KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Makalah
ini berjudul Islam Sebagai Agama.
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Yunus S.Th.I, M.Th.I. sebagai dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang telah banyak memberikan bantuan dengan arahan dan petunjuk yang jelas.
Sehingga mempermudah kami menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung selesainya makalah ini tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun, sehingga makalah ini bisa
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam ilmu Pendidikan Agama Islam.
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Konsep Agama.............................................................................................4
B. Dimensi Agama Islam..................................................................................6
C. Sumber Ajaran Islam...................................................................................13
D. Tujuan Agama Islam....................................................................................18
E. Pluralitas Dalam Masyarakat.......................................................................18
BAB III PENUTUP..................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam ajaran Islam dakwah merupakan sebuah aktivitas dan upaya untuk
mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik
kepada situasi yang lebih baik. Dakwah merupakan usaha menggerakkan pikiran
dan perbuatan manusia untuk menggembangkan fungsi kerisalahan disamping
kerahmatan. Fungsi kerisalahan berupa tugas penyampaian, dan al-Islam kepada
manusia, sedangkan fungsi kerahmatan adalah upaya menjadikan islam sebagai
bagian alam semesta.2 Berbicara tentang dakwah tentu saja tidak lepas dari peran
komunikasi, dimana keduanya memiliki arti yang harpir sama. Dimana arti
dakwah adalah “mengajak” atau “menyeru”, sedangkan orang yang melakukan
seruan tersebut dikenal dengan panggilan da’i. Tetapi meningat bahwa proses
memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian
(tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah muballigh yaitu
2
Media dakwah atau Wasilah Adalah sesuatu yang dapat mengantarkan pada
tujuan. Dan yang dimaksud dengan wasilah atau sarana dakwah adalah segala
sesuatu yang dapat membantu seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya.
Dakwah tidak bisa meniscayakan agama yang beraneka ragam karena ada
keanekaragaman agama, maka ada misi dakwah. Agama yang membawa misi
kebahagiaan memungkinkan menjadi sarang konflik tatkala tafsiran ekslusif
muncul dari masing masing agama. Mengemuka perang yang mengatas namakan
agama. Sungguh naif. Fenomena ini ada dihadapan mata kita, peristiwa Ambon,
Poso hingga serangan Amerika ke Afganistan semuanya sarat dengan motif
agama. Ini menandakan bahwa belum sepenuhnya makna pluralisme dipahami,
pluralisme agama terhenti pada sebuah wacana dan dialog, tidak menyentuh
esensinya. Bagaimana para sabahat nabi dan umat Islam dari masa ke masa
menerapkan prinsip dan nilai Ilahi dalam menciptakan kehidupan yang damai di
tengah-tengah masyarakat yang berbeda agama, budaya, ras suku dan bangsa.
3
Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah swt. dalam Al-
Qur’an dan melalui utusanNya nabi Muhammad saw. di mana harus terjalin atas
dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan
kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang
direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan
yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya.
Berbicara tentang media dakwah, tentu banyak sekali media yang bisa dijadikan
sarana untuk berdakwah. Seperti, televisi, film, lagu, radio, media cetak, dan
lembaga pendidikan. Berdakwah melalui media harus menggunakan langkah yang
benar,sebab cara tersebut disampaikan kepada selurut umat manusia diberbagai
penjuru dunia, baik di barat maupun timur dengan cara demikianlah dakwah
tersebut akan diterima di berbagai daerah dan tempat yang jauh. Dalam
perkembangannya, film bisa dikatakan suatu media yang ampuh dalam
menyampaikan sebuah pesan terhadap khalaknya dibandingkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep agama Islam itu ?
2. Seperti apa dimensi – dimensi Islam itu ?
3. Darimana sumber ajaran Islam ?
4. Apa tujuan agama Islam ?
5. Apa pengaruh agama Islam dengan pluraritas dalam masyarakat ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep agama Islam
2. Mengetahi dimensi – dimensi Islam
3. Mengetahui darimana sumber agama Islam
4. Mengetahui tujuan dari agama Islam
5. Mengetahui pluraritas dalam masyarakat beragama Islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP AGAMA ISLAM
Agama Islam terdiri dari dua kata yaitu Agama dan Islam. Kata “Agama”
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang terdiri dari dua kata “A” berarti “tidak”,
“gama” berarti “kacau”, jadi kata agama berarti “tidak kacau”. Namun ada pula
yang mengartikan agama berasal dari akar kata “gam” (bahasa Sanskerta) yang
berarti “jalan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Agama adalah keyakinan dan kepercayaan kepada
Tuhan.1
1
Departemen Pendidikan, dan Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional, Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta; Nasional,2011) 47-49
5
Dimensi Islam terbagi dalam Islam, Iman dan Ihsan, Di dalam Islam dan
iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi SAW membedakan
Islam, iman dan ihsan. Dalam hadits berikut Bukhori dan Muslim
meriwayatkannya dari Abu Hurairah. Pada suatu hari kami (Umar r.a. dan para
sahabat r.a.) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami
seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-
tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung
duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki
Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw,
seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah
Saw menjawab, 3
“Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadan dan kamu haji ke Baitullah jika kamu telah mampu melaksanakannya”.
(Hadits Riwayat Al-Bukhari Dan Muslim)
Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan aku tentang iman. Rasulullah saw.
menjawab:
“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar (ketentuan) Allah yang baik
dan yang buruk”. (Hadits Riwayat Muslim)
3
Harjani Hefni, Komunikasi islam (Jakarta: Prenada Media, 2017),27.
7
Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan aku tentang Ihsan itu. Rasulullah saw.
menjawab:
1. Islam
Dari segi kebahasan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian. Senada dengan pendapat diatas, sumber lain mengatakan
Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat
dan sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara
8
dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk ,
patuh, dan taat. Dari pengertian itu, kata islam dekat dengan arti kata agama
yang berarti mengusai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.
Rasulullah saw banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam,
umpamanya: taslimul qalbi (penyerahan hati), salamat unnas minal lisan wal
yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tangan), memberi makan,
serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut Rasulullah sebagai
Islam mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang
nyata.
4
Mustofa, Pengaruh Tingkat Pemahaman Agama Terhadap Motivasi Investasi Nasabah Bank Syariah
Mandiri ( Gorontalo ; Journal of Islamic Economics and Business 2011) 103-129.
9
penguasa. Jadi orang yang tulus itu tidak musyrik, dan ia adalah seorang hamba
yang berserah diri hanya kepada Allah. Hukum Islam terwujud dan terbukti
dengan dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, membayar zakat, puasa
ramadlan dan menunaikan haji ke Baitullah. Ini semua adalah syiar-syiar Islam
yang paling tampak. Seseorang yang melaksanakannya berarti sempurnalah
penghambaannya. Apabila ia meninggalkannya berarti ia tidak tunduk dan
berserah diri. Lalu penyerahan hati, yakni ridla dan taat, dan tidak menggangu
orang lain, baik dengan lisan maupun tangan, ia menunjukkan adanya rasa
ikatan ukhuwah imaniyah. Sedangkan tidak menyakiti orang lain merupakan
bentuk ketaatan menjalankan perintah agama, yang memang menganjurkan
kebaikan dan melarang mengganggu orang lain. Ketaatan seseorang dengan hal
tersebut merupakan gambaran yang nyata tentang Islam. Hal tersebut mustahil
dapat terwujud dengan pembenaran dalam hati (iman). Dan berbagai hal itulah
yang disebut dengan Islam.
2. Iman
”Pandangan ahlus sunnah yang kami ketahui adalah apa yang disampaikan
oleh para ulama kita yang kami sebutkan di kitab-kitab kami, yakni bahwa
iman itu meliputi kumpulan niat (keyakinan), ucapan , dan amal perbuatan”.
Dimensi Iman memiliki enam penyangga (rukun) yang harus diyakini,
yaitu: Allah, Malikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari
Akhir dan Taqdir. Dimensi Iman dibahas secara mendalam dalam buku-buku
(disiplin) ilmu Tauhid dan ilmu Kalam.
Pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal ini
khususnya percaya pada masing-masing rukun iman yang enam (menurut
akidah Sunni). Karena percaya pada masing-masing rukun iman itu memang
mendasari tindakan seorang maka sudah tentu pengertian iman yang umum
dikenal itu adalah wajar dan benar.
Namun, dalam dimensinya yang lebih mendalam, iman tidak cukup hanya
dengan sikap batin yang percaya atau mempercayai sesuatu belaka, tapi
menuntut perwujudan lahiriah atau eksternalisasinya dalam tindakan-tindakan.
Dalam pengertian inilah kita memahami sabda Nabi bahwa iman mempunyai
lebih dari tujuh puluh tingkat, yang paling tinggi ialah ucapan Tiada Tuhan
selain Allah dan yang paling rendah menyingkirkan bahaya di jalanan.
Dalam bahasa Inggris, pada umumnya kita tidak bisa membedakan antara
istilah faith dan belief namun, Wilfred, Cantwell Smith menggaris bawahi
bahwasanya istilah faith sekalipun tanpa mempertimbangkan konteks bahasa
Arab perlu dibedakan dengan istilah belief. Ketika kita mengatakan “people
believe in something” yang dimaksudkan adalah bahwasanya mereka memiliki
keyakinan bahwa sesuatu tersebut benar, namun kita sering menjumpai
bahwasanya mereka salah dan bertentangan dengan bukti yang meyakinkan.
Dalam bahasa Islam, istilah Iman tidak mengandung konotasi negatif seperti
itu. Iman melibatkan keyakinan akan sebuah kebenaran sejati, bukan kebenaran
prasangka. Selanjutnya istilah faith berarti bahwasanya masyarakat memiliki
keyakinan tersebut, maka mereka mengikat diri mereka untuk bertindak
berdasarkan kebenaran yang mereka ketahui.
3. Ihsan (kebajikan)
Islam. Sebab dalam Ihsan sudah terkandung iman dan Islam, sebagaimana
dalam iman sudah terkandung Islam. Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri
secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin,
sebagai seorang yang ber-iman disebut mukmin dan yang ber-Islam disebut
muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan keagamaan, ihsan
terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq
mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di kalangan kaum
beriman ialah yang paling baik akhlaqnya.
Ihsan dalam arti akhlaq mulia atau pendidikan ke arah akhlaq mulia
sebagai puncak keagamaan dan yang dimasukkan ke dalam surga ialah orang
yang bertaqwa kepada Allah dan memiliki keluhuran budi pekerti.
a. Berbuat kebajikan terhadap sesama, baik itu dengan lisan dengan harta
maupun dengan tindakan (tenaga) dengan mengintegrasikan agama (dinul
Islam) pada seluruh segi kehidupan serta memasukkan kehidupan itu sendiri
ke dalam irama-irama ibadah dan tatanan nilai yang ditentukan oleh agama
yang melahirkannya. Dalam hal ini, ihsan (kebajikan) telah menciptakan
suatu keutuhan yang direfleksikan dalam tindakan dan perbuatannya dengan
tanpa pamrih.
b. Melakukan suatu ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang
senantiasa berhubungan dengan kehadiran Tuhan bersinar di dalam jiwa
manusia melalui prinsip-prinsip tentang realitas dan sesuai dengan
kebenarannya yang terletak dalam inti ajaran Islam, karena Islam itu sendiri
didasarkan pada sifat realitas.
c. Merenungkan dan memikirkan Tuhan Yang Maha Esa dalam segala sesuatu
dan setiap tarikan dan hembusan nafas, karena substansi sesungguhnya dari
makhluk Tuhan adalah pengentalan nafas Yang Maha Pengasih (nafas
13
Sebetulnya, antara entitas Iman dan Islam ini kompleks, karena di situ
dilengkapi dengan unsur Ihsan. Unsur Ihsan ini tidak seperti rel kereta api yang
tidak saling ketemu antara yang satu dengan yang lain. Sekarang, tugas para
ilmuwan, muballigh, dan juga pimpinan masyarakat, bagaimana mencari
hubungan ketiganya yang, lebih manusiawi.
Sumber Ajaran Islam, sumber ajaran Islam adalah sumber nilai dan norma-
norma yang terkandung didalam agama Islam, bukan hanya “sumber hukum dalam
Islam” saja. Hukum hanyalah sebuah sebagian dari norma-norma atau kaidah-
kaidah yang terkandung didalam agama Islam selain kaidah yang lainnya seperti
norma sosial dan masyarakat. Agama Islam pun juga mengandung nilai-nilai asasi
(fundamental values), seperti akidah dan tasawuf. Sumber nilai dan norma yang
terkandung di dalam agama Islam ada dua, yakni sumber yang berasal dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Di samping dari kedua hal tersebut, ada pula sumber
tambahan, yaitu Ijtihad. Ijtihad adalah sebuah usaha yang bersungguh-sungguh
yang sebenarnya usaha ini bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha
mencari ilmu yang tidak dibahas didalam Al-Qur’an maupun Hadits dengan
menggunakan akal yang sehat dan pertimbangan yang matang. Sumber nilai dan
norma yang terkandung didalam Islam tersebut dapat kita pahami dari firman
Allah Subhanahu wata'ala. 5
5
Asmuni Ahmad. Kontribusi Islam terhadap Peradaban Barat. (Jogjakarta;Jurnal Tamaddun 5 2017):
166-183.
14
ٍء ا ْنَاُّي ا اَّلِذ ٰا ْٓو ا َاِط وا الّٰل َاِط وا الَّر َل ُاوىِل اَاْل ِر ِم ْنُك ْۚم َفِا
ْي َش ْيِف ْمَزْعُت َن
َت ْم َه ْيَن َمُن ْيُع َه َو ْيُع ُسْو َو
َفُر ُّدْو ُه ِاىَل الّٰلِه َو الَّر ُسْو ِل ِاْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبالّٰلِه َو اْلَيْو ِم اٰاْلِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخ ْيٌر َّو َاْح َسُن َتْأِو ْياًل
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”
(QS. An-Nisa’ (4) ayat 59)6
Dari lampiran ayat tersebut, kita mendapatkan bahwa sistematika sumber
nilai dan norma yang berada didalam agama Islam sebagai berikut.
a. Al-Qur’an ialah undang-undang dasar agama Islam yang bersumber dari Allah
Subhanahu wata'ala.
b. As-Sunnah ialah undang-undang agama Islam yang bersumber dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
c. Ijtihad ialah peraturan agama Islam atau kaidah-kaidah hukum yang
dirumuskan oleh muslim yang berilmu.
Sistematika yang sama juga diperoleh dari riwayat Hadits dari Mu’adz bin
jabal yang hendak diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk
menanggung jabatan Qadli (hakim) di Yaman. Pada saat itu, terjadi percakapan
antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Mu’adz.
6
Ar-Rusyidi, Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depok: Cahaya Qur’an, 2008), 87.
15
ٰٓل
ُقْل َّلِٕى ِن اْج َتَم َعِت اِاْل ْنُس َو اِجْلُّن َع ى َاْن َّيْأُتْو ا ِمِبْثِل ٰه َذ ا اْلُقْر ٰاِن اَل َيْأُتْو َن ِمِبْثِلهٖ َو َلْو َك اَن
َبْع ُضُه ْم ِلَبْع ٍض َظِه ْيًر ا
Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain”.7
Kedua, membaca Al-Qur’an bernilai sebagai beribadah. Hal ini pun
mendorong umat muslim untuk membaca Al-Quran untuk dijadikan sebagai
salah satu amalan beribadah walaupun banyak dikalangan umat muslim yang
tidak mengerti artinya atau tidak dapat menulis dengan hurufnya (hijaiyah).
Ketiga, Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir yang artinya wahyu Al-
Qur’an harus diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang menurut kebiasaan
mereka sepakat berdusta. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan lebih dari
7
Ar-Rusyidi, Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depok: Cahaya Qur’an, 2008),
291.
16
Di samping istilah Sunnah dan hadits, ada pula istilah khabar (berita)
dana tsar (bekas sesuatu). Khabar dipandang oleh sebagian ahli hadits itu sama
saja dengan Hadits. Istilah khabar juga digunakan untuk hadits marfu’ (nisbah
ke Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), mauquf (nisbah ke
sahabat), dan maqthu’ (nisbah ke tabi’in). sedangkan Atsar adalah sesuatu yang
datang dari sahabat (mauquf), tabi’in (maqthu), dan orang-orang sesudahnya.
Makna agama islam ialah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-
Nya, dan taat serta patuh kepada-Nya, dengan penuh ketundukan dan perendahan
diri.
Ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Maa’idah ayat 48.
َو َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك اْلِكٰت َب ِباَحْلِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبَنْي َيَد ْيِه ِم َن اْلِكٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َعَلْيِه َفاْح ُك ْم َبْيَنُه ْم َمِبٓا
َاْنَز َل الّٰل ُه َو اَل َتَّتِبْع َاْه َو ۤاَءُه ْم َعَّم ا َج ۤاَءَك ِم َن اَحْلِّۗق ِلُك ٍّل َجَعْلَنا ِم ْنُك ْم ِش ْر َعًة َّو ِم ْنَه اًج اۗ َو ْوَل
ٓا ٰاٰتىُك َفا َتِبُقوا ا ٰر ِۗت ِاىَل الّٰلِه ِك ِح ّٰل
َخْلْي ْم ْس َش ۤاَء ال ُه َجَلَعَلُك ْم ُاَّم ًة َّو ا َد ًة َّو ٰل ْن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ْيِف َم
ِج ُك ِمَج ا َنِّبُئُك َمِبا ُك ْنُت ِف ِه ْخَتَتِلُف َۙن
ْو ْم ْي َمْر ُع ْم ْيًع َفُي ْم
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa dalam tataran teologis, ideologis, dan
bahkan sosiologis, Islam dengan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an memandang positif
terhadap pluralitas sebagai suatu yang alamiah dan mutlak keberadaannya. Oleh
8
Kementrian Agama, Al Quran dan Terjemahan (Depok: Cahaya Qur’an, 2008),116.
20
karena itu pluralisme dalam konsepsi Islam dapat dipahami sebagai tata nilai di
tengah kehidupan manusia sebagai khalifah, yang hadir dalam dimensi teologis
agama, dan juga hadir dalam dimensi sosial lainnya dengan segala kompleksitas
dan konsekuensinya yang khas yang harus diterima sebagai sebuah anugerah
dengan penuh kesadaran. Fenomena pluralitas agama telah menjadi fakta sosial
yang harus dihadapi masyarakat modern. Ide awal lahirnya pluralitas agama
adalah keragaman yang pada muaranya akan melahirkan perbedaan cara pandang
bagi pemeluknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
21
Islam merupakan agama yang benar. Karena ajaran agama islam bersifat
komprehensif membahas masalah-masalah manusia baik dunia ataupun akhirat.
Dan agama islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Oleh
karena itu agama islam harus disebarluaskan kepada ummat manusia agar dapat
memeluk agama islam (bagi non muslim) serta memperdalam ajaran islam (bagi
kaum muslim). Dan salah satu jalan untuk menyebarluaaskan agama islam adalah
dengan berdakwah. Seperti diungkapkan sebelumnya, bahwa islam adalah agama
yang komprehensif dan tidak terkecuali dakwah. Islam telah memberikan
gambaran bagaimana cara atau metode dalam berdakwah.
B. SARAN
Kepada umat islam umumnya penulis berharap melalu itu lisan ini dapat
menambah keimanan kita terhadap kebenaran al-qur’an, untuk itu penulis
menyarankan supaya kita dapat meluangkan sedikit waktu untuk mebaca,
memahami dan mencoba untuk mengerti ajaran agama, karena al-qur’an sendiri
mengajarkan supaya kita membaca. Lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya
menekankan dalam segi pengetahuan kognitif (intelektual), tetapi harus juga
menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang
22
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rusyidi, Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya. Depok: Cahaya Qur’an, 2008.
Departemen Pendidikan, dan Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional, Pendidikan Agama Islam. Jakarta;
Nasional,2011.
Mustofa, Pengaruh Tingkat Pemahaman Agama Terhadap Motivasi Investasi Nasabah Bank Syariah
Mandiri .Gorontalo ; Journal of Islamic Economics and Business 2011.