ... )) pada tulisan Radar Madiun (grup Jawa Pos) berguna
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
3). Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata misalnya pemilihan kata-kata baku. Dalam bahasa
Indonesia dikenal adanya ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku (ragam dialek
dan percakapan sehari-hari). Ragam bahasa nonbaku artinya penggunaan kata-kata
tidak baku dalam kalimat. Kata yang bergaris bawah berikut ini merupakan contoh
penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah paragraf. Sumbangan pembaca Jawa
Pos terus mengalir. Senin siang kemarin, Direktur SDM PT Tjiwi Kimia Drs. Sunoto M.B.
bersama Ketua SPSI Toto Suprianto dan temen-temennya datang menyumbang Rp150
juta untuk korban bencana banjir ke Jawa Pos. "Ini hasil yang dikumpulkan dari temen-
temen karyawan Tjiwi Kimia," tutur Toto Supriyanto kepada M. Nasaruddin Ismail di
kantor Jawa Pos. Keterangan: Kata temen-temen dalam paragraf di atas adalah contoh
kata yang tidak baku. Kata baku dari temen-temen adalah teman-teman.
4). Penggunaan Kalimat yang Efektif Kalimat yang bagaimanakah yang disebut kalimat
efektif? Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakaiannya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Ada pun yang
dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kaidah sebagai
berikut.
5). Penyusunan Paragraf Paragraf atau alinea adalah seperangkat kalimat yang
membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Topik ditungkan
kedalam satu kalimat yang disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama, sedangkan
kalimat yang menjelaskan kalimat topik disebut kalimat penjelas.
a. Kepaduan Paragraf Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam
paragraf tersebut padu (kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga
padu (koheren). Berikut ini contoh paragraf yang kohesif dan kata-kata yang bercetak
tebal merupakan penanda kohesinya. Contoh: Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di
tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah dan rumah
yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir yang pernah
menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu sampai
Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto, Kepala
Desa Ngompro.
kaum ibu rumah tangga kehilangan alat memasak mereka. Warga Ngompro
kebanyakan memang memasak menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan
bakar kayu. Saat banjir, tungku mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah
dan tak bisa dipakai lagi. Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu
dijadikan tungku. Keterangan: Penanda kohesi: sementara itu.. Kohesif artinya
keterpaduan antarkalimat dalam satu paragraf, sedangkan koheren artinya keterpaduan
antarparagraf dalam satu wacana.
b. Kesatuan Paragraf Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang
membicarakan salah satu aspek dari tema seluruh bacaan. Kalimat-kalimat dalam
sebuah paragraf harus berhubungan satu sama lain, sehingga merupakan kesatuan
untuk menyampaikan suatu maksud, untuk mengulas sesuatu hal yang menjadi
pembicaran dalam paragraf itu. Jadi, dalam sebuah paragraf harus ada ide pokok yang
mempersatukan semua kalimat dalam paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat
ditampilkan di awal, di tengah, atau di akhir paragraf. Contoh: Selepas kebanjiran, warga
yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah
dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir
yang pernah menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu
sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto,
Kepala Desa Ngompro. Kalimat yang dicetak tebal pada paragraf di atas merupakan ide
pokok dari paragraf tersebut.
Tingkatkan Pengalaman Anda Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen
terkait yang lebih baik kepada semua pembaca kami! 0% menganggap dokumen ini
bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaatBermanfaat 0% menganggap
dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaatTidak
bermanfaat Kami menghadiri rapat di balai desa. Tiidak Menggunakan Kata secara
Berlebihan dan Bertumpang Tindih Contoh: - Pada saat banjir yang telah lalu, mereka
juga menerima bantuan sembako. Penggunaan kata pada saat dan telah lalu pada
kalimat di atas terlalu berlebihan karena kedua kata tersebut artinya sama. Jadi
seharusnya digunakan salah satu saja agar efektif, misal: - Saat banjir yang lalu, mereka
juga menerima bantuan sembako. c. Tidak Menggunakan Kata Depan yang Berlebihan
Contoh: - Selain daripada itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel
seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Kata depan daripada tidak perlu dipakai
karena dengan penggunaannya itu subjek kalimat menjadi tidak jelas. Jadi penulisannya
menjadi: - Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD
serta paket buku dan alat tulis.
d. Revisi Bobot dan Substansi Materi Tulisan Menulis tidak hanya sekedar untuk
memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau memengaruhi, dan menghibur
pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis.
Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal
seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim makalah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penyuntingan adalah proses
memperbaiki naskah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa
yang telah ditulis sebelum dipublikasikan. Penyempurnaan tulisan agar siap
dipublikasikan perlu dibaca dan ditata ulang oleh penulisnya atau orang lain yang
dianggap berkemampuan atau disebut sebagai penyunting. Ada empat aspek yang
disunting di dalam naskah makalah, yakni :
1. Penyuntingan isi/materi/gagasan
2. Penyuntingan paragraf
3. Penyuntingan ragangan/outline
4.Penyuntingan kebahasaan
B. Saran
Pada penulisan ini diharapkan penulis membutuhkan saran agar ke depannya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca umum atau pembawa awam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2011. Kamus Pintar EYD Terlengkap Bahasa Indonesia . Surabaya: Penerbit Indah Surabaya.
Chaer, Abdul. 2008.
Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2013.
Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 2001.
Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Gramedia. Yulianto, Bambang. 2008.