Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENULISAN KARANGAN ILMIAH


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Didin Sahidin, M, Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 3
Ami Mi’raj Zakiyah (22843078)
Eliya (22842020)
Najmah Shabibah (22842087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDKAN ILMU SOSIAL, BAHASA DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nanti
kan syafaatnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “PENULISAN
KARANGAN ILMIAH”.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk kedepannya nanti dan kami
memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Garut. Oktober 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karangan dan Karangan Ilmiah


B. Ciri-ciri Karangan Ilmiah
C. Sistematika Karangan Ilmiah
D. Metode Penulisan Karangan Ilmiah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pekerjaan tulis menulis atau membuat suatu karya atau karangan
ilmiah di lingkungan perguruan tinggi merupakan suatu hal yang biasa dan
lazim, bahkan merupakan suatu kewajiban bagi para dosen yang akan
mengajukan kenaikkan jabatan akademik atau memperoleh tunjangan
profesi, atau mahasiswa yang akan menyelesaikan studi. Kewajiban ini
tertuang dalam regulasi, seperti Undang-undang Nomor 14 Tahun 2015
tentang Guru dan Dosen, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 20 Tahun 2017 tentang Tunjangan Profesi Dosen.
Aktivitas tulis menulis ilmiah harus diawali dengan melakukan
penelitian sebagai prasyarat mutlak. Karakteristik ini yang membedakan
dengan karya non ilmiah atau sastra. Penelitian yang telah menghabiskan
biaya, tenaga, pikiran dan waktu yang panjang akan kurang berarti jika
dihidangkan dalam karya tulis yang kurang memenuhi syarat akademis
atau minor etika ilmiah. Menulis suatu karya ilmiah dituntut persyaratan-
persyaratan tertentu yang berlaku konvensional. Oleh karena itu, calon
penulis atau pun penulis wajib mengetahui, memahami dan mengikuti
secara konsisten aturan, tata cara penulisan atau pedoman penulisan dari
suatu institusi atau sponsor.
Untuk menjadi produsen karya-karya ilmiah, di samping harus giat
mengadakan penelitian-penelitian, penulis harus menguasai atau
mempunyai pula pengetahuan dan keterampilan dalam aktivitas tulis
menulis ilmiah, sehingga hasil penelitian yang telah diperoleh dengan
susah payah dan penuh pengorbanan dapat dikomunikasikan, serta orang
lain atau pihak-pihak yang membaca atau berkepentingan dengan hasil
penelitian itu bisa paham, tertarik untuk menggunakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu karangan ilmiah?
2. Apa saja ciri-ciri dari karangan ilmiah?
3. Bagaimana sistematika karangan ilmiah?
4. Bagaimana metode penulisan karangan ilmiah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian karangan ilmiah
2. Mengetahui ciri-ciri karangan ilmiah
3. Memahami sistematika karangan ilmiah
4. Memahanmi metode penulisan karangan ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karangan dan Karangan Ilmiah


Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami
terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut
mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti
“menyusun” atau “merangkai”. Adapun pengertian karangan menurut
hemat penulis adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan
teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal
pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari
alinea. Pada hakikatnya karangan adalah penjabaran suatu pikiran secara
resmi dan teratur tentang suatu topik dengan mengindahkan prinsip
komposisi dan konvensi pernaskahan. Karangan yang paling sederhana
dapat berupa satu alinea.
Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu dan secara ilmu
pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Ilmiah
diartikan sebagai hal yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan.
Suatu karangan akan disebut ilmiah apabila karangan atau tulisan
itu merupakan laporan dan analisis dari suatu hasil penelitian, walau
bagaimanapun sederhananya. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Karya tulis ilmiah adalah karangan yang
mengetengahkan hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang
tertentu yang disusun menurut metode tertentu secara sistematik.
Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan
khusus yang Menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Dalam
karangan ilmiah digunakan kosakata yang khusus berlaku Di bidang ilmu
tertentu. Dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis
Tersebut terkadang dihindari. Sebagai gantinya digunakan kata atau istilah
yang umum. Jika kita perhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan
ilmiah menanti kaidah Konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat
dan sistematis, sedangkan karangan Ilmiah populer agak longgar,
meskipun tetap sistematis

B. Ciri-ciri Karangan Ilmiah


Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat bahwa bahasa dalam
karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata kalimat,
dan ejaan mengikuti bahasa yang telah dibakukan (di standardisasi).
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh seorang pakar penulisan
ilmiah Jujun S. Suriasumantri sebagai berikut.
“Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah
kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek
dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang
tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika bepikir, tata
bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat
pula. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah
yang baik adalah mempergunakan tata bahasa yang benar (Pedoman
Penulisan Ilmiah oleh Jujun S. Suriasumantri 1986:59).”
Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa
adalah medium terpenting di dalam karangan. Apabila bahasa yang
dipakai kurang cermat, karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi
juga mudah menimbulkan salah pengertian. “Bahasa karangan yang kacau
menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya,” tambahnya.
Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan non ilmiah,
yaitu harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif) adalah tersusun
secara sistematis (sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik);
berlaku umum/bersifat universal, dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah
(Darmodjo, 1986:12 dan Jassin, 1994:10).
1. Faktual Objektif
Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang
diteliti. Kesesuaian itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau
empiri. Objektif juga mengandung pengertian adanya sikap jujur dan
tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu,
bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .
2. Sistematik
Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem.
Bagian-bagiannya tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu
dengan bagian yang lain harus saling berkaitan, saling menjelaskan,
dan saling melengkapi sehingga secara keseluruhan karangan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
3. Metodik
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan
langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis,
dan penarikan kesimpulan.
4. Berlaku Umum
Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi
tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh
beberapa orang saja.

C. Sistematika Karangan Ilmiah


Pola umum suatu karangan ilmiah terdiri atas tiga bagian, bagian
awal, inti dan akhir. Perincian dari pola umum inilah yang banyak
mengalami apresiasi atau variasi, yang bisa dipengaruhi oleh jenis
karangan ilmiah dan gaya serta selera penulis. Hadi (2001:4), menyatakan
bahwa tiap-tiap laporan riset dan karya-karya ilmiah lainnya, terdiri atas
tiga bagian besar yaitu:
1. Bagian pendahuluan atau bagian awal (preliminary section) yang
memuat bahan-bahan preliminer;
2. Bagian pokok atau tengah (contents, body atau text), yang memuat teks
pokok dari laporan atau karya;
3. Bagian akhir (reference section), yang memuat bahan-bahan referensi.
Ketiga bagian itu dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian yang lebih
kecil, sebagai berikut.
1. Pendahuluan (Awal)
Bagian awal atau pendahuluan suatu karangan ilmiah atau
sejenisnya memuat bahan-bahan preliminer. Bagian ini sama sekali
belum memberikan pembahasan dalam bentuk apapun terhadap
persoalan yang dikemukakan, melainkan baru memberikan petunjuk
awal kepada pembaca. Bagian ini semacam menyediakan peta bagi
seorang pelancong yang baru pertama kali mengunjungi suatu
daerah. Bagian ini biasanya memuat hal-hal sebagai berikut.
a. Judul karangan
Judul karangan ilmiah hendaknya dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang materi dan ancangan atau ruang
lingkup masalah yang akan dibahas. Selain itu, judul harus
menarik perhatian pembaca dan menggelitik rasa ingin tahu
akan keseluruhan isi karya tersebut. Pada umumnya judul baru
dipikirkan penulis setelah karya yang dibuat selesai. Tentu saja
ada penulis yang berangkat dari judul yang kemudian
dikembangkan menjadi karya yang utuh.
Jika yang dibuat skripsi atau sejenisnya, maka judul
karangan atau sampul harus dibuat sama dengan halaman judul
yang biasanya sekali dicetak. Judul karangan harus ditulis
dengan huruf besar dan tidak boleh menggunakan singkatan.
Semua harus ditulis lengkap, sekalipun judul karangan menjadi
lebih panjang. Pada sampul atau halaman judul diisi pula logo
lembaga, sementara pada halaman pengajuan skripsi tidak diisi
logo institusi. Halaman judul ini dianggap sebagai nomor
romawi kecil (i), walaupun nomor halaman itu tidak tertulis.
b. Kata pengantar/Prakata
Kata pengantar atau prakata biasanya singkat saja.
Cukup satu halaman yang diberi nomor romawi kecil. Pada
kata pengantar biasanya dikemukakan rasa syukur, karena telah
berhasil menyusun laporan penelitian atau karangan ilmiah
lainnya. Kata maaf atau “excuse” disampaikan atas perilaku
penulis selama melakukan proses penyusuan karangan ilmiah.
Ungkapan rasa terima kasih diungkapkan kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama
penyusunan karangan ilmiah, serta harapan dan kegunaan suatu
karangan ilmiah baik bagi pengembangan ilmu maupun
kehidupan/tugas-tugas praktis.
c. Daftar Isi
Daftar isi menggambarkan organisasi karangan, yang
dibagi menjadi bab-bab, sub bab dan anak-anak sub bab. Daftar
isi memuat seluruh bagian karangan mulai dari halaman
pertama sampai akhir, yang diberi nomor kecil. Dalam
hubungannya dengan penomoran, pembagian sub-sub bab
supaya dibatasi sampai empat angka. Daftar isi berisikan garis
besar kerangka tulisan karangan ilmiah, yang memberi
petunjuk secara garis besar mengenai seluruh isi yang terdapat
dalam skripsi. Daftar isi juga memberi gambaran yang pasti
tentang urutan cara berpikir penulis dalam memecahkan
masalah.
d. Daftar Tabel
Bilamana laporan penelitian atau karangan ilmiah
mencantumkan atau memakai tabel-tebel maka perlu dibuat
daftar tabel. Isi daftar tabel harus sesuai dengan judul tabel
yang terdapat dalam isi karangan yang didaftar secara urut
dengan nomor yang berurutan atau berkesinambungan. Daftar
tabel diberi nomor romawi kecil.
e. Daftar Gambar
Sebagaimana daftar tabel, daftar gambar juga dibuatkan
daftar sendiri yang memuat nomor gambar secara
berkesinambungan. Daftar gambar diberi nomor romawi kecil.
Gambar dapat berupa foto, bagan, grafik, diagram dan peta atau
ilustrasi lainnya. Gambar tidak boleh dipenggal. Nama gambar
atau foto yang dicantumkan dalam teks, harus diberi
keterangan di bawah gambar tersebut, antara lain tentang apa,
dimana dan kapan kejadian atau aktivitas dalam gambar itu
dilaksanakan. Judulnya diletakkan simetris di bawah gambar
tanpa diakhiri dengan titik, berjarak satu spasi. Gambar yang
dikutip dari sumber lain harus dicantumkan sumbernya.
f. Abstrak
Abstrak merupakan hasil perasan atau intisari yang
bulat dari seluruh karangan, yang biasanya disusun antara 300-
500 kata (satu halaman kuarto dengan ketikan satu spasi).
Untuk jenis karangan ilmiah lainnya biasanya lebih pendek.
Bahkan ada yang hanya 10 kata, tergantung pada kebutuhan
penerbitan abstrak itu. Memang abstrak itu bermaksud
memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya. Uraiannya
bersifatprosais, tanpa menggunakan sistematika bab, sub bab
dan seterusnya. Jadi uraian abstrak harus singkat dan
membulat, meliputi latar belakang masalah, masalah yang
diteliti, tujuan, metode, hasil- hasil yang diperoleh, simpulan
dan saran. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan diberi
nomor romawi kecil. Abstrak ditulis pula dalam bahasa Inggris
(sesuai kebutuhan) atau pedoman.
2. Bagian Inti
Bagian inti memuat isi karangan yang dibagi atas beberapa
bab, yang banyaknya tergantung luas sempitnya masalah yang
dibahas dan pandangan penulis dalam mengatur sistematika
penulisannya. Bagian ini dimulai dengan Bab Pendahuluan dan
diakhiri dengan Bab Penutup, misalnya sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab II Landasan teori
Bab III Metode penelitian
Bab IV Penyajian data dan pembahasan
Bab V Penutup
a. Pendahuluan
1) Latar belakang masalah, yang mengungkap latar belakang
timbulnya masalah yang akan dibahas
2) Rumusan masalah atau identifikasi masalah
3) Ruang lingkup masalah
4) Tujuan penelitian
5) Manfaat penelitian
6) Asumsi
7) Hipotesis
8) Tinjauan pustaka (minimal tiga jurnal/hasil penelitian yang
relevan). Tinjauan dilakukan dangan membandingkan hasil
penelitian yang telah ada dengan penelitian yang akan
dilakukan, baik dilihat dari kesamaan maupun kebedaan
penelitian tersebut.
Pembagian bab kedalam sub bab dan bagian yang lebih
kecil lagi, memerlukan sistematika penomoran yang akurat. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca membedakan
nomor yang satu dengan nomor yang lain, serta untuk
menunjukkan keturunan pembahasan dalam organisasi karangan
yang baik. Ada tiga model sistematika penomoran yang biasanya
digunakan, yaitu:
1) Kode dengan angka tunggal
Misalnya :
Bab I
1.
2.
1).
2).
dan seterusnya.
2) Kode dengan angka ganda
Misalnya:
Bab I
1.
2.
2.1
2.2
dan seterusnya (maksimal lima digit).

3) Kode dengan angka dan huruf


Misalnya :
Bab I
A.
B.
1.
2.
1).
2).
a.
b.
a)
b)
dan seterusnya.
b. Bab Landasan Teori
Setiap penelitian memerlukan landasan teori yang
kokoh yang sangat tergantung pada jenis penelitian yang
dilakukan. Hal ini akan menggambarkan kedudukan peneliti
dari mana peneliti bertolak dan mendekati masalah penelitian,
serta bagaimana peneliti memberikan interpretasi terhadap hasil
analis data. Tanpa landasan teori, mungkin peneliti hanya
mampu menyuguhkan data kering atau bahkan mungkin
pengumpulan dan pengolahan data tidak sesuai dengan
kebutuhan peneliti.
Bahan-bahan teori dapat diangkat dari berbagai sumber
seperti jurnal penelitian, skripsi, tesis, disertasi, laporan
penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi
ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-
lembaga lain.
c. Bab Metode Penelitian
Bab ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan
populasi, sampling, variabel penelitian dan definisi operasional,
rancangan penelitian, metode pengumpulan data dan instrumen
penelitian serta metode analisis data. Populasi perlu ditentukan
secara jelas dan akurat, begitu pula dalam penentuan sampel
yang digunakan. Penentuan sampel perlu diperhatikan
homogenitas populasi serta teknis dan rumus yang
digunakannya.
d. Bab Penyajian Hasil Penelitian
Pada bagian ini data mentah yang telah terkumpul
disajikan dalam bentuk tabel, dicari kecenderungan
pemusatannya dan variasinya. Hasil-hasil itu kemudian
ditafsirkan sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah. Dengan
demikian pada bab penyajian hasil penelitian ini, disajikan
hasil-hasil penelitian yang tersusun secara sistematis, mulai
dari menginterprestasikan atau menganalisis dan membaca data
yang ditemukan, menjawab permasalahan atau menguji
hipotesis hingga ditemukan simpulan-simpulan.
e. Bab Penutup
Bab ini biasanya dibagi menjadi dua sub bab, yaitu
simpulan dan saran-saran. Bila perlu menjadi tiga bab, yaitu
simpulan, implikasi, dan saran.
Uraian bagian simpulan harus menunjuk pada tujuan
penelitian dan rumusan masalah. Oleh karena itu setiap
rumusan masalah dihubungkan dengan hasil analisa data yang
bersangkutan, sehingga bisa ditarik suatu simpulan. Dengan
demikian akan tidak menyimpang dari rumusan masalah, dan
dalam menarik simpulan selalu didukung oleh bukti yang
memadai. Kalau dipandang perlu, bagian simpulan dibagi
menjadi simpulan umum dan simpulan khusus. Simpulan
khusus langsung dikaitkan dengan rumusan masalah,
sedangkan simpulan umum merupakan generalisasi dari
seluruh hasil penelitian dalam kaitannya dengan latar belakang
masalah yang lebih luas serta disertai dengan bukti-bukti.
Simpulan-simpulan yang diperoleh bisa menimbulkan
implikasi- implikasi tertentu, baik teoretis maupun praktis atau
baik bagi kepentingan ilmu, kepentingan profesi, ataupun bagi
kepentingan pembangunan pada umumnya. Hal ini dapat
diuraikan pada bagian implikasi dan saran-saran. Dalam saran
berisi gagasan-gagasan atau pemikiran atas dasar hasil
penelitian, saran untuk memperbaiki atau meningkatkan makna
suatu variabel dari berbagai sudut yang berkepentingan dengan
variabel tersebut. Implikasi praktis dimaksudkan adanya
penunjukkan kebijakan-kebijakan mana yang perlu diambil
untuk memecahkan masalah yang telah diteliti atau modifikasi
pemecahan masalah, dalam bentuk beberapa alternatif.
3. Bagian Akhir
Bagian ini adalah bagian akhir dari suatu karangan
ilmiah,yang mencantumkan atau memuat tentang pustaka atau buku
acuan yang dipakai secara langsung, lampiran-lampiran serta
apendik. Singkatnya bagian akhir ini berisikan daftar pustaka atau
bibliografi (misalnya institusi menentukan jumlah judul buku dan
varian sumber pustaka yang digunakan serta tahun terbitnya), serta
lampiran-lampiran.
a. Daftar pustaka/kepustakaan/Bibliografi.
“DAFTAR PUSTAKA” sebagai tajuk diketik dengan
huruf kapital semua, diketik tebal, diletakkan di tengah
sehingga jarak jari margin kiri dan margin kanan seimbang.
Tajuk ini tidak diberi garis bawah. Semua sumber kepustakaan
yang dipergunakan secara langsung disebutkan atau dirujuk
dalam daftar pustaka, artinya semua bahan pustaka yang
disebutkan dalam batang tubuh skripsi harus dicantumkan
dalam daftar pustaka. Bilamana sumber kepustakaan yang
digunakan relatif banyak, maka diadakan klasifikasi, seperti
buku teks, majalah, jurnal penelitian dan bulletin, laporan
penelitian, makalah, internet dan lain-lain. Cara penulisan
daftar pustaka bergantung pada jenis sumber, misalnya sumber
berupa buku akan berbeda penulisannya dengan majalah, atau
surat kabar.
Daftar pustaka disusun menurut abjad nama-nama
pengarang atau lembaga yang menerbitkan. Jika nama
pengarang atau nama lembaga yang menerbitkan tidak ada,
penyusunan daftar pustaka didasarkan pada kata pertama judul
(Sudjiman,1996 : 23).
Daftar pustaka tidak diberikan nomor urut. Semua
sumber acuan yang disebutkan dalam catatan pustaka harus
dicantumkan dalam daftar pustaka Catatan kuliah tidak
dibenarkan sebagai sumber acuan, kecuali diktat yang
diterbitkan secara resmi.
b. Lampiran-lampiran
Lampiran atau apendik adalah bagian suatu karya
ilmiah yang merupakan keterangan atau informasi tambahan
yang dianggap perlu untuk menunjang kelengkapan karya
ilmiah. Menurut Djarwanto (1984: 79) lampiran diperlukan bila
ada bahan-bahan bersifat suplementer (melengkapi) atau
eksplanatoris (menjelaskan) yang tidak perlu dimasukkan
dalam teks. Keterangan yang dapat dilampirkan tergantung
pada jenis, sifat dan tujuan karya ilmiah itu.
Daftar pustaka dan lampiran-lampiran diberi nomor urut
dengan menggunakan angka Arab atau angka latin sesuai
dengan penempatannya dalam tubuh karangan, yang
merupakan kelanjutan penomoran dari bab pendahuluan sampai
halaman terakhir daftar pustaka, lampiran/apendik dan indeks
(jika ada) diberikan nomor halaman ( Sudjiman, 1996 : 12 ).
D. Metode Penulisan Karangan Ilmiah
1. Prosedur Mengarang
Kegiatan menulis karangan ilmiah harus mengikuti prosedur :
a. memilih/menetapkan topik
b. mengidentifikasikan masalah
c. merumuskan tema/tujuan/tesis/hipotesis
d. menyusun kerangka (outline)
e. mengumpulkan data dan bahan rujukan (referensi)
f. melakukan penulisan awal (drafting)
g. melakukan penyuntingan (editing)
h. melakukan penulisan final.
Dalam makalah ini tidak semua langkah-langkah itu dibahas. Garis
besar bagian terpenting akan diuraikan berikut ini.
a. Topik dan Judul Karangan
Topik adalah pokok pembicaraan tentang suatu hal
yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan
merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan
ditulis? Atau hendak menulis tentang apa? Ciri khas topik
terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum
terurai. Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga
terlalu luas untuk dijadikan judul karangan, topik perlu
dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya sesuai dengan
keinginan penulis.
Adapun judul karangan adalah perincian atau
penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul
lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan atau
variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan
judul, tetapi judul karangan tidaklah harus sama dengan topik.
Jika topik sekaligus dijadikan judul, tentu saja karangannya
akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti sangat
luas.
b. Tema dan Tesis
Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan
terutama yang akan dituangkan oleh penulis dalam
karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan
mendorong seseorang menuliskan karangannya. Penetapan
tema sebelum mulai mengarang sangat penting sebagai
pedoman untuk menulis karangan secara teratur dan jelas
sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang
ditetapkan oleh penulis sejak semula.
Tesis adalah pernyataan singkat tentang maksud dan
tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut pengungkapan
maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu diungkapkan dalam
suatu kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis
sering disebut dengan istilah hipotesis, yaitu pernyataan yang
masih rendah. Oleh karena itu perlu dibuktikan kebenarannya.
Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab
di dalamnya terdapat pokok pemikiran. Berbeda dengan tesis,
menjabarkan tema sering kali tidak cukup dengan satu kalimat.
Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah
tema harus bersama-sama mengungkapkan satu ide atau satu
gagasan (ide karangan).
c. Rumusan Masalah
Suatu hal yang menjadi “masalah” dalam penulisan
karangan ilmiah adaIah mencari masalah yang dapat dijadikan
rumusan masalah. Para pakar umumnya sepakat bahwa yang
dimaksud dengan masalah adalah kesenjangan antara
bagaimana seharusnya (das solen) dan bagaimana senyatanya
(das sain). Dengan perkataan lain, masalah adalah dampak
yang timbul akibat ketidaksesuaian antara teori dan praktik.
Masalah timbul karena adanya kesangsian terhadap
suatu fenomena, adanya gap antar kegiatan dan antar fenomena
yang telah ada ataupun yang akan ada. M. Nazir mengatakan,
sumber untuk memperoleh masalah salah satu sumber itu
adalah pengalaman atau catatan pribadi (lihat M. Nazir.
1985:140).
Kegunaan rumusan masalah dalam karangan ilmiah
adalah sebagai titik sentral pembahasan. Teori dan data yang
diangkat ke dalam karangan ilmiah harus relevan dengan
rumusan masalah. HaI itu sekaligus berarti analisis juga harus
terfokus pada rumusan masalah. Akhirnya, kesimpulan harus
pula merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang
memang harus dibuat dalam bentuk pertanyaan.
d. Kerangka (Outline) Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang
pembagian dan penyusunan gagasan dalam karangan. Fungsi
utamanya untuk menunjukan hubungan di antara gagasan yang
ada. Rencana kerja dalam kerangka itu dapat mengalami
perubahan terus menerus untuk mencapai suatu bentuk yang
lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-
catatan sederhana, namun dapat juga mendetail dan digarap
dengan sangat cermat.
Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu
dilakukan, yaitu memilih topik, mengumpulkan informasi,
mengatur gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.
Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai
kerangka. Jadi, di dalam kerangka terdapat strategi penempatan
ide dan gagasan.
Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana
daftar isi memang merupakan salah satu isi outline yang
disebut dengan istilah sistematika/ pembabakan skripsi. Outline
adalah rencana penulisan karangan secara keseluruhan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan.
Pengertian outline hendaknya disejajarkan dengan
proposal karena sebenarnya outline tidak lain adalah proposal
penulisan laporan penelitian. Kalau rumusan ini disepakati,
barulah dapat
Diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline analog
dengan isi proposal yang umumnya meliputi dasar pemikiran/
latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, waktu dan
tempat kegiatan, dst.
Perbedaan yang prinsipal antara outline dan proposal
adalah terdapatnya komponen biaya dan kepanitiaan dalam
proposal. Kedua komponen tersebut tidak ada dalam outline.
Komponen lainnya boleh dikatakan hampir sama. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika ada perguruan tinggi yang
menamakan outline sebagai Rancangan Usul Penulisan Skripsi
(RUPS). Menurut konsep ini , RUPS (Ronda dan Muntaha,
1985 :64) sekurang-kurangnya memuat:
1) Judul
2) Latar belakang permasalahan
3) Masalah pokok skripsi
4) Kerangka teori
5) Hipotesis
6) Tujuan penelitian
7) Metode penelitian
8) Sistematika/pembabakan skripsi
9) Daftar pustaka
10) Rencana jadwal penyelesaian skripsi
Rumusan Ronda dan Muntaha tersebut di atas rasanya
logis atau masuk akal. Dari segi penamaan mungkin terdapat
perbedaan selera, namun dari segi isi atau komponen ideal yang
harus terdapat dalam outline dirasakan sangat tepat. Outline
yang baik berisi uraian singkat tentang keseluruhan rencana
kerja penyusunan skripsi mulai dari latar belakang pemilihan
judul dan permasalahannya sampai dengan rencana jadwal
penulisan atau penyelesaian skripsi. Uraian singkat dari setiap
butir outline berguna untuk memberi gambaran terutama
kepada pembimbing atau siapa saja yang akan membaca
outline itu dan sekaligus menjawab pertanyaan yang timbul di
hati mereka. Melalui. Outline yang terurai, pembaca akan
mengetahui metode penelitian yang dipakai, teknik
Pengumpulan data dan teknik analisisnya, sumber data
dan sumber pustaka, pendekatan teoritis, dan sebagainya, yang
tidak mungkin terjawab jika outline-nya berupa judul-judul
semata.
e. Penggunaan Kutipan
Menyertakan atau menyisipkan kutipan-kutipan dalam
karil dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) dan manuskrip
lainnya tidaklah dilarang serta dapat dibenarkan, atau tidak
merupakan suatu keaiban. Tindakan ini untuk memberikan
kejelasan tentang topik yang sedang dikerjakan. Tidak jarang
pendapat, ide atau konsep, hipotesa, pendirian atau simpul-
simpul riset dari ahli lain atau kepunyaan sendiri yang telah
dituliskan di media atau cetakan dikutip kembali untuk
ditelaah, dibahas, dikritik atau diperkuat. Nasucha (2009: 79)
menyatakan, pengutipan adalah proses peminjaman kalimat
atau pendapat seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang
ahli dalam bidangnya. Penggunaan kutipan tidaklah boleh
mengaburkan, apalagi meniadakan orisinalitas karangan. Oleh
karena itu penggunaan kutipan haruslah seperlunya saja, yaitu
untuk :
1) Mendukung pendapat penulis, sehingga dengan demikian
penulis seolah-olah bisa berlindung dan kedudukannya
lebih kuat.
2) Menolak pendapat orang lain, yang berarti penulis harus
mengemukakan alasan-alasan yang cukup kuat untuk
menyanggah atau menolak pendapat orang lain.
3) Membandingkan beberapa pendapat orang lain, yang
biasanya diikuti dengan sintesa yang ditarik oleh penulis.
4) Memberikan penekanan atau penjelasan tambahan
terhadap suatu aspek.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memasukkan kutipan, antara lain :
1) Mengutip sehemat-hematnya, bahwa skripsi dan
sejenisnya bukanlah kumpulan dari berbagai kutipan
mentah, melainkan suatu karya kreatif. Untuk itu
hindarilah membuat kutipan yang terlalu banyak.
2) Mengutip apabila perlu, pakailah kutipan seperlunya saja
jangan mengutip setiap uraian dari penulis lain. Ini akan
bisa mengaburkan karangan aslinya.
Ada beberapa macam-macam kutipan, yaitu sebagai
berikut.
1) Kutipan langsung (direct quotation)
Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan
persis seperti aslinya, kata-kata yang digunakan sama
seperti bahan aslinya.
Kutipan langsung biasanya digunakan untuk hal-
hal sebagai berikut.
a) Untuk mengutip rumus model matematika.
b) Untuk mengutip peraturan hukum, surat keputusan,
surat perintah, anggaran rumah tangga, tabel statistik
dan sebagainya.
c) Untuk mengutip pribahasa, puisi, karya darma dan
kata-kata mutiara.
d) Untuk mengutip beberapa definisi yang dinyatakan
dalam kata-kata yang sudah pasti.
e) Untuk mengutip beberapa pernyataan ilmiah yang
jika dinyatakan dalam bentuk lain dikawatirkan akan
kehilangan maknanya.
2) Kutipan langsung pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan langsung
yang panjangnya tidak melebihi empat baris ketikan.
Kutipan yang demikian cukup dimasukkan dalam teks
dengan memberikan tanda petik diantara bahan yang
dikutip.
Contoh :
Dalam pembelajaran sastra mempunyai tujuan berbeda
dengan pembelajaran bahasa, bahwa “pengajaran sastra
bermaksud membina dan mengembangkan kepekaan
siswa terhadap nilai-nilai sosial, etika, moral, dan budaya,
sedangkan pengajaran bahasa bertujuan agar siswa
memiliki keterampilan di bidang membaca, menulis,
mendengarkan dan berbicara” (Suaka, 2004:97).
3) Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang artinya kutipan yang
panjangnya melebihi empat baris ketikan. Kutipan
semacam ini tidak dimasukkan dalam teks. Kutipan
diberi tempat tersendiri dalam alinea baru yang
Berdiri sendiri. Kutipan langsung panjang diketik
satu spasi. Bahan kutipan langsung panjang tidak ditulis
diantara tanda petik. Lebar jorokan ke dalam dari
kalimat pertama adalah tujuh ketukan huruf
Dari garis tepi yang baru. Sedangkan baris kedua,
ketiga dan seterusnya dimulai sesudah lima ketukan
huruf dari garis tepi kiri.
Contoh :
Tarigan menyatakan pengertian membaca sebagai
berikut:
“Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh kesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat suatu pandangan sekilas agar makna kata-kata
secara individual dapat diketahui (1981 : 7)”.
4) Kutipan tidak langsung (paraphrase)
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak
persis sama seperti bahan aslinya. Kutipan ini merupakan
suatu petikan pokok- pokok pikiran atau ringkasan
kesimpulan yang disusun menurut
Jalan pikiran dan dinyatakan dalam bahasa
pengutip sendiri. Kutipan tidak langsung tidak dituliskan
di antara tanda petik melainkan langsung dimasukkan
dalam kalimat atau alinea.
f. Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau kepustakaan sering juga disebut
dengan bibliografi adalah suatu daftar yang terperinci dan
sistematis dari semua karya ilmiah yang oleh penulis telah
dipergunakan secara langsung dalam menulis karya ilmiahnya.
Daftar pustaka atau bibliografi berisi sumber-sumber yang
dipergunakan untuk membuat skripsi dan sejenisnya walaupun
yang diambil sepatah atau dua patah kata. Selain berupa buku-
buku, dapat pula dikategorikan atau dimasukkan dalam daftar
pustaka yaitu sumber-sumber lain seperti jurnal, buletin,
majalah, terbitan berkala, surat kabar, hasil penelitian dan
eksiklopedia serta sumber dari internet buku, majalah atau surat
kabar yang hendak dicantumkan dalam daftar pusaka,
diurut/disusun menurut abjad nama-nama pengarang atau
lembaga yang menerbitkan. Jika nama pengarang atau lembaga
yang menerbitkan tidak ada, penyusun daftar pustaka
didasarkan pada kata pertama judul (Sudjiman, 1996 : 20).
Daftar pustaka tidak diberi nomor urut. Semua sumber
acuan yang disebutkan di dalam catatan pustaka harus
dicantumkan dalam daftar pustaka. Catatan kuliah tidak
dibenarkan sebagai sumber acuan, kecuali diktat yang
diterbitkan secara resmi jika data sumber acuan tidak termuat
dalam satu baris, maka digunakan baris kedua dan seterusnya.
Baris-baris tambahan ini menjorok ke dalam sepuluh ketukan
dari margin kiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang


menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Karya tulis ilmiah adalah karangan yang mengetengahkan
hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang
disusun menurut metode tertentu secara sistematik.
Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan non ilmiah,
yaitu harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif) adalah tersusun
secara sistematis (sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik);
berlaku umum/bersifat universal, dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah
(Darmodjo, 1986:12 dan Jassin, 1994:10).
Hadi (2001:4), menyatakan bahwa tiap-tiap laporan riset dan
karya-karya ilmiah lainnya, terdiri atas tiga bagian besar yaitu bagian
pendahuluan atau bagian awal (preliminary section) yang memuat bahan-
bahan preliminer, bagian pokok atau tengah (contents, body atau text),
yang memuat teks pokok dari laporan atau karya, bagian akhir (reference
section), yang memuat bahan-bahan referensi.
Kegiatan menulis karangan ilmiah harus mengikuti prosedur yaitu
memilih/menetapkan topik, mengidentifikasikan masalah, merumuskan
tema/tujuan/tesis/hipotesis, menyusun kerangka (outline), mengumpulkan
data dan bahan rujukan (referensi), melakukan penulisan awal (drafting),
melakukan penyuntingan (editing), melakukan penulisan final.
DAFTAR PUSTAKA

Suyatno, dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor : IN


MEDIA.
Finoza, Lamuddin. Metode Penulisan Karangan Ilmiah. Makalah.
Adhi, Made Kerta. 2017. Penulisan Karya Ilmiah. Bali : PT Percetakan.
Talitha, Tasya. 2022. Contoh Kata Pengantar Makalah, Laporan, Skripsi, Karya
Ilmiah.https://www.gramediacom.cdn.ampproject.org/v/s/
www.gramedia.com/bestseller/contohkatapengantar/amp/?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16670454731120&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com, diakses pada tanggal 29 Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai