Anda di halaman 1dari 9

PROBLEMATIKA PENYELENGGARAAN KAMPANYE POLITIK DI

TEMPAT PENDIDIKAN DAN TEMPAT IBADAH

Ranti Aprilia, Resti Ayu Zenita , Roy Rahmat Hidayat, Salfa Septiana
Nikmatulloh

Fakultas Syari’ah, Prodi Hukum Tata Negara, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung

aranti138@gmail.com

Support by:

Rudi Santoso, S.H.I., M.H.I

Rudisantoso@radenintan.id

ABSTRAK

Kampanye menjelang pemilu sudahlah sangat sering dilakukan oleh berbagai partai
politik. Namun ada aturan-aturan yang harus ditaati saat melakukan kampanye, salah
satu aturannya adalah tidak diperbolehkannya melakukan kampanye menggunakan
fasilitas pendidikan seperti yang tertuang pada Pasal 280 ayat 1 huruf h undang-undang
Pemilu. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu yuridis normative dengan
melakukan studi kepustakaan. Data yang digunakan yaitu data sekunder merupakan
data-data yang sudah ada sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dasar
hukum kampanye yang dilakukan di Universitas berdasarkan pada Pasal 280 ayat 1
huruf h undang-undang Pemilu yang isinya melarang melakukan kampanye dengan
menggunakan fasilitas pemerintah, fasilitas pendidikan, dan fasilitas ibadah.

Kata Kunci: Kampanye, Politik, Pendidikan, Ibadah.


A. PENDAHULUAN isu-isu etika, hukum, dan dampak sosial
yang terkait dengan penggunaan
Kampanye politik adalah bagian
tempat-tempat tersebut dalam konteks
integral dari proses demokrasi, yang
kampanye politik. Dengan pemahaman
memberikan warga negara hak untuk
yang lebih mendalam tentang
memilih dan mendukung calon-calon
problematika ini, kita dapat
yang mereka anggap paling sesuai.
membayangkan yang konstruktif dan
Namun, pelaksanaan kampanye politik
mencari solusi yang sejalan dengan
di tempat-tempat pendidikan dan
nilai-nilai demokrasi dan kebebasan
ibadah telah menjadi perdebatan yang
yang dikemukakan. Indonesia memiliki
semakin hangat dalam beberapa tahun
berbagi macam suku bangsa dan
terakhir. Dalam pandangan beberapa
negara, tetapi ada beberapa agama yang
pihak, penggunaan tempat pendidikan,
dianut oleh masyarakat Indonesia
seperti sekolah dan perguruan tinggi,
seperti Islam, Kristen, Katholik, Budha,
untuk kepentingan kampanye politik
dan Hindu. Masing-masing agama
dapat dianggap merusak netralitas
memiliki tempat ibadah yang berbeda-
pendidikan. Sementara itu, tempat
beda, terutama umat Islam yang
ibadah, seperti gereja, masjid, atau kuil,
menjadikan Masjid sebagai tempat
dianggap sebagai ruang suci yang
Ibadah. Kegunaan utama Masjid
seharusnya bebas dari pengaruh politik.
merupakan tempat untuk bersujud dan
Namun, di sisi lain ada juga argumen
bersimpuh kepada Allah, tempat shalat,
yang mendukung penggunaan tempat
dan tempat beribadah kepada-Nya.
ini untuk kampanye politik sebagai
Masjid dibangun untuk mempermudah
bentuk kebebasan berbicara dan
orang muslim, untuk keperluan
berorganisasi. Dalam konteks inilah
kesempurnaan dan merangkul diri
kita akan mengeksplorasi problematika
terhadap Allah swt, untuk taat dan
kampanye politik di tempat pendidikan
patuh dan berbakti terhadap Allah.
dan tempat ibadah. Kita akan mengulas
B. METODE PENELITIAN 280 ayat 1 huruf h yang menyatakan
bahwa pelaksanaan peserta dan tim
Penelitian ini menggunakan
kampanye pemilu dilarang
pendekatan kualitatif yang mencakup
menggunakan tempat ibadah, fasilitas
pengumpulan data dan analisis data.
pemerintah dan tempat pendidikan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
cara studi kepustakaan Dan studi
tentang pemilu juga mengatur sanksi
dokumen. Studi kepustakaan dilakukan
bagi pihak yang melakukan kampanye
dengan cara membaca, mengumpulkan
di tempat ibadah yakni pasal 521.
buku-buku dan undang-undang serta
Dalam hal itu disebutkan bahwa pelaku
referensi referensi yang relevan dengan
yang terbukti melaksanakan kampanye
pokok permasalahan. Studi dokumen
di lokasi ibadah dapat pidana penjara
dilakukan dengan cara membaca,
paling lama 2 tahun dan denda paling
meneliti dan mempelajari dokumen
banyak Rp 24.000.000,00 titik tentunya
seperti putusan pengadilan serta jurnal
fungsi masjid mengalami perbaikan
dan skripsi yang berkaitan dengan
dari keberfungsian masjid pada zaman
pokok permasalahan. Teknik analisis
Rasulullah titik tetapi masih ada
data yang peneliti lakukan pada
hubungannya dengan apa yang
penelitian ini ialah analisis data secara
Rasulullah lakukan dengan
kualitatif. Lalu dikelompokkan data
rombongannya di masjid. Hanya saja
secara sistematis, lalu ditarik
zaman tidak lagi ada persoalan
kesimpulan.
peperangan dan hal lainnya menjadikan
C. PEMBAHASAN keberfungsian masjid sebagai tempat

Menurut undang-undang Nomor beribadah dan kegiatan-kegiatan

7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum keagamaan dalam aspek pembaruan.


siapa saja, tanpa terkecuali harus Saat ini, terdapat semangat yang
menaati aturan tersebut. karena ini ada tinggi dikalangan umat Islam terhadap
undang-undang tercantum pada pasal masjid. Terlihat bahwa banyak di antara
mereka, terutama generasi muda, lebih tempat pusat pemerintahan serta
cepat dalam menggali pengetahuan membahas tentang masalah politik,
agama dibandingkan dengan generasi karena memang pada masa itu belum
sebelumnya. Khususnya di kota-kota ada tempat-tempat pemerintahan yang
besar, terdapat banyak kegiatan kajian bisa digunakan jika masjid digunakan
agama yang menyediakan ilmu dan sebgai tempat kampanye politik partai
sarana komunikasi. Oleh karena itu, atau perorangan, yang mana kampanye
banyak umat Islam saat ini aktif dalam adalah menjunjung nama partai dan
berbagai kegiatan keagamaan yang perorangan tersebu, menyampaikan
diadakan di masjid. Masjid tidak hanya orasi menjelaskan keunggulan masing-
berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi masing, mengajak untuk mencoblos
juga sebagai tempat pengajaran agama, dan memilih dirinya, hingga sampai
pusat kegiatan untuk anak-anak, menyudutkan atau menghina partai
remaja, dan orang dewasa, serta tempat lawan. Hal tersebut sangat bertentangan
berdiskusi tentang isu-isu sosial dan dengan fungsi utama masjid yang
mencari solusi bersama. Selain itu, hanya mengagungkan nama Allah.
masjid saat ini mengalami Maka dari itu ketika ada kampanye di
perkembangan dalam fasilitasnya, masjid sudah di pastikan tidak semua
seperti ruang shalat yang nyaman, orang atau jamaah masjid itu, simpati
mimbar yang menarik, arah kiblat yang terhadap partai politik atau
jelas, fasilitas wuduk yang bersih, perseorangan yang melakukan
menara untuk panggilan shalat, dan kampanye. Sehingga adanya kampanye
dekorasi yang mempesona. di masjid menyebabkan terjadinya
perpecahan ditengah jamaah masjid.1
Pada masa Rasulullah dan para
sahabat masjid digunakan sebagai

1
Al-Hamdi, R., Efendi, D., Kurniawan, B. D., Pencerahan Islam untuk Indonesia
& Latief, H. (Eds.). (2019). POLITIK Berkemajuan. UMY Press (dist: Caremedia
INKLUSIF MUHAMMADIYAH: Narasi Communication).
Sedangkan pada masa sekarang peraturan kampanye. Jadi dapat
apakah masjid diperbolehkan untuk disimpulkan bahwasanya sarana ibadah
dijadikan tempat kampanye politik. tidak boleh digunakan lagi untuk
Dalam kampanye yang dilakukan di kepentingan politik, karena hal ini
tempat ibadah ini rawan sekali terjadi, dapat mengganggu ibadah umat kepada
karena dalam praktenya dilapangan Allah. Oleh karena itu, diatur dalam
banyak sekali calon legislatif yang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001,
memanfaatkan suatu kegiatan atau bahwa peraturan tersebut tidak boleh
acara yang bertema keagamaan dan dilanggar oleh siapa pun, dan pelanggar
dilakukan di tempat ibadah sebagai peraturan tersebut akan dikenakan
ajang untuk mempromosikan dirinya, sanksi yang telah ditetapkan oleh
meski tidak ada penyampain citra diri Pemerintah.2
dan visi-misi dan hanya memberi
Sedangkan dalam penggunaan
Perayaan atau hanya sekedar
tempat pendidikan sebagai tempat
memperkenalkan dirinya dan
kampanye politik menurut undang-
mengharapkan agar masyarakat
undang Pemilu. Menjelang Pemilihan
memilih diriya pada pemilihan
Umum (Pemilu) maupun Pemilihan
legislatif, masyarakat yang awam akan
Kepala Daerah (Pilkada), perhatian dan
menggangap hal tersebut tidak sebagai
aktivitas dari partai politik dan peserta
kampanye dan hanya mengira hanya
Pemilu sangat terfokus pada berbagai
memberi Berbagai biasa . Oleh karena
kegiatan kampanye. Meliputi bakti
itu sosialisasi tentang kampanye besrta
sosial, pemasangan atribut partai,
laranggannya harus bisa dilakukan
pengumpulan massa, dan pembuatan
tidak hanya kepada peserta pemilu
iklan politik. Kampanye politik adalah
namun harus sampai masyarakat awam
strategi yang umumnya digunakan oleh
agar mengerti dan faham terkait

2
Prameswari, D., & Andjarwati, A. L. (2018). variabel antara (Studi pada biro perjalanan
Pengaruh kualitas layanan jasa terhadap word umum Rosalia Indah Surabaya). BISMA
of mouth dengan kepuasan pelanggan sebagai (Bisnis dan Manajemen), 3(1), 49- 65
partai politik dan peserta Pemilu untuk penggunaan fasilitas pemerintah.
mempromosikan pesan, visi, misi, dan Peraturan ini diatur dalam Undang-
kebijakan mereka kepada pemilih dan Undang, khususnya pada Pasal 280
masyarakat. Mereka menawarkan tema ayat 1. Meskipun demikian, beberapa
atau topik tertentu untuk disampaikan orang tetap melanggar aturan ini, baik
kepada pemilih. Kampanye politik secara sengaja maupun tanpa disadari,
merupakan elemen kunci dalam karena dorongan untuk menang dalam
komunikasi politik. 3 pemilu sangat besar. 4

Perencanaan dan pembentukan Ketika para politikus mencari


tim strategi pemenangan menjadi dukungan dari mahasiswa dalam
sangat penting dalam pelaksanaan persiapan pemilu tahun 2024, penting
kampanye politik. Beberapa model untuk mempelajari seputar kampanye
kampanye yang sering digunakan di lingkungan perguruan tinggi.
meliputi poster, spanduk, baliho, dan Beberapa pihak mendukung kampanye
lainnya. Untuk menarik perhatian di kampus, sementara yang lain
masyarakat, berbagai cara digunakan, berspekulasi karena berpotensi
termasuk menempelkan poster dan melanggar undang-undang dan
baliho di berbagai lokasi, sosialisasi di mengganggu integritas kampus. Jimly
daerah terpencil, dan mengeluarkan Asshidiqie menekankan pentingnya
uang yang signifikan. Namun, ada undang-undang yang harus melalui
aturan yang melarang tindakan proses panjang dan demokratis sebelum
kampanye politik di lingkungan diundang. Undang-undang tersebut,
pendidikan, tempat ibadah, dan setelah disetujui, menjadi milik umum

3
Mutiara, A. P. (2014). Aktivitas Kampanye 4
Amrurobbi, Problematika Sampah Visual
Pemilihan Calon Anggota Legislatif DPRD I Media Luar Ruangan:Tinjauan Regulasi
dan Efeknya Pada Perolehan Suara (Studi Kampanye Pemilu dan Pilkada(Waste
Deskriptif Kualitatif pada Pemilihan Calon Problems Of Outdoor Media Visual:Review
Anggota Legislatif DPRD I Daerah Pilihan Of General Election and Regional Head
Daerah Istimewa Yogyakarta 5). Universitas Election Campaign Regulations),Jurnal
Atma Jaya. Adhyasta Pemilu,Vol 4 No 2 2021,Hal 66-78
yang mengikat untuk semua orang. larangan dalam Pasal 280 ayat (1)
Apabila suatu undang-undang yang adalah dalam hal penggunaan fasilitas
telah disiapkan, dibahas dan pendidikan, bukan terhadap
diperdebatkan sedemikian rupa pelaksanaan kampanye
akhirnya diundang-undangkan dan pemilu.Persoalannya, penjelasan Pasal
diundangkan sebagaimana mestinya. 280 ayat 1 huruf h justru menjelaskan
Dalam konteks ini, Pasal 280 ayat (1) sebaliknya. Dikatakan bahwa tempat
huruf h UU pemilu mengatur larangan pendidikan dapat digunakan jika
penggunaan fasilitas pemerintah, peserta pemilu hadir tanpa atribut
tempat ibadah, dan tempat pendidikan kampanye atas undangan dari pihak
dalam kampanye pemilu. Ini adalah penanggungjawab tempat pendidikan.
peraturan yang perlu diperhatikan oleh Dari sebagian pihak menganggap
politikus dan calon politikus dalam penjelasan inilah yang kemudian
merencanakan kampanye mereka. membuka ruang diperbolehkannya
kampus menjadi tempat pelaksanaan
Dalam sebuah penafsiran secara
kampanye sepanjang memenuhi
sistematis, karena ketentuan a quo
pemenang tertentu. Berkenaan dengan
berada dalam Bab 7 yang mengatur
hal tersebut, perlu diketahui bahwa
kampanye pemilu dan berada pada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
bagian keempat yang mengatur tentang
tentang Pembentukan Peraturan
larangan dalam kampanye, maka dapat
Perundang-Undangan sebagaimana
disimpulkan bahwa negara lewat Pasal
telah diubah beberapa kali, terakhir
280 ayat 1 melarang kepada pelaksana,
dengan Undang-Undang Nomor 13
peserta, dan tim kampanye pemilu
Tahun 2022, telah secara tegas
untuk menjadikan kampus sebagai
mengatur bahwa penjelasan hanya
tempat pelaksanaan kampanye pemilu.
dapat memuat ulasan terhadap kata,
Hal ini secara tidak langsung dapat
frase, kalimat atau padanan kata/istilah
dikemukakan alasan Ketua KPU yang
asing dalam norma. Penjelasan tidak
pada intinya menyatakan bahwa
dapat digunakan sebagai dasar hukum
untuk membuat peraturan lebih lanjut bahwapenggunaannya untuk kampanye
dan tidak boleh mencantumkan politik adalah tindakan yang sah
rumusan yang berisi norma. Lebih menurut fiqih siyasah. Praktik
lanjut, dikatakan pula bahwa penjelasan kampanye politik di masa
tidak menggunakan rumusan yang pemerintahan Muawiyah adalah contoh
isinya membuat perubahan terselubung yang tidak relevan dengan kondisi saat
terhadap ketentuan peraturan- ini. Universitas, sebagai lembaga
undangan. Berangkat dari penafsiran pendidikan, juga tidak boleh digunakan
sistematis terhadap pasal a quo dan sebagai lokasi kampanye politik karena
bersandar pada Undang-Undang melanggar ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011, didapatlah pemilu yang melarang penggunaan
sebuah fakta hukum bahwa secara fasilitas pemerintah, pendidikan, dan
normatif bahwa saat ini kampus tidak tempat ibadah untuk keperluan
dapat dijadikan tempat pelaksanaan kampanye. Kampanye yang dilakukan
kampanye pemilu.5 di universitas diatur oleh negara
melalui Pasal 280 ayat 1 huruf h
D. KESIMPULAN
Undang-Undang pemilu. Pasal ini
Larangan menggunakan sarana dengan jelas melarang penggunaan
ibadah sebagai lokasi kampanye politik fasilitas pemerintah, fasilitas
adalah ketentuan yang harus dihormati pendidikan, dan tempat ibadah sebagai
oleh semua, sesuai dengan Undang- lokasi kampanye. Oleh karena itu,
Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang dapatdisimpulkanbahwa melaksanakan
pemilihan umum. Meskipun pada masa kampanye di universitas merupakan
Rasulullah SAW, tempat ibadah pelanggaran hukum karena universitas
memiliki beragam fungsi sosial, masuk ke dalam sektor
termasuk politik, hal ini tidak berarti

5
Jimly Asshidiqie dalam Eka NAM The Process Of Formulating The Legislations
Sihombing, Dani Sintara, Cynthia Hadita, In INDONESIA”, Nomoi Law Review, 3, No.
“Limitations Of Revision The Legislations In November (2022): 116–124.
pendidikan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Al-Hamdi, R., Efendi, D., Kurniawan, B. D., & Latief, H. (Eds.). (2019). POLITIK
INKLUSIF MUHAMMADIYAH: Narasi Pencerahan Islam untuk Indonesia
Berkemajuan. UMY Press (dist: Caremedia Communication).

Prameswari, D., & Andjarwati, A. L. (2018). Pengaruh kualitas layanan jasa terhadap
word of mouth dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel antara (Studi
pada biro perjalanan umum Rosalia Indah Surabaya). BISMA (Bisnis dan
Manajemen), 3(1), 49- 65

Mutiara, A. P. (2014). Aktivitas Kampanye Pemilihan Calon Anggota Legislatif DPRD


I dan Efeknya Pada Perolehan Suara (Studi Deskriptif Kualitatif pada
Pemilihan Calon Anggota Legislatif DPRD I Daerah Pilihan Daerah Istimewa
Yogyakarta 5). Universitas Atma Jaya.

Amrurobbi, Problematika Sampah Visual Media Luar Ruangan:Tinjauan Regulasi


Kampanye Pemilu dan Pilkada(Waste Problems Of Outdoor Media
Visual:Review Of General Election and Regional Head Election Campaign
Regulations),Jurnal Adhyasta Pemilu,Vol 4 No 2 2021,Hal 66-78

Jimly Asshidiqie dalam Eka NAM Sihombing, Dani Sintara, Cynthia Hadita,
“Limitations Of Revision The Legislations In The Process Of Formulating The
Legislations In INDONESIA”, Nomoi Law Review, 3, No. November (2022):
116–124.

Anda mungkin juga menyukai