Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENYUSUNAN MATERI DAKWAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Dakwah
Dosen pengampu : Ust. Yusron Shidqi Lc. M.Ag

Oleh :

Aris Nurisma [2021.09.0009]


Ulfah Sity Mas'udah [2021.09.0048]
Vilda Nuril Khoir [2021.09.0049]

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR`AN AL-HIKAM
DEPOK
2024 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah, kita memuji, meminta tolong,
memohon ampun dan berlindung pada-Nya dari keburukan diri kita dan
kejahatan amalan kita. Barang siapa yang di beri hidayah oleh Allah, maka
dialah orang yang di beri petunjuk. Dan barang siapa yang di sesatkan oleh-
Nya, maka tidak ada yang akan menjadi penolong dan penuntunnya. kita
bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah selain Allah. Dan kita
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah kami yang
berjudul "Penyusunan Materi Dakwah". Terimakasih kami sampaikan
kepada Ust. Yusron Shidqi Lc. M.Ag Selaku Dosen mata kuliah
Metodologi Dakwah.
Permohonan maaf tidak lupa kami sampaikan atas ketidak
sempurnaan makalah ini, karena keterbatasan ilmu yang kami miliki dan
sebagai insan yang awam penyusun pasti tidak luput dari kekhilafan dari segi
teknis maupun materi yang kami sajikan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi wasilah untuk kami
mendapatkan keridhaan-Nya. Amin.

Depok, 24 Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................ 2
C. Tujuan masalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Analisis kebutuhan materi dakwah ..................................................... 3
B. Realitas Factual di lapangan ............................................................... 6
C. Penentuan tema ................................................................................... 7
D. Memilah referensi ............................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12


Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah suatu proses mengajak menyeru dan membimbing
umat manusia untuk berbuat baik dan mengikuti petunjuk Allah dan
rasulNya. Dakwah yang dimulai sejak zaman kenabian hingga kini telah
mengalami perkembangan yang signifikan. Mulai dari jumlah pengikut
dakwah, metode pergerakan-pergerakan atau jemaah yang mengusung
dakwah itu sendiri.
Dakwah tentunya memiliki pesan dimana pesan dakwah itu sendiri
adalah Islam yang bersumber kepada Al-quran dan Al-hadits sebagai sumber
utama yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan sebagai macam
cabang ilmu yang diperolehnya. Pesan dakwah atau materi dakwah adalah isi
dakwah yang disampaikan dai kepada mad’u yang bersumber dari agama
Islam,1 dan dalam proses penyampaian pesan terjadilah sebuah komunikasi.
Komunikasi dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau
gagasan secara sederhana, kegiatan komunikasi dakwah merupakan peranan
penting dalam menyebarluaskan agama Islam. Komunikasi dakwah adalah
proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok
orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari
Alquran dan Al-hadits dengan menggunakan lambang-lambang baik secara
verbal maupun nonverbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media.2
Peranan komunikasi dakwah Islam melalui media sosial sebagai
alternatif sebuah dakwah yang modern dan terkini memainkan peranan
penting dalam mengembangkan dakwah Islam di seluruh dunia. Dari sudut
agama, tentunya dakwah menggunakan cara terbaik untuk menyeru manusia
dengan santun, dan memberi nasehat secara hikmah.
Di era informasi, internet memegang peranan penting dalam segala
aspek kehidupan. Internet menjadi media komunikasi yang banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi guna menunjang
kebutuhan informasi yang cepat. Internet dalam era informasi telah
menempatkan dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses
dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut
sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu
situs informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat.
Sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media
komunikasi klasik dimiliki oleh media internet. Artinya, dalam internet
1
Jamaludin Kafi, Psikologi Dakwah (Surabaya: Indah, 1997), h. 35.
2
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 5
1
pengiriman pesan menggunakan berbagai bentuk seperti teks, grafis, video
dan suara. Dalam komunikasi melalui internet juga dimungkinkan terjadinya
komunikasi antar berbagai personal yang rentang perbedaannya baik secara
sosiologis maupun budaya. Perkembangan zaman perlu memperhatikan
perkembangan teknologi, agar sesuatu yang dihadirkan mudah di terima, dan
tidak ketinggalan zaman.3
Adapun penyusunan dakwah dikelompokan menjadi empat bagian.
Yang pertama analisis kebutuhan mitra dakwah, kedua realitas factual di
lapangan, ketiga penentuan tema, keempat memilih refrensi.
Maka dengan itu bahasan makalah ini pemateri ingin memaparkan
bagaimana teknik dalam penyusunan materi dakwah apa saja materi-materi
yang harus kita sampaikan kepada mad’u dan dimana kita harus memilah
dan mengetahui sumber referensi materi dakwah itu insyaallah akan dibahas
pada makalah kali ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kebutuhan mitra dakwah?
2. Bagaimana realitas factual di lapangan?
3. Bagaimana cara menentukan tema?
4. Bagaimana cara memilah referensi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui analisis kebutuhan mitra dakwah
2. Untuk mengetahui realitas factual di lapangan
3. Untuk mengetahui cara menentukan tema
4. Untuk mengetahui cara memilah referensi

3
Ahmad Husaini, “Pesan-Pesan Dakwah Dalam Akun Twitter @Teladan Rasul dan
@FaktaAgama” (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin,
2017), h. 3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kebutuhan Mitra Dakwah

Analisis kebutuhan mitra dakwah Melibatkan pemahaman mendalam


tentang persyaratan, keterampilan, dan kompetensi yang diperlukan oleh
individu atau kelompok yang ingin terlibat dalam kegiatan dakwah. Berikut
adalah beberapa aspek yang perlu dianalisis dalam menentukan kebutuhan
mitra dakwah yaitu Mitra Dakwah Dalam Perspektif Sosiologi dan Mitra
Dakwah Dalam Perspektif Teologis

1. Mitra Dakwah Dalam Perspektif Sosiologi

Mitra dakwah dalam perspektif sosialogis adalah individu atau


kelompok yang terlibat dalam kegiatan dakwah atau penyebaran ajaran
agama dengan memanfaatkan konsep-konsep dan teori-teori sosiologi
untuk memahami dinamika sosial dalam konteks dakwah.4 Dalam analisis
sosiologis, mitra dakwah dapat dilihat sebagai aktor sosial yang berperan
dalam membentuk dan dipengaruhi oleh struktur sosial, interaksi sosial,
serta norma dan nilai- nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

Sebagai mitra dakwah, individu atau kelompok tersebut dapat


dianalisisdari beberapa perspektif sosiologis,5 seperti:

1. Struktur Sosial: Menganalisis bagaimana struktur sosial, seperti


kelas sosial, kelompok etnis, atau kelompok sosial lainnya, mempengaruhi
peran dan posisi mitra dakwah dalam masyarakat. Hal ini mencakup faktor-
faktor seperti status sosial, akses ke sumber daya, dan peran yang
dimainkan dalam kelompok sosial tertentu.

2. Interaksi Sosial: Menganalisis bagaimana mitra dakwah berinteraksi


dengan masyarakat sekitarnya dalam konteks dakwah. Ini mencakup
dinamika komunikasi, relasi sosial, dan proses interaksi dengan
audiens

4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 225.
5
Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2016), hal 123.

3
dakwah.6 Analisis ini dapat membantu memahami bagaimana mitra
dakwah membangun hubungan, mempengaruhi persepsi, dan berinteraksi
dengan kelompok target.

3. Norma dan Nilai Sosial: Menganalisis bagaimana norma-norma dan


nilai-nilai sosial dalam masyarakat mempengaruhi mitra dakwah dalam
melaksanakan dakwah mereka. Misalnya, bagaimana norma agama dan
nilai- nilai budaya mempengaruhi strategi dan pendekatan dakwah, serta
bagaimana mitra dakwah beradaptasi dengan norma dan nilai yang berbeda
dalam masyarakat yang mereka tuju.

4. Perubahan Sosial: Menganalisis peran mitra dakwah dalam perubahan


sosial dan transformasi masyarakat. Ini mencakup upaya mereka dalam
mengatasi masalah sosial, memobilisasi masyarakat, dan membangun
kesadaran tentang isu-isu yang relevan. Analisis ini dapat membantu dalam
melihat kontribusi mitra dakwah dalam menghadapi perubahan sosial dan
membangun masyarakat yang lebih baik.

Dalam analisis sosiologi tentang mitra dakwah, penting untuk


mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan agama yang ada, serta
menggabungkan pengetahuan teoritis dan data empiris yang relevan.7
2. Mitra Dakwah Dalam Perspektif Teologis

Mitra dakwah dalam perspektif teologis adalah individu atau


kelompok yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
tentang ajaran agama tertentu. Mereka berperan sebagai duta atau
perwakilan agama dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada orang
lain dengan tujuan memperluas pemahaman dan pengalaman keagamaan.8

Dalam konteks teologi, mitra dakwah dapat dianalisis dengan


mempertimbangkan beberapa aspek, seperti:

6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 226
7
Lutfi Alfa Ni’amah. Filsafat Dakwah yanag Terabaikan. (Tulungagun: t.p., 2016), hal
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017), hal 242
4
1. Pengetahuan Agama: Mitra dakwah diharapkan memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang ajaran agama yang mereka sampaikan.
Mereka harus memahami prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan tuntunan agama
yang menjadi landasan dakwah mereka. Analisis dapat dilakukan untuk
menilai kedalaman pengetahuan teologis mitra dakwah dan kemampuan
mereka dalam memahami dan menjelaskan konsep-konsep agama dengan
benar.

2. Etika dan Moralitas: Mitra dakwah dalam teologi diharapkan menjadi


teladan moral bagi masyarakat. Mereka diharapkan menjalani kehidupan
sesuai dengan ajaran agama yang mereka dakwahkan. Analisis dapat
dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana mitra dakwah menjalankan
prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kualitas Spiritual: Mitra dakwah yang efektif juga diharapkan


memiliki kualitas spiritual yang kuat. Mereka harus memiliki hubungan
yang intim dengan Tuhan dan memperkuat hubungan tersebut melalui
ibadah, doa, dan praktik spiritual lainnya. Analisis dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kedalaman dan kekuatan dimensi spiritual mitra dakwah
dalam konteksteologi.

4. Keterampilan Komunikasi: Mitra dakwah juga perlu memiliki


keterampilan komunikasi yang baik. Mereka harus dapat menyampaikan
pesan agama dengan jelas, lugas, dan mudah dipahami oleh audiens.9
Analisis dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan mitra dakwah
dalam mengomunikasikan ajaran agama secara efektif dan menyesuaikan
pendekatan komunikasi dengan audiens yang berbeda

5. Kepekaan terhadap Konteks Sosial: Dalam konteks teologi, mitra


dakwah juga perlu memiliki kepekaan terhadap konteks sosial dan budaya
di mana mereka beroperasi. Mereka harus memahami kebutuhan dan
tantangan yang dihadapi oleh masyarakat yang mereka tuju serta dapat
menghubungkan ajaran agama dengan konteks tersebut. Analisis dapat
dilakukan untuk

9
Eva Maghiroh. Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui Media
Komunikasi Dakwatuna, volume 04 Nomer 01. (Lumajang: 2016), hal 177.

5
mengevaluasi kepekaan mitra dakwah terhadap konteks sosial dan
kemampuan mereka dalam merespons kebutuhan masyarakat dengan baik.

Dalam analisis mitra dakwah secara teologi, penting untuk


mempertimbangkan kerangka teologis dan nilai-nilai agama yang
mendasaripraktek dan ajaran yang mereka sampaikan.

B. Realitas Factual Di Lapangan

Realitas factual di lapangan dapat beragam tergantung pada konteks


geografis, budaya, dan agama yang terlibat. Namun, beberapa faktor umum
yang dapat diamati dalam lapangan dakwah adalah sebagai berikut10:
1. Diversitas Agama: Di banyak negara, terdapat keberagaman agama
di mana dakwah dilakukan. Misalnya, dalam masyarakat dengan mayoritas
Muslim, dakwah dapat berfokus pada peningkatan pemahaman agama dan
praktik keagamaan Islam. Di tempat-tempat dengan keberagaman agama,
dakwah dapat melibatkan dialog antaragama dan upaya untuk memperkuat
pemahaman dan toleransi antarumat beragama.

2. Tantangan Sosial: Dakwah sering kali menghadapi tantangan sosial,


seperti kemiskinan, konflik sosial, marginalisasi, atau ketidakadilan. Mitra
dakwah berusaha untuk memecahkan masalah ini dengan memperkenalkan
nilai-nilai agama yang mendorong solidaritas sosial, keadilan, dan
kepedulianterhadap sesama.11

3. Penggunaan Teknologi: Perkembangan teknologi informasi dan


komunikasi telah mempengaruhi lapangan dakwah. Mitra dakwah
menggunakan media sosial, situs web, dan platform digital lainnya untuk
menyebarkan pesan agama, menyediakan materi pembelajaran, dan
berinteraksi dengan audiens secara online.

10
M. Natsir, Dakwah dan Tujuan, dalam Serial Media Dakwah , (Jakarta: Dewan
DakwahIslamiyah Indonesia, 1975), hal 2-4.
11
Syukri Syamaun, Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN Ar-
Raniry Darussalam, 2007), Cet 1, hal 18.

6
4. Peran Pemimpin Dakwah: Pemimpin dakwah, seperti ulama, da'i,
atau mubaligh, memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan agama
kepada masyarakat. Mereka sering menjadi figur otoritatif yang memberikan
nasehat,bimbingan, dan penjelasan tentang ajaran agama kepada umat.

5. Pengaruh Budaya Lokal: Dakwah sering kali terjadi dalam konteks


budaya lokal yang mempengaruhi cara pesan agama diterima dan dipahami
oleh audiens. Mitra dakwah harus memahami budaya lokal dan
menggunakan bahasa dan simbol yang relevan bagi audiens agar pesan
mereka dapat denganmudah dipahami dan diterima.12

6. Interaksi Antarumat Beragama: Di daerah dengan keberagaman


agama, dakwah juga melibatkan interaksi antarumat beragama. Hal ini
dapat meliputi dialog, diskusi, atau kegiatan bersama untuk
mempromosikan pemahaman, toleransi, dan kerjasama antaragama.
7. Konteks Hukum dan Kebijakan: Faktor hukum dan kebijakan di
suatu negara juga dapat mempengaruhi lapangan dakwah. Beberapa negara
memiliki batasan dan regulasi terhadap kegiatan dakwah, sementara yang
lain mungkin memberikan kebebasan yang lebih besar. Mitra dakwah harus
memahami dan beroperasi sesuai dengan aturan hukum dan kebijakan yang
berlaku.

Realitas factual di lapangan dakwah sangat beragam dan kompleks.


Hal ini menekankan pentingnya analisis yang baik tentang konteks sosial,
budaya, dan agama dalam merancang strategi dan melaksanakan kegiatan
dakwah yang efektif dan relevan.

C. Penentuan Materi
Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang tercakup dalam al-
Qur`an dan Sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; aqidah, akhlak,
dan hukum-hukum,13 yang biasa disebut dengan syariat Isalm. Syari`at

12
Syukri Syamaun, Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN Ar-
RaniryDarussalam, 2007), Cet 1, hal 19.
13
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur`an, (Cet. III; Bandung: Mizan, 1993), hal 47.

7
meliputi hokum-hukum yang berkaitan dengan cara berperilaku dan hukum
yang berkaitan dengan kepercayaan, bahkan syari`at biasa disebut agama.14

Ruang lingkup syari`at lebih luas dari fiqh, sebab syari`at meliputi
persoalan aqidah, ibadah dan muamalah. Maka fiqh merupakan salah satu
bagian dari syari`at secara umum. Materi dakwah meliputi seluruh ajaran
Islam dengan segala aspeknya, yang dijiwai dengan keberadaan Rasulullah
saw, sebagai pembawa rahmat di alam ini, lebih detailnya bahasan materi
dakwah secara garis besar dikelompokan antara lain15:

1. Aqidah; Iman Kepada Allah, Iman kepada malaikatnya, Iman kepada


kitab- kitabnya, Iman kepada rasul-rasulnya, Iman kepada hari Akhir, Iman
kepadaqadha dan qadar
2. Syari’ah yang meliputi : Ibadah, Tharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji

b. Muamalah : hukum perdata: hukum niaga, hukum nikah, hukum Waris


Dan lain sebaginya hukum publik: hukum pidana, hukum Negara, hokum
perangdan damai Dan lain sebagainya

3. Akhlaq, yaitu meliputi : Akhlak terhadap khaliq, Akhlak terhadap


makhluk yang meliputi : Akhlak terhadap manusia, Diri sendiri, Tetangga,
Masyarakat lainnya, Akhlak terhap bukan Manusia: Flora, Fauna Dan lain
sebagainya.

Jadi materi dakwah yang luas meliputi seluruh ajaran Islam dan
harus disampaikan kepada umat manusia yang terdiri dari berbagai corak
ragam kehidupannya, maka diperlukan suatu metode pemilihan materi
dakwah yangtepat sesuai dengan situasi objeknya. Karena itu materi dakwah
tentunya tidak bisa dilepaskan dari kondisi umat yang sangat majemuk dan
heterogen, begitu pula tingkat intelegensia, status sosial, tingkat umur, dan
jenis kelamin serta situasi medan dakwah yang dihadapi.

14
A. Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam , (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hal 9
15
H. Mohammad Hasan, Metodologi pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya:pena
salsabila, 2013), hal 70.

8
D. Memilih referensi
Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Utama Materi Dakwah Para
pakar dalam ilmu dakwah menyebutkan materi dakwah dengan istilah al-
maddah dan mau’du> ad dakwah. referensi utama maddah ad dakwah adalah
al Qur’an dan Hadis.

Secara etimologi al-Qur’an memiliki arti mengumpulkan dan


menghimpun. Kata qiro’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan lainnya dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.16 Menurut
Quraish Shihab, secara harfiah, al-Qur’an berarti bacaan yang sempurna.17
Para Ulama mendefinisikan al-Qur’an sebagai kalam Allah yang bernilai
mukjizat, yang diturunkan kepada pungkasan nabi dan rasul, dengan
perantaraan malaikat Jibril, yang tertulis pada mushaf, diriwayatkan secara
mutawatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah
dan diakhiri dengan surah an Nas.18

Sifat kesucian dari al-Qur’an dapat menimbulkan pesona


spiritualitas bahkan dalam diri orang yang tak mengerti bahasa Arab. Sifat
kesucian ini terpancar melalui penghalang bahasa manusia dan dirasakan
oleh kaum muslimin non Arab. Kehadiran al-Qur’an melalui suara,
dirasakan secara instingtif oleh manusia yang bertakwa. Akibatnya ia
menemukan kenyamanan dan perlindungan bahkan dalam wujud fisik kitab
itu sendiri.19

Kemuliaan al Qur’an juga terindikasi dari tidak ada satu bacaan pun
sejak manusia mengenal tulisan baca 5000 tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur’an. Ia dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak
mengerti artinya atau tidak dapat menulis aksaranya bahkan dihafal huruf
demi huruf oleh orang dewasa remaja dan anak-anak. Al-Qur'an yang

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis Fi Ulumil Al-Qur’an, diterjemahkan oleh


16

Muzakir AS,(Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001), cet VI.hal 16.


17
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000).,hal 3.
18
Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an (Jakarta: Pustaka
Amani,1988).,hal 11.
19
Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam (Bandung: Mizan, 2003)., hal
7.

9
dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tapi
juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkan. Tata cara membacanya diatur sedemikian rupa, mana yang
dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapannya, di mana
tempat terlarang atau boleh atau harus memulai dan berhenti, bahkan
diatur lagu dan irama nya sampai kepada etika membacanya.20

Kemukjizatan dan kesucian al-Qur’an ini diuraikan Quraish Shihab


dalam bentuk kosa kata dalam al-Qur’an yang berjumlah 77.439 kata
dan 323.015 huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata
dan pandanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Mengulang- ulang membaca ayat alQur’an menimbulkan penafsiran baru,
pengembangangagasan, menambah kesucian jiwa dan kesejaheraan lahir.

Al-Qur'an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang


ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia diturunkan untuk seluruh
manusia dan untuk sepanjang masa. Dalam al-Qur’an, Allah menerapkan
kaidah-kaidah syariat serta hukum-hukumnya tidak berubah-ubah karena
perubahan massa dan tempat. Tidak ada khilaf sedikitpun di antara umat
Islam, bahwa Al-Qur’an merupakan pokok asasi bagi syariat Islam dan juga
sebagai sumber utama materi dakwah.

Pedoman kedua bagi para juru dakwah dalam menjalankan tugasnya


yaitu hadis nabawi. Menurut bahasa, hadis berarti; jadid lawan qodim yang
berarti baru, dekat atau warta. Menurut Ahli hadis, hadis adalah segala
perkataan Nabi, perbuatan, dan hal ikhwalnya. Menurut yang lain, segala
sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapannya.

Posisi hadis sebagai sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an dapat


difahami dalam firman Allah yang memerintahkan agar kaum muslimin
mentaati Rasul seperti mentaati-Nya, menerima sebagai pedoman hidup
segala ajaran yang dibawa oleh Rasul

As-Siddiqy mengatakan bahwa Al-Qur’an dalam banyak ayatnya


menegaskan bahwa hadis itu adalah satu dasar dari dasar-dasar hukum
umat Islam dalam abad pertama hingga abad pertengahan kedua Hijriah.

20
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000).,hal 4.

10
Ummat Islam memandang hadis nabi sebagai suatu dasar hukum dan
menempatkannya pada tempat kedua sesudah Al-Qur’an, hal ini adalah wajar
lantaran hadis memperoleh dasar dasar hukumnya dari Al-Qur’an. Imam
Syafi’i dalam sebagian kitabnya meletakkan al-Qur’an dalam dan hadis
dalam satu martabat atas dasar bahwa hadis ini merupakan kelengkapan bagi
Al Qur’an.21 Sebagai penjelas atau tambahan terhadap alQur’an, tentu hadis
merupakan peringkat kedua setelah sumber hukum pertama. Al-Qur’an
mengandung segala permasalahan secara paripurna, menyangkut masalah
duniawi dan ukhrowi, tetapi penjelasannya yang global perlu diterangkan
secara rinci melalui hadis (sunnah).22

Hadis direpresentasikan oleh himpunan literatur yang memuat


ratusanriwayat mengenai nabi dan para sahabatnya pada bagian fase sejarah
Islam awal walaupun Al-Qur’an dan hadis dipandang sebagai dua sumber
hukum Islam terdapat perbedaan materi di antara kedua sumber tersebut.
Berbeda dari Al Qur’an, hadis tidak dipresentasikan oleh satu teks tunggal
yang disepakati. Hadis tersebar minimal dalam 6 kitab utama karya
kompilasi Bukhari Muslim, Nasa’i, Tarmizi, Ibnu Majah, Abu Daud dan
banyak lagi kitab sekunder misalnya musnad Ahmad, ibn Hayyan dan Ibnu
khuzaimah.

21
A. Hasimy, Dustur Dakwah menurut Al- Quran (Jakarta: PT Bulan Bintang,
1994), hal201.
22
Abdul Majid Khon, Ulumul hadis, (Jakarta: Amzah, 2015), hal 18.
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
penyusunan dakwah dikelompokan menjadi empat bagian. Yang
pertama analisis kebutuhan mitra dakwah, kedua realitas factual di
lapangan,ketiga penentuan tema, keempat memilih refrensi.
Mitra dakwah yakni terbagi menjadi dua ada mitra dakwah dalam
perspektif sosiologi Dalam analisis sosiologi tentang mitra dakwah,
penting untuk mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan agama yang
ada, serta menggabungkan pengetahuan teoritis dan data empiris yang
relevan dan yang kedua mitra dakwah dalam perspektif teologis Dalam
analisis mitra dakwah secara teologi, penting untuk mempertimbangkan
kerangka teologis dan nilai- nilai agama yang mendasari praktek dan ajaran
yang mereka sampaikan.

Realitas factual di lapangan dapat beragam tergantung pada konteks


geografis, budaya, dan agama yang terlibat. Namun, beberapa faktor umum
yang dapat diamati dalam lapangan dakwah.
Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang tercakup dalam al-
Qur`an dan Sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; aqidah, akhlak,
dan hukum-hukum, yang biasa disebut dengan syariat Isalm. Syari`at meliputi
hokum-hukum yang berkaitan dengan cara berperilaku dan hukum yang
berkaitan dengan kepercayaan, bahkan syari`at biasa disebut agama.

Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Utama Materi Dakwah Para


pakar dalam ilmu dakwah menyebutkan materi dakwah dengan istilah al-
maddah dan mau’du> ad dakwah. referensi utama maddah ad dakwah adalah
al Qur’an dan Hadis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al- Qattan, Manna Khalil, Mabahis Fi Ulumil Al-Qur’an, diterjemahkan oleh


Muzakir AS, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001)
Ash Shobuni, Muhammad Ali. Ikhtisar Ulumul Qur’an (Jakarta: Pustaka
Amani, 1988)
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2017)

Hanafi, A. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,


1984)

Hasan, H. Mohammad, Metodologi pengembangan Ilmu Dakwah,


(Surabaya:pena salsabila,2013)

Hasjmy, A. Dustur Dakwah menurut Al- Quran (Jakarta: PT Bulan Bintang,


1994)

Khon, Abdul Majid, Ulumul hadis, (Jakarta: Amzah, 2015)

Maghiroh, Eva. Komunikasi Dakwah: Dakwah Interaktif Melalui Media


Komunikasi Dakwatuna, volume 04 Nomer 01. (Lumajang: 2016)
Nashr, Hossein , Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam (Bandung: Mizan,
2003)

Natsir, M. Dakwah dan Tujuan, dalam Serial Media Dakwah, (Jakarta:


Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1975)
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000)
Syamaun, Syukri. Dakwah Rasional, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN
Ar-Raniry Darussalam, 2007)

Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2016)

13

Anda mungkin juga menyukai