Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah suatu proses mengajak menyeru dan membimbing
umat manusia untuk berbuat baik dan mengikuti petunjuk Allah dan
rasulNya. Dakwah yang dimulai sejak zaman kenabian hingga kini telah
mengalami perkembangan yang signifikan. Mulai dari jumlah pengikut
dakwah, metode pergerakan-pergerakan atau jemaah yang mengusung
dakwah itu sendiri.
Dakwah tentunya memiliki pesan dimana pesan dakwah itu sendiri
adalah Islam yang bersumber kepada Al-quran dan Al-hadits sebagai sumber
utama yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan sebagai macam
cabang ilmu yang diperolehnya. Pesan dakwah atau materi dakwah adalah isi
dakwah yang disampaikan dai kepada mad’u yang bersumber dari agama
Islam,1 dan dalam proses penyampaian pesan terjadilah sebuah komunikasi.
Komunikasi dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau
gagasan secara sederhana, kegiatan komunikasi dakwah merupakan peranan
penting dalam menyebarluaskan agama Islam. Komunikasi dakwah adalah
proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok
orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari
Alquran dan Al-hadits dengan menggunakan lambang-lambang baik secara
verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media.2
Peranan komunikasi dakwah Islam melalui media sosial sebagai
alternatif sebuah dakwah yang modern dan terkini memainkan peranan
penting dalam mengembangkan dakwah Islam di seluruh dunia. Dari sudut
agama, tentunya dakwah menggunakan cara terbaik untuk menyeru manusia
dengan santun, dan memberi nasehat secara hikmah.
Di era informasi, internet memegang peranan penting dalam segala
aspek kehidupan. Internet menjadi media komunikasi yang banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi guna menunjang
kebutuhan informasi yang cepat. Internet dalam era informasi telah
menempatkan dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses
dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut
sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu
situs informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat.
Sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media
komunikasi klasik dimiliki oleh media internet. Artinya, dalam internet
1
Jamaludin Kafi, Psikologi Dakwah (Surabaya: Indah, 1997), h. 35.
2
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 5
1
pengiriman pesan menggunakan berbagai bentuk seperti teks, grafis, video
dan suara. Dalam komunikasi melalui internet juga dimungkinkan terjadinya
komunikasi antar berbagai personal yang rentang perbedaannya baik secara
sosiologis maupun budaya. Perkembangan zaman perlu memperhatikan
perkembangan teknologi, agar sesuatu yang dihadirkan mudah di terima, dan
tidak ketinggalan zaman.3
Adapun penyusunan dakwah dikelompokan menjadi empat bagian.
Yang pertama analisis kebutuhan mitra dakwah, kedua realitas factual di
lapangan, ketiga penentuan tema, keempat memilih refrensi.
Maka dengan itu bahasan makalah ini pemateri ingin memaparkan
bagaimana teknik dalam penyusunan materi dakwah apa saja materi-materi
yang harus kita sampaikan kepada mad’u dan dimana kita harus memilah
dan mengetahui sumber referensi materi dakwah itu insyaallah akan dibahas
pada makalah kali ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kebutuhan mitra dakwah?
2. Bagaimana realitas factual di lapangan?
3. Bagaimana cara menentukan tema?
4. Bagaimana cara memilah referensi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui analisis kebutuhan mitra dakwah
2. Untuk mengetahui realitas factual di lapangan
3. Untuk mengetahui cara menentukan tema
4. Untuk mengetahui cara memilah referensi
3
Ahmad Husaini, “Pesan-Pesan Dakwah Dalam Akun Twitter @Teladan Rasul dan
@FaktaAgama” (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin,
2017), h. 3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kebutuhan Mitra Dakwah
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 225.
5
Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2016), hal 123.
3
dakwah.6 Analisis ini dapat membantu memahami bagaimana mitra
dakwah membangun hubungan, mempengaruhi persepsi, dan berinteraksi
dengan kelompok target.
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 226
7
Lutfi Alfa Ni’amah. Filsafat Dakwah yanag Terabaikan. (Tulungagun: t.p., 2016), hal
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 242
4
1. Pengetahuan Agama: Mitra dakwah diharapkan memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang ajaran agama yang mereka sampaikan.
Mereka harus memahami prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan tuntunan agama
yang menjadi landasan dakwah mereka. Analisis dapat dilakukan untuk
menilai kedalaman pengetahuan teologis mitra dakwah dan kemampuan
mereka dalam memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama dengan
benar.
9
Eva Maghiroh. Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui Media
Komunikasi Dakwatuna, volume 04 Nomer 01. (Lumajang: 2016), hal 177.
5
mengevaluasi kepekaan mitra dakwah terhadap konteks sosial dan
kemampuan mereka dalam merespons kebutuhan masyarakat dengan baik.
10
M. Natsir, Dakwah dan Tujuan, dalam Serial Media Dakwah , (Jakarta: Dewan
DakwahIslamiyah Indonesia, 1975), hal 2-4.
11
Syukri Syamaun, Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN Ar-
Raniry Darussalam, 2007), Cet 1, hal 18.
6
4. Peran Pemimpin Dakwah: Pemimpin dakwah, seperti ulama, da'i,
atau mubaligh, memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan agama
kepada masyarakat. Mereka sering menjadi figur otoritatif yang memberikan
nasehat,bimbingan, dan penjelasan tentang ajaran agama kepada umat.
C. Penentuan Materi
Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang tercakup dalam al-
Qur`an dan Sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; aqidah, akhlak,
dan hukum-hukum,13 yang biasa disebut dengan syariat Isalm. Syari`at
12
Syukri Syamaun, Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN Ar-
RaniryDarussalam, 2007), Cet 1, hal 19.
13
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur`an, (Cet. III; Bandung: Mizan, 1993), hal 47.
7
meliputi hokum-hukum yang berkaitan dengan cara berperilaku dan hukum
yang berkaitan dengan kepercayaan, bahkan syari`at biasa disebut agama.14
Ruang lingkup syari`at lebih luas dari fiqh, sebab syari`at meliputi
persoalan aqidah, ibadah dan muamalah. Maka fiqh merupakan salah satu
bagian dari syari`at secara umum. Materi dakwah meliputi seluruh ajaran
Islam dengan segala aspeknya, yang dijiwai dengan keberadaan Rasulullah
saw, sebagai pembawa rahmat di alam ini, lebih detailnya bahasan materi
dakwah secara garis besar dikelompokan antara lain15:
Jadi materi dakwah yang luas meliputi seluruh ajaran Islam dan
harus disampaikan kepada umat manusia yang terdiri dari berbagai corak
ragam kehidupannya, maka diperlukan suatu metode pemilihan materi
dakwah yangtepat sesuai dengan situasi objeknya. Karena itu materi dakwah
tentunya tidak bisa dilepaskan dari kondisi umat yang sangat majemuk dan
heterogen, begitu pula tingkat intelegensia, status sosial, tingkat umur, dan
jenis kelamin serta situasi medan dakwah yang dihadapi.
14
A. Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam , (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hal 9
15
H. Mohammad Hasan, Metodologi pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya:pena
salsabila, 2013), hal 70.
8
D. Memilih referensi
Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Utama Materi Dakwah Para
pakar dalam ilmu dakwah menyebutkan materi dakwah dengan istilah al-
maddah dan mau’du> ad dakwah. referensi utama maddah ad dakwah adalah
al Qur’an dan Hadis.
Kemuliaan al Qur’an juga terindikasi dari tidak ada satu bacaan pun
sejak manusia mengenal tulisan baca 5000 tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur’an. Ia dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak
mengerti artinya atau tidak dapat menulis aksaranya bahkan dihafal huruf
demi huruf oleh orang dewasa remaja dan anak-anak. Al-Qur'an yang
9
dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tapi
juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkan. Tata cara membacanya diatur sedemikian rupa, mana yang
dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapannya, di mana
tempat terlarang atau boleh atau harus memulai dan berhenti, bahkan
diatur lagu dan irama nya sampai kepada etika membacanya.20
20
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000).,hal 4.
10
Ummat Islam memandang hadis nabi sebagai suatu dasar hukum dan
menempatkannya pada tempat kedua sesudah Al-Qur’an, hal ini adalah wajar
lantaran hadis memperoleh dasar dasar hukumnya dari Al-Qur’an. Imam
Syafi’i dalam sebagian kitabnya meletakkan al-Qur’an dalam dan hadis
dalam satu martabat atas dasar bahwa hadis ini merupakan kelengkapan bagi
Al Qur’an.21 Sebagai penjelas atau tambahan terhadap alQur’an, tentu hadis
merupakan peringkat kedua setelah sumber hukum pertama. Al-Qur’an
mengandung segala permasalahan secara paripurna, menyangkut masalah
duniawi dan ukhrowi, tetapi penjelasannya yang global perlu diterangkan
secara rinci melalui hadis (sunnah).22
21
A. Hasimy, Dustur Dakwah menurut Al- Quran (Jakarta: PT Bulan Bintang,
1994), hal201.
22
Abdul Majid Khon, Ulumul hadis, (Jakarta: Amzah, 2015), hal 18.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
penyusunan dakwah dikelompokan menjadi empat bagian. Yang
pertama analisis kebutuhan mitra dakwah, kedua realitas factual di
lapangan,ketiga penentuan tema, keempat memilih refrensi.
Mitra dakwah yakni terbagi menjadi dua ada mitra dakwah dalam
perspektif sosiologi Dalam analisis sosiologi tentang mitra dakwah,
penting untuk mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan agama yang
ada, serta menggabungkan pengetahuan teoritis dan data empiris yang
relevan dan yang kedua mitra dakwah dalam perspektif teologis Dalam
analisis mitra dakwah secara teologi, penting untuk mempertimbangkan
kerangka teologis dan nilai- nilai agama yang mendasari praktek dan ajaran
yang mereka sampaikan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13