Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
PENYUNTINGAN NASKAH MAKALAH
DOSEN PENGAMPU : Miss Gina Rizkina, M.pd

Kelompok 12 :

1. Arif Rofi 2. M. Khoirul Dzunurain 3. Sutejo Nur 4. Santo Alwi Dahlan

5. Zidan Nurfalah 6. M. Zainal Mustofa 7. M. Zaid Al-Furqon 8. Santoso

9. Husny Miftahul Jannah 10. Siti Farhatunnisa 11. Ismi Nurasiah

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

PANGERAN DHARMA KUSUMA

INDRAMAYU

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, Dengan menyembut nama Allah Swt Yang Maha


Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kehadirat Allah Swt yag telah
memberikan rahmat serta hidayah sehingga Makalah ini yang berjudul
"PENYUNTINGAN NASKAH MAKALAH” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat
serta salam selamanya disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw
kepada pada Sahabat nya dan semoga kepada kita semua selaku
Umatnya.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dari dosen/pengajar . Makalah ini tidak akan terwujud tanpa ada bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semuanya. Kami menyadari sebagai manusia biasa, kami tidak akan
luput dari kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian adalah suatu penyelidikan untuk membuktikan suatu hipotesis dan


menemukan suatu informasi. Hal tersebut sejalan dengan Widyamartaya dan Sudiati
(1997: 73) yang mengungkapkan bahwa: Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan
yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematik untuk menemukan informasi
ilmiah dan/atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran
hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan/atau proses gejala alam dan/atau sosial.
Makalah merupakan salah satu bentuk karya ilmiah hasil penelitian. Makalah adalah
karya tulis yang membahas suatu pokok bahasan. Hal tersebut sejalan dengan
Widyamartaya dan Sudiati (1997: 74) yang mengungkapkan bahwa: Makalah adalah
suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas
suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian di bidang pendidikan dan
kebudayaan. Penyampaian informasi pada penulisan makalah berarti penciptaan
komunikasi antara pihak yang menulis dan pihak yang membaca. Komunikasi itu penting
karena, apabila tidak terjadi, informasi itu tidak akan sampai kepada yang dituju.
Berdasarkan hal tersebut, penulis hendaknya selalu memertimbangkan pihak yang
dituju, senantiasa mengusahakan agar pembaca tidak perlu memeras tenaga untuk
mencari atau menduga maksud sesungguhnya penulis. Penyampaian informasi dalam
penulisan makalah hendaknya bersifat komunikatif, jelas, dan dapat dipahami. Penulis
harus selalu mengupayakan penerapan asas-asas diksi, penyusunan kalimat,
penyusunan alinea, dan pembingkisan wacana. Widyamartaya dan Sudiati (1997: 86)
mengungkapkan bahwa :

1. Hilangkan pesan penilaian pengguna

2. Tingkatkan Pengalaman Anda

3. Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen terkait yang lebih baik
kepada semua pembaca kami!

4. 0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai


bermanfaatBermanfaat

5. 0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat


Agar menjadi komunikatif, makalah hendaknya disusun secara logis, sistematis, dan
dalam bahasa yang lugas. Dikatakan logis apabila makalah menyajikan segala
keterangan yang dapat diusut alasan-alasannya dan dasar-dasarnya yang masuk akal.
Dikatakan sistematis apabila segala keterangannya disusun dalam urutan yang
memerlihatkan pertalian yang saling menunjang. Dikatakan bahasanya lugas apabila
bahasa yang digunakannya langsung menunjukkan persoalannya, tidak berbunga-bunga
atau bertele-tele, tidak menimbulkan penafsiran rangkap. Agar menjadi jelas, makalah
hendaknya menyajikan gagasan-gagasan yang tepat, cermat, dan mudah dipahami
pembaca. Pemakaian kata-kata yang spesifik dan konkret perlu untuk menjelaskan hal-
hal atau referen-referen yang abstrak. Di dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah
perlu diperhatikannya sistematika, ejaan, huruf kapital, huruf tebal, huruf miring, tanda
baca, kalimat, diksi, dan paragraf. Hal tersebut menjadi komponen yang menentukan
makalah yang disusun dapat menjadi makalah yang baik dan benar sehingga pembaca
dapat memahami isi dari makalah tersebut. Tetapi, tidak jarang ditemukan kesalahan-
kesalahan penulisan naskah makalah seperti sistematika, ejaan, huruf kapital, huruf
tebal, huruf miring, tanda baca, kalimat, diksi, paragraf, dan kurangnya huruf pada suatu
kata. Berdasarkan kesalahan-kesalahan tersebut sangat penting dilakukannya
penyuntingan pada naskah makalah yang akan dihasilkan. Penyuntingan adalah
menyiapkan suatu naskah dengan memerhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan
bahasa. Hal tersebut sejalan dengan KBBI elektronik yang mendefinisikan bahwa:
Penyuntingan adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memerhatikan segi sistematika penyajian segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).

Berdasarkan latar belakang di atas akan disusun makalah dengan judul “Penyuntingan
Naskah Makalah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut ini:

1. Apa yang dimaksud dengan naskah makalah ?

2. Apa yang dimaksud dengan penyuntingan naskah makalah ?

3. Bagaimana cara menyunting naskah makalah ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai seperti berikut
ini :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan naskah makalah.

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyuntingan naskah makalah

3. Mengetahui bagaimana cara menyunting naskah makalah

D. Manfaat

Makalah ini bermanfaat untuk :

1. Penunjang referensi mata kuliah penyuntingan

2. Referensi penyuntingan naskah makalah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Naskah Makalah

Kata “naskah” berasal dari bahasa Arabb" nuskhatum" yang berarti sebuah potongan
kertas. Di dalam KBBI elektronik, naskah diartikan sebagai karangan yang masih ditulis
dengan tangan, karangan sesorang yang belum diterbitkan, bahan-bahan berita yang
siap untuk disusun, dan rancangan. Sedangkan makalah adalah suatu karya tulis yang
disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan
yang merupakan hasil penelitian di bidang pendidikan dan kebudayaan. Berdasarkan
definisi naskah dan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa naskah makalah adalah
rancangan suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang
membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian. Untuk lebih
memahami apa itu naskah makalah dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Penyuntingan Naskah Makalah

KBBI elektronik mendefinisikan bahwa penyuntingan adalah menyiapkan naskah siap


cetak atau siap terbit dengan memerhatikan segi sistematika penyajian segi sistematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Menyunting
juga dapat diartikan memperbaiki. Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa
pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh
atau sebagian. Kegiatan menyunting itu sangat penting bagi penulis karena penulislah
yang tahu betul seluk beluk tulisannya. Namun, menyunting juga dapat dilakukan oleh
orang lain.

Naskah atau tulisan yang telah selesai ditulis secara keseluruhan pasti belum sempurna,
belum layak untuk dipublikasikan. Di bagian-bagian tertentu terdapat kesalahan-
kesalahan yang dapat berakibat fatal, sehingga diperlukan kegiatan perbaikan. Proses
perbaikan di sini dinamakan penyuntingan. Penyuntingan adalah proses memperbaiki
naskah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang telah
ditulis sebelum dipublikasikan. Penyempurnaan tulisan agar siap dipublikasikan perlu
dibaca dan ditata ulang oleh penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan
atau disebut sebagai penyunting. Kegiatan penyuntingan memiliki beberapa tujuan
seperti berikut ini :

1. Menjadikan naskah atau karangan ilmiah sebagai karya yang sempurna yang dapat
dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila dipublikasikan kelak.

2. Untuk memastikan isi karya disampaikan dengan jelas, tepat dan tidak menyalahi
etika.
3. Untuk memastikan penyampaian ide dari penulis kepada pembaca disampaikan
dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan menarik.

4. Untuk memastikan karya yang akan diterbitkan dapat menggambarkan nilai dan
identitas karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca. Penyunting dituntut
untuk memahami berbagai gatra penyuntingan dan proses pemublikasian ataupun
produksi percetakan naskah. Untuk mencapai sasaran penyuntingan yang diharapkan,
menjadi hak penyunting untuk memperbaiki, merevisi, mengatur kembali isi, dan
menyelaraskan atau terkadang mengubah gaya naskah. Yang perlu diingat kembali ialah
bahwa tugas penyunting hanyalah terbatas pada pengolahan naskah menjadi bahan
yang siap publikasi dan mengawasi pelaksanaan segi teknis sampai naskah
dipublikasikan. Dapat dikatakakan pula bahwa semata-mata bertanggung jawab atas isi
naskah dari karya tulis ilmiah tersebut.

Naskah yang sudah disunting kemudian perlu disunting lagi apalagi masih terdapat
kesalahan-kesalahan yang bisa berakibat fatal. Terdapat berbagai sikap dan cara kerja
yang sangat disarankan untuk dipenuhi oleh penyunting dalam menunaikan tugas dan
fungsinya sebagai berikut :

1. Tujuan utama penyunting adalah mengolah naskah hingga layak terbit sesuai dengan
patokan pembakuan yang digariskan dan dipersyaratkan, minimal dari segi bahasa.

2. Penyunting perlu memiliki pikiran terbuka terhadap pendapat-pendapat baru yang


mungkin bertentangan dengan pendapat yang dianut umum.

3. Penyunting tidak boleh memenangkan pendapatnya sendiri, pendapat temannya,


atau pendapat penulis yang disenanginya sehingga tidak terjadi pilih kasih berdasarkan
pada hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan isi teknis naskah.

4. Penyunting harus merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah agar gagasan,
pendekatan, metode, hasil penemuan, dan simpulan tidak sampai disadap orang lain
sebelum diterbitkan.

5. Merupakan tindakan kriminal seorang penyunting untuk mendiamkan naskah atau


menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari naskah lalu menerbitkannya atas
namanya sendiri baru kemudian menolaknya.
Peran penyunting sangat besar bagi penulis karena penyunting merupakan rekan
penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah. Peran
seorang penyunting seperti berikut ini :

1. Membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.

2. Membebaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa,
tanda baca, dan sebagainya.

3. Membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang ada
dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan antara
subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.

4. Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.

5. Mendukung konsistensi dalam penulisan.

6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan
menarik.

7. Membantu penulis mengenal selera pembaca.

8. Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.

C. Cara Menyunting Naskah Makalah

Di dalam menyunting naskah makalah, pertama-tama hal yang harus diperhatikan


adalah bagaimana cara menyajikan makalah tersebut. Penyajian makalah harus enak
dan nyaman untuk dinikmati. Pembaca makalah harus dapat merasakan adanya daya
lukis, daya kupas, dan daya tafsir yang memadai atas setiap satuan dan keseluruhan
uraian, seperti berikut ini:

1. Tepat, konsisten, dan lengkapnya deskripsi data.

2. Kemampuan deskripsi data memberikan “isyarat" kepada tahap berikutnya;

tepat, konsisten, dan lengkapnya analisis data.

3. Tepat dan lengkapnya kesimpulan setiap satuan dan keseluruhan analisis data.

4. Tepat dan jelasnya kesimpulan menjawab masalah penelitian/tujuan penelitian:


hipotesis yang diajukan.
5.. Tepat dan mengenanya implikasi yang dikemukakan serta saran-saran yang
diberikan.

6. Tertatanya segala sesuatu dan sifat-sifat penangan penulisan yang bersungguh-


sungguh, bertanggung jawab, dan kolaboratif.

Penyuntingan naskah makalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut


ini :

1. Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih
baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan
esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.

2. Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali
waktu, difokuskan dalam ejaan, lalu diwaktu berikutnya difokuskan dalam tata bahasa,
dan lain sebagainya.

3. Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah ditulis. Kita perlu
mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan berusaha
memperbaikinya.

4. Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam bahasa Inggris
atau bahasa Internasional. Namun demikian, komputer sesungguhnya mungkin juga
membuat kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi benar, tetapi artinya bebeda seperti
paper-pepper

5. Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus
memastikan bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum dalam
kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya merupakan pendukung kalimat topik.
Bila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau
memasukkan kalimat “nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.

6. Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong- potong,
kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat ambigu, dan
sebagianya.

7. Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah, penghujatan,


dan lain-lain. Bila kita ragu-ragu dalam apa yang kita tulis, konsultasikanlah dengan
pihak-pihak yang berkompeten.

8. Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat dipercaya.
9. Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada pihak yang
berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.

10. Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel penggunaan
tanda baca, internet, dan berbagai sarana lain yang dapat membantu kita dalam
melakukan penyuntingan.

11. Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai
dengan topik buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.

Aspek-aspek yang harus disunting di dalam naskah makalah seperti berikut ini :

1. Penyuntingan Isi/Materi/Gagasan Ketika dalam proses penulisan naskah ada


kemungkinan terdapat ide yang tercecer, ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian
yang tidak relevan. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi
naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out
-nya. Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain.
Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran
yang sambung-menyambung. Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas,
ketepatan, dan kebenaran pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam
naskah. Sebab kesalahan data bisa berakibat fatal. Isi/materi/gagasan yang terdapat
dalam bentuk makalah diibaratkan sebagai gizi sebuah makalah. Ketebalan atau tipisnya
halaman makalah terletak pada banyak atau sedikitnya materi makalah yang
dituliskannya. Makalah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai
agar makalah itu secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan makalah
berkaitan dengan jumlah halaman yang menggambarkan isi/materi/gagasan. Makalah
yang jumlah halamanya kurang tidak memberikan daya tarik, terutama untuk
penyimpanan dan pendokumentasian. Penyuntingan terhadap isi makalah dapat
dilakukan dengan cara pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan
dengan topik dan tema kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/gagasan bila
memang dianggap tidak relevan dengan topik kajiannya. Kemudian menggantinya
dengan suatu topik yang sedang dibahas. Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih
aktual dan

akurat, seorang penulis dapat saja menambahkan isi/materi/gagasan itu untuk


melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap perlu.
Proses penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data, informasi yang
faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis dan
pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman makalah secara
langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah makalah yang akan diterbitkan. Namun
begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya untuk mempertebal
jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya. Setelah
penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan sistematika
penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terpikirkan sistematika
penulisan. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara penulisan
pendahuluan, latar belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis
tulisannya. ScribdDipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota Coba Scribd GRATIS selama
30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gangguan! Mulai
Coba Gratis Batalkan Kapan Saja.

2. Penyuntingan Paragraf Penyuntingan terhadap isi/materi/gagasan akan berpengaruh


pada kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar
paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau
tipisnya dapat mempengaruhi nilai estetika makalah. Dengan demikian penyuntingan
berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus
diseimbangkan dengan paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua
ketebalan paragaf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah makalah dengan
kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf dan ketebalan setiap paragraf sebanyak 7-10
baris. Kalau isi/materi/gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah makalah maka paragaf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah makalah
sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi
standar estetika makalah ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf
yang terlalu tebal dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks.
Seorang penulis mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya
memahaminya dari pembaca menjadikan makalah yang diterbitkan mubadzir.
Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan yang
disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai diungkapkan dengan
kata-kata dan kalimat terbatas.

3. Penyuntingan Ragangan atau Outline Ragangan atau outline dalam sebuah makalah
diibaratkan sebagai tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung
gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan
subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik
pembahasan yang akan ditulis. Ragangan dalam penulisan makalah yang telah
ditetapkan sejak awal bukanlah harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai
dengan isi/materi/gagasan dalam makalah masih bisa dibongkar pasang untuk
menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau makalah yang sudah di atur
sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir
penulisan. Menyunting ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau
menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah
ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam
isi/materi/gagasan dalam makalah. Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti
ragangan daripada harus menulis ulang tema kajiannya. Penyuntingan ragangan yang
terbaik adalah saat penyelesaian penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada
daftar isi.

4. Penyuntingan Kebahasaan Makalah tidak bisa ditulis sembarangan, melainkan harus


menggunakan bahasa yang formal. Penyuntingan terhadap bahasa perlu dilakukan
sebelum makalah itu diterbitkan meliputi penggunaan EYD. Bahasa adalah lambang
budaya bangsa, sehingga harus ditulis menggunakan bahasa yanga baik dan benar.
Kebahasaan dalam sebuah makalah disamakan dengan sebuh kulit sebagai pembungkus
daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa makalah
harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi
dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penyuntingan
terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau makalah itu akan diterbitkan. Penyuntingan
berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan, dan tanda baca. Hal
ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD. Penyuntingan kebahasaan mempunyai
banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah makalah. Hal ini sangat diperlukan
dalam memberikan bobot atas makalah. Selain itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis
dalam menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk penulisan makalah tidak
perlu menggunkan bahasa seindah puisi atau sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan di
sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi lain dari
ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap sebuah
makalah yang tersusun dari kata, kalimat dan paragaf. Perangkat kebahasaan
dipersiapkan untuk mempermudah penulisan makalah

agar lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka,
lambang, ejaan, dan tanda baca.

Dalam makalah dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan menyangkut beberapa aspek,
diantaranya yaitu :

a. Revisi Judul Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka
kita harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih
menggigit dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang menggigit,
diperlukan kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna. Sering terjadi judul
makalah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang, terlalu singkat, datar,
tidak menarik, dan tidak membumi.
b. Revisi Intro Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele,
berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan
adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam
makalah, intro adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro makalah
yang baik cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat, yaitu
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.

c. Revisi Komposisi Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Makalah yang
baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali ke luar dari hukum tersebut, kepala
dibuat kaki dan sebaliknya, maka makalah yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk
itu, perlu diperiksa apakah komposisi makalah yang dibuat sudah baik.

d. Revisi Akurasi dan Relevansi Data Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan,
pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini
semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yang telah
dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.

e. Revisi Ejaan dan Istilah Teknis Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah
teknis yang hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat
terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kita dapati penjelasan sebagai berikut: Ejaan
yaitu cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf, misal : kata “huruf” dahulu
adalah “hoeroef”. (Poerwadarminta; 1976:266)

Dalam Ensiklopedi Indonesia (jilid 2) dapat kita baca penjelasan sebagai berikut: Ejaan
yaitu cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. (Shadily; 1980:888).

Dari kedua sumber tersebut dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut: Ejaan yaitu cara
atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa diantaranya :

1). Penulisan Huruf Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digunakan
ejaan bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan. Ejaan tersebut misalnya: Penulisan huruf besar atau huruf kapital
Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf
biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat,
huruf pertama nama diri, dan sebagainya. Huruf Kapital dipakai sebagai: 1. Huruf
pertama kata pada awal kalimat. Berikut ini contoh penggunaan huruf kapital yang
tepat. Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun
Ngompro dan Pilang. 1 2 3 Keterangan: 1 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf
pertama kata pada awal kalimat. 2 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. 3 =
huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama nama geografi.

2). Tanda Baca Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem
(suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Penulisan tanda baca, misalnya pada penulisan: 1) tanda titik (.) 4)
tanda garis hubung satu (-) 2) tanda koma (,) 5) tanda kurung (( ... )) 3) tanda petik (" ...
") Berikut ini contoh penggunaan tanda baca dalam sebuah paragraf. Selain itu, masih
ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat
tulis. "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah ada bantuan alat
sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun Ngompro, kepada
Kundari Pri Susanti dari Radar Madiun (grup Jawa Pos). Bantuan susu akan diserahkan
kepada ibu-ibu yang mempunyai balita. Keterangan: Tanda titik (.) dipakai pada akhir
kalimat. Tanda koma (,) pada tulisan Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari
seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Tanda koma tersebut dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Selain itu tanda koma juga berfungsi untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Contoh: "Alhamdulillah, Kami senang karena selama ini
belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran. Tanda
petik ( " ..." ) pada tulisan "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah
ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun
Ngompro.

Tanda petik tersebut berguna mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan. Tanda pisah (-) pada penulisan ibu-ibu berguna menyambung unsurunsur
kata ulang. Tanda kurung (( ... )) pada tulisan Radar Madiun (grup Jawa Pos) berguna
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

3). Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata misalnya pemilihan kata-kata baku. Dalam bahasa
Indonesia dikenal adanya ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku (ragam dialek
dan percakapan sehari-hari). Ragam bahasa nonbaku artinya penggunaan kata-kata
tidak baku dalam kalimat. Kata yang bergaris bawah berikut ini merupakan contoh
penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah paragraf. Sumbangan pembaca Jawa
Pos terus mengalir. Senin siang kemarin, Direktur SDM PT Tjiwi Kimia Drs. Sunoto M.B.
bersama Ketua SPSI Toto Suprianto dan temen-temennya datang menyumbang Rp150
juta untuk korban bencana banjir ke Jawa Pos. "Ini hasil yang dikumpulkan dari temen-
temen karyawan Tjiwi Kimia," tutur Toto Supriyanto kepada M. Nasaruddin Ismail di
kantor Jawa Pos. Keterangan: Kata temen-temen dalam paragraf di atas adalah contoh
kata yang tidak baku. Kata baku dari temen-temen adalah teman-teman.
4). Penggunaan Kalimat yang Efektif Kalimat yang bagaimanakah yang disebut kalimat
efektif? Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakaiannya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Ada pun yang
dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai kaidah sebagai
berikut.

5). Penyusunan Paragraf Paragraf atau alinea adalah seperangkat kalimat yang
membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Topik ditungkan
kedalam satu kalimat yang disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama, sedangkan
kalimat yang menjelaskan kalimat topik disebut kalimat penjelas.

Syarat-syarat Pembentukan Paragraf :

a. Kepaduan Paragraf Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam
paragraf tersebut padu (kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga
padu (koheren). Berikut ini contoh paragraf yang kohesif dan kata-kata yang bercetak
tebal merupakan penanda kohesinya. Contoh: Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di
tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah dan rumah
yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir yang pernah
menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu sampai
Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto, Kepala
Desa Ngompro.

kaum ibu rumah tangga kehilangan alat memasak mereka. Warga Ngompro
kebanyakan memang memasak menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan
bakar kayu. Saat banjir, tungku mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah
dan tak bisa dipakai lagi. Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu
dijadikan tungku. Keterangan: Penanda kohesi: sementara itu.. Kohesif artinya
keterpaduan antarkalimat dalam satu paragraf, sedangkan koheren artinya keterpaduan
antarparagraf dalam satu wacana.

b. Kesatuan Paragraf Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang
membicarakan salah satu aspek dari tema seluruh bacaan. Kalimat-kalimat dalam
sebuah paragraf harus berhubungan satu sama lain, sehingga merupakan kesatuan
untuk menyampaikan suatu maksud, untuk mengulas sesuatu hal yang menjadi
pembicaran dalam paragraf itu. Jadi, dalam sebuah paragraf harus ada ide pokok yang
mempersatukan semua kalimat dalam paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat
ditampilkan di awal, di tengah, atau di akhir paragraf. Contoh: Selepas kebanjiran, warga
yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah
dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir
yang pernah menerjang dusun mereka. "Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu
sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras," kata Joko Purwanto,
Kepala Desa Ngompro. Kalimat yang dicetak tebal pada paragraf di atas merupakan ide
pokok dari paragraf tersebut.

c. Revisi Gramatikal Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi


secara lisan. Bahasa lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih
menekankan pada struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa makalah juga harus
menggunakan bahasa penelitian yang menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas,
jelas, sederhana, dan mudah dimengerti. Bentuk gramatikal merupakan pembentukan
suatu makna dengan menambahkan afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan
konversi.setiap makna gramatikal dari suatu proses gramatikal akan menampakkan
makna/bentuk dasarnya, seperti dilihat pada berdasi makna gramatikalnya memakai
dasi; berdiskusi makna gramatikalnya adaalah melakukan diskusi. Contoh: Kami semua
menghadiri rapat di balai desa. Kata kami telah menunjukkan jamak (berarti jamak),
sehingga tidak perlu ditambah kata semua. Jadi kalimat yang efektif adalah: Hilangkan
pesan penilaian pengguna

Tingkatkan Pengalaman Anda Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen
terkait yang lebih baik kepada semua pembaca kami! 0% menganggap dokumen ini
bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaatBermanfaat 0% menganggap
dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaatTidak
bermanfaat Kami menghadiri rapat di balai desa. Tiidak Menggunakan Kata secara
Berlebihan dan Bertumpang Tindih Contoh: - Pada saat banjir yang telah lalu, mereka
juga menerima bantuan sembako. Penggunaan kata pada saat dan telah lalu pada
kalimat di atas terlalu berlebihan karena kedua kata tersebut artinya sama. Jadi
seharusnya digunakan salah satu saja agar efektif, misal: - Saat banjir yang lalu, mereka
juga menerima bantuan sembako. c. Tidak Menggunakan Kata Depan yang Berlebihan
Contoh: - Selain daripada itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel
seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Kata depan daripada tidak perlu dipakai
karena dengan penggunaannya itu subjek kalimat menjadi tidak jelas. Jadi penulisannya
menjadi: - Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD
serta paket buku dan alat tulis.

d. Revisi Bobot dan Substansi Materi Tulisan Menulis tidak hanya sekedar untuk
memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau memengaruhi, dan menghibur
pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis.
Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal
seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim makalah.

e. Asumsi Dampak yang Diharapakan Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori,


komunikator yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik.
Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya
dalam koridor normatif yang ada, realitas makalah adalah rasional, bukan realitas virtual
atau fiksional.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penyuntingan adalah proses
memperbaiki naskah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa
yang telah ditulis sebelum dipublikasikan. Penyempurnaan tulisan agar siap
dipublikasikan perlu dibaca dan ditata ulang oleh penulisnya atau orang lain yang
dianggap berkemampuan atau disebut sebagai penyunting. Ada empat aspek yang
disunting di dalam naskah makalah, yakni :

1. Penyuntingan isi/materi/gagasan

2. Penyuntingan paragraf

3. Penyuntingan ragangan/outline

4.Penyuntingan kebahasaan
B. Saran

Pada penulisan ini diharapkan penulis membutuhkan saran agar ke depannya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca umum atau pembawa awam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2011. Kamus Pintar EYD Terlengkap Bahasa Indonesia . Surabaya: Penerbit Indah Surabaya.
Chaer, Abdul. 2008.

Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2013.

Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 2001.

Komposisi. Semarang: Penerbit Nusa Indah. Tarigan, Henry Guntur. 1984.

Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Widyamartaya, Al. 2000.

Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Gramedia. Yulianto, Bambang. 2008.

Aspek Kebahasaan dan Pembelajarannya Surabaya: Unesa University Press.

http://www.trigonalmedia.com/2015/08/ syarat-syarat-penyusunan-paragraf.html diunggah pada


tnggal 17-3-2017 pukul 09:57
https://eviers13.wordpress.com/2015/06/07/penyusunan-paragraf/ diunggah pada tanggal 18-3-2017
pukul 08:45

Anda mungkin juga menyukai