Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN PENULISAN ILMIAH

(MEMBANGUN KONSEP DAN IDE)

A. Membangun Konsep dan Ide Penulisan Ilmiah

Membangun konsep dan ide dalam penulisan karya ilmiah ini bisa dilakukan dengan
menempuh 2 cara setidaknya. Pertama, kita harus membaca buku atau informasi apa saja
sebanyak banyaknya. Kedua, kita dapat melakukannya melalui percakapan dengan orang
orang yang mempunyai informasi yang memang kita perlukan atau dengan siapa saja
yang kita pandang dapat memperkaya pengalaman kita.

Dalam hal teknisnya penulisan karya ilmiah memerlukan konsep dan ide sehingga
untuk memudahkan para penulis ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman dalam
menulis karya ilmiah. Cara cara ini secara berturut turut dapat dijelaskan dengan
sederhana seperti berikut 1

1) Menulis

Setiap penulis yang sudah berpengalaman pasti tahu bahwa perbuatan menulis itu
sendiri merupakan cara terbaik untuk menciptakan dan menemukan ide-ide. Aktivitas
menulis, melihat kata-kata di atas kertas dan memahami konsep-konsep yang
menyertainya-jelas dapat merangsang otak dan membantu sipenulis untuk
menemukan hubungan hubungan yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Karena tindakan menulis memerlukan proses pemikiran yang intensif, tidaklah


mengherankan bila scorang penulis yang sedang mengerjakan tulisannya dapat
menemukan "sesuatu yang baru". Penemuan ini mungkin dirasakan sebagai suatu
keajaiban, tetapi kalau dia sudah sering merasakannya, ia akan menganggapnya
sebagai sesuatu yang wajar. Yang jelas taraf kepenulisan seseorang akan membuatnya
semakin yakin bahwa aktivitas menulis merupakan cara terbaik baginya untuk
membangkitkan kreativitasnya dalam rangka menemukan sesuatu yang baru.

Keajaiban seperti itu mungkin agak sulit dipercaya oleh para calon penulis,
termasuk di antaranya kita yang masih pemula. Oleh karena itu kita dapat mencoba

1
Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis: Panduan untuk mahasiswa dan calon
mahasiswa. Yogyakarta: Andi. Hal 41-49.

1
cara-cara penemuan yang lain telebih dahulu. Di samping latihan menulis secara
terus-menerus, kita juga berusaha untuk menguasai cara-cara lain itu sebagai alternatif
atau cadangan bagi kepentingan kita untuk membangkitkan kreativitas.

2) Brainstorming

Brainstorming adalah suatu teknik asosiasi bebas untuk membangkitkan energi


intelektual. Di sini kita memulai dengan satu kata atau satu ide tertentu. Selanjutnya
kita mulai menulis segala sesuatu yang berkaitan dengan ide itu dalam suatu waktu
tertentu. Biasanya kita dapat melakukannya dalam waktu sampai dengan 20 menit. Di
sini kita mencatat apa saja yang muncul dalam pikiran kita.

Cara ini dapat dilakukan secara berkelompok atau secara individual. Apabila
dikerjakan secara kelompok, maka seseorang harus bertindak sebagai pencatat dan
bertugas menuliskan ide-ide yang muncul. Di sini tidak perlu ada takut pada soal tata
bahasa, ejaan, dan sebagainya. bahkan juga tidak perlu takut mengenai kebenaran
penjelasan yang dinyatakan oleh teman-teman kita. Hal yang penting di sini adalah
mendapatkan sebanyak-banyakya penjelasan mengenai ide sentral yang telah
ditentukan sebelumnya dalam waktu yang secepat-cepatnya Apabila dikerjakan secara
individual, pada prinsipnya seseorang mengerjakan hal yang sama la juga harus
mencatat ide-ide yang ditemukannya selama proses itu berlangsung.

Ada dua prinsip penting yang harus diingat di dalam melakukan brainstorming.
Pertama, kita belum memikirkan apakah ide-ide yang kita hasilkan itu benar atau
salah, penting atau tidak penting, dapat dipraktekkan atau tidak, dan sebagainya Yang
penting di dalam proses ini adalah pengumpulan ide-ide yang berkaitan dengan topik
itu sebanyak-banyaknya Kedua, terjadinya tumpang tindih ide dianggap sebagai
sesuatu yang wajar karena memang bclum dievaluasi. Kita akan memikir kannya
kembali dan sekaligus mengevaluasi ide-ide yang yang telah terkumpul itu di dalam
kesempatan berikutnya.

Keuntungan pokok dari proses ini adalah bahwa secara sadar atau tidak kita telah
memulai proses berpikir. Rangkaian proses berpikir seperti ini jelas akan
membangkitkan energi intelektual yang dimiliki seseorang. Jika proses berpikir itu
dilakukan secara berkesinambungan, rangkaian proses berpikir seperti ini akan
menghasilkan ide-ide yang lebih menarik daripada ide pada awalnya. Sebuah

2
penemuan yang mengejutkan akan menjadi bagian yang wajar dari kelanjutan proses
seperti itu.

3) Membuat Tulisan Bebas yang Terarah

Percakapan dengan orang lain mengenai topik yang menyenangkan terkadang


dapat menajamkan pemahaman otak kita terhadap suatu masalah. Proses ini kadang
juga sangat mengherankan sebab efek pemahaman seperti itu tidak pernah diduga
sebelumnya. Kata-kata itu keluar dari mulut kita dengan begitu lancarnya padahal kita
sebelumnya tidak pernah memikirkan pendapat atau ide itu. Jadi, sesuai dengan
proses kemunculannya, dapat disimpulkan bahwa tindakan meletakkan kata-kata
secara bersama-sama ternyata dapat membangkitkan pikiran bawah sadar seseorang
dan membawa keluar sejumlah informasi yang selaras dengan topik yang sedang
dibicarakan.

Dengan proses yang lebih kurang sama hal seperti itu dapat diterapkan di dalam
menulis (bahasa tulis). Kalau di dalam bahasa lisan kita mengenal percakapan bebas,
di dalam bahasa tulis kita mengenal adanya tulisan bebas. Dengan membuat sebuah
tulisan bebas kita dapat memperoleh efek kreativitas yang sama.

Dalam proses membuat tulisan bebas, seseorang duduk dengan sebuah mesin
ketik atau alat tulis yang lain, kertas seperlunya, dan beberapa peralatan sederhana
lain yang mungkin diperlukan. Ia mulai menulis apapun yang terlintas di dalam
ingatannya sekurang-kurangnya dalam waktu sepuluh menit. Jika ia berhenti dan
tidak dapat berpikir tentang apa yang hendak dinyatakan, ia harus bertindak jujur.
Secara jujur ia dapat menyatakan, "Saya buntul" Hal seperti ini biasanya tidak
berlangsung lama dan ia segera dapat melanjutkan tulisannya.

Untuk menembus hambatan atau kebuntuan di dalam menulis, cara seperti itu
dapat digunakan. Tetapi kalau untuk menggali materi pada suatu topik misalnya, kita
perlu mengerjakan tulisan bebas yang terarah. Topik kita cantumkan pada kertas dan
kita dapat mulai menulis apa yang terlintas dalam pikiran kita mengenai topik itu.
Meskipun perubahan atau perpindahan dari satu ide ke ide yang lain cukup penting
kita sebaiknya tidak berhenti untuk mengedit atau mengoreksi tulisan yang sedang
kita kerjakan. Ini penting untuk diperhatikan karena berhenti sebentar untuk
memikirkan apa yang sedang ditulis kemungkinan besar akan menghambat beberapa

3
pikiran yang akan berkembang menjadi ide yang produktif. Bila hal itu terjadi berarti
tujuan utama untuk memproduksi materi tulisan menjadi tidak sepenuhnya berhasil.

Peter Elbow (1973) di dalam bukunya yang berjudul Writing Without Teachers
menyarankan bahwa sehabis satu sesi kita harus berhenti untuk memikirkan kembali
hal pokok yang telah ditulis. Kemudian hasilnya kita tulis dalam sebuah kalimat saja.
Setelah beristirahat, kita mulai lagi menulis selama 10-15 menit dengan menggunakan
ringkasan itu sebagai titik awal. Kita dapat melanjutkannya sampai tiga atau empat
sesi sampai kita menemukan beberapa poin yang kita inginkan untuk membuat dan
mengembangkan tulisan yang sesungguhnya.

4) Diagram Pohon

Cara ini biasa digunakan untuk membagi suatu topik yang luas ke dalam topik-
topik yang lebih sempit dan membaginya lagi ke dalam sub-sub topik yang semakin
ke bawah semakin menyempit. Sebagai contoh, jika Anda mempunyai pengetahuan
yang baik mengenai dunia fotografi dan akan menulis artikel mengenai hal itu, Anda
dapat membagi topik itu, misalnya menjadi fotografi komersial dan fotografi amatir.
Keduanya dapat diperinci lagi misalnya menjadi: fotografi olah raga, fotografi bawah
laut, fotografi periklanan, fotografi lukisan, dan sebagainya Semua itu dapat diperinci
lagi sesuai kebutuhan.

Dengan demikian cara ini merupakan cara yang bagus untuk menghasilkan
gambaran-gambaran materi pada sub-sub topik. Di samping itu, cara ini dapat
menciptakan peluang yang bagua bagi penulis untuk memilih masalah yang
menurutnya menarik dan sudah dikuasainya. Sebagai contoh, jika seseorang tertarik
pada olah raga (khususnya cabang olah raga menyelam di laut) dan fotografi, ia dapat
menggabung-kannya dan menulis tentang fotografi olah raga menyelam di laut atau
tentang pesona fotografi bawah laut. Manfaat lain dari cara pembagian topik secara
berantai ini tentu saja masih ada. Dengan cara ini scorang penulis juga dapat
menyadari sepenuhnya mengenai koordinat' masalah yang sedang akan ditulisnya.
Kesadaran ini akan memungkinkan penulis untuk bekerja secara jelas; penulis tidak
akan memperluas ke dalam sub-sub topik yang lain kalau memang hal itu tidak
dikehendaki karena ia telah tahu secara persis 'posisi masalah yang sedang dan akan
ditulisnya.

5) Pertanyaan-pertanyaan Jurnalis

4
Rangkaian model pertanyaan ini biasanya digunakan oleh para wartawan untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan guna kepentingan penulisan sebuah berita.
Rangkaian model pertanyaan ini biasanya dikenal dengan rumus 5W+1H yang
selengkapnya dapat disebutkan secara berturut-turut seperti berikut ini:

a) What (apa yang terjadi)?


b) Who (siapa yang terlibat)?
c) Where (di mana itu terjadi)?
d) When (kapan itu terjadi)?
e) Why (mengapa itu terjadi)?
f) How (bagaimana itu terjadi dan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi orang
lain)?

Model pertanyaan seperti itu dapat digunakan oleh penulis lain untuk menggali
materi yang diperlukan bagi tulisannya Sebagai contoh, jika seorang tertarik pada
masalah arsitektur tradisional Jawa, khususnya bangunan model joglo, ia dapat me
mulai dengan pertanyaan-pertanyaan itu untuk menggali atau mencari materi yang
diperlukan. Contohnya seperti:

 Apa yang terjadi? Keberadaan model bangunan joglo.


 Siapa yang terlibat? Para arsitek (baik arsitek tradisional maupun arsitek
moderen); para pecinta budaya; atau siapa saja yang masih me- nyenangi model
bangunan ini.
 Dimana itu terjadi? Di daerah Solo-Yogya dan sekitarnya.
 Kapan itu terjadi? Sejak dahulu sampai saat ini.
 Mengapa itu terjadi? Karena ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh model
bangunan itu..
 Bagaimana itu terjadi dan bagaimana hal itu bisa bertahan sampai saat ini
(bagaimana sampai dapat mempengaruhi orang yang hidup pada saat ini)?

Tidak diketahui siapa penciptanya pertama kali (anonim). Ada nilai-nilai filosofis
dan nilai-nilai artistik yang terkandung dalam model bangunan itu dan masih
dipandang relevan untuk saat ini.

Dengan permulaan seperti itu seorang penulis dapat lebih memusatkan pada
aspek-aspek yang dikuasainya dan dipandang sebagai masalah yang menarik untuk
ditulis. Misalnya, apabila ia seorang arsitek, ia dapat lebih memusatkan pada ciri- ciri
arsitektur model bangunan joglo (mungkin ditambah dengan soal variasinya,
perubahannya, dan sebagainya). Apabila ia seorang sejarawan, ia semestinya lebih
memusatkan pada aspek historisnya (misalnya kapan model itu digunakan secara luas

5
oleh masyarakat Jawa); dan apabila ia seorang filosof, ia semestinya memusatkan
pada aspek filosofisnya (nilai-nilai filosofis apa saja yang terkandung di dalamnya),
dan sebagainya.

6) Pemikiran Prismatis

Pemikiran prismatis akan sangat membantu penulis di da lam menentukan sudut


pandang sebuah topik. Apabila ia merasa ikut berada dalam suatu kejadian, itu berarti
ia berlaku se bagai salah seorang partisipan; apabila ia berada di luar kejadian dan
melihat orang lain yang sedang terlibat dalam satu kejadian, itu berarti ia hanya
berlaku sebagai penonton; dan akhirnya kalau ia mengambil jarak tertentu dengan
kejadian itu dan hanva mencatat apa yang sedang terjadi, itu berarti in ber laku
sebagai seorang reporter. Pengamatan dengan tiga perspektif yang berbeda ini dengan
tingkat keterlibatan yang juga berbeda biasa disebut sebagai pemikiran prismatis
(prism thinking).

Dengan memperhitungkan tingkat keterlibatan kita ter hadap sebuah topik, itu
berarti akan membangkitkan sudut pandang yang jelas terhadap hal yang akan ditulis.
Sudut pandang yang jelas ini sangat penting bagi penulis di dalam mem buat tulisan
yang efektif. Tanpa sudut pandang yang jelas, sebuah tulisan tidak akan menarik
karena pembacanya tidak menemukan sikap penulis secara tegas. Pembacn nkan
dibingungkan oleh perspektif penulis yang campur aduk sebagai penonton, kadang
sebagai partisipan, dan kndang sebagai reporter. Tulisan dengan sikap yang tidak
konsisten seperti ini jelas merupakan tulisan yang tidak efektif. Jadi seorang penulis
yang baik harus memilih salah satu sudut pandang di dalam tulisannya.

Itu tidak berarti bahwa penulis sama sekali tidak boleh menggunakan sudut
pandang yang berbeda. Penulis bolch memakai sudut pandang yang berbeda asalkan
sudut pandang tersebut dipakai dalam posisi sebagai contoh, ilustrasi, dan sejenisnya.

7) Studi Pustaka

Cara ini merupakan cara yang baik untuk menentukan topik, khususnya untuk
tulisan ilmiah. Semua kegiatan ilmiah, termasuk di dalamnya berbangai penelitian,
hasilnya pasti ada di perpustakaan. Dengan pergi ke perpustakann orang dapat me
ngetahui apn yang sudah diteliti dan apa yang belum diteliti; atau lebih tajam lagi, in
dapat mengetahui apa yang sudah diteliti secara mendalam dan yang belum digarap

6
secara mendalam. Jadi studi pustaka akan memberi peluang bagi seseorang untuk
memilih dan menentukan topik yang hendak ditulisnya.

Apabila topik sudah ditentukan, cara ini bisa terus dila kukan sebngai persiapan
yang baik bagi langkah penulisan se lanjutnya. la dapat meneliti topik yang sudah
dipilih dan melihat kemungkinannya untuk dikembangkan. Cara yang ditempuh
biasanya dengan melihat ke katalog subjek (topik) atau ke katalog judul dan meneliti
semuahal yang berkaitan dengannya.

Tingkat ketekunan seseorang di dalam melakukan studi pustaka akan sangat


menentukan keberhasilan pemahaman terhadap topik yang sedang dikerjakan.
Ketekunan yang sungguh-sungguh sering menghasilkan penemuan yang tidak terduga
sebelumnya.

B. Syarat Pemilihan Topik

Topik adalah pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dan sebagainya;
bahan diskusi. Topik berasal dari bahasa Yunani, yaitu topoi yang artinya inti utama dari
seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan.
Dari kedua definisi di atas, kita dapat melihat adanya persamaan arti dari topik yaitu
pokok pembicaraan atau secara bebas dapat juga kita artikan sebagai permasalahan yang
dibahas atau diuraikan.2

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topic adalah darimanapun


sumber topic diperoleh keputusan dan penentuan terakhir terletak pada mahasiswa
sendiri. Oleh karena itu, sebelum topic ditentukan, dia harus terlebih dahulu menanyakan
beberapa hal kepada dirinya sendiri, sebagai berikut:3

1) Apakah topic tersebut dapat dijangkau, dikuasi (manageable topic)?


2) Apakah bahasa-bahasa/data-data tersedia secukupnya (obtainable data)?
3) Apakah topic tersebut penting untuk diteliti (significant of topic)?
4) Apakah topic tersebut cukup menarik minat untuk diteliti dan dikajikan (interested
topic)?

Dan penjelasan topik diatas dapat dibaca dibawah ini:

1) Manageable topic (mempunyai kesanggupan, menguasai pokok masalah)


2
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan
Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta Kencana.
3
Amirul Hadi, 1998, Metodologi Penelitian Pendidikan II, Pustaka Setia: Bandung

7
Salah satu saran yang sangat simpatik adalah “jangan sekali-kali melakukan
apapun yang ada di luar jangkauan kemampuan diri sendiri”

Dengan demikian, hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan:

a) Apakah latar belakang pengetahuan, kecakapan, dna kemampuan diri sendiri,


sudah cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
topic yang akan dikerjakan?
b) Apakah waktu, dana telah dipikirkan dengan masak dan mencukupi?
c) Apakah topik tersebut dapat memperoleh konsultan/pembimbing dengan mudah?
d) Apakah tidak ada hambatan-hambatan dari pihak-pihak lain, berkenaan dengan
topic tersebut?

Suatu penelitian tidak akan berhasil dengan memuaskan bilamana mahasiswa


tidak mempunyai bekal pengetahuan juga kecakapan tentang cara-cara mencari dan
mengolah data yang telah terkumpul.

2) Obtanable Data (Mendapatkan data, Berl)

Suatu topik yang sangat baik belum menjadi jaminan bahwa data-datanya yang
tersedia telah mencukupi di dalam penelitiannya, karena data sangat dibutuhkan, baik
untuk mengembangkan dan menguji hipotesis. Selanjutnya untuk mengembangkan
hipotesis juga tidak hanya data semata-mata saja yang dibutuhkan, tetapi juga buku-
buku, bulletin, majalah, Koran, dan sebagainya sangat dibutuhkan sekali. Demikian
pula guna menguji kebenaran hipotesis, mahasiswa harus pergi ke lapangan.

Karena itu, buku-buku bacaan dan teknik pengumpulan dta yagn valid (shohih)
dan reliable (dapat dipercaya), haruslah dikuasai sebaik-baiknya, disamping juga
factor lain, misalnya: faktor pribadi dan faktor-faktor lain di luar haruslah mendapat
perhatian sepenuhnya dari si peneliti sendiri.

3) Significance of Topic (maksud, berarti)

Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah:

a) Dapatkah pembahasan topik tersebut memberikan sumbangan yang cukup berarti


bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada?
b) Apakah mungkin bahwa penelitian tersebut hanya publikasi saja dan tidak ada
betul fisiknya?
c) Mungkinkah penelitian tersebut merupakan pengecekan kembali dari penelitian
yang pernah diadakan atau pengujian ulang?

8
d) Apakah topik tersebut betul-betul perlu diteliti karena mempunyai kegunaan yang
praktis bagi masyarakat?

4) Interested Topic (Menarik minat)

Reseacher (peneliti) haruslah pandai-pandai membangkitkan semangat minatnya


sendiri terhadap suatu topik yang akan diteliti dan dibahasnya. Tanpa adanya minat
yang besar, maka semua usahanya tak akan berhasil, bahkan sia-sia saja. Oleh sebab
itu yang perlu menjadi perhatian adalah:

a) Dengan topik yang telah dikemukakan maka minatnya haruslah dibangkitkan


sebaik-baiknya, agar penelitian dapat diselesaikan dengan sukses.
b) Tentu saja kesuksesan tersebut tanpa diikuti suatu keinginan yang menyimpang.
Mendorong timbulnya minat yang kuat tersebut, semata-mata untuk
mencari scientific truth, bukan untuk “membuktikan kebenaran” pendapat pribadi
dimana kemungkinan hal itu dilakukan tanpa kesengajaan karena dinilai kurang
objektif.
c) Data dikumpulkan sepanjang dapat memperkuat pendapat pribadi, sehingga
sekiranya melemahkan atau bertentangan, data tersebut dilenyapkan/dihilangkan.
Bila telah memilih kerelaan untuk bekerja tanpa prasangka (merasa benar sendiri)

5) Mengembangkan Problematik

Tidaklah heran kalau mahasiswa merasa bingung untuk menemukan atau


mengembangkan problematik suatu penelitian yang ingin dilaksanakan. Mahasiswa
yang sedang mencari dan mengembangkan problematic umumnya merasa gelisah
bahkan cemas. Mengapa demikian? Hal ini terjadi kemungkinan besar karena kurang
luasnya pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti
disamping kelemahan metodologi. Oleh sebab itu perlu diperhatikan beberapa hal
dibawah ini:

a) Usahakan menjadi sarjana yang dapat membina dan mengembangkan spesialisasi


kesarjanaannya.
b) Sikap gemar dan tekun membaca buku-buku banyak relevansinya dengan
spesialisasinya, secara kritis, disamping gemar mendengarkan kuliah-kuliah,
diskusi-diskusi, secara seksama dan berusahalan melatih diri untuk berpikir secara
logis.
c) Sikap rajin mencari bahan-bahan penelitian yang mutakhir.

9
C. Pembatasan Topik

Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus
betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat
khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus. Pembatasan topik sekurang-
kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa hal :4

1) Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan


kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
2) Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan
penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis
akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai
berikut :
a) Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
b) Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu
masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar
lingkaran topik pertama tadi.
c) Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
d) Mengajukan pertanyaan apakah materi tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau
tidak.
e) Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat
khusus dan cukup sempit.
D. Orisinalitas

Orisinalitas diambil dari pengertian bahwa karya yang dihasilkan tidak pernah ditulis
oleh orang lain secara tertulis. Karya ilmiah, khususnya skripsi, tesis, atau desertasi
semaksimal mungkin harus memperlihatkan sisi orisinalitasnya. Sebuah skripsi, tesis,
atau desertasi, bisa dikatakan orisinal apabila memenuhi beberapa kriteria seperti yang
diajukan oleh Murray (2002, hlm. 53, lihat juga Philips & Pugh, hlm. 61-62) sebagai
berikut : 5

1) Penulis mengatakan sesuatu yang belum pernah dikatakan oleh orang lain.
2) Penulis melakukan karya empiris yang belum dilakukan sebelumnya.
3) Penulis menyintesis hal yang belum pernah disentesis sebelumnya.
4) Penulis membuat interpretasi baru dari gagasan atau hasil karya orang lain.
5) Penulis melakukan sesuatu yang baru dilakukan di Negara lain, tapi belum
dilakukan di Negara nya.
4
Zulaeha, Ida, Mukh Doyin, Wagiran. 2016.Bahasa Indonesia, Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah.Semarang : UNNES Press.
5
Bachrudin Musthafa, M.A., PhD. Dekan Fakultas Bahasa, Universitas Widyatama. KOMUNITA

10
6) Penulis mengambil teknik yang ada untuk mengaplikasikannya dalam bidang atau
area yang baru.

E. Penyusunan Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian adalah kalimat yang menunjukan indikasi kearah mana penelitian
dilakukan atau data data serta informasi apa yang akan di capai dari penelitian itu. Bentuk
kalimat dari tujuan penelitian adalah sebuah pernyataan yang konkrit. Jadi bukan kalimat
tanya. Kalau kalimat tanya itu sama kayak rumusan masalah oke.Perlu diketahui bahwa
tujuan penelitian ini ada tiga macam bentuknya. Penelitian biasanya bertujuan untuk
menemukan ilmu yang baru, mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dan yang
terakhir yaitu menguji pengetahuan yang ada. Sementara beberapa ahli mengatakan
bahwa Tujuan penelitian itu dapat dibedakan menjadi :6

1) Eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan


baru yang belum pernah ada.
2) Verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori yang sudah ada.
Sehingga ditemukan suatu hasil penelitian yang dapat menggugurkan atau
memperkuat pengetahuan atau teori yang sudah ada.
3) Development atau pengembangan yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk
mengembangkan penwlitian yang sudah ada.

Ada juga yang membagi tujuan penelitian menjadi umum dan khusus, jadi ada dua yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, berikut penjelasannya :

1) Tujuan Umum adalah tujuan penelitian secara keseluruan dari yang ingin dicapai
dalam penelitian itu sendiri.
2) Tujuan Khusus adalah tujuan yang lebih spesifik. Biasanya menggunakan kata-kata
operasional sehingga lebih jelas untuk dicapai. Tujuan khusus biasanya juga menjadi
penjabaran dari tujuan umum.

Meskipun begitu dalam sebuah penelitian atau penulisan karya tulis ilmiah, tidak
harus ada tujuan umum dan tujuan khsus. Jika tujuan umum yang dibuat sudah spesifik
maka tidak perlu kita membuat tujuan khususnya. Begitupun sebaliknya jika kita sudah
membuat tujuan yang spesifik maka tidak perlu membuat tujuan umum. Cukup
menuliskan dengan tujuan penelitian saja.

6
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2002. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Edisi Revisi 2012. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta

11
F. Tahapan Penyusunan Manuskrip

Pedoman bagi penulis manuskrip dapat dijabarkan sebagai berikut: 7

1) Manuskrip ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggeris dengan kerapatan
baris 1,5 spasi, font Times New Roman 12, ukuran kertas A4, format satu kolom, dan
margin last costum setting (top 2,54 cm; left 2,8 cm; bottom 2,54 cm; right 2,54 cm).
2) Panjang manuskrip ilmiah hendaknya tak lebih dari 4000 kata atau kurang lebih 10-12
halaman, termasuk gambar, grafik atau tabel (jika ada) yang menyertainya.
3) Istilah-istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah dalam teks ditulis dalam huruf
miring (italic).
4) Tinjauan pustaka (literature review) tidak dicantumkan sebagai bagian dari struktur
artikel. Dengan demikian pengutipan pustaka yang dianggap penting dapat dipadukan
dalam bab pendahuluan (Introduction) atau dalam pembahasan. Pengutipan pustaka
dalam pembahasan seperlunya saja dan yang lebih diutamakan adalah pembahasan
terhadap hasil analisis data yang ditemukan sendiri.
5) Artikel ilmiah dari skripsi, tesis dan disertasi mahasiswa yang akan dimuat di jurnal
ilmiah harus ada lembar penilaian manuskrip oleh penguji (berfungsi sebagai mitra
bebestari jurnal), surat keterangan penerimaan manuskrip untuk publikasi dari dewan
penyunting jurnal yang dilampirkan pada manuskrip dan pernyataan pengalihan hak
cipta.

7
www.karyatulisku.com/2017/09/contoh-tujuan-penelitian-dan-manfaat. Ditinjau pada 04/08/19
pukul 14.00

12

Anda mungkin juga menyukai