Anda di halaman 1dari 56

MENULIS BUKU POPULER

UNTUK PERSONAL BRANDING


Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru

Eko Prasetyo
Pemimpin Redaksi MediaGuru

MEDIA GURU INDONESIA


Jl. Dharmawangsa 7/4, Surabaya 60286,
Tel (031) 503-6539, 0811-353-111
www.mediaguru.id | mediaguru.id@gmail.com
DAFTAR ISI

I. Menulis Buku; Tujuan dan Target Pasar

II. Outline dan Pengumpulan Bahan Materi Buku

III. Organisasi/Struktur Buku

IV. Bahasa Populer

V. Strategi Pendekatan ke Penerbit

VI. Strategi Pemasaran dan Pendistribusian

Daftar Pustaka

Lampiran

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 2


Pertemuan I

Menulis Buku;
Tujuan & Target Pasar

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 3


Manfaat

Setiap orang bisa menulis, namun tidak semua orang mampu menulis dengan
baik. Tak heran jika banyak yang mengatakan bahwa menulis itu sulit. Bahkan, ada
yang menyebut bahwa aktivitas menulis ini merupakan bakat. Benarkah demikian?
Asma Nadia, penulis produktif sekaligus pendiri Forum Lingkar Pena (FLP),
menyebut, dalam menulis bakat itu tidak dibutuhkan. Hal senada disampaikan oleh
para penulis ternama lainnya seperti Dahlan Iskan (menteri BUMN), Helvy Tiana
Rosa, Sirikit Syah, ataupun A. Fuadi. Sejatinya, menulis termasuk keterampilan.
Karena itu, kegiatan menulis bisa dipelajari. Semakin sering berlatih, semakin baik.
Semakin sering menulis, keterampilannya pun terasah. Namun, untuk menjadi
seorang penulis, dibutuhkan modal penting. Apa itu? Yakni, membaca!
Mengapa aktivitas menulis sangat penting? Sebab, ada banyak manfaat yang bisa
didapatkan. Berikut ini beberapa manfaat kegiatan menulis.
a. Terbiasa berpikir sistematis
Tak bisa dimungkiri, menulis tidak lebih mudah daripada berbicara. Tidak
sedikit orang yang piawai berkomunikasi secara lisan, namun tidak mampu
menyampaikan dengan baik lewat bahasa tulisan. Menulis merupakan bentuk
satu arah. Karena itu, seseorang yang menulis sejak dini akan terbiasa berpikir
sistematis.
b. Membagikan keahlian
Seorang pakar atau ahli dapat memvalidasi keahliannya --kemampuan (skill),
pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude)— lewat menulis. Hal ini jelas
bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
c. Aktivitas menyehatkan
Tidak semua orang memiliki sikap terbuka (ekstrovert). Kecenderungan ini
membuat seseorang sulit menumpahkan unek-unek jika mengalami suatu
masalah. Hal ini bisa berdampak pada stres. Untuk itu, dibutuhkan suatu
pengalihan yang positif. Dengan menulis, seseorang bisa menumpahkan

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 4


segala perasaan, unek-unek, ataupun kesulitan yang tidak mungkin ia
sampaikan secara terbuka kepada orang lain. Ruang atau wadah inilah yang
bisa mengembalikan kembali semangat dan kepercayaan diri seseorang.
d. Menghindarkan diri dari kegiatan negatif
Seorang penulis harus memiliki modal cukup. Di antaranya, membaca,
meringkas, dan menuliskan gagasannya. Hal ini bisa menjadi aktivitas yang
mengasyikkan. Dengan menyampaikan ide lewat tulisan, kita telah melakukan
kegiatan yang positif. Sehingga tidak ada waktu untuk menggunjing orang
lain.
e. Personal branding
Tulisan seseorang pasti akan dibaca oleh orang lain. Apalagi jika ia mampu
melahirkan tulisan-tulisan yang disukai dan dibutuhkan mereka. Secara tidak
langsung, hal ini menguntungkan si penulis. Dampak positifnya adalah
namanya semakin dikenal.
f. Menguntungkan
Menulis, baik artikel maupun buku, juga dapat memberikan keuntungan
secara finansial. Contohnya, untuk satu artikel opini yang dimuat di sebuah
surat kabar, honornya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Sementara, penulis
buku bisa memperoleh royalti dari penerbit atau hak yang didapat dari hasil
penjualan bukunya di pasaran. Umumnya, besaran royalti bagi penulis buku
adalah 10 persen.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 5


Keadaan Perbukuan di Indonesia

Berdasar pemaparan Sutanto (2010), ada tigal hal yang menggambarkan keadaan
perbukuan di tanah air saat ini.

1. Banyak buku tanpa isi

Buku ini bisa dibilang terbit dengan ala kadarnya. Bisa jadi penjilidannya
kurang baik, materinya tidak berbobot, kajiannya terlalu dangkal, dan banyak
kesalahan teknis (misalnya kebahasaan) yang mengganggu kenyamanan
membaca.

2. Jarang buku bagus dan mahalnya harga

Harus diakui bahwa belum banyak buku bagus dan lengkap (informasi
maupun data). Kalaupun ada, harganya cukup tinggi sehingga hanya
terjangkau oleh kalangan tertentu saja.

3. Kurang sesuainya muatan buku-buku impor untuk pasar Indonesia

Tak jarang ada buku terjemahan yang kurang sesuai dengan kondisi
masyarakat pembaca di Indonesia. Misalnya, buku berjudul Sukses
Berselingkuh. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan adat dan budaya
ketimuran yang dianut oleh bangsa kita.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 6


Menentukan Topik

Langkah awal untuk memulai penulisan yang sederhana dan mudah adalah menentukan
topik. Topik bisa bersifat umum dan spesifik. Cakupan pembahasan pada topik umum tentu
lebih luas, sedangkan topik spesifik lebih sempit sehingga bahasannya lebih terarah dan
pengerjaan lebih mudah.

TOPIK UMUM TOPIK SPESIFIK JUDUL


Motivasi Kiat & Motivasi Menulis Kekuatan Pena
Kuliner Kuliner Tradisional Aneka Resep Kue Tradisional
Sistem Operasi Windows 10 Panduan Windows 10
Manajemen Manajemen Mutu & SDM Manajemen Mutu & SDM
untuk Profesional dan
Mahasiswa

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 7


Pembaca Target

Seorang pengarang buku tentu tidak menulis untuk tidak dibaca oleh orang lain. Demikian
pula dalam menulis buku populer, seorang penulis perlu memetakan dan menentukan
pembaca yang menjadi target. Hal ini sangat berkaitan dengan peluang naskah yang dibuat
saat hendak ditawarkan ke penerbit. Target pembaca ini menjadi salah satu syarat mutlak
yang diberlakukan penerbit. Semakin banyak pembaca yang menjadi sasaran, semakin
besar naskah bisa diterbitkan.

Untuk itu, saat membuat naskah buku populer, penulis perlu mengetahui siapa saja
pembacanya, apakah terbatas pada kalangan tertentu atau pembaca umum. Berikut bagan
pemetaan target pembaca.

Tema Buku Segmen Pembaca

Yoga Yoga Tradisional Praktisi, peserta, penggemar


yoga, serta khalayak yang
ingin mengetahui seputar
yoga tradisional
Motivasi Bisnis Bisnis Itu GOMBAL Pebisnis, pegawai, dan
masyarakat yang ingin
menggeluti suatu usaha
Pendidikan Pendidikan Karakter untuk Kepala SMP, guru SMP, dan
SMP siswa SMP
Sains Sains Menyenangkan Anak-anak, murid SD

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 8


Silakan isi pertanyaan di bawah ini.

1. Mutu naskah
Sudahkah Anda mengerjakan naskah Anda sebaik-baiknya?

2. Pasar naskah
Sudahkah Anda menyesuaikan naskah Anda dengan kebutuhan pasar?

3. Ide naskah
Sudahkah Anda pikirkan apa yang akan Anda sampaikan di buku Anda?

4. Salah sasaran
Sudahkah Anda mengirim naskah Anda ke penerbit yang benar?

5. Keinginan penulis agar bukunya segera terbit


Dapatkah Anda menyesuaikan target terbit Anda dengan target terbit
penerbit?

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 9


Pertemuan II

Outline dan Pengumpulan

Bahan Materi Buku

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 10


Merancang Outline

Sudah barang tentu hal yang paling utama dan terpenting dari menulis buku
populer (ataupun buku teks) adalah menetapkan topik. Ini bertujuan untuk
menentukan kerangka (outline) konten dan alur ide. Menuliskan topik umumnya
memberi clue yang jelas tentang arah yang hendak dibicarakan dalam buku.
Sebelum kita membuat suatu paragraf, sangat dianjurkan terlebih dahulu membuat
rencana-rencana atau ancang-ancang tentang apa yang kita tulis yang digunakan
sebagai kerangka dalam menuangkan alur ide. Bentuk kerangka yang berupa
ancang-ancang ide ini disebut outline.
Outline dapat didefinisikan sebagai deskripsi umum yang mencakup poin-poin
utama, bagian-bagian, atau gagasan-gagasan tentang suatu permasalahan. Outline
dalam penulisan buku dapat diibaratkan dengan suatu blue print atau design
rancang bangun suatu rumah/gedung dari seorang arsitek. Seorang arsitek
merencanakan suatu rumah sebelum membangun supaya dia yakin dan terpetakan
semua poin atau bagian-bagian siap untuk kontruksi. Seperti arsitek, penulis harus
merencanakan rancang bangun (outline) dari buku yang dikarang. Outline akan
memungkinkan penulis untuk melihat apakah semua ide yang akan kita tulis cukup
lengkap, apakah semua ide kohesif, dan apakah urutan ide-ide sudah mencapai
kelogisan tertentu.
Outline suatu buku tidak perlu memuat semua kalimat yang akan dimunculkan
dalam paragraf-paragraf. Cukup garis besarnya saja. Ada banyak cara untuk
membuat outline suatu buku dan bukan suatu keharusan untuk hanya mengikuti
salah satu bentuk secara loyal.
Secara teknis, misalnya, jika ada 1 dalam suatu outline, pasti ada 2. Jika ada A,
maka pasti ada B. Ketika kita diminta untuk menulis outline yang formal untuk
makalah atau skripsi yang formal, kita memang harus mengikuti aturan ini. Namun,
untuk kebanyakan tujuan lain, suatu outline dapat dibuat tidak formal, terutama

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 11


dalam penulisan buku populer. Berikut anjuran pembuatan outline dalam merancang
suatu karangan/buku.
I. Introduction
II. Major topic
A. Detail
B. Detail
III. Major topic
A. Detail
B. Detail
IV. Major topic
A. Detail
B. Detail
V. Conclusion

Berikut ini contoh outline yang lebih gamblang.


Topik: Tulis topik spesifik yang menjadi dasar penulisan buku Anda.
I. Pendahuluan
A. Identifikasi pendukung
B. Jika memiliki detail atau contoh lain yang akan dibahas, sebutkan di
sini.
II. Tulis kalimat topik berikutnya
A. Pendukung
1. Sebutkan detail bila perlu
2. Sebutkan detail bila perlu
B. Pendukung
1. Sebutkan detail bila perlu
2. Sebutkan detail bila perlu
III. Tulis kalimat topik berikutnya
A. Pendukung
1. Sebutkan detail bila perlu

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 12


2. Sebutkan detail bila perlu
B. Pendukung
1. Sebutkan detail bila perlu
2. Sebutkan detail bila perlu
IV. Tulis kalimat topik berikutnya
V. Simpulan

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 13


Karakteristik Outline yang Baik

Outline yang baik memiliki karakteristik seperti kesederajatan yang logis,


kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan.

1. Kesederajatan yang logis (logical coordination)


Kesederajatan yang logis dalam pembuatan outline mengandung pengertian
kesamaan atau nilai pentingnya gagasan. Cara terbaik untuk mencapai
kesederajatan yang logis dalam pembuatan outline adalah menyatakan
bagian-bagian utama dari gagasan kita terlebih dahulu. Dengan kata lain,
nyatakan terlebih dahulu setap major detail. Jangan buru-buru memunculkan
subtopik atau minor details sebelum kita memetakan major details. Hal ini
akan memudahkan kita untuk membentuk pembagian-pembagian gagasan
yang besar yang sama dalam cakupan dan nilai pentingnya. Dengan begitu,
kita bisa menulis buku yang keseimbangannya baik.
Misalnya, kita akan menulis tentang cara berbisnis yang baik dengan
memperhatikan berbagai faktor penentu. Berikut contohnya.
Bisnis Itu GOMBAL, Mencapai Sukses Berbisnis
I. Pendahuluan (Pengertian Bisnis)
II. Memahami Pasar
III. Menentukan Target
IV. Mencapai Sukses dengan Rumus GOMBAL
V. Simpulan
2. Kesetaraan struktur
Kesetaraan struktur (parallel structure) mengandung pengertian bahwa setiap
bagian harus berada dalam tata bahasa yang setara. Bila major detail yang
satu dinyatakan dalam pola kalimat, major detail yang lain harus dinyatakan
dalam pola kalimat juga. Bila yang satu dinyatakan dalam frasa, yang lain juga
demikian alias dinyatakan dalam frasa pula.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 14


3. Kepaduan
Kepaduan (unity) mengisyaratkan bahwa topik dan sub-subtopik yang
dirancang dalam outline harus bertalian/berhubungan dengan gagasan utama.
Tidak boleh ada materi yang menyimpang dari pengembangan gagasan
utama.
4. Penekanan
Penekanan (emphasis) mengharuskan penulis untuk mengurut-urutkan
gagasan atau informasi sedemikian rupa sehingga bahasan tampak logis, tidak
melompat-lompat.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 15


Mengumpulkan Bahan Materi Buku

Data dan Penggalian Gagasan

Data yang lengkap dan informatif menjadi syarat mutlak dan penting dalam
sebuah buku. Salah satu strategi sederhana untuk menggali data adalah membaca.
Dengan membaca, kita akan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya sebagai
bahan untuk menulis. Bacalah dengan cepat semua sumber informasi tentang subjek
yang diminati. Ketika membaca, mulailah dari sumber bacaan yang bersifat umum,
kemudian berangsur-angsur ke bacaan yang lebih khusus. Tujuannya, informasi
yang kita peroleh menjadi lebih focus dan detail sehingga gagasan yang kita
kembangkan menjadi lebih informatif.
Dalam aktivitas menulis apa pun, jodohnya adalah membaca. Dua hal ini terkait
erat karena kegiatan menulis membutuhkan wawasan dan pengetahuan yang
memadai. Ketika menulis, seseorang dipersyaratkan memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas. Karena itu, menulis merupakan kerja intelektual yang harus
dikembangkan pada diri seseorang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan gagasan pada karangan
adalah sebagai berikut.
a. Menarik perhatian Anda dan khalayak
b. Isu-isu yang masih hangat (faktual)
c. Peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional yang menjadi
perhatian masyarakat
d. Data dan faktanya jelas sehingga mudah ditelusuri.
e. Masalah-masalah umum yang dikaitkan dengan politik, pendidikan,
agama, seni, sastra, dan budaya
f. Kejadian-kejadian atau budaya yang terjadi di masyarakat
g. Memiliki sumber dan acuan pustaka

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 16


Data untuk pengayaan materi buku juga bisa diperoleh melalui sumber online
seperti portal berita (kompas.com, detiknews.com, vivanews.com, dll), blog, jejaring
sosial (Facebook, Twitter, Edmodo, dll), e-magazine, dan banyak lagi lainnya.
Tentunya, pengumpulan data disesuaikan dengan tema dan ulasan yang dikupas
dalam sebuah buku.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 17


Riset

Penguasaan bahan bacaan yang luas dan mendalam sangat esensial kalau kita
hendak menulis sebuah buku populer yang baik. Tanpa bahan bacaan yang luas,
seorang penulis tidak akan memiliki panduan pengetahuan yang memadai untuk
mengevaluasi materi-materi berharga dan meletakkannya dalam perspektif yang
benar. Riset yang efektif sangat tergantung pada penulis, yaitu “penulis mengetahui
apa yang kita cari”. Karena itu, selalu ingat-ingatlah outline yang sudah dibuat.
Pastikan bahwa kita membaca untuk menjawab bagian-bagian tertentu dari outline.
Riset bisa dilakukan lewat pengamatan, percobaan, atau penelitian. Dalam buku
Demonstrasi Sains Kimia (Nuansa, 2012) yang disusun oleh Drs. Hiskia Achmad dan
Dra. Lubna Baraja, hampir seluruh materi yang ada ditulis setelah melalui
serangkaian penelitian dan percobaan. Misalnya, pembuatan gas oksigen dari zat
pemutih pakaian. Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian dan percobaan itu adalah
gelas kimia 250 ml, zat pemutih pakaian, lidi, pembakar spirtus, dan kobalt (II)
klorida. Cara kerjanya, (1) masukkan 10 mL zat pemutih pakaian ke dalam gelas
kimia 250 ml; (2) tambahkan 1 mL larutan kobalt (II) klorida; (3) periksa gas yang
terbentuk dengan lidi yang membara. Hal ini untuk membuktikan reaksi yang terjadi.
Yakni, zat pemutih pakaian mengandung natrium klorat (I) (hipoklorit). Endapan
hitam yang terbentuk mungkin CO2O3 yang terurai menjadi O2 yang bereaksi dengan
ion klorat (I). (Hal. 48-49).
Percobaan atau praktik umumnya dilakukan untuk pengayaan materi buku yang
terkait dengan bidang sains dan teknologi. Hal ini tentu dibutuhkan untuk
memberikan informasi yang detail dan mendalam guna menunjang pengetahuan
yang diberikan kepada pembaca segmennya. Bagaimana halnya dengan buku,
misalnya, yang bertopik motivasi? Riset bisa cukup dilakukan dengan teknik
pengumpulan data lewat membaca.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 18


Pengalaman

Disadari atau tidak, pengalaman sebenarnya memegang kunci penting dalam


penulisan sebuah buku populer. Buku-buku praktis yang mengusung tema bisnis,
manajemen, pendidikan, kebahasaan, ataupun seni akan lebih “berisi” apabila ditulis
oleh orang yang benar-benar mumpuni di bidangnya. Hasilnya tentu saja berbeda
jika buku bertema bisnis ditulis oleh orang yang tidak berpengalaman sama sekali di
bidang ini. Misalnya, dalam membangun sebuah usaha, proses yang dilakoni bisa
jadi berliku-liku, bahkan bisa saja si pengusaha jatuh bangun dan sempat bangkrut.
Dalam banyak kasus, hal ini bakal menjadi pengalaman berharga bagi seseorang
yang hendak membangun sebuah bisnis. Nah, pengalaman jatuh bangun ini menjadi
poin dapat menarik untuk dikupas dan memberikan khazanah bagi para
pembacanya. Sebuah pepatah bijak menyebutkan, “Pengalaman adalah guru yang
paling berharga”. Nah, hal ini tampaknya juga berlaku dalam penulisan buku,
terutama buku populer.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 19


Contoh Outline

Halaman Judul

Halaman Copyright

Kata Pengantar Tokoh

Kata pengantar Penulis

Bagian/Bab I

Bagian/Bab II

Bagian/Bab III

Daftar Pustaka

Lampiran

Profil Penulis

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 20


How to be
a Rich Author

(Sukses Menulis dari Nol)

Eko Prasetyo

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 21


DAFTAR ISI

BAB I PENULIS DAN PROBLEMATIKANYA


Jangan Cuma Pintar Menulis!
Mengapa Penulis Tak Bisa Kaya?
Tak Dibayar? Tak Perlu Cemas
Kita Masih Pincang Menulis
Menjadi Well Rounded Man
Sulit Tembus Penerbit?
Mental Pebisnis
Jiwa Entrepreneur

BAB II METODE MENULIS


Metode Buya Hamka
Metode Silaen yang Unik
Metode Natsir
Metode Komitmen

BAB III YANG MANDIRI, YANG SUKSES


Penulis Harus Berani dan Kreatif!
Dari Hukuman Edukatif Jadi Novelis Sukses
Ustad pun Dukung Self Publishing
Ketika Alumni Bicara lewat Buku
Tarif Sejam Bicara Rp 5 Juta, Sehari Rp 20 juta
Kho Ping Hoo; Pendekar Self Publishing Sejati
Supernova Pertama: Sukses yang Berliku
Mari Tengok Sapardi Sejenak

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 22


Self Publisher Terkemuka Dunia
Jonru dan Kisah Suksesnya

BAB IV MOTIVASI
Tidak Ada Kata Tidak Bisa
Jangan Remehkan Blog, Please…
Mahasiswa Sudah Punya Bekal
Belum Pede, Ikut Proyek Keroyokan
Dahlan Iskan; Sakit pun Jadi Buku
Berawal dari Diskusi Milis, Lahir Buku
Satu Biografi Dihadiahi Honda Accord
Anak Yatim pun Bisa Berkarya
Berkumpul dengan Penulis
Belajar dari Sejarah dan Runtuhnya Surabaya Post
Sang Dokter yang Menginspirasi Dunia
Kisah Empat Tikus
Berawal dari Catatan Harian
Apa Yang Berbeda dari Guru Hebat
Serial Satu Menit
No Arms, No Legs, No Worries!
Proses Kreatif Buku Kekuatan Pena
Mari Berkicau di Twitter
Royaltinya Rp 1,5 Miliar!
Klub Guru Menulis
Bahasa dan Kisah Bom Atom
Kartini: Berjuang lewat Tulisan
Sukses Wikipedia yang Bikin Merinding
Pesan Moral Haji Nunut
Kalimat Sakti Omjay
64 Positive Ways

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 23


Holy dan Bukunya
Spirit Man Jadda Wajada
Marsekal pun Menulis

BAB V TEKNIS DAN PENERBITAN


Sepuluh Ide Sehari
80 Lembar Sehari? Bisa!
Judul Itu Penting
Royalti, Beli Putus, dan Semiroyalti
Proses Pracetak dan Cetak
Kiat Memperbesar Keuntungan
Cetak dan Terbitkan Buku Sendiri
Outline Itu Penting!
Kiat Tawarkan Produk
Surat Perjanjian Penerbitan

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 24


Pertemuan III

Organisasi/Struktur Buku

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 25


Organisasi Buku

Sebelum memulai menyusun atau menulis buku populer, kita perlu mengetahui
organisasi/struktur buku tersebut. Hal ini juga bisa disebut anatomi buku (Dadan Darusman,
2008). Perlu diketahui bahwa bagian dari satu buku tidak selalu sama dengan buku yang
lainnya. Tetapi, pada dasarnya hal itu terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut.

1. Sampul
Sampul atau cover adalah bagian paling luar dari sebuah buku. Sampul buku
berfungsi untuk melindungi isi dan memperkokoh buku. Jenisnya ada yang tebal
(hard cover) dan standar/biasa (soft cover). Bagi sebagian pembeli, sampul buku
merupakan salah satu faktor pemikat. Sebab, tak bisa dimungkiri ada orang yang
membeli buku setelah melihat sampulnya saja. Jadi, semakin menarik sebuah sampul
buku, semakin memikat pula bagi pembeli.

a. Sampul depan
Sampul depan umumnya berisi judul buku, nama pengarang/penulis, kutipan
pengantar dari tokoh (endorsement), serta logo dan nama penerbit.

b. Sampul belakang
Sampul belakang biasanya berisi judul buku, sinopsis (ulasan singkat tentang isi
naskah), biografi singkat pengarang/penulis, ISBN (international standard book
number) plus barcode, nama penerbit beserta alamat dan logonya.

2. Punggung buku
Punggung buku umumnya berisi judul buku dan nama pengarang. Kadang nama
penerbit juga ditampilkan, namun hal ini tidak selalu ada di semua buku populer.

3. Halaman kosong (fly leaves)


Halaman kosong ini biasanya terletak sebelum halaman judul. Fungsinya lebih pada
pelindung halaman. Namun, tidak setiap buku memiliki halaman kosong.

4. Halaman judul

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 26


Dalam halaman judul pada buku populer umumnya terdapat judul buku, nama
penulis, dan nama penerbit.

5. Halaman copyright
Bisa dibilang inilah halaman penting dari sebuah buku. Sebab, halaman ini berisi
informasi dan data dari penerbit. Yaitu, nama penulis, edisi dan cetakan, nama editor,
nama ilustrator, penata letak halaman (layouter), desainer sampul, nama penerbit,
nama perusahaan percetakan, serta kota tempat terbit dan tahun terbit. Karena
bersifat informatif, halaman ini sangat penting dalam katalogisasi.

6. Halaman persembahan
Tidak setiap buku memiliki halaman persembahan. Biasanya, halaman persembahan
ditujukan si penulis terhadap orang terdekat dan berjasa. Misalnya, anggota keluarga
seperti istri/suami, anak, atau tokoh tertentu.

7. Kata pengantar
Kata pengantar biasanya terdapat tiga bagian. Yaitu, kata pengantar dari penerbit,
kata pengantar dari penulis, dan kata pengantar dari tokoh terkenal. Meski demikian,
kata pengantar dari penerbit tidak selalu ada. Yang hampir pasti ada ialah kata
pengantar dari pengarang.

8. Daftar isi
Daftar isi terletak setelah kata pengantar serta memuat judul bab/bagian (chapter)
dan subbab. Dalam buku populer, subbab tidak selalu ada atau dimunculkan.

9. Pendahuluan
Pendahuluan di dalam buku populer lebih bersifat memberikan keterangan selayang
pandang terhadap bab-bab atau bagian-bagian yang hendak diulas secara rinci dan
detail. Biasanya halaman pendahuluan terletak sebelum halaman yang memuat judul
bab.

10. Penomoran
Dalam buku populer ada dua jenis penomoran. Penomoran tersebut terdiri atas angka
Romawi kecil dan angka Arab. Angka Romawi kecil umumnya dicantumkan pada
halaman kata pengantar sampai daftar isi. Untuk pendahuluan sampai naskah teks
terakhir, biasanya digunakan angka Arab.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 27


Perwajahan Buku

Secara keseluruhan, kita juga perlu mengetahui aspek-aspek yang terkait dalam
perwajahan buku. Sebagaimana dikutip dari Titah S. (2012), perwajahan sebuah buku terdiri
atas poin-poin sebagai berikut.

1. Ukuran buku
Ukuran buku sangat terkait dengan isi atau naskah. Ukuran novel biasanya berbeda
dengan buku pelajaran. Buku pelajaran umumnya lebih panjang dan lebih lebar.

2. Bidang cetak
Di setiap halaman buku, baik buku populer maupun buku teks pelajaran, terdapat
bagian yang kosong di setiap pinggir atau margin. Fungsinya adalah mengamankan
materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Nah, bagian yang berisi tulisan
(materi) disebut bidang cetak.

3. Pemilihan huruf
Jenis huruf (font), ukuran huruf (size), dan jarak antarbaris (lead) sangat penting
dalam pembuatan buku. Selain menentukan estetika sebuah buku, pemilihan huruf
akan menentukan nyaman atau tidaknya sebuah buku saat dibaca.

4. Pemilihan warna
Beberapa buku populer terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar
tertentu untuk penegasan atau sekadar pendukung estetika (keindahan).

5. Kesesuaian ilustrasi
Pada beberapa buku, terutama buku populer anak, dibutuhkan banyak ilustrasi yang
menggambarkan materi. Tujuannya adalah membantu imajinasi pembaca dalam
memahami pesan.

6. Kualitas kertas dan penjilidan

Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Pada buku
anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya dibutuhkan
kertas yang lebih tebal. Hal ini memengaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan
buku.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 28


Contoh Penomoran Halaman

Halaman Judul : i

Halaman Copyright : ii

Halaman Persembahan : iii

Kata Pengantar : v

Daftar Isi : vii

Halaman Isi

Pendahuluan : 1

Bab I : 3, 5, 7, 9, dst.

FORMAT BUKU UKURAN BUKU TEXT AREA

Besar 20 cm x 28 cm 21,5 cm x 15,5 cm

Standar 16 cm x 23 cm 11,5 cm x 17,5 cm

Kecil 14 cm x 21 cm 10 cm x 16 cm

Saki 10 cm x 18 cm 13,5 cm x 7,5 cm

Spesial

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 29


Pertemuan IV

Bahasa Populer

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 30


Bahasa Populer

Bagaimana ragam bahasa populer itu? Perlu diketahui, buku populer diorientasikan
ke pembacanya. Seperti diketahui, pembaca buku populer bisa beragam. Ada
akademisi, pengusaha, dosen, guru, mahasiswa, pelajar, pekerja, dan ibu rumah
tangga. Termasuk, masyarakat secara umum.

Karena segmen pembacanya yang luas, buku populer sedapat-dapatnya diusahakan


”mudah dibaca dan dipahami” berbagai kalangan itu. Kemudahan pembacaan dan
pemahaman mensyaratkan ”kebaikan” unsur-unsur tulisannya.

Dari sisi kebahasaan, tulisan dalam buku populer dipandang sebagai wacana utuh.
Di dalamnya, ada ide, pesan, atau data yang hendak disampaikan kepada
pembacanya.

Wujud wacana itu berupa judul, paragraf, kalimat, frasa (kelompok kata), kata,
angka, dan berbagai tanda baca. Berbagai unsur –paragraf, kalimat, frasa (kelompok
kata), kata, angka, dan berbagai tanda baca– ini saling terkait dan
memiliki/menghadirkan makna tertentu.

Lantas, apa saja tanda-tanda wacana (buku populer) yang baik?

I. Alur

Wacana buku populer menghadirkan sejumlah isi, ide, dan pesan. Pesan yang terwujud
dalam kalimat ini tersusun secara runtut. Kalau kalimat pertama wacana itu disebut A,
susunan berikutnya adalah B, C, D, dan seterusnya.

Masing-masing kalimat itu saling terkait/terpaut, baik bentuk maupun maknanya. Pengaitan
antara bagian tersebut memerlukan anafora (peranti bahasa yang merujuksilangkan satu hal
atau kata yang dinyatakan sebelumnya). Bentuknya bisa kata ganti persona seperti saya,
aku, kami, kamu, engkau, ia, dia, mereka.

Anafora bisa juga berupa konjungsi (kata sambung).

A. Kata Sambung Antarbagian Kalimat

bagi, untuk, guna, dengan, karena, oleh, pada, tentang, sejak, selama, bagaikan,
sepanjang, mengenai, terhadap, daripada, kepada, sampai, dan, atau, tetapi, sesudah,
sebelum, ketika, tatkala, sewaktu, sambil, seraya, selagi, sehingga, jika, kalau, jikalau,
asalkan, bila, manakala, andaikan, agar, supaya, agar supaya, biar, biar (pun), meski (pun),
sekalipun, walau (pun), sungguhpun, kendati (pun), seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, bahwa

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 31


B. Kata Sambung Antarkalimat

Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat


dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi macam itu selalu memulai suatu kalimat
yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Berikut adalah
contoh konjungsi antarkalimat.

a. biarpun demikian/begitu

sekalipun demikian/begitu

sungguhpun demikian/begitu

walaupun demikian/begitu

b. meskipun demikian/begitu

kemudian

sesudah itu

setelah itu

selanjutnya

c. tambahan pula, lagi pula, selain itu

d. sebaliknya

e. sesungguhnya, bahwasannya

f. malah(an), bahkan

g. (akan) tetapi, namun

h. kecuali itu

i. dengan demikian

j. karena itu, sebab itu

k. sebelum itu

dan lain-lain

Kemampuan menyusun kalimat dan kemampuan mendayagunakan anafora akan


menghadirkan keterpautan unsur-unsur wacana.

Sebaliknya, ketidakterpautan ketidaktepatan penyusunan kalimat. Berikut contohnya:

……

Kapolres Lumajang AKBP Syafril Nursyal SH mengutuk tindakan bejat tersangka, yang
memperkosa anak di bawah umur. ’’Kami akan segera serius menangani masalah itu.
tindakannya sangat keji,’’ tegasnya.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 32


Sebab, lanjut Kapolres, tindakan yang dilakukan tersangka sangat keji, yakni memperkosa
sambil mengancam akan membunuh,’’ tegasnya.

……

Selain menghendaki keterpautan, wacana dalam buku populer menghindarkan pengulangan.


Pengulangan bisa berupa penghadiran kalimat sama pada bagian lain. Pengulangan juga
dapat berwujud kalimat lain dengan isi, ide, atau pesan yang sama dengan yang disebut
sebelumnya. Berikut contoh bagian wacana (paragraf) yang memperlihatkan pengulangan.

……

Suroso tidak bisa menjanjikan. Sebab, yang menentukan pemberian bingkisan bukan
dipenas. Lembaganya hanya menyalurkan. Sedangkan penentunya lembaga lain. ’’Kami
hanya menyalurkan. Yang menentukan lembaga lain.’’ Tambahnya.

…..

Meski begitu, ada toleransi. Pengulangan dapat dilakukan terhadap lead (kepala
tulisan/paragraf utama). Tetapi, pengulangan lead pada bagian/paragraf sebaiknya disertai
bagian/kalimat lain yang berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan.

II. Paragraf dan ’’Wacana Berirama’’

Diyakini, panjang pendeknya paragraf juga menentukan kemudahan pemahaman. Paragraf


panjang bisa menyulitkan pemahaman.

Paragraf panjang biasa ditemui pada ’’paragraf utuh’’, yakni paragraf yang meliputi kalimat
utama, (sejumlah) kalimat penjelas, dan kalimat kesimpulan. Bentuk panjang ini terjadi
karena, misalnya, pada satu kalimat, keterangannya berpanjang-panjang. Penyebab lain,
penjelas dalam paragraf itu terdiri atas sejumlah kalimat.

Buku populer tidak selalu menganut paragraf panjang seperti itu. Panjang-pendek paragraf
di buku populer relatif “seragam”, antara satu sampai empat kalimat, bergantung panjang
pendeknya kalimat. Karena itu, kalimat utama bisa menjadi satu paragraf tersendiri.
(Sejumlah) kalimat penjelas pun bisa menjadi paragraf lain. Begitu pula, kesimpulan dapat
menjadi paragraf berikutnya.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan paragraf adalah kaitannya dengan konsep buku
populer tentang ’’wacana berirama”. Maksudnya, wacana yang paragrafnya terdiri atas
sejumlah kalimat jika memang lebih dari satu dengan panjang pendek variatif. Polanya
bisa ’’panjang- pendek-panjang-pendek”, pendek-pendek-panjang, pendek-panjang-pendek,
atau variasi lain. Intinya, tidak melulu panjang atau pendek.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 33


III. Kalimat

Kalimat dalam buku populer umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Unsur-unsurnya diupayakan lengkap. Dalam kalimat verbal (kalimat
yang predikatnya kata kerja), misalnya, ada unsur apa atau siapa yang dalam bahasa sering
disebut subjek. Ada juga unsur mengapa atau bagaimana yang biasa disebut predikat.
Selain dua unsur itu, biasa pula ditambahkan unsur keterangan. Setiap unsur dipandang
sebagai satu kelompok kata. Isinya bisa hanya satu kata, bisa pula beberapa kata.

Yang perlu diperhatikan, tidak semua kalimat dalam buku populer lengkap. Terkait dengan
keinginan mencapai konsep ’’wacara berirama’’, terkadang terbentuk ’’kalimat’’ yang tidak
lengkap. Kalimat ini sebenarnya bukan kalimat melainkan hanya kelompok kata keterangan.
Bentuk tidak lengkap seperti ini bisa ditoleransi asalkan isinya benar-benar kelanjutan atau
terkait dengan bagian (kalimat) sebelumnya.

IV. Kalimat dan Frasa

Unsur-unsur dalam kalimat (subjek, predikat, objek, keterangan) terdiri atas frasa
(kelompok kata). Frasa bisa terdiri atas satu atau sejumlah kata. Dalam hal penyusunan
frasa dengan sejumlah kata, perlu diperhatikan struktur dan kehematannya.

Hal lain yang juga diperhatikan menyangkut kalimat adalah kata. Setiap kata termasuk
kelas kata atau kategori kata dan memiliki fungsi dalam kalimat. Pengurutan kata dan
macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan.

Kata dikelompokkan berdasarkan bentuk dan perilakunya. Kata dengan bentuk dan perilaku
sama atau mirip dimasukkan ke dalam satu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan
perilakunya sama atau mirip sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok pertama,
dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata itu termasuk dalam
kategori kata yang berbeda-beda.

Dalam bahasa Indonesia, ada empat kategori utama: (1) verba atau kata kerja, (2) nomina
atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan (4) adverbia. Di samping itu, ada satu
kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang
lebih kecil, misalnya, preposisi (kata depan), konjungsi (kata sambung), dan partikel.

Pada umumnya, kata masuk ke dalam kategori tertentu dan tidak sekaligus masuk ke
kategori yang lain. Kata meja, agama, dan kertas, misalnya termasuk kategori nomina. Kata
lain seperti pergi, tidur, dan datang termasuk kategori verba. Namun, ada pula kata yang
memiliki keanggotaan rangkap. Kata seperti jalan dan telepon dapat masuk ke dalam
nomina (di jalan itu; tidak mempunyai telepon) dan verba (mesin ini tidak jalan; telepon dia
sekarang!).

Nomina, verba, dan adjektiva sering dikembangkan dengan tambahan pembatas tertentu.
Nomina, misalnya, dapat dikembangkan dengan nomina lain, dengan adjektiva, atau dengan
kategori lain (gedung  gedung bagus, gedung yang bagus itu). Verba dapat
dikembangkan, antara lain, dengan adverbia seperti telah (makan telah makan), dan
adjektiva dapat dikembangkan, antara lain, dengan adverbia seperti sangat (manis sangat
manis).

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 34


Pada tataran kalimat, nomina dan perkembangannya disebut frasa nominal, verba dan
perkembangannya disebut frasa verbal, serta adjektiva dan perkembangannya disebut frasa
adjektival. Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain menghasilkan frasa preposisional.

Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata
atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya
berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat.

Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan. Selain itu, ada data fungsi lain seperti atributif (menerangkan), koordinatif
(menggabungkan secara setara), dan subordinatif (mengabungkan secara bertingkat ).

Predikat dalam bahasa dapat berwujud frasa verbal, adjektival, nominal, dan preposisional.
Berikut beberapa contohnya.

(1a) Ibu sedang makan di dapur.

(1b) Kita tidak harus pergi sekarang.

(1c) Masalah koperasi sudah ditelaah sekarang.

(2a) Gempa minggu lalu keras sekali.

(2b) Harga makanan sekarang mahal.

(2c) Rumah usahawan itu besar dan mewah.

(3a) Ayah saya lurah Desa Kajen.

(3b) Pembantu kami tamatan SMP.

(3c ) Pengalaman guru yang terbaik.

(4a) Dia dari Medan.

(4b) Sekarang Pak Anwar ada di Surabaya.

(4c) Saya ke Manado minggu depan.

Selain predikat, kalimat umumnya juga memiliki subjek. Dalam bahasa Indonesia, subjek
biasanya terletak di muka predikat. Subjek dapat berupa nomina, tetapi pada keadaan
tertentu kategori kata lain juga dapat menduduki fungsi subjek. Dari contoh di atas
tampaklah bahwa subjek untuk kalimat (11 a, b, c) adalah ibu, kita, masalah koperasi, untuk
kalimat (12 a, b, c) Gempa minggu yang lalu, harga makanan, rumah usahawan itu. Lalu
untuk kalimat (13 a, b, c) ayah saya, pembantu kami, pengalaman, dan untuk kalimat 14 a,
b, c) dia, Pak Anwar, saya.

Subjek yang bukan nominal terlihat pada contoh berikut.

(5a) Membangun gedung makan biaya.

(5b) Berhitung tidak mudah.

(5c) Merah adalah warna dasar.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 35


Ada juga bagian kalimat di belakang predikat yang berupa frasa verbal transitif aktif.
Namanya objek. Objek berfungsi sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi
kalimat pasif. Dalam kalimat

(6 ) Kasdun memanggil orang itu.

(7) Hal itu merupakan masalah besar.

Orang itu adalah objek karena nomina (a) berdiri di belakang predikat verbal dan (b)
menjadi subjek bila kalimat (6) menjadi kalimat pasif seperti yang terlihat pada kalimat (6a).

(6a) Orang itu dipanggil Kasdun.

Sebaliknya, masalah besar pada kaliamat (7) bukanlah objek, melainkan pelengkap;
sebabnya, meskipun frasa nominal tersebut berada di belakang predikat verbal, frasa itu
tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kalimat (7a) dalam bahasa Indonesia tidak
gramatikal.

(7a) + Masalah besar dirupakan oleh hal itu

Yang dinamakan pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Pelengkap pada umumnya
berupa frasa nominal, dan frasa nominal itu juga berada di belakang predikat verbal.
Perbedaan yang penting ialah pelengkap tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat. Dengan
kata lain, kalimat yang mempunyai pelengkap (dan tidak memiliki objek) tidak dapat
dijadikan kalimat pasif. Dari segi lain, pelengkap mirip dengan keterangan juga. Kedua-
duanya membatasi acuan konstruksi yang bergabung dengannya. Perbedaannya ialah
pelengkap pada umumnya wajib hadir untuk melengkapi konstruksinya, sedangkan
keterangan tidak. Tempat keterangan biasanya bebas, sedangkan tempat pelengkap selalu
di belakang verba (beserta objeknya). Akhirnya, cakupan semantis keterangan lebih luas,
yaitu mewatasi unsur kalimat atau seluruh kalimat. Ada keterangan yang menyatakan alat,
tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan. Contoh:

(8) Dia memotong kue itu dengan garpu.

(9) Kami tinggal di Jatinegara.

(10) Mereka masuk diam-diam.

(11) Beliau meninggal tahun 1970.

(12) Dia ke pasar dengan adiknya.

(13) Saya belajar supaya lulus Sipenmaru.

IV. Kata

Pendukung lain wacana adalah kata. Dalam hal kata, yang perlu dicermati adalah pemilihan
sesuai dengan konteksnya. Selain itu, harus diperhatikan proses pembentukannya (bentukan
yang benar).

Yang tidak kalah penting adalah perhatian atas bentuk dan konsistensi penulisan ejaannya.
Ada sejumlah kosakata yang ditulis secara tidak konsisten. Contohnya berikut.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 36


Salah Benar

akte akta

aktifis aktivis

…. Dan lain-lain

Pembentukan Kata

A. Gabungan kata

Dua pokok kata, misalnya tanggung dan jawab, bisa digabungkan menjadi satu. Jika
imbuhan disertakan dalam penggabungan ini, penulisannya variatif. Kalau dua pokok kata
itu hanya mendapatkan awalan, misalnya ber-, penulisan dua kata itu dipisahkan, menjadi
bertanggung jawab. Dua pokok kata itu dirangkai bila mendapatkan awalan dan akhiran
sekaligus (per-, -an), menjadi pertanggungjawaban.

Contoh lain: ditindak lanjuti menjadi ditindaklanjuti

B. Ragam mengkonsumsi

Kata-kata tertentu akan berubah bentuk jika ditambah awalan me-N (Baca: me nasal).
Misalnya, kata yang berhuruf awal k berubah menjadi meng-. Karena itu, bentuk yang benar
adalah mengonsumsi. Begitu pula kata kalkulasi dan kudeta, yang menjadi mengalkulasi
dan mengudeta.

Tetapi, ada perkecualian pada kata kaji. Untuk makna belajar huruf Arab atau Alquran
dengan aktivitas penelitian, digunakan bentuk mengaji dan mengkaji.

Pada gugus konsonan yang diawali huruf k, semacam klaim dan klasifikasi, penambahan
me-N tidak mengubah bentuk itu. Bentukannya menjadi mengklaim dan mengklasifikasi.

Tambahan

1. Gabungan kata dipisah meliputi:

Bertepuk tagan

Menganak sungai

Garis bawahi

Sebar luaskan

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 37


2. Gabungan kata yang ditulis serangkai meliputi:

Antarkota

Biokimia

Dasawarsa

Dekameter

Dwiwarna

Mancanegara

Narapidana

Paripurna

Purnawirawan

purnabakti

Saptakrida
Semiprofesional

Serbabisa
Tritunggal

Ultramodern

3. Penulisan kata majemuk dipisah:

Ibu kota

Budi daya
Kambing hitam

Kerja sama
Mata pelajaran

Meja tulis

Kereta api cepat luar biasa

Ditulis serangkai:

Acapkali

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 38


Adakalanya

Belasungkawa

Darmabakti

Darmawisata

Halalbihalal

notabene

Pascapanen kecuali pasca pemanenan(bentukan)

4. Bentuk ulang menggunakan tanda hubung:


Gerak-gerik

Huru-hara

Lauk-pauk

Mondar-mandir

Porak-poranda

Sayur-mayur

Tunggang-langgang

Dalam judul, yang kapital hanya depan karena berubah bunyi

5. Partikel pun ditulis terpisah:

Apa pun yang dimakannya

Hendak pulang pun


Jangankan dua kali, satu kali pun

Jika aku pergi, dia pun ikut pergi

Pun yang dirangkai:

Adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,


meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 39


6. Partikel per ditulis terpisah
Pns mendapat kenaikan gaji per 1 April
Mereka masuk ruangan satu per satu

Harga kain Rp. 20.000 per meter

7. Mutlak ditulis seperti apa adanya:

Terdiri atas

Sesuai dengan

Berhubung dengan

Diperuntukkan bagi

Didasarkan pada

Diberikan kepada

Bergantung kepada

8. Dalam judul, kata-kata berikut diawali dengan huruf kecil (bukan kapital)

bagi, di, ke, dari, dalam, untuk, guna, dengan, karena, oleh, pada, tentang, sejak, selama,
bagaikan, sepanjang, mengenai, terhadap, bagaikan, daripada, kepada, sampai, dan, atau,
tetap, sesudah, setelah, sebelum, ketika, tatkala, sewaktu, sambil, seraya, selagi, sehingga,
jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala, andaikan, agar, supaya, agar supaya, biar,
biar(pun), meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun, kendati(pun), seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, bahwa, sang

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 40


Pertemuan V

Strategi Pendekatan ke Penerbit

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 41


Pengajuan Naskah ke Penerbit

Setelah naskah rampung, penulis tidak perlu menunda-nunda untuk


memublikasikan karyanya tersebut. Salah satu caranya adalah mengirimkan naskah
itu ke penerbit. Ada dua cara. Pertama, penulis bisa mengirimkan dalam bentuk
hardcopy via pos atau paket pengiriman. Kedua, penulis dapat mengirimkan
softcopy-nya saja melalui surat elektronik (e-mail).
Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui penulis sebelum mengirimkan
naskah bukunya ke penerbit. Penulis harus menyesuaikan naskahnya dengan profil
penerbit. Untuk itu, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab.
1. Apa jenis buku Anda? Populer atau serius?
2. Seluas apa pasar yang Anda incar? Nasional atau lokal?
3. Bagaimana sistem kerja sama yang Anda inginkan? Beli putus atau royalti?
4. Kapan Anda ingin buku Anda terbit? Segera atau tahun depan?
5. Bagaimana metode pemasaran yang Anda kehendaki? Via toko buku,
distributor, atau MLM?

Sebagai penulis, kita mesti memahami bahwa penerbit memiliki prioritas dalam
menerbitkan buku tertentu. Masing-masing penerbit memiliki keunggulan tertentu
dan spesialisasi dalam hal-hal tertentu pula.
Untuk itu, penulis perlu mengetahui lingkup produk penerbit. Caranya,
mempelajari katalog buku yang secara reguler dirilis penerbit. Penulis juga perlu
mempelajari dan mengetahui profil penerbit. Dari mana bisa didapatkan? Kita bisa
mendapatkannya lewat sumber internet dan survei langsung di toko-toko buku.
Selain itu, penulis perlu mempelajari contoh-contoh kerja sama untuk memahami
mekanismenya antara penulis dan penerbit. Yang perlu dicatat: penerbitan berbeda
dengan percetakan.
Percetakan adalah badan usaha yang memperbanyak suatu tulisan dan gambar
dengan mesin cetak. Penerbitan ialah badan usaha yang berinvestasi pada hasil

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 42


karya tulisan dan memberikan royalti kepada pengarangnya (Sutanto Leo, 2010 :
142).
Untuk melalui sebuah penerbitan, ada berbagai proses yang dilalui. Proses
tersebut melibatkan awak redaksi seperti editor, tenaga setter (penata letak),
desainer, dan ilustrator. Misalnya, setelah masuk, naskah akan melalui proses
seleksi. Seleksi ini bisa memakan waktu antara satu hingga tiga bulan.
Setelah naskah dinyatakan layak terbit, ada proses penyuntingan yang bisa
dilakukan sampai beberapa kali untuk meminimalkan kesalahan bahasa.
Selanjutnya, naskah akan ditata letak (lay out) serta melibatkan desainer atau
ilustrator. Maka, jangan heran jika proses naskah yang masuk di penerbit bisa
memakan waktu yang lama.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 43


Proposal Pengajuan Buku

Agar penerbit mudah dalam mempelajari naskah, penulis sebaiknya melampirkan


proposal pengajuan naskah beserta naskah buku yang hendak dikirimkan. Ada pula
penerbit yang bersedia menerima proposal terlebih dahulu. Misalnya, Gramedia dan
Elex Media Komputindo. Berikut ini contoh proposal pengajuan naskah ke penerbit.
Isi Proposal
Secara umum, proposal yang dikirimkan oleh penulis mencakup informasi sebagai
berikut.
a. Judul buku
b. Nama penulis yang akan dipakai di cover
c. Uraian singkat latar belakang penulisan buku
d. Daftar isi beserta rincian tiap-tiap bagian atau bab
e. Penjelasan tentang target pembaca. Target ini harus jelas, prospektif, dan
sebaiknya luas. Semakin luas target pembacanya, semakin menarik naskah itu
bagi penerbit.
f. Rincian jumlah halaman beserta tanggal penyelesaian buku yang
direncanakan.
g. Riwayat penulis (biodata lengkap, rriwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, dan
segala aktivitas yang bisa mendukung penjualan bukunya nanti)
h. Daftar karya tulis yang telah diterbitkan, juga yang akan diterbitkan.
Pengalaman penulis (misalnya artikel dimuat di surat kabar, bukunya telah
dipublikasikan) bisa menjadi poin penting.
i. Buku-buku yang telah beredar sebagai pesaing naskah yang diajukan.
j. Kelebihan dan kekurangan naskah dibandingkan dengan buku yang sejenis
telah beredar.
k. Tiga contoh bab lengkap yang diambil secara acak atau berurutan. Yakni, bab
andalan penulis atau dianggap paling baik.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 44


l. Alamat penulis, e-mail, dan nomor telepon/HP.
m. Tokoh yang relevan untuk dimintai kata pengantar.
n. Ide publisitas, promosi, dan pemasaran buku (jika ada).

Yang patut diketahui, tidak semua penerbit mengharuskan penulis untuk


membuat proposal seperti di atas. Ada pula penerbit yang hanya meminta: (1) judul
buku, (2) nama penulis, (3) biodata penulis, (4) target pembaca, dan (5) dua atau
tiga contoh bab sebagai informasi awal.
Proposal bisa dikirimkan secara langsung ke penerbit, dikirim via pos, facsimile,
dan e-mail. Demikian juga halnya dengan naskah. Naskah buku bisa dikirimkan
secara langsung ke penerbit dengan dimasukkan ke amplop. Ingat, penulis perlu
menemui pihak yang berkompeten dan meminta tanda terima. Naskah juga bisa
dikirimkan via pos. Jangan lupa menuliskan alamat penerbit dengan lengkap dan
jelas. Selain itu, naskah dapat dikirimkan via e-mail (soft copy) melalui fasilitas file
attachment. Namun, sebaiknya penulis mengonfirmasi kepada penerbit apakah
mereka mau menerima naskah lewat e-mail. Atau, informasi mengenai hal ini bisa
diakses ke situs penerbitnya.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 45


Ragam Tanggapan Penerbit

Pada umumnya, tanggapan penerbit ada tiga macam. Yakni, menyetujui,


menyetujui dengan syarat, dan menolak. Proses pengambilan keputusan ini tidak
bisa dibilang singkat. Ada proses yang dilalui untuk membuat keputusan bahwa
suatu naskah diterima atau tidak. Misalnya, rapat editor dan rapat redaksi yang
bahkan bisa melibatkan konsultan ahli.
Soal waktu, ada penerbit yang memberikan keputusan sampai dua minggu, satu
bulan, atau bahkan tiga bulan setelah naskah dikirimkan oleh penulis. Yang jelas,
penulis harus sabar menunggu. Namun, ada etika tidak tertulis yang perlu dipahami
dan diketahui oleh penulis. Yakni, jangan mengirimkan satu naskah ke beberapa
penerbit sekaligus.

Menyetujui
Jika naskah langsung disetujui penerbit, bisa dipastikan bahwa naskah tersebut
dianggap sudah sempurna. Artinya, naskah itu sesuai dengan standar yang
ditetapkan penerbit. Apabila ada perbaikan yang bersifat minor, penerbitlah yang
akan melakukannya. Perbaikan naskah yang dilakukan oleh penulis profesional
biasanya sedikit.

Menyetujui dengan Syarat


Pada kasus ini, ada beragam syarat yang biasanya diajukan penerbit.
1. Penerbit meminta penulis merevisi substansi, baik berupa penambahan
naskah yang dianggap kurang lengkap ataupun pengurangan naskah yang
dinilai kurang relevan. Tentu saja pihak penerbit akan memberikan
penjelasan tentang hal-hal tersebut.
2. Penerbit meminta penulis membeli sejumlah persentase tertentu dari tiras
(jumlah) buku yang akan dicetak. Misalnya, 50 persen. Biasanya, hal ini
dilakukan penerbit jika mereka ragu akan target pasar buku itu.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 46


Menolak
Ada beberapa alasan mengapa penerbit menolak suatu naskah.
1. Penerbit tidak yakin dengan potensi pasar buku tersebut.
2. Substansi naskah tidak lebih baik daripada buku-buku sejenis yang sudah
beredar. Misalnya, ada buku bertema serupa yang mungkin isinya lebih
bagus dan lengkap.
3. Naskah dikirimkan ke penerbit yang tidak tepat. Yaitu, penerbit yang tidak
menerbitkan genre naskah itu. Contohnya, jika mengirimkan naskah ilmu
kedokteran ke penerbit yang spesialisasinya di bidang komputer, siap-siap
naskahnya ditolak.
4. Naskah mengandung beberapa pelanggaran seperti plagiarisme, penghinaan,
ataupun fitnah yang berpotensi merugikan kelompok masyarakat, penerbit,
dan penulis.
5. Isi naskah sudah out of date alias ketinggalan zaman.
6. Penulis dianggap tidak mampu menulis. Misalnya, substansinya tidak tepat
sasaran, alur logikanya tidak tajam, susunannya sukar dipahami, idenya
kurang sesuai, informasinya tak bisa dipercaya, etika penulisan tidak
dipatuhi, atau bahkan cara pengetikannya tidak memenuhi standar.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 47


Penerbitan Jalur Cepat

Naskah

Percetakan Biaya dari penulis

Penjilidan

dan Pengepakan

Kembali ke penulis

Promosi dan marketing

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 48


Jalur Penerbitan Normal

Proposal Penilaian editor Presentasi

Naskah Penilaian marketing

Tanda tangan kontrak Persetujuan bagian Persetujuan direktur


keuangan

Persetujuan bagian produksi Komunikasi dengan penulis

Proses penyuntingan Perencanaan desain

Setting Persiapan gambar

Kembali ke penulis Proofread terakhir

Penjilidan, pengepakan, dan Percetakan


penyimpanan

Distribusi Promosi dan marketing

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 49


Pertemuan VI

Strategi Pemasaran-Pendistribusian

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 50


Strategi Mendistrisbusikan Buku

Ada dua orientasi seorang penulis dalam menyebarkan buku. Pertama, ia


memang berniat menjual. Kedua, ia memberikan secara cuma-cuma alias gratis
(nonfinansial). Orientasi kedua tentu lebih mudah karena si penulis tak perlu repot-
repot mencari orang untuk mau membeli bukunya.
Ia bisa memilih tokoh tertentu, kolega, relasi bisnis, ataupun teman untuk
menyebarkan bukunya. Hal ini biasanya bertujuan untuk meningkatkan citra
(image). Buku yang disebarkan untuk keperluan nonfinansial umumnya disebarkan
lewat momen tertentu. Misalnya, buku dijadikan suvenir, kenang-kenangan, ataupun
hadiah ketika acara ulang tahun dan pernikahan. Bahkan, ada pula yang
membagikan buku secara gratis saat pemilu atau pilkada dengan tujuan mencari
simpati atau dukungan.
Lantas, bagaimana jika kita hendak mendistribusikan buku dengan tujuan mencari
keuntungan (finansial)? Ada beberapa strategi untuk memasarkan buku.
a. Menggandeng distributor besar
Apabila mencetak buku dalam jumlah banyak (1.000-3.000 eksemplar),
penulis dapat bekerja sama dengan distributor besar. Untuk penyebaran di
toko buku berskala nasional, dibutuhkan minimal 1.000-2.000 eksemplar.
Keuntungan kerja sama ini adalah penulis tidak perlu repot mengurusi
pendistribusian buku. Namun, pola ini memiliki kelemahan dari sisi margin
laba. Sebagian besar distributor meminta fee antara 55-65 persen. Akan
tetapi, sebenarnya hal ini sepadan dengan beratnya upaya dalam memasarkan
buku.
b. Menggandeng agen
Menggandeng agen merupakan strategi alternatif jika penulis tidak mau
margin labanya terkurangi terlalu besar. Fungsi agen hampir sama dengan
distributor. Bedanya, skala distribusi pada agen lebih kecil daripada distributor.
Kekurangannya, agen cenderung lebih pasif dalam memasarkan buku, tidak

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 51


seperti distributor yang aktif menawarkan ke toko-toko buku. Pihak agen
cenderung menunggu pembeli datang sendiri. Untuk mencari agen, penulis
bisa melakukan pendekatan profesional ataupun relasional. Pendekatan
profesional adalah penulis bekerja sama dengan pihak agen meski tidak
memiliki hubungan khusus. Dalam pendekatan relasional, penulis bekerja
sama dengan agen yang memiliki hubungan khusus. Misalnya, kedua pihak
adalah saudara, teman, atau lembaga tertentu yang telah dikenal sang
penulis.
c. Langsung ke toko buku
Pada pemasaran jenis ini, penulis datang ke toko buku dengan menawarkan
langsung. Penulis bisa menghubungi manajer toko dan menawarkan buku
untuk dititipkan di toko buku tersebut. Soal jumlah, hal ini bergantung pada
kesepakatan bersama. Umumnya, penulis bisa menitipkan buku sebanyak 10-
15 eksemplar di toko buku. Biasanya, pihak toko buku akan meminta diskon
kepada penulis. Besarannya bergantung pada besar atau kecilnya toko buku
itu dan popularitas si penulis. Rata-rata diskon untuk mereka berkisar antara
20-40 persen.
d. Menjual di event
Penulis bisa memanfaatkan event tertentu untuk memasarkan bukunya.
Misalnya, pameran atau bazar buku. Selain itu, penulis dapat menawarkannya
saat ada acara yang melibatkan komunitas tertentu yang aktivitasnya
berkaitan dengan genre buku yang ditulis. Misalnya, memasarkan buku puisi
saat ada kegiatan komunitas sastra atau menjual buku motivasi dalam seminar
motivasi.
e. Menjual langsung
Ini salah satu kiat pemasaran yang banyak dilakukan oleh para penulis.
Mereka bisa menawarkan buku secara langsung kepada kolega, rekan kerja,
ataupun teman. Jika buku kita mendapat sambutan hangat, bukan tidak
mungkin teman atau kolega tadi memberitahukan kepada orang lain yang

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 52


dikenalnya. Hal ini tentu menguntungkan karena si penulis mendapat promo
gratis lewat informasi dari mulut ke mulut.
f. Menjual secara online
Selain penjualan secara konvensional seperti disebutkan di atas, penulis dapat
menjual bukunya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Salah satunya
adalah penjualan online lewat internet. Penulis tinggal mengunggah sampul
buku beserta sinopsis (ringkasan) buku plus informasi lain seperti harga buku.
Penjualan online ini bisa dikatakan lebih mudah dan murah. Tak heran jika
banyak penulis yang mencoba menawarkan bukunya dengan cara ini. Ada
beberapa kiat dalam penjualan online ini.
 Menjual lewat situs jejaring sosial
Penulis bisa menampilkan sampul buku dan informasi seputar buku di
akun jejaring sosial yang dimiliki. Misalnya, Facebook, Twitter, Edmodo,
Twoo, dan lain-lain.
 Program kemitraan Google
Untuk memperoleh layanan ini, seseorang harus memiliki akun Google
terlebih dahulu. Selanjutnya, penulis masuk ke setelan Google, cari
menu [produk] Google, lalu pilih fasilitas [program mitra]. Penulis bisa
melakukan posting bukunya untuk tampil di Google Books plus
menyertakan tautan (link) agar orang lain bisa mengetahui atau
membeli buku tersebut.
 Amazon Kindle
Seperti diketahui, amazon.com adalah salah satu situs jual beli
terkemuka di dunia. Penulis bisa mempromosikan bukunya secara gratis
di amazon.com, terutama di Kindle (bagian khusus amazon.com untuk
penjualan buku dan sejenisnya). Caranya, penulis harus memiliki akun
dahulu di Kindle dan mengupload buku di server mereka. Di
amazon.com, penulis dapat mempromosikan bukunya di seluruh dunia.
Hanya, penulis perlu memberikan informasi promo buku dalam bahasa
Inggris.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 53


 Layanan self publishing online
Banyak layanan self publishing online yang bisa dimanfaatkan penulis.
Salah satu yang popular adalah Lulu (lulu.com). Di dalam negeri, ada
layanan sejenis dari Mizan (mizan.com). Misalnya, untuk masuk ke
mizan.com, penulis perlu mendaftar sebagai anggota, download
template bukunya, kemudian masukkan ke server mizan.com. Pada
menu pengaturan, penulis bisa menentukan harga jual dan keuntungan
yang diperoleh dari tiap penjualannya. Soal modal, tidak perlu khawatir.
Sebab, pencetakannya menjadi urusan Mizan. Penulis tinggal upload
naskah, selebihnya akan diurusi mereka. Si penulis akan mendapatkan
pembayaran jika ada pembeli lewat situs Mizan. Hanya, pada layanan
ini, umumnya ada syarat ukuran halaman buku yang sesuai dengan
standar mereka. Jika ukuran buku tidak sesuai dengan standar
tersebut, penulis perlu mengubahnya.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 54


Daftar Pustaka

Akhadiah, S., Arsjad, M.G., Ridwan, S.H. Pembinaan Kemampuan Bahasa Indonesia.
1998. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. 2003. Jakarta:


Pusat Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. 2003. Jakarta:


Pusat Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. 2008.
Jakarta: Pusat Bahasa.

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. 2006. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Hernowo. Mengikat Makna; Kiat-Kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan Plus


Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. 2001. Bandung: Kaifa.

Karimi, Achmad Faizin. Siapapun Bisa Menerbitkan Buku. 2012. Gresik: MUHI Press.

Leo, Sutanto. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. 2010. Jakarta: Erlangga.

Nadia, Asma. “Menulis Wahana Ekspresi Diri”. 2004. Percikan Iman. 08 : 20-21.

Prasetyo, Eko. Kekuatan Pena. 2011. Jakarta: Penerbit Indeks.

Setiawan, Otong. Essay Writing Book 3. 2009. Bandung: Yrama Widya.

Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa. 2008.


Bandung: Angkasa.

Wibowo, A. “Menjadi Bagian dari Peradaban”. 2004. Percikan Iman. 08 : 10-12.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 55


PROFIL PENULIS

Eko Prasetyo. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 jurusan Bahasa dan Sastra


Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada
2004. Pengalaman jurnalistiknya ditempa di surat kabar harian Jawa Pos.

Tulisan-tulisannya yang berupa artikel opini, resensi, cerpen, dan puisi dimuat di
berbagai media cetak seperti Jawa Pos, Republika, Koran Sindo, Suara Karya, Sinar
Harapan, Surya, Suara Merdeka, Analisa, Pikiran Rakyat, Tribun Jogja, dan lain-lain.
Ia telah menulis puluhan buku, di antaranya Menembus Batas Logika (2009), Karena
Ukhuwah Begitu Indah (2010), Apa Yang Berbeda dari Guru Hebat (2011), Kekuatan
Pena (2011), Keterampilan Berbahasa: Tepat Memilih Kata (2012), Jangan Cuma
Pintar Menulis (2015), serta Membaca atau Binasa! (2017).

Lulusan S-2 Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo Surabaya ini juga aktif
berorganisasi. Selain berkegiatan di Forum Aktif Menulis Indonesia, ia membidani
komunitas pencinta buku lawas bernama Griya Literasi di Sidoarjo. Selain aktivitas
mengajar dan menulis, saat ini ia menggawangi Media Guru Indonesia
(mediaguru.id). Ia bisa dihubungi di editor.eko@gmail.com.

Modul Kelas Menulis Buku MediaGuru 56

Anda mungkin juga menyukai