Anda di halaman 1dari 5

Analisis Strategi City Branding Aceh Barat Sebagai Kota Tauhid Sufi

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini istilah city branding menjadi sebuah trend yang dilakukan

beberapa kota untuk mengklaim sebuah identitas yang menjadi ciri khas dari suatu

daerah yang dimiliki. Keadaan ini sebagai upaya untuk menunjukan perbedaan

dengan kota-kota lain agar menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa faktor bisa

dijadikan sebagai sebuah brand bagi daerah, sebagaimana menurut Anholt, (2007)

dalam Susanti (2018) bahwa city branding bisa diliat dari berbagai perpektif yang

dapat diwujudkan melalui beberapa hal diantaranya sebuah inovasi strategis serta

koordinasi ekonomi, komersial, sosial, kultural, dan peraturan pemerintah.

Secara sederhana kita bisa maknai city branding adalah sebuah upaya

daerah/kota untuk melakukan klaim daerahnya terhadap apa yang menjadi

budaya, potensi ekonomi, sumber daya alam, sejarah, dan sebagainya. Hal ini juga

sejalan dengan Helman dan Megantari dalam penelitianya yang menyebutkan city

branding adalah upaya untuk memberikan merek kepada kota agar mudah dikenali

dan dapat membentuk city image untuk memasarkan daerah baik secara lokal

maupun secara internasional (Helman & Megantari, 2018). jika dalam kajian studi

ilmu komunikasi city branding merupakan bagian dari public relation yang

berfungsi untuk membangun dan menjaga sebuah citra dari daerah (Susanti,

2018).

Pada penerapanya city branding dapat memberikan berbagai keuntungan

bagi para pemangku kepentingan dalam upaya penerapanya. Beberapa keuntungan

dalam melakukan city branding menurut Handito, diantaranya; 1)


memperkenalkan kota/daerah lebih dalam karena pihak ekternal harus mengetahui

keberadaan kota yang pada tujuan akhirnya untuk meningkatkan kunjungan

terhadap suatu kota semakin tinggi. 2) memperbaiki citra suatu kota yang dinilai

buruk oleh pengunjung atau penduduk kota itu sendiri hal ini harus diimbangi

dengan implentasi konprehensif agar tujuan city branding memperbaiki citra

tercapai.

Selanjutnya keuntungan dari city branding, 3) menarik wisatawan asing

dan domestik, hal ini karena wisatawan memandang merek yang merupakan

pembeda satu dengan lainnya sehingga memiliki daya tarik tersendiri. 4) menarik

investor untuk berinvestasi, hal ini merupakan tujuan lain dari city branding yang

berdampak terhadap sektor ekonomi, sosial pada masyarakat dan daerah. 5)

meningkatkan perdagangan jika penerapan city branding berjalan lancar dan

dikenal luas oleh masyarakat dalam maupun luar negeri maka akan tercipta

sebuah transaksi yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal dan

terjadinya proses perdagangan (Hilman & Megantari. 2018).

Sehubungan dengan timbal balik yang cukup besar dari upaya branding

banyak daerah yang melalukan hal tersebut, termasuk yang akan di kaji dalam

penelitian ini yaitu Aceh Barat yang mendeklarasikan diri sebagai kota “tauhid

sufi”. Jika diliat secara geografis Aceh Barat berada dalam wilayah pemerintahan

provinsi Aceh dan memiliki kekuatan syariat islam sebagai pendukung untuk

penerapan wilayah berbasis religi.

Jika kita bedah pengertian dari tauhid sendiri memiliki makna yaitu

merupakan suatu sistem kepercayaan dalam Islam yang mencakup di dalamnya


keyakinan kepada Allah dengan jalan memahami nama-nama dan sifat-sifatnya,

keyakinan terhadap malaikat, ruh, kitab-kitab, serta hal-hal estatologis lain seperti

hari kebangkitan, kiamat dan sebagainya. Sedangkan sufi adalah orang-orang

yang mendalami ilmu tasawuf dengan tujuan untuk mendekatkan diri dengan

tuhan. Secara kompleks, pengertian tauhid sufi bagi sufi adalah persatuan yang

sempurna dari ruh manusia dengan tuhan, lewat persatuan ini menjadi tujan utama

tasawuf yang diyakini dan ditekuni melalui ajaran ini kaum sufi berusaha untuk

menjembatani manusia dengan tuhannya (Siradj, 2010). Sedangkan menurut

Hanafi (2020) tauhid sufi adalah dapat menyaksikan bahwa selain Allah fana

dalam wujudnya baik pada saat ini ataupun sebelumnya, pada waktu hamba ada

maupun sebelum ada. Pada tauhid sufi seorang hamba tidak lepas dari wujud

Allah, sifat Allah dan Zat Allah.

Jika kita lihat kembali historis tauhid-tasawuf berawal pada tahun 1998

dimana pada saat Abuya Syech H. Amran Wali Al-khalidi Kembali ke sebuah

pondok pesantren Bernama Darul Ihsan di kampung halaman. Bersama rekan

yang sepemikiran dengannya, Abu Amran mendirikan sebuah Majelis pengajian

yang diberi nama Majelis Pengajian Tauhid-Tasawuf (MPTT) yang mulanya

dalam ruang lingkup yang terbatas. Pada perjalannya pengajian ini mendapat

respon yang baik dimasyarakat hingga hari ke hari semakin bertambah jumlah

anggota yang hadir. Kekuatan pengajian ini kian di perkuat pada tahun 2014

dengan pembuatan akte pendirian di hadapan notaris. Kekuatan penyebaranya

pun sangat pesat hingga sampai ke ibu kota Provinsi Aceh dan Negara tetangga

seperti Malaysia (Sahlan, 2018). Pun demikian, Aceh Barat menjadi salah satu

wilayah yang menerima pengajian MPPT dengan baik, hingga kemudian


dijadikan sebagai city branding. Ketertarikan ini dibuktikan oleh Ramli MS

(bupati Aceh Barat Sebelumnya) dengan menggandeng majelis tersebut dalam

rangka mewujudkan Kabupaten Aceh Barat yang berlandaskan syariat islam.

Jika merujuk pada penelitian sebelumnya, menurut pendapat seorang

akademisi STAIN Teungku Dirundeng slogan Meulaboh sebagai kota tauhid-

tassawuf adalah sebuah bentuk penguatan ketauhidan serta keimanan masyarakat

yang di representasikan dalam bentuk suluk, kajian-kajian akademik, zikir

bersama, dan agenda keagamaan lainnya yang menambah iman dan ketaqwaan

masyarkat. Serta disatu sisi pendapat dari dari Khaidir yang juga seorang

akademisi STAIN Darul Hikmah Meulaboh, bahwa keadaan ini adalah sebagai

bentuk usaha untuk memberikan sebuah bentuk Pendidikan agama secara

mendalam bagi warga masyarakat Aceh Barat (Sahlan, 2018).

Melalui latar kondisi inilah yang membuat peneliti menarik untuk melihat

bagaimana proses city branding yang dilakukan pemerintah Aceh Barat dalam

mewujudkan kota tauhid sufi. Peneliti ingin membedah lebih dalam tentang

bagaimana proses yang dilakukan untuk memujudkan hal tersebut, mulai dari

kendala yang di dapati terlebih saat ini sudah pergantian kepemimpinan Bupati

Aceh Barat, kemudian penulis juga ingin mengukur tentang sejauh mana

implementasikan yang dilakukan dengan menyandingkan teori-teori city

branding.

Jelaskan apa itu tauhid sufi

Sejarah tauhid sufi , pendeklarasian di a. barat

Bagaimana implentasi branding tersebut

Anda mungkin juga menyukai