Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI POLITIK INSTITUSI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Wira Alvio S.Psi, M.M

Disusun Oleh :
Kelompok 4
M. Refqy Efrianda P.M (2010203012)
Rihadi Noto (2020203047)
Nopita Pera (2030203065)
Nanda Lia Wanda Liana (2030203081)
Muhammad Issom (2030203113)
Ririn Kalrina (2020203029)
Rahmad Aridila (2030203087)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kami nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat islam dan nikmat sehat wal afiat
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang membahas tentang “ Fungsi
Politik Institusi Pendidikan”. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
baginda besar kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa pedoman hidup
yakni, Al-Qur’an sehingga dapat membawa manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Politik dan Kebijakan
Pendidikan di program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada Wira Alvio, S.Psi M.M selaku dosen
pengampu mata kuliah Politik dan Kebijakan Pendidikan yang telah memberikan
bimbingan serta arahan dalam mengerjakan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Palembang, 11 April 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Institusi Pendidikan Sebagai Alat Kekuasaan .............................................. 2

B. Sosialisasi Politik ......................................................................................... 3

C. Hubungan Politik dan Pendidikan................................................................ 5

BAB III ................................................................................................................... 7

PENUTUP ............................................................................................................... 7

Kesimpulan .......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan politik merupakan dua elemen yang penting dalam


sistem sosial politik suatu Negara, baik Negara maju maupun berkembang.
Pada umumnya kedua elemen ini selalu dipisahkan, sehingga seakan- akan
tidak berhubungan satu dengan lain. Padahal keduanya sangatlah berkaitan.
Bila tidak ada pendidikan tidak akan ada orang-orang yang mampu
menjalankan dan mengelola dunia pemerintahan ataupun dunia politik, dan
sebaliknya jika tidak ada politik, pendidikan tidak akan mampu berjalan
karena kekurangan aspek-aspek pendukung seperti sarana dan prasana
pendidikan yang disebabkan tidak adanya pengelola uang Negara maupun
kebijakan-kebijakan yang mendukung terselenggaranya proses pendidikan.
Kebijakan politik menentukan berjalannya proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Institusi Pendidikan Sebagai Alat


Kekuasaan?
2. Bagaimanakah Sosialisasi Pendidikan?
3. Bagaimanakah Hubungan politik dan Pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Institusi Pendidikan


Sebagai Alat Kekuasaan.
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Sosialisasi Politik.
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Hubungan politik dan Politik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Institusi Pendidikan Sebagai Alat Kekuasaan


Berbagai institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat dapat
berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam upaya membentuk sikap dan
keyakinan politik yang dikehendaki. Berbagai aspek pembelajaran terutama
kurikulum dan bahan-bahan bacaan, sering kali diarahkan pada kepentingan
politik tertentu.

Although political power is centered in group and individuals, its


effectiveness and use are shaped by institutions. The institutional patter of
public education may seem firmly fixed, firmly enough, certainly, so that any
proposal, to have a chance of success, must appear to conform to it.
(Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai kelompok dan individu,
efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi. Pola
institusional pendidikan publik mungkin saja tampak kokoh, cukup mantap,
sehingga untuk dapat berhasil. Setiap proposal perlu menyesuaikan diri
dengannya).1

Elliot menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting


pendidikan, kurikulum, misalnya, dapat menjadi media sosialisasi politik.
Menurutnya, kurikulum di suatu lembaga pendidikan memiliki tiga sumber
utama. Pertama, pendapat kelompok profesional pendidikan yang sangat
dipengaruhi oleh institusi-institusi pelatihan guru dan seringkali
merefleksikan atau mengadaptasi ide dari individu-individu yang didewa-
dewakan, seperti John Dewey. John Lock, dan William Stern. Kedua,
kebutuhan akan dana. Ketiga, aktivitas kelompok-kelompok berpengaruh,
seperti asosiasi industri, perserikatan, dan beberapa organisasi kebangsaan
yang memiliki semangat patriotik. Fungsi politik pendidikan secara khusus
juga dapat diaktualisasikan melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas,
proses pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan

1
M. Sirozi, Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan Antara Kepentingan Kekuasaan dan
Praktek Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 37-57

2
pengetahuan dasar tentang suatus sistem), bisa bersifat afektif (misalnya,
mengetahui sikap-sikap positif dan negatif terhadap penguasa atau simbol-
simbol). bisa bersifat evaluatif (misalnya, menilai peran-peran politik
berdasarkan standar tertentu), atau bisa bersifat motivatif (misalnya,
penanaman rasa ingin berpartisipasi). Sebagian besar unsur-unsur
pembelajaran tersebut dapat dirancang dan diarahkan sedemikian rupa untuk
memenuhi tuntutan politik tertentu.2

B. Sosialisasi Politik

Sosialisasi secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) berarti "proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya" Dalam
pengertian tersebut terlihat bahwasannya sosialisasi merupakan kegiatan yang
melibatkan proses penyampaian suatu nilai-nilai ataupun kultur kepada
masyarakat.

Sedangkan definisi lengkapnya mengenai sosialisasi menurut Ramlan


Surbakti sosialisasi politik 3merupakan satu kesatuan metode penyampaian
pesan politik, yang dibagi menjadi dua yaitu pendidikan politik dan
indoktrinasi politik. Sosialisasi politik merupakan bagian dari proses
pendidikan politik yang didalamnya terdapat tujuan untuk membangun
bagaimana seharusnya sikap masyarakat berpartisipasi melalui aktivitas
politik dan sistem politik yang ada.4

Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr mendefinisikan


sosialisasi politik sebagai ―the process by which political cultures are
formad, maintained, and changed”. Terlihat bahwa definisi tersebut lebih
condong mengatakan bahwa sosialisasi politik merupakan proses
pembentukan budaya politik masyarakat, yang didalamnya terdapat

2
Masduki Duryat. (2022). Analisis Kebijakan Pendidikan : Teori dan Praktiknya di Indonesia.
Yogyakarta : K-media
3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 117
4
Zulfikri Sulaeman, Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, (Jakarta:
Kompas Media Nusantara), 2010, h. 20.

3
pengenalan nilai-nilai politik. Seperti contohnya dalam pendidikan Indonesia,
sedari kecil masyarakat sudah mengetahui konsep keBhinekaan karena telah
diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai pancasila melalui proses sosialisasi
politik yang berjalan bersama masyarakat. Hal tersebut memperlihatkan
proses pengenalan serta pendalaman nilai-nilai politik yang kemudian
menjadi orientasi politik pemahaman peran-peran masyarakat dalam sistem
politik yang memiliki sifat stabil dan berkesinambungan. Didukung dengan
pandangan Dennish Kanavagh yang menyataka bahwa sosialisasi politik dan
pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk melestarikan
ataupun mengubah budaya politik di masyarakat. Sejalan dengan pandangan
tersebut Kenneth P. Langton melihat sosialisasi politik sebagai ―political
socialization, in the broadest sense, refers to the way society transmits it’s
political culture from generation to generation”. Pemberian pengetahuan
pengalaman berdasarkan budaya politik yang ingin diteruskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya, melalui transfer nilai, keyakinan, sikap dan
khususnya perilaku politik. Melalui aktivitas inilah terjadinya proses
pembentukan pengetahuan serta pemahaman dan budaya yang ingin
dilestarikan ataupun budaya mana yang ingin diubah.5

Kesbangpol selaku penyelenggara sosialisasi politik yang


merepresentasikan usaha pemerintah, guna menumbuhkan pemahaman, nilai,
sikap serta perilaku politik pada khalayak. Teori sosialisasi dalam penelitian
ini digunakan sebagai landasan berfikir dalam pembahasan mengenai usaha
Kesbangpol dalam menggelar dan mempertanggungjawabkan salah satu
programnya yaitu pendidikan politik rakyat. Jika berangkat melalui
penjelasan sosialisasi politik yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam
teori komunikasi politik, Kesbangpol tergolong sebagai komunikan politik
yang berasal dari elite birokrasi. Komunikan politik adalah siapa saja yang
mengomunikasikan pesan-pesan politik seperti informasi politik, data politik,
pemahaman politik dan lain sebagainya.6

5
Zulfikri Sulaeman, Demokrasi Untuk Indonesia,h.20
6
Ibid., h. 220

4
Adapun beberapa penjelasan pengertian sosialisasi politik, dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi politik adalah upaya edukat baik disengaja
ataupun tidak disengaja, yang dipergunakan untuk membentuk individu yang
sadar akan politik. Sehingga masyarakat mampu menjadi pelaku politik yang
partisipan dan bertanggung jawab dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara.

C. Hubungan Politik dan Pendidikan

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial
politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Keduanya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah, yang satu sama
lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu-membahu
dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih
dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi.
Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk
perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Ada hubungan erat dan
dinamis antara pendidikan dan politik di setiap negara. Hubungan tersebut
adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal perkembangan peradaban
manusia dan menjadi perhatian para ilmuwan Hubungan antara pendidikan
dan politik bukan sekadar hubungan saling memengaruhi, tetapi juga
hubungan fungsional. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan menjalankan
sejumlah fungsi politik yang signifikan. Mungkin yang terpenting dari fungsi-
fungsi tersebut adalah bahwa sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan
lainnya menjadi agen-agen sosialisasi politik. Lembaga-lembaga pendidikan
menjadi tempat di mana individu-individu, terutama anak-anak dan generasi
muda, mempelajari sikap-sikap dan perasaan tentang sistem politik, dan
sejenis peran politik yang diharapkan dari mereka.

Stabilisasi atau transformasi politik banyak ditentukan oleh faktor


pendidikan. Manakala terjadi tranformasi radikal dalam sistem politik,
misalnya setelah revolusi Prancis dan Rusia, salah satu langkah utama yang
dilakukan oleh para penguasa di sana adalah menata sistem pendidikan.
Penguasa yang baru dengan cepat berusaha mereformasi dan menerapkan

5
sistem pendidikan yang sesuai dengan tujuan-tujuannya. Para penguasa yang
baru naik tahta saat itu menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan
kontinuitas rezim mereka berkaitan dengan ide-ide dan pola-pola perilaku
yang ditransmisi melalui fasilitas kependidikan. Kesadaran ini mungkin saja
salah, tetapi ini adalah suatu persoalan hubungan antara pendidikan dan
politik yang memerlukan penjelasan melalui penelitian terencana. Penjelasan
atas persoalan tersebut akan dapat mengungkapkan kontribusi pendidikan
terhadap integrasi dan ketahanan sistem politik.

Keberhasilan pendidikan bagi sebuah bangsa atau sangat tergantung


dengan keseriusan politik pemerintah, apabila sistem politik yang
dipergunakan oleh negara tersebut stabil, maka kualitas outcome pendidikan
pun lebih baik dan sebaliknya. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah
tugas yang ringan, karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis,
tetapi mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, sehingga
menuntut manajemen pendidikan saat ini belum mendapat perhatian yang
maksimal dari pelaksana politik pendidikan atau pemerintah. Lemahnya
kepedulian dan kebijakan pendidikan yang belum memihak kepada
manajemen pendidikan memberikan dampak yang signifikan, terhadap
pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di masyarakat. Belum
berfungsi secara maksimal mesin politik formal sehingga berpengaruh
terhadap politik pendidikan di negara ini. Oleh karena itu, pemahaman politik
pendidikan dalam perspektif Islam mutlak diperlukan.7

7
Moh Suardi. (2015). Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta : Deepublish

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Massialas, proses pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya,


mendapatkan pengetahuan dasar tentang suatus sistem), bisa bersifat afektif
(misalnya, mengetahui sikap-sikap positif dan negatif terhadap penguasa atau
simbol-simbol). bisa bersifat evaluatif (misalnya, menilai peran-peran politik
berdasarkan standar tertentu), atau bisa bersifat motivatif (misalnya, penanaman
rasa ingin berpartisipasi). Sebagian besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dapat
dirancang dan diarahkan sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik
tertentu.

Adapun beberapa penjelasan pengertian sosialisasi politik, dapat


disimpulkan bahwa sosialisasi politik adalah upaya edukat baik disengaja ataupun
tidak disengaja, yang dipergunakan untuk membentuk individu yang sadar akan
politik. Sehingga masyarakat mampu menjadi pelaku politik yang partisipan dan
bertanggung jawab dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Keberhasilan pendidikan bagi sebuah bangsa atau sangat tergantung


dengan keseriusan politik pemerintah, apabila sistem politik yang dipergunakan
oleh negara tersebut stabil, maka kualitas outcome pendidikan pun lebih baik dan
sebaliknya. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan, karena
tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai
persoalan yang rumit dan kompleks, sehingga menuntut manajemen pendidikan
saat ini belum mendapat perhatian yang maksimal dari pelaksana politik
pendidikan atau pemerintah. Lemahnya kepedulian dan kebijakan pendidikan
yang belum memihak kepada manajemen pendidikan memberikan dampak yang
signifikan, terhadap pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di
masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Masduki Duryat. 2022. Analisis Kebijakan Pendidikan : Teori dan Praktiknya

di Indonesia. Yogyakarta : K-media

M. Sirozi. 2010. Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan Antara Kepentingan

Kekuasaan dan Praktek Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Moh Suardi. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta :

Deepublish

Ramlan, Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia,

Zulfikri, Sulaeman. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung

Hatta, Jakarta: Kompas Media Nusantara

Zulfikri, Sulaeman. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia

Anda mungkin juga menyukai