Di Foto
Di Foto
Ranti Aprilia, Resti Ayu Zenita , Roy Rahmat Hidayat, Salfa Septiana
Nikmatulloh
Fakultas Syari’ah, Prodi Hukum Tata Negara, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung
aranti138@gmail.com
Support by:
Rudisantoso@radenintan.id
ABSTRAK
Kampanye menjelang pemilu sudahlah sangat sering dilakukan oleh berbagai partai
politik. Namun ada aturan-aturan yang harus ditaati saat melakukan kampanye, salah
satu aturannya adalah tidak diperbolehkannya melakukan kampanye menggunakan
fasilitas pendidikan seperti yang tertuang pada Pasal 280 ayat 1 huruf h undang-undang
Pemilu. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu yuridis normative dengan
melakukan studi kepustakaan. Data yang digunakan yaitu data sekunder merupakan
data-data yang sudah ada sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dasar
hukum kampanye yang dilakukan di Universitas berdasarkan pada Pasal 280 ayat 1
huruf h undang-undang Pemilu yang isinya melarang melakukan kampanye dengan
menggunakan fasilitas pemerintah, fasilitas pendidikan, dan fasilitas ibadah.
1
Al-Hamdi, R., Efendi, D., Kurniawan, B. D., Pencerahan Islam untuk Indonesia
& Latief, H. (Eds.). (2019). POLITIK Berkemajuan. UMY Press (dist: Caremedia
INKLUSIF MUHAMMADIYAH: Narasi Communication).
Sedangkan pada masa sekarang peraturan kampanye. Jadi dapat
apakah masjid diperbolehkan untuk disimpulkan bahwasanya sarana ibadah
dijadikan tempat kampanye politik. tidak boleh digunakan lagi untuk
Dalam kampanye yang dilakukan di kepentingan politik, karena hal ini
tempat ibadah ini rawan sekali terjadi, dapat mengganggu ibadah umat kepada
karena dalam praktenya dilapangan Allah. Oleh karena itu, diatur dalam
banyak sekali calon legislatif yang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001,
memanfaatkan suatu kegiatan atau bahwa peraturan tersebut tidak boleh
acara yang bertema keagamaan dan dilanggar oleh siapa pun, dan pelanggar
dilakukan di tempat ibadah sebagai peraturan tersebut akan dikenakan
ajang untuk mempromosikan dirinya, sanksi yang telah ditetapkan oleh
meski tidak ada penyampain citra diri Pemerintah.2
dan visi-misi dan hanya memberi
Sedangkan dalam penggunaan
Perayaan atau hanya sekedar
tempat pendidikan sebagai tempat
memperkenalkan dirinya dan
kampanye politik menurut undang-
mengharapkan agar masyarakat
undang Pemilu. Menjelang Pemilihan
memilih diriya pada pemilihan
Umum (Pemilu) maupun Pemilihan
legislatif, masyarakat yang awam akan
Kepala Daerah (Pilkada), perhatian dan
menggangap hal tersebut tidak sebagai
aktivitas dari partai politik dan peserta
kampanye dan hanya mengira hanya
Pemilu sangat terfokus pada berbagai
memberi Berbagai biasa . Oleh karena
kegiatan kampanye. Meliputi bakti
itu sosialisasi tentang kampanye besrta
sosial, pemasangan atribut partai,
laranggannya harus bisa dilakukan
pengumpulan massa, dan pembuatan
tidak hanya kepada peserta pemilu
iklan politik. Kampanye politik adalah
namun harus sampai masyarakat awam
strategi yang umumnya digunakan oleh
agar mengerti dan faham terkait
2
Prameswari, D., & Andjarwati, A. L. (2018). variabel antara (Studi pada biro perjalanan
Pengaruh kualitas layanan jasa terhadap word umum Rosalia Indah Surabaya). BISMA
of mouth dengan kepuasan pelanggan sebagai (Bisnis dan Manajemen), 3(1), 49- 65
partai politik dan peserta Pemilu untuk penggunaan fasilitas pemerintah.
mempromosikan pesan, visi, misi, dan Peraturan ini diatur dalam Undang-
kebijakan mereka kepada pemilih dan Undang, khususnya pada Pasal 280
masyarakat. Mereka menawarkan tema ayat 1. Meskipun demikian, beberapa
atau topik tertentu untuk disampaikan orang tetap melanggar aturan ini, baik
kepada pemilih. Kampanye politik secara sengaja maupun tanpa disadari,
merupakan elemen kunci dalam karena dorongan untuk menang dalam
komunikasi politik. 3 pemilu sangat besar. 4
3
Mutiara, A. P. (2014). Aktivitas Kampanye 4
Amrurobbi, Problematika Sampah Visual
Pemilihan Calon Anggota Legislatif DPRD I Media Luar Ruangan:Tinjauan Regulasi
dan Efeknya Pada Perolehan Suara (Studi Kampanye Pemilu dan Pilkada(Waste
Deskriptif Kualitatif pada Pemilihan Calon Problems Of Outdoor Media Visual:Review
Anggota Legislatif DPRD I Daerah Pilihan Of General Election and Regional Head
Daerah Istimewa Yogyakarta 5). Universitas Election Campaign Regulations),Jurnal
Atma Jaya. Adhyasta Pemilu,Vol 4 No 2 2021,Hal 66-78
yang mengikat untuk semua orang. larangan dalam Pasal 280 ayat (1)
Apabila suatu undang-undang yang adalah dalam hal penggunaan fasilitas
telah disiapkan, dibahas dan pendidikan, bukan terhadap
diperdebatkan sedemikian rupa pelaksanaan kampanye
akhirnya diundang-undangkan dan pemilu.Persoalannya, penjelasan Pasal
diundangkan sebagaimana mestinya. 280 ayat 1 huruf h justru menjelaskan
Dalam konteks ini, Pasal 280 ayat (1) sebaliknya. Dikatakan bahwa tempat
huruf h UU pemilu mengatur larangan pendidikan dapat digunakan jika
penggunaan fasilitas pemerintah, peserta pemilu hadir tanpa atribut
tempat ibadah, dan tempat pendidikan kampanye atas undangan dari pihak
dalam kampanye pemilu. Ini adalah penanggungjawab tempat pendidikan.
peraturan yang perlu diperhatikan oleh Dari sebagian pihak menganggap
politikus dan calon politikus dalam penjelasan inilah yang kemudian
merencanakan kampanye mereka. membuka ruang diperbolehkannya
kampus menjadi tempat pelaksanaan
Dalam sebuah penafsiran secara
kampanye sepanjang memenuhi
sistematis, karena ketentuan a quo
pemenang tertentu. Berkenaan dengan
berada dalam Bab 7 yang mengatur
hal tersebut, perlu diketahui bahwa
kampanye pemilu dan berada pada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
bagian keempat yang mengatur tentang
tentang Pembentukan Peraturan
larangan dalam kampanye, maka dapat
Perundang-Undangan sebagaimana
disimpulkan bahwa negara lewat Pasal
telah diubah beberapa kali, terakhir
280 ayat 1 melarang kepada pelaksana,
dengan Undang-Undang Nomor 13
peserta, dan tim kampanye pemilu
Tahun 2022, telah secara tegas
untuk menjadikan kampus sebagai
mengatur bahwa penjelasan hanya
tempat pelaksanaan kampanye pemilu.
dapat memuat ulasan terhadap kata,
Hal ini secara tidak langsung dapat
frase, kalimat atau padanan kata/istilah
dikemukakan alasan Ketua KPU yang
asing dalam norma. Penjelasan tidak
pada intinya menyatakan bahwa
dapat digunakan sebagai dasar hukum
untuk membuat peraturan lebih lanjut bahwapenggunaannya untuk kampanye
dan tidak boleh mencantumkan politik adalah tindakan yang sah
rumusan yang berisi norma. Lebih menurut fiqih siyasah. Praktik
lanjut, dikatakan pula bahwa penjelasan kampanye politik di masa
tidak menggunakan rumusan yang pemerintahan Muawiyah adalah contoh
isinya membuat perubahan terselubung yang tidak relevan dengan kondisi saat
terhadap ketentuan peraturan- ini. Universitas, sebagai lembaga
undangan. Berangkat dari penafsiran pendidikan, juga tidak boleh digunakan
sistematis terhadap pasal a quo dan sebagai lokasi kampanye politik karena
bersandar pada Undang-Undang melanggar ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011, didapatlah pemilu yang melarang penggunaan
sebuah fakta hukum bahwa secara fasilitas pemerintah, pendidikan, dan
normatif bahwa saat ini kampus tidak tempat ibadah untuk keperluan
dapat dijadikan tempat pelaksanaan kampanye. Kampanye yang dilakukan
kampanye pemilu.5 di universitas diatur oleh negara
melalui Pasal 280 ayat 1 huruf h
D. KESIMPULAN
Undang-Undang pemilu. Pasal ini
Larangan menggunakan sarana dengan jelas melarang penggunaan
ibadah sebagai lokasi kampanye politik fasilitas pemerintah, fasilitas
adalah ketentuan yang harus dihormati pendidikan, dan tempat ibadah sebagai
oleh semua, sesuai dengan Undang- lokasi kampanye. Oleh karena itu,
Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang dapatdisimpulkanbahwa melaksanakan
pemilihan umum. Meskipun pada masa kampanye di universitas merupakan
Rasulullah SAW, tempat ibadah pelanggaran hukum karena universitas
memiliki beragam fungsi sosial, masuk ke dalam sektor
termasuk politik, hal ini tidak berarti
5
Jimly Asshidiqie dalam Eka NAM The Process Of Formulating The Legislations
Sihombing, Dani Sintara, Cynthia Hadita, In INDONESIA”, Nomoi Law Review, 3, No.
“Limitations Of Revision The Legislations In November (2022): 116–124.
pendidikan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamdi, R., Efendi, D., Kurniawan, B. D., & Latief, H. (Eds.). (2019). POLITIK
INKLUSIF MUHAMMADIYAH: Narasi Pencerahan Islam untuk Indonesia
Berkemajuan. UMY Press (dist: Caremedia Communication).
Prameswari, D., & Andjarwati, A. L. (2018). Pengaruh kualitas layanan jasa terhadap
word of mouth dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel antara (Studi
pada biro perjalanan umum Rosalia Indah Surabaya). BISMA (Bisnis dan
Manajemen), 3(1), 49- 65
Jimly Asshidiqie dalam Eka NAM Sihombing, Dani Sintara, Cynthia Hadita,
“Limitations Of Revision The Legislations In The Process Of Formulating The
Legislations In INDONESIA”, Nomoi Law Review, 3, No. November (2022):
116–124.