Itu pertanyaan yang lama sekali mengganggu pikiran saya. Jika anda meyakini bahwa
menulis adalah sebuah keterampilan, mestinya ada panduan yang benar-benar bisa
memandu orang untuk menulis secara mudah dan cepat.
Ada nasihat yang sudah lama saya dengar: Menulislah sebagaimana anda bicara. Saya
kira anda bisa mendapatkan titik terang dari sana. Ketika anda bicara, anda tidak
merisaukan kata-kata yang anda sampaikan. Ketika anda bicara, gagasan anda mudah
ditangkap oleh lawan bicara anda. Ketika anda bicara, anda tidak terlalu berpikir
apakah anda akan menggunakan kata-kata yang sanggup mengguncangkan dunia atau,
setidaknya, membikin ayan pendengar anda. Anda berbicara lancar karena anda sudah
menguasai kecakapan itu.
Maka, ketika anda menulis seperti anda bicara, gagasan yang anda sampaikan dalam
tulisan anda pastilah bisa ditangkap dengan mudah. Dan anda akan menulis lebih
cepat dan lebih lancar. Atau anda memang ingin menulis dalam cara yang tidak mudah
dipahami?
Saya kira itu warisan dari pelajaran kesastraan yang kita dapatkan di SMP. Oleh
buku pelajaran sastra SMP, kita diberi tahu bahwa konon bahasa kesusastraan adalah
bahasa yang berbeda dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa kesusastraan
adalah bahasa indah, kalau bisa setiap kata harus ditumbuhi sayap yang akan terus
mengepak-ngepak sampai tiba hari kiamat. Setiap kata dalam karya sastra, kalau kita
menjualnya eceran, mungkin harganya Rp50 ribu, sementara bahasa sehari-hari
harganya Rp1.000,- saja. Untuk membenarkan anggapan itu, kita diberi contoh-contoh
puisi karya J.E. Tatengkeng, Amir Hamzah, dan sebagainya, yang memang menggunakan
bahasa Melayu dengan rasa bahasa zaman itu. Tentu saja itu jauh berbeda
dibandingkan bahasa keseharian kita sekarang.
Penanaman keyakinan semacam itu mengenai bahasa kesusastraan saya kira telah
mewariskan ketegangan pada siapa saja yang berniat menulis. Saya sudah lama tidak
membaca buku pelajaran kesusastraan SMP, sehingga tidak tahu lagi apakah pandangan
tentang sastra masih seperti itu atau sudah berubah.
Namun, terus terang, pelajaran itu sempat memberikan beban mahaberat kepada saya
ketika saya mula-mula belajar menulis. Yang membuat saya bisa menyingkirkan beban
pelajaran SMP dan lebih rileks dalam urusan tulis-menulis adalah adanya orang-orang
yang tidak memedulikan apakah setiap kata dalam tulisan mereka harus kata-kata
besar atau kata-kata yang mungil belaka. Penulis Ernest Hemingway mengatakan, “...
ada kata-kata yang lebih lazim, lebih simpel, dan lebih baik, dan kata-kata seperti
itulah yang saya gunakan.” Dan dengan keyakinan semacam itu, ia menjadi penulis
yang produktif. Penulis fiksi ilmiah paling produktif, Isaac Asimov, menyatakan hal
yang kurang lebih serupa ketika ditanya apa rahasia kreativitasnya. “Karena saya
menulis simpel dan apa adanya,” katanya.
Jadi apakah menulis bisa dilakukan secara mudah dan cepat?
Sekarang saya akan menjawab itu dengan sebuah pertanyaan juga: Kenapa tidak
membuktikannya? Penulis kita Budi Darma membuktikan itu dengan menyelesaikan salah
satu bukunya dalam waktu seminggu. Edward de Bono menulis Buku tentang Kearifan
hanya dalam waktu empat pagi hari. "Karena siang hari terlalu panas, dan malamnya
ada acara," katanya. Robert L. Stevenson konon menulis salah satu novelnya yang
sangat terkenal The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde dalam waktu 72 jam. Dan
dalam urusan kecepatan ini, contoh yang sangat fenomenal adalah Issac Asimov. Ia
menulis ratusan novel fiksi ilmiah dan terus mampu mempertahankan kecepatan dan
kualitas penulisannya dengan cara “simpel dan apa adanya.”
Apa Rahasia Menulis Cepat
Rahasia menulis cepat adalah anda menulis secepat-cepatnya. Jika anda tersendat-
sendat, dan sangat mencintai tombol backspace, maka saya harus mengingatkan lagi,
singkirkan pikiran anda. Ia punya bagiannya nanti. Anda hanya perlu menumpahkan apa
saja secepat-cepatnya. Mungkin kalimat anda tidak runtut, tulisan anda salah-salah
ketik. Tidak ada masalah dengan itu. Kalimat anda meloncat-loncat, tidak apa-apa.
Yang penting adalah anda terus bergerak maju dengan kecepatan tinggi. Anda tidak
perlu merisaukan apa pun.
Ketika anda mengerjakan sesuatu tanpa berpikir, anda bisa menyelesaikan urusan itu
secara cepat. Berpikir keras biasanya hanya kita lakukan ketika kita sedang dalam
tahap belajaran untuk menguasai keterampilan tertentu. Ketika kita sudah cakap,
kita bisa mengerjakannya “di luar kepala.” Saya kira kecakapan menulis juga tidak
terlepas dari hukum itu.
Apa lagi rahasia menulis cepat? Menulislah seperti anda bicara. Tampaknya ini
adalah formulasi lain untuk pernyataan Isaac Asimov tentang menulis secara simpel
dan apa adanya.
Masih ada lagi? Buatlah pertanyaan. Anda akan menulis lancar dengan cara merespons
pertanyaan. Dan jawaban atas sebuah pertanyaan akan menghasilkan tulisan sepanjang
apa pun yang anda kehendaki. Dan anda hanya perlu menulis secepat-cepatnya ketika
menjawab pertanyaan itu.***