Anda di halaman 1dari 14

Makalah Misiologi

Menuju Pemilu 2024: Pentingnya Edukasi Politik di dalam Jemaat Kristen


Dosen Pengampu:
Lianto, M. Th

Disusun oleh:
Kelompok 1
Gremyllo Maleh P. L 2002111894
Helsi Karunia Sinta 2002111897
Melaweny 2002111923
Melda Carolina 2002111924
Rerin Seriani 2002111948

Kelas/Semester:
PAK B/6

INSTITUT AGAMA NEGERI KRISTEN PALANGKARAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan kepada Bapa yang ada di sorga, Putera dan Roh Kudus karena telah
dengan baik memberikan keberkahan kepada kita dan seluruh makhluk hidup di semesta ini.
Karena berkah-Nya yang sangat luar biasa, maka penulis bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Misiologi dengan judul Menuju Pemilu 2024: Pentingnya Edukasi Politik di dalam
Jemaat Kristen. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan pemahaman
yang bermanfaat bagi pembaca tentang Pentingnya Edukasi Politik di dalam Jemaat Kristen.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Bapak Lianto, M. Th selaku dosen pengampu mata kuliah Misiologi.
Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati kita semua. Amin.

Palangka Raya, 05 April


2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II ISI
A. Politik di Indonesia
a. Pengertian Politik
b. Sistem Politik yang Berlaku di Indonesia
c. Partisipasi Politik Masyarakat
d. Edukasi Politik bagi Masyarakat
A. Kekristenan dan Politik
a. Politik menurut Pandangan Alkitab dan Teolog
b. Politik dalam Kristen
c. Misi KeKristenan dalam Politik
B. Edukasi Politik dalam KeKristenan
1. Edukasi Politik dan KeKristenan
2. Impelementasi Edukasi Politik dalam Jemaat Kristen
3. Tujuan dan Manfaat Edukasi Politik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Mendekati tahun pemilihan umum (Pemilu) yang akan digelar pada 2024 ada
banyak persiapan yang sudah semestinya di lakukan, baik dari pihak penyelenggara
pemilu maupun dari pihak partai Politik yang turut maju mencalonkan diri sebagai
pemimpin masa depan. Namun aspek yang diperhatikan dalam menyambut pesta
demokrasi tahun depan sesungguhnya tidak hanya dari persiapan pihak KPU ataupun
pihak ParPol saja, sebagai partisipan utama dalam menyukseskan pemilu, masyarakat
juga harus turut menunjukkan keterlibatannya yang aktif dalam mendukung
keberlangsungan pemilu 2024. Di negara dengan sistem pemerintahan demokratis,
masyarakat memiliki posisi sebagai arah penentu kebijakan dan dengan
partisipasinya dalam pemilu masyarakat menunjukkan peran pentingnya sebagai
bagian dari penyelenggara tata negara. Jumlah partisipasi politik masyarakat sebagai
pemilih dalam pemilu dapat dijadikan tolak ukur untuk mengukur beberapa hal,
seperti menilai keberhasilan suatu pemilihan, menilai kesadaran politik
rakyat/masyarakat, atau mengukur legitimasi peserta pemilihan yang menang.
Namun perpolitikan di dalam Kekristenan masih dipandang negatif oleh
orang-orang percaya, dan kurangnya pemahaman politik yang cukup diantara warga
Gereja bisa saja menjadikan jemaat tidak menyadari adanya sistem curang seperti
politik indentitas yang mengatas namakan kekristenan. Oleh sebab itu penting bagi
orang-orang percaya untuk mengubah sudut pandangnya melalui edukasi politik yang
tepat agar bisa menjadi pemilih yang cerdas dan selektif didalam menyambut pemilu
2024. Partisipasi politik orang-orang percaya sangat diperlukan bagi kekristenan
masa kini, karena melalui partisipasi ini diharapkan pemimpin yang adil dan
bijaksana bisa maju dan mengambil alih kepemimpinan bangsa. Selain itu, orang-
orang percaya juga harus memahami peran misi Kristen didalam Politik, sehingga
kebenaran yang didasarkan pada Alkitab bisa disuarakan di dalam ranah perpolitikan
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka kami menyusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem politik yang berlaku di Indonesia
2. Bagaimana pandangan alkitab atau teologi Kristen tentang politik?
3. Bagaimana cara mengedukasi politik yang sesuai dengan alkitab ke dalam
jemaat gereja
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1. untuk menjelaskan bagaimana politik yang berlaku di Indonesia.
2. untuk menjelaskan bagaimana pandangan Alkitab atau teologi Kristen tentang
politik.
3. Untuk menjelaskan bagaimana cara mengedukasi politik sesuai dengan Alkitab
ke dalam jemaat gereja.
Bab II
Pembahasan
A. Politik di Indonesia

a. Pengertian Politik
Berdasarkan isi KBBI, adalah pengetahuan ketatanegaraan atau kenegaraan
(seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan), segala urusan dan
tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya), dan cara bertindak/kebijaksanaan
(dalam menghadapi atau menangani suatu masalah). Fadhillah Harnawansyah dalam
bukunya yang berjudul Sistem Politik Indonesia, menjelaskan bahwa Politik
mempunyai ruang lingkup suatu negara atau dunia, dimana secara filsafat mengkaji
politik adalah mengkaji negara. Secara tinjauan bahasa, politik berasal dari kata
'polis' (negara/ kota) dari bahasa yunani kuno, yang selanjutnya terus berkembang
menjadi makna kota yang besar, yang kemudian di integrasikan dalam berbagai
bahasa lainnya seperti bahasa Inggris: polity, politic, politics, political, politician,
police, dan policy. Sedangkan dalam bahasa arab disebut sebagai "siyasab" yang
kemudian berkembang dalam bahasa Indonesia menjadi siyasat atau siasat. Disini
dapat kita artikan bahwa politik itu merupakan suatu kecerdikan dan kebijaksanaan
yang dilakukan pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, atau dengan kata lain
diartikan suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(Harnawansyah, 2019)
Para pakar politik, menyatakan bahwa banyak sekali definisi politik, karena
perkembangan ilmu politik itu sendiri sesuai dengan perkembangan zaman.
Disimpulkan dari berbagai definisi tersebut, politik dapat kita maknai sebagai suatu
konsep pengetahuan yang menjelaskan tentang negara, baik dari sudut pandang
relasi antar individu dengan individu lainnya, maupun relasi antar individu dengan
komunitas atau dengan pemerintah/negara, serta relasi antar negara. Dalam relasi
tersebut dipelajari juga tentang relasi kekuasaan (power), baik bagaimana cara
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, maupun cara mendistribusikan, serta
pengambilan kebijakan atas kekuasaan tersebut, baik secara konstitusional maupun
secara inkonstitusional.

b. Sistem Politik yang Berlaku di Indonesia


Toni Andrianus Pito dalam bukunya yang berjudul “mengenal Teori-teori
Politik: Dari sistem politik sampai korupsi”, telah mengutip beberapa pengertian
sistem politik dari para ahli, diantaranya yaitu:
Menurut Robert Dahl. Sistem politik ialah pola yang tetap dari
hubungan manusia yang melibatkan makna yang luas dari kekuasaan,
aturan-aturan dan kewenangan.

Menurut Rusadi Sumintapura. Sistem politik ialah mekanisme


seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan
satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.
Menurut Sukarna. Sistem politik ialah suatu tatacara untuk mengatur
atau mengolah bagaimana memperoleh kekuasaan dalam negara,
mempertahankan kedudukan kekuasaan dalam negara, mengatur
hubungan pemerintah dengan rakyat atau sebaliknya dan mengatur
hubungan antara negara dengan negara, atau dengan rakyatnya, atau
dengan secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik ialah
tatacara mengatur negara. (pito, 2019).
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa
sistem politik adalah suatu mekanisme untuk mengatur hubungan manusia seperti
hubungan pemerintah dengan rakyatnya atau sebaliknya, dengan kekuasaan atau
wewenang tertentu dalam suatu negara.
Sistem politik indonesia merupakan sistem politik yang demokratis. Pratiwi
Tedjo menuliskan pengertian dari demokrasi adalah:
Sistem politik demokratis adalah sistem politik yang memberikan
perlakuan sama kepada semua anggota kelompok pada lembaga
pemerintahan, baik kelompok mayoritas maupun minoritas dalam hak dan
kemampuan masing-masing untuk ikut serta dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Adapun demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi yang
berdasarkan Pancasila, sehingga bisa diartikan bahwa demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong yang
ditujukan kepada kesejahteraan rakyat yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius, kebenaran, kecintaan, dan budi pekerti luhur,
berkepribadian Indonesia yang berkesinambungan. Dalam demokrasi
Pancasila, kebebasan individu tidak bersifat mutlak tetapi harus
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial. (Pratiwi, 2019).
Dari apa yang Pratiwi Tedjo tuliskan bisa kita tarik kesimpulan bahwa Indonesia
menganut Sistem Politik yang Demokratis dengan berdasarkan pada Pancasila maupun
undang-undang lainnya yang ditetapkan dalam tiap-tiap masa pemerintahan.
Pemilu merupakan salah satu cara utama berpolitik dalam negara dengan sistem
pemerintahan demokrasi di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003
pasal 1. menyatakan bahwa Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pelaksanaan Pemilu merupakan wahana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, oleh
sebab itu partisipasi rakyat sangat diperlukan dalam pemilu, seperti halnya dalam pemilu
2024 yang akan datang.

c. Partisipasi Politik Masyarakat


Candra Jon Asmara dalam penelitiannya yang berjudul Edukasi Politik dalam
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung Kabupaten Kampar
Provinsi Riau Tahun 2017, mengutip penjelasan dari Mirriam Budihardjo yang
mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin
negara, dan secara langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah (public
policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
kepentingan, mengadakan hubungan contacting dengan pejabat pemerintah atau
anggota parlemen dan sebagainya. Sedangkan menurut Norman H. Nee dan Sidney
Verba dalam Mirriam Budihardjo (1982:2) menjelaskan bahwa partisipasi politik
adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung
bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-
tindakan yang diambil oleh mereka. Habermas juga menegaskan bahwa publik
perlu memberikan suara atau opininya dalam ruang publik politis untuk
mengkritisi dan mengendalikan otoritas negara melalui pemerintah agar negara
dapat menjalankan perannya sebagaimana mestinya (Habermas 1997, 105).

d. Edukasi Politik bagi Masyarakat


Beberapa definisi mengenai edukasi politik/pendidikan politik adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan politik adalah bentuk pendidikan orang dewasa dengan
menyiapkan kader kader untuk pertarungan politik dan mendapatkan
penyelesaian politik, agar menang dalam perjuangan politik.
2. Pendidikan politik adalah upaya edukatif yang intensional, disengaja dan
sistematis untuk membentuk individu sadar politik, dan mampu menjadi
pelaku politik yangbertanggung jawab secara etis/moril dalam mencapai
tujuan-tujuan politik.
3. R. hayer menyebut pendidikan politik ialah usaha membentuk manusia
partisipan yang bertanggung jawab dalam politik. (Kartini Kartono, 2009:
64)
Jadi berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas bisa disimpulkan bahwa edukasi
politik adalah suatu upaya edukatif dalan proses penanaman nilai-nilai politik yang
dilakukan secara sengaja, terencana, bisa bersifat formal maupun informal,
dilakukan secara terus menerus dari generasi ke generasi, agar warganegara mau
berpartisipasi dalam politik, serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban
secara bertanggung jawab.

B. KeKristenan dan Politik


a. Politik menurut Pandangan Alkitab dan Teolog
Saut Sirait didalam buku yang ditulisnya menjelaskan bagaimana pandangan
Teologis Kristen terhadap Politik diantaranya yaitu:
Etika politik Kristen adalah upaya dan proses berteologi.
Menggumuli dan meru- muskan segala hal yang terjadi dalam
kehidupan politik bagi ter- wujudnya suatu tatanan kehidupan yang
bercirikan kesejahteraan hidup seluruh ciptaan Tuhan, keadilan,
kejujuran, kebenaran dan kesetaraan. Karena itu, selain mengajukan
gugatan dan pertanyaan- pertanyaan moral terhadap keputusan-
keputusan pada negara, etika politik Kristen juga merupakan proses
perealisasian kehendak Allah, mulai dari komunitas politik pada
suatu bangsa hingga relasi antar- bangsa, yakni dunia, sebagai ruang
maupun waktu (Saeculum mau- pun Mundus). (Sirait, 2001)
Berdasarkan apa yang Saut Sirait tulis, bisa dilihat bahwa dalam perspektif Teologis
Politik merupakan suatu upaya dan proses untuk merealisasikan kehendak Allah.
Saut Sirait juga menyatakan bahwa hal yang mesti dilakukan Etika Politik Kristen
adalah membangun dan mengembangkan suatu tatanan Politik yang selain
mengandung moralitas Kristen, juga secara konkret merupakan pencerminan dari
penyataan Allah.
Dalam Alkitab juga terdapat dasar-dasar dalam berpolitik, Mateus Mali
menjelaskan pandangan politik Paulus dari Roma 13:1-7 dengan menuliskan: Para
ahli sepakat untuk menyebutkan bahwa Rm 13 adalah pandangan Paulus tentang
politik atau minimal kita dapat melihat pendapat politis Paulus. Rm 13:1-7 tidak
berbicara tentang politik sebagaimana kita mengerti tentang politik. Politik itu
dibicarakan dalam rangka pembicaraan tentang perilaku hidup orang beriman di
dalam masyarakat berhadapan dengan kekuasaan (otoritas). Tujuan Paulus bukan
menyajikan suatu pendapat teologis tentang politik melainkan mengajak orang
beriman untuk bertingkah laku sesuai dengan imannya untuk berhadapan dengan
kekuasaan. Paulus juga mengajak pribadi-pribadi (bukan Gereja dalam bentuk
ekklesia) menjadi taat. Rupanya bagi Paulus, yang taat kepada penguasa atau
pemerintah bukanlah Gereja melainkan pribadi-pribadi. Pribadi-pribadi itu yang
mempunyai hubungan dengan kekuasaan. Di dalam Rm 13: 1-7 juga terlihat
pendapat Paulus pada umumnya, yakni ia memberi pendapatnya secara umum
semacam orientasi umum sebagai seorang beriman (misalnya ay. 1: semua orang
harus takluk ...) dan perintah langsung yang sangat spesifik (misalnya ay. 6 atau ay.
7: bayarlah pajak.) (Mali, 2017)
Dari apa yang Mateus Mali tuliskan bisa disimpulkan bahwa pandangan politis
paulus telah membenarkan ketaatan orang beriman kepada kekuasaan atau
pemerintahan. Bagi Pulus pemerintahan yang baik dan bersih merupakan penyataan
diri Allah yang kelihatan di dunia sehingga ketaatan kepada pemerintahan itu
merupakan suatu hal yang perlu di lakukan.

b. Politik dalam Kristen


Kekristenan dan Politik merupakan dua aspek yang saling terkait dalam suatu
komunitas masyarakat atau bangsa yang hidup bersama di bawah satu pemerintahan.
keKristenan sesungguhnya tidak bisa dijauhkan dari pengaruh politik, karena secara
sederhanapun gereja pada dasarnya mengandung unsur-unsur politik tertentu.
Namun pertanyaan yang sering muncul diantara orang-orang Kristiani adalah,
perlukah agama menjadi bagian dari politik? Adanya pandangan bahwa dunia politik
adalah dunia yang kasar dan kotor sehingga dikhawatirkan mencemarkan kekudusan
dan kerohanian gereja ataupun keraguan bahwa agama hanya menjadi penghalang
atau gangguan serta tidak terlalu berguna bagi perpolitikan menyebabkan agama
mengalami sinisme negatif. Sikap sinis atau pesimis ini memang tidak bisa
sepenuhnya di salahkan, namun ini bisa menghalangi partisipasi warga gereja
terhadap kemajuan bangsa dan negaranya sendiri. keKristenan harus mengambil
perannya di dalam ruang publik termasuk dalam politik.
Dalam tulisannya yang berjudul Kehadiran Kristiani dalam Politik:
Rekonstruksi Teologi Misi Tentang Peran Kekristenan dalam Ruang Publik Politis
di indonesia, Grets Janialdi Apner menyatakan bahwa keterlibatan gereja di dalam
ruang publik politik tentu membutuhkan karya nyata yang ditujukan, memberikan
perhatian dan dapat dinikmati oleh publik. Hal ini tentu membutuhkan dasar teologi
yang mampu mempersiapkan dirinya untuk bersikap dan berpartisipasi dalam ruang
publik politik. Keterlibatannya di dalam ruang publik politis juga memberikan
kesempatan bagi gereja-gereja, khususnya di Indonesia, untuk menjadi komunitas
iman yang memberdayakan dan terbuka-dialogis ketika menghadapi pluralitas.
(Apner, 2021)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa kekristenan
memang tidak memiliki kewajiban untuk berpolitik, namun kekristenan sendiri
sudah seharusnya memiliki pasrtisipasi nyata dalam berbagai aktivitas di ruang
publik termasuk politik. Perpolitikan bisa menjadi suatu ranah bermisi bagi gereja
dalam menyampaikan kebenaran dan juga mengimplementasikan iman percaya di
tengah-tengah pluralitas beragama.

c. Misi KeKristenan dalam Politik


Partisipasi orang-orang percaya di dalam politik bisa diwujudkan dalam
banyak cara namun tentunya dengan maksud-maksud positif. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, ranah politik bisa menjadi suatu wadah bermisi bagi
kekristenan, namun misi disini diartikan bukan sebagai pemenangan jiwa-jiwa orang
tidak percaya atau suatu penanaman pengaruh kristen di kalangan orang yang bukan
kristen, melainkan suatu pewujudan dari sikap imani yang didasarkan pada Alkitab
di dalam ruang publik sebagai cerminan dari karakter Kristus.
Yohanis Udju Rohi dalam jurnalnya dengan judul Misi Gereja Melalui Dunia
Politik menuliskan bahwa misi adalah tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus
kepada orang percaya atau Gereja untuk pergi dan bersaksi melintasi tapal batas
budaya untuk menyampaikan kabar sukacita (syalom) di tengah masyarakat, bangsa
dan negara secara holistik tentang Tuhan Yesus Kristus Juruselamat dunia.
Berdasarkan pernyataan ini kita bisa menarik kesimpulan mengenai pentingnya misi
Kristen di dalam perpolitikan, Tuhan Yesus juga menekankan peran orang-orang
Kristen sebagai garam dan terang dunia, baik di dalam kehidupan diantara sesama
orang percaya maupun dalam lingkungan sekitar pada umumnya.
Persekutuan di dalam komunitas gereja bisa menjadi contoh maupun
sumbangan bagi proses berpolitik di tengah masyarakat, dimana nilai-nilai
kebersamaan dalam komunitas iman bisa diwujudkan sebagai misi di dalam
berpolitik. Demokratis dan komunikatif pun bisa menjadi dua karakter dari
tindakan misional umat Kristen dalam masyarakat yang perlu mendapatkan
perhatian dari setiap umat yang hadir di dalam ruang publik, termasuk dalam
kegiatan politik praktis.
Gereja perlu menyadarkan dirinya sendiri bahwa dia adalah agen teologis dan
sosial. Kedua aspek tersebut merupakan bagian dari hakikat gereja yang mesti
nampak dalam setiap aspek kehidupannya sehingga gereja menjadi bagian yang
‘hidup’ dari negara, dalam hal ini Indonesia.
C. Edukasi Politik dalam KeKristenan
1. Edukasi Politik dan KeKristenan
Grets Janialdi Apner, dalam jurnal yang berjudul Kehadiran Kristiani dalam
Politik: Rekonstruksi Teologi Misi Tentang Peran Kekristenan dalam Ruang Publik
Politis di indonesia, menyatakan bahwa setiap warga negara ini perlu mendapatkan
pembinaan atau persiapan agar mereka memiliki modal untuk menjadi agen-agen
komunikasi yang memperjuangkan kebaikan bersama sebagai sebuah komunitas
politik (Apner, 2021). Hal ini juga berlaku bagi gereja dimana setiap individu yang
ada di dalamnya merupakan bagian sekaligus warga negara dimana mereka berada.
Sejatinya teologi sangat berpengaruh pada kesiapan umatnya menghadapi
perubahan-perubahan politik serta sosial, dan gereja adalah agen yang berperan
untuk memberikan strategi-strategi teologis terhadap kondisi tersebut. Edukasi
politik terhadap orang-orang Kristen bukan ditujukan agar gereja mendapatkan
kekuasaan dalam politik praktis melainkan sebagai upaya pedagogis dan
pendampingan dalam proses pemberdayaan bagi rakyat, khususnya umat Kristen,
agar memiliki kecerdasan politis yang kritis.
Pengaruh agama dalam politik rentan menimbulkan adanya politik identitas,
serta penyalah-gunaan unsur-unsur agama juga kerap terjadi tanpa orang-orang bisa
sadari, hal-hal demikian menjadikan pendidikan mengenai politik sangat diperlukan
bagi warga gereja. Menjelang pemilu 2024, umat Kristiani sudah seharusnya di
persiapkan untuk menjadi partisipan politik yang cerdas dan selektif, perlu juga
dibangun sikap yang kritis agar tidak terjebak pada skema politik yang mengatas-
namakan kekristenan.

2. Impelementasi Edukasi Politik dalam Jemaat Kristen


Edukasi Politik dalam KeKristenan sebagaimana yang sudah di jelaskan
sebelumnya adalah suatu usaha untuk membekali orang Kristen dengan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik secara bertanggung jawab, kritis dan konstruktif. Edukasi
Politik dalam KeKristenan didasarkan pada nilai-nilai iman Kristen yang
menekankan kasih, keadilan, kebenaran dan kebebasan yang bertanggung jawab.
Beberapa penerapan yang nyata dan harus dilakukan Edukasi Politik di
dalam jemaat Kristen adalah:
a) Menyadarkan jemaat Kristen tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara dan anggota masyarakat.
b) Mendorong jemaat Kristen untuk turut berperan aktif dalam pemilu, memiliki
partisipasi sebagai anggota partai politik, atau terlibat dalam organisasi-organisasi
sosial yang bergerak di bidang politik.
c) Mengajarkan jemaat Kristen tentang prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi
manusia, konstitusi, sistem pemerintahan dan hukum yang berlaku di negara ini.
d) Menyediakan informasi yang akurat, objektif dan seimbang tentang isu-isu politik
yang sedang berkembang di masyarakat.
e) Membentuk sikap kritis, analitis dan kreatif terhadap masalah-masalah politik
yang dihadapi oleh bangsa dan negara ini.
f) Membina kerjasama dan dialog antara orang Kristen dengan kelompok-kelompok
lain yang memiliki pandangan politik yang berbeda atau bertentangan.
g) Menanamkan nilai-nilai keKristenan, yaitu menyuarakan kebenaran, menegakkan
keadilan, menghormati kebebasan yang bertanggung jawab dan mempraktekkan
kasih kepada semua orang.
Edukasi politik di dalam kekristenan bisa dilakukan oleh orang-orang yang
menguasai bidangnya dengan melakukan sosialisasi, pemberian informasi, atau
kampanye-kampanye yang di pelopori oleh pihak penyelenggara pemilu dan
bukan mereka yang berkepentingan dalam politik seperti parpol-parpol tertentu.
Edukasi bagi partisipan politik seperti warga gereja tentunya harus berbasis
kepentingan pemilih bersama yaitu rakyat dan bangsa bukan hanya kepentingan
sesaat. Edukasi ini tentunya di tujukan untuk membangun kesadaran kritis bagi
para partisipan politik dan bukan untuk mempengaruhi persepsi politik orang lain.
3. Tujuan dan Manfaat Edukasi Politik
Tujuan pendidikan politik ialah agar rakyat yang termasuk didalamnya
baik individu maupum kelompok menjadi:
1) Mampu memahami situasi sosial-politik penuh konflik
2) Berani bersikap tegas memberikan kritik membangun terhadap kondisi
masyarakat yang tidak mantap
3) Aktivitasnya diarahkan pada proses demokratisasi individu/ atau perorangan, dan
demokratissasi semua lembaga kemasyarakatan serta lembaga negara
4) Sanggup memperjuangkan kepentingan dan ideologi tertentu, khususnya yang
berkorelasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.
5) Bisa memperhatikan peranan insani setiap individu sebagai waarganegara
(melaksanakan realisasi diri/ aktualisasi diri dari dimensi sosialnya)
6) Mampu mengupayakan pengembangan semua bakat dan kemampuannya (aspek
kognitif, wawasan, kritis, sikap positif, keterampilan politik)
7) Agar orang bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik, demi pembangunan diri,
masyarakat sekitar, bangsa dan negara. (Kartini Kartono, 2009: 68-69)
Maka dalam konteks uraian di atas, pendidikan politik di Indonesia dapat
dinyatakan sebagai: Rangkaian upaya edukatif yang sistematis dan intensional
untuk memantapkan kesadaran politik dan kessadaran bernegara, dalam
menunjang kelestarian pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah hidup serta
landasan konstitusional serta upaya pembaharuan kehidupan politik bangsa
Indonesia, dalam rangka tegaknya satu sistem politik yang demokratis, sehat dan
dinamis. (Kartini Kartono, 2009: 69)
Landasan pokok yang dipakai dalam melaksanakan pendidikan politik ialah
Pancasila, UUD 1945, GBHN dan Sumpah Pemuda 1928. 16 Khusus bagi
generasi mudanya, tujuan pendidikan politik di Indonesia adalah:
1. Membangun generasi muda Indonesia yang sadar politik, sadar akan hak dan
kewajiban politiknya selaku warganegara, di samping sadar akan kehidupan
berbangsa dan bernegara dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yangharus
terus menerus membangun.
2. Membangun orang mua menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yang
perwujudannya tervermin dalam seluruh sifat watak/karakteristik kepribadian
Indonesia (tidak lupa jatidirinya, dan tidak mengalami proses alienasi). (Kartini
Kartono, 2009: 69-70
Manfaat pendidikan politik yaitu agar dapat melatih warganegara
sehingga memiliki pemahaman politik yang baik serta meningkat partisipasi
politiknya. Huntington dalam jurnal Nasiwan mendefinisikan partisipasi politik
sebagai kegiatan warga negara (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemerintah. Definisi ini mensyaratkan bahwa yang
tercakup dalam partisipasi politik adalah kegiatan, dengan demikian orientasi-
orientasi para warga negara terhadap politik, pengetahuan tentang politik, minat
terhadap politik, perasaan-perasaan mengenai politik kompetisi dan keefektifan
politik, persepsi-persepsi tentang relevansi politik, itu seringkali juga tidak
berkaitan. Lewat pendidikan politik individu diajarkan bagaimana mereka
mengumpulkan informasi dari berbagai media massa, diperkenalkan mengenai
struktur politik, lembaga-lembaga politik, lembaga-lembaga pemerintahan
(Almond dan Verba dalam jurnal Sunarso).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan isi mengenai “Pentingnya Edukasi Politik di dalam
Kekristenan” kami sebagai penulis menyimpulkan bahwa Kekristenan dan Politik
merupakan dua aspek yang saling berkaitan, orang Kristen sebagai orang percaya
yang terpanggil dan telah menerima tugas dari Yesus Kristus harus menunjukkan
ketaatan kepada Tuhan di segala bidang kehidupan termasuk juga dalam berpolitik.
Orang kristen atau gereja sebagai warga negara harus aktif dalam politik dengan cara
tetap hidup dalam kehendak Allah sebagai garam dan terang dunia. Orang Kristen
bertanggung jawab untuk memelihara dan menumbuhkan kesatuan dan persatuan
antara umat yang berbeda agama yang bisa saja di lakukan melalui berpolitik. Namun
untuk menciptakan kombinasi yang ideal bagi agama dan politik, setiap warga negara
perlu dipersiapkan dan dibina dengan baik agar bisa memiliki kesadaran politik yang
cerdas dan kritis. Hal ini tentunya bisa dilaksanakan melalui edukasi politik seperti
dengan melakukan sosialisasi, pemberian informasi, atau kampanye-kampanye yang
di pelopori oleh pihak penyelenggara pemilu dan bukan mereka yang berkepentingan
dalam politik seperti parpol-parpol tertentu. Edukasi ini penting agar warga gereja
tidak mudah terpengaruh oleh skema politik yang mengatasnamakan agama, serta
untuk menumbuhkan pentingnya partisipasi politik ditengah masyarakat.
B. Saran
Kekristena harus ada dalam proses perumusan kebijakan publik. Gereja harus
memberitakan nilai-nilai etika yang memperkaya bangsa. Kekristenan memang tidak
memiliki kewajiban untuk berpolitik, namun kekristenan sendiri sudah seharusnya
memiliki pasrtisipasi nyata dalam berbagai aktivitas di ruang publik termasuk politik.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita bisa terus mendukung partisipasi gereja dan
orang-orang percaya di dalam politik Indonesia. Kita juga sudah seharusnya
melibatkan diri dalam lingkup politik melalui hal-hal sederhana seperti memberikan
hak suara dalam pemilu, memperkaya pengetahuan politik serta selalu mendukung
keberlangsungan berbagai aktivitas politik di negara ini dengan cara-cara yang positif.
Daftar Pustaka

Apner, G. J. (2021). Kehadiran Kristiani dalam Politik: Rekonstruksi Teologi Misi Tentang
Peran Kekristenan dalam Ruang Publik Politis di Indonesia. DIEGESIS: Jurnal
Teologi. Vol. 6 No. 2, 12.
Harnawansyah, M. F. (2019). Sistem Politik Indonesia. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Harnawansyah, M. F. (2019). Sistem Politik Indonesia. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Mali. (2017). Konsep Berpolitik Orang Kristiani . Yogyakarta: PT Kanisius Yogyakarta.
Pito. (2019). mengenal teori-teori politik. bandung: penerbit nuansa cendakia.
Pratiwi. (2019). Perkembangan Demokratisasi dalam Sistem Politik Demokrasi di Indonesia.
Semarang : Mimbar Adminitasi: UNTAG Semarang.
Sirait. (2001). Politik Kristen di Indonesia. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai