Anda di halaman 1dari 16

Laporan Studi Kasus

Topik : Kasus Partisipasi Politik


RESPON DAN PENGARUH DIPERBOLEHKANNYA KAMPANYE DI
LINGKUNGAN KAMPUS SEBAGAI BAGIAN DARI PENDIDIKAN
POLITIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Nisrina Nurul Insani, S.Pd., M.Pd.

Kelompok 2 :

Akmal Muhammad S 2100768


Akilla Berlinda Putri 2305090
Alya Rahmawati 2303387
Andre Febriyanto 2302037
Atha Athallah S 2311188
Melly Registyani 2311568
Nadiya Hafizah 2307675
Safira Apriani 2310892
Salsa Hedianti 2305477

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
29 NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi ................................................................................................ 2

BAB II PENYEBAB KASUS

A. Faktor Penyebab .................................................................................... 4

B. Analisis.................................................................................................. 5

BAB III SOLUSI

A. Implementasi ....................................................................................... 10

B. Evaluasi ............................................................................................... 11

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

i
BAB I

PENDAHULUAN

Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan


kebaikan bersama (Teori Klasik Aristoteles). Politik adalah hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan publik pemerintahan dan negara. Politik penting bagi
mahasiswa karena dapat mengetahui tata cara berpolitik yang benar dengan asas
luberjurdil dan demokratis agar tidak terjadi kecurangan–kecurangan dalam
pembuatan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut
peraturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang ada, sehingga terwujud
suatu partisipasi sosial yang optimal dari warga negara dalam sistem politik, yang
tercermin dalam tuntutan, tanggapan dan orientasinya terhadap sistem politik yang
ada, serta mengoptimalkan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
jika terjadi pergesekan antara sistem politik budaya dan politik di tengah
masyarakat.

Tujuan politik dapat digunakan untuk mengupayakan suatu kekuasaan yang


ada di masyarakat dan pemerintah bisa diproses, dikelola, dan diterapkan sesuai
dengan norma maupun hukum yang ada. Politik bisa digunakan untuk membuat
suatu kekuasaan yang ada di masyarakat dan pemerintah dapat memperoleh,
mengenal, dan menerapkan demokrasi secara menyeluruh. Politik juga bisa
digunakan untuk menerapkan dan mengelola politik yang ada di masyarakat dan
pemerintah sesuai dengan kerangka guna mempertahankan prinsip negara.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang bersifat


multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Secara filsafat keilmuan,
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ontology pokok khususya pada konsep
political democracy untuk aspek duties and right of citizen. Menurut Somantri
(2001:299). Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang intinya
demokrasi namun diperluas dengan sumber sumber pengetahuan lainnya, pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, serta orang tua, yang semuanya
diproses untuk melatih para siswa dan mahsiswa agar dapat berpikir kritis, analitis,

1
juga akhirnya dapat bertindak demokratis dalam rangka menyiapkan hidup yang
demokratis serta berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Dunia secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan


teknologi, informasi dan komunikasi. Prinsip Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
membentuk masyarakat yang mampu berperan aktif dalam sistem pemerintahan
yang demokratis atau dengan kata lain adalah membentuk warga negara yang baik
(good citizenship) yang dapat berperan aktif dan bertanggung jawab bagi
kelangsungan pemerintahan yang demokratis melalui pengetahuan, karakter, dan
keterampilan dari warga negara. Untuk perguruan tinggi, ruang lingkup PKn
diantaranya adalah demokrasi, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politikdan
strategi nasional.

Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilih pada pemilu


2024 didominasi oleh kelompok Generasi Z dan milenial, yakni sebanyak 56% dari
total keseluruhan pemilih. Para pemilih muda pun menjadi incaran suara para
peserta pemilu (Toer, 2023). Sehingga mahasiswa dapat menjadi pemilih muda
yang dijadikan sebagai incaran suara pada pemilu. Maka dari itu kami dari
kelompok 2 sebagai mahasiswa ingin menganalisis lebih lanjut mengenai kampanye
di kampus tentang apakah kampanye dikampus itu memiliki dampak buruk atau
dampak baik dan dari faktor atau solusi apa yang bisa kami berikan sebagai
mahasiswa.

Tujuan mengambil kasus berkampanye di lingkungan kampus yaitu untuk


memberikan edukasi kepada mahasiswa agar mereka lebih selektif lagi dalam
menghadapi situasi dimana sistem politik mulai berpengaruh negatif terhadap
mahasiswa. Dikarenakan mahasiswa mempunyai peran penting sebagai Agent of
Change.

A. DESKRIPSI KASUS

Kegiatan kampanye yang terjadi di lingkungan pendidikan khususnya di


lingkungan kampus dan melibatkan mahasiswa menjadi persoalan di dalam kasus
politik. Dimana terdapat pro dan kontra terhadap keputusan MK terkait

2
diperbolehkannya kampanye dalam rangka pemilu 2024 di fasilitas pendidikan
meskipun dengan berbagai syarat tertentu.

Oleh karena itu, kami melakukan penelitian/riset kepada mahasiswa yang


berstatus sebagai pemilih pemula di tahun 2024 sebagai bentuk tolak ukur terhadap
pengetahuan mereka tentang politik khususnya kasus kampanye yang terjadi di
lingkungan kampus. Selain dengan angket, kami juga melakukan kegiatan
wawancara pada Rabu, 15 November 2023 dengan mahasiswa yang menjadi target
kami, serta salah satu dosen di Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengetahui
bagaimana sudut pandang mereka terhadap kasus kampanye di lingkungan kampus.

Politik merupakan bagian dari proses kekuasaan negara yang sangat


berpengaruh terhadap kelangsungan persatuan dan kesatuan, pertahanan dan
keamanan, serta kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Sehingga perlu adanya
pengetahuan yang diberikan agar dapat menjadi bekal dalam mengubah ataupun
memajukan masa depan dengan lebih baik. Penting untuk melakukan analisis
terhadap kasus kampanye di lingkungan kampus agar mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan akan dinamika politik yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Pastisipasi dalam kegiatan politik dibutuhkan dari mahasiswa sebagai
generasi muda yang menjadi harapan serta aset kemajuan bangsa di masa depan.

3
BAB II

PENYEBAB KASUS

A. FAKTOR PENYEBAB
1. Jumlah Pemilih Muda

Kampanye merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk


mendapatkan dukungan. Walaupun begitu kampanye tidak dapat
dilakukan dengan sesuka hati karena telah diatur di dalam Undang-
Undang. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa termasuk ke dalam target
para politikus untuk memperoleh dukungan suara. Apabila kita lihat
secara sekilas, jumlah mahasiswa muda sebagai pemilih muda di
Indonesia terbilang cukup banyak. Oleh karena itu banyak politikus
yang menginginkan dukungan dari para mahasiswa.

2. Agent Perubahan
Universitas merupakan salah satu target dan sasaran kampanye
untuk mendapatkan dukungan besar saat PEMILU, karena
universitas berisikan mahasiswa yang sudah dapat ikut serta untuk
memilih saat PEMILU tiba. Mahasiswa juga merupakan agent
perubahan di tengah kehidupan masyarakat, yang di harapkan bisa
membantu untuk menyebarkan dukungan bagi para politikus
tersebut. Karena mahasiswa merupakan agent perubahan di tengah
masyarakat, maka dari itu banyak oknum politikus yang ingin masuk
ke dalam ranah mahasiswa untuk mengambil hati mereka demi
kepentingan pribadi serta mendapatkan suara saat waktu PEMILU
tiba. Maka dari itu tidak sedikit organisasi kemahasiswaan di
dalamnya berisi para politikus yang mendukung sampai rela
mengeluarkan uang yang jumlahnya tidak sedikit (Lubis, 2023).
3. Pola Pikir Mahasiswa

Jika kita lihat dari segi usia mahasiswa, usia mereka masih
terbilang cukup muda. Maka dari itu, pola pikir mahasiswa juga

4
masih sering berubah-ubah dan tidak teguh pada pendiriannya.
Kondisi inilah yang sangat dapat memudahkan oknum-oknum
politikus untuk memperdaya dan mengubah pola pikir mahasiswa
demi mendapatkan sebuah dukungan.

4. Alat demonstrasi

Menurut Pak Baeihaqi kurang cocok jika dikatakan kampanye,


demonstrasi adalah kata yang tepat. Mahasiswa sering kali dijadikan
sebagai alat untuk melakukan demo, karena sering terdapat
mahasiswa-mahasiswa yang asal demo tanpa tahu apa permasalahan
yang didemokan. Seharusnya sebelum menyuarakan aspirasi dengan
cara demo, mereka dapat memahami secara konseptual terlebih
dahulu. Dan masih ada cara lain untuk menyuarakan aspirasi tanpa
demo yaitu moderasi. Sosialisasi yang komprehensif tentang tata
cara pemilu akan membantu mengatasi ketakutan dan kesulitan
teknis yang mungkin mereka hadapi (Mangngasing, 2023).

B. ANALISIS
Persiapan menghadapi pesta demokrasi tahun 2024 mendatang tentu
membuat partai politik akan melakukan segala cara untuk menggaet dukungan
sebanyak-banyaknya. Untuk mendapatkan dukungan tersebut tentu strategi
yang digencarkan juga berbagai macam bentuk. Salah satunya dengan
merencanakan kampanye di lingkungan pendidikan. Kampanye politik merupakan
sebuah strategi yang biasa digunakan oleh partai politik atau peserta pemilu
untuk dapat mempromosikan pesan-pesan, visi dan misi, serta penyampaian
arah kebijakan oleh peserta pemilu. Mereka menawarkan tema atau topik tertentu
yang akan disampaikan kepada pemilih atau masyarakat.

Aksi berkampanye saat ini kerap sekali terjadi terutama diranah lingkungan
Universitas. Faktor penyebab diperbolehkannya berkampanye di lingkungan
Universitas ini karena Mahkamah konstitusi mengeluarkan Putusan Nomor
65/PUU-XXI/2023 terkait Pasal 280 ayat (1) huruf h UU Pemilu. Salah satu

5
aturannya adalah tidak di perbolehkannya melakukan kampanye menggunakan
fasilitas pendidikan. Sehingga putusan tersebut mengatakan kampanye pemilu
diperbolehkan di satuan pendidikan. (Pertana, 2023)

Salah satu satuan pendidikan ialah adanya Universitas dimana ini menjadi
peluang besar untuk berkampanye yang baik karena Universitas adalah suatu
institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademis
dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan pendidikan sarjana
dan pascasarjana. Kata universitas berasal dari bahasa Latin universitas
magistrorum et scholarium, yang berarti "komunitas guru dan akademisi" (Lubis,
2023)

Selain itu juga Universitas juga menjadi habitat sosial paling baik dalam
menyemai ide-ide kebijakan publik. Hal ini pula yang membuat Mahkamah
Konstitusi mengabulkan ketentuan kampanye di dalam satuan pendidikan.
Pengamat pendidikan juga merasa tidak khawatir akan ekses negatif yang dapat
ditimbulkan, justru Universitas dapat memberi latihan intelektual bagi mahasiswa
dalam mengkritisi para politisi. Sehingga Universitas menjadi target untuk
mendapatkan dukungan besar saat pemilu karena universitas berisikan
mahasiswa yang sudah dapat ikut serta untuk memilih saat pemilu tiba. Dan
juga karena mahasiswa merupakan agent di tengah kehidupan masyarakat,yang
di harapkan bisa membantu untuk menyebarkan dukungan untuk para politikus
tersebut.

Mahasiswa merupakan asset suatu bangsa karena mahasiswa adalah


sekelompok orang yang terlatih dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan karena itulah mengapa ungkapan "Student today, leader
tomorrow" terasa tidak berlebihan. Sebagai generasi muda, mahasiswa akan
menjadi generasi penerus bangsa dalam menghadapi perkembangan
masyarakat yang semakin pesat dan sangat rumit, maka mahasiswa menjadi
generasi penerus bangsa yang harus mampu menghadapi berbagai perubahan dan
masalah yang ditimbulkan perubahan itu sendiri untuk menjawab tantangan
perubahan yang ada.

6
Tetapi mahasiswa khususnya dengan umur yang masih terbilang muda
seperti mahasiswa baru dengan rata-rata umur dikisaran 18-19 tahun, belum siap
untuk terjun ke dunia politik. Mahasiswa yang kurang ilmunya tentang pengetahuan
politik menjadi faktor penyebab diperbolehkannya diperbolehkan kampanye di
lingkungan universitas karena dengan dalil agar setiap mahasiswa bisa mengkritisi,
mengevaluasi serta dapat memilih secara langsung para calon pemimpin dimasa
depan, tetapi kenyataannya dengan begitu mahasiswa dapat mudah untuk disetir
karena pengetahuan politik itu sangat penting dalam ranah pemilihan umum 2024
nantinya.

Sehingga dilihat dari usia mahasiswa masihlah terbilang cukup muda atau
remaja. Maka dari itu, pola fikir mahasiswa juga suka berubah ubah dan tidak
teguh pendirian.sangatlah mudah bagi oknum-oknum politikus untuk
memperdaya dan mengubah pola pikir mahasiswa untuk mendapatkan
dukungan.Selain itu jumlah mahasiswa yang juga terbilang tidak sedikit dan hal itu
sangat membantu para oknum politikus untuk memenangkan kursi saat pemilu.

Kampanye memiliki waktunya sendiri, banyak sekali yang melakukan


kampanye tidak sesuai waktunya seperti kampanye terselubung atau tersirat. Jelas
akan ada dan perubahan signifikan jika kampanye dilakukan di lingkungan
universitas tetapi merujuk pada keburukan. Karena seseorang yang tidak memiliki
pengetahuan berpolitik yang matang maka moral berpolitiknya pun buruk. Dalam
artian mahasiswa bisa membawa pengaruh terhadap hak suara atau hak pilihnya
nanti dengan diiming-imingi saat berkampanye oleh para calon nantinya tanpa
berpikiran dengan netral melalui pendidikan politik yang seharusnya mereka miliki
terlebih dahulu.

Fenomena kampanye di lakukan di dalam universitas memang


jarang terjadi, karena memang ada undang-undang yang mengaturnya. Tetapi jika
kita lihat banyak oknum politikus yang masuk ke lingkungan universitas untuk
melakukan acara-acara seminar dan tidak jarang pula para oknum politikus
tersebut menyelipkan kata-kata yang mengajak para mahasiswa untuk
memilihnya saat pemilu tiba.Jelas hal seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi
karena sama saja seperti kampanye politik.

7
Dalam Pasal 280 ayat (1) huruf h UU a quo disebutkan bahwa
pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang: menggunakan fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan maka dapat disimpulkan
bahwa negara lewat Pasal 280 ayat 1 melarang kepada pelaksana, peserta, dan
tim kampanye pemilu untuk menjadikan kampus sebagai tempat pelaksanaan
kampanye pemilu.

Hal ini secara tidak langsung dapat membantah alasan Ketua KPU
yang pada intinya menyatakan bahwa larangan dalam Pasal 280 ayat (1)
adalah dalam hal penggunaan fasilitas pendidikan, bukan terhadap
pelaksanaan kampanye pemilu. Persoalannya, penjelasan Pasal 280 ayat 1huruf
h justru menjelaskan sebaliknya. Dikatakan bahwa “…..tempat pendidikan
dapat digunakan jika peserta pemilu hadir tanpa atribut kampanye atas
undangan dari pihak penanggungjawab tempat pendidikan.” Dari sebagian pihak
menganggap penjelasan inilah yang kemudian membuka ruang
diperbolehkannya kampus menjadi tempat pelaksanaan kampanye sepanjang
memenuhi prasyarat tertentu.

Namun setalah melakukan berbagai penelitian mengenai berkampanye


dilingkungan kampus nyatanya masih terdapat beberapa pandangan yang berbeda
tentang diperbolehkannya berkampanye di lingkungan universitas. Peneliti
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil menilai
MK ingin gagasan atau ide dari peserta pemilu itu didiskusikan di banyak tempat,
termasuk di kampus. Oleh karena itu, ia rasa keputusan untuk memperbolehkan
kampanye di lembaga pendidikan sudah menjadi langkah tepat. Namun,
menurutnya, kampanye itu seharusnya hanya dibatasi pada tingkat SMA/SMK dan
perguruan tinggi saja.
Guru Besar Universitas Indonesia (UPI), Cecep Darmawan. Merupakan
salah satu orang yang menyetujui keputusan Mahkamah Agung mengenai
diperbolehkannya berkampanye dilingkungan kampus meski beliau memberi
catatan,ada baiknya MK juga merinci batasan-batasan terkait amatir amar putusan
tersebut MK tersebut.

Pemilih pemula sering kali mendapatkan pengaruh dari berbagai pihak

8
untuk ikut serta dalam kampanye politik sehingga diperlukan upaya untuk
menyediakan informasi yang objektif dan memfasilitasi dialog antara pemilih
pemula dengan calon untuk menghindari manipulasi politik. Pemilih pemula
seringkali mengalami fluktuasi antara antusiasme dan apatisme politik, sehingga
dibutuhkan pendekatan yang tepat dalam sosialisasi untuk mendorong
partisipasi aktif pemilih pemula dan memberikan pemahaman tentang dampak dari
tidak menggunakan hak pilih.

Pemilih pemula sering kali menjadi target politik transaksional atau politik
uang, maka penting untuk melakukan kampanye anti-politik uang dan
memastikan bahwa pemilih pemula memilih berdasarkan keyakinan dan
kepentingan mereka, bukan imbalan finansial.Pemilih pemula perlu diberikan
pemahaman yang baik tentang proses pemilu dan tata cara pemungutan suara di
Tempat Pemungutan Suara (TPS).

9
BAB III

SOLUSI

Kampanye di lingkungan kampus merupakan suatu langkah strategis untuk


membangun kesadaran, partisipasi, dan aksi dalam suatu tujuan tertentu. Kampus
adalah tempat yang kaya dengan pemikiran inovatif, energi mahasiswa, dan potensi
perubahan yang timbul dari mahasiswa itu sendiri. Implementasi kampanye di
lingkungan kampus dapat menjadi sebuah alat yang efektif untuk memobilisasi
masyarakat kampus, menciptakan perubahan positif, dan membentuk budaya
kampus yang responsif terhadap isu-isu penting dalam masyarakat. Dengan catatan,
proses atau rangkaian dalam penyampaiannya tidak melanggar ketetapan yang
berlaku.

A. IMPLEMENTASI
1. Edukasi bagi Pemilih
Berfokus pada pendidikan politik untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang isu-isu kunci dan kebijakan yang
relevan, khususnya bagi pemilih pemula. Edukasi yang tepat dengan
berbagai strategi untuk mendorong partisipasi pemilih terutama
pemilih pemula atau generasi milenial dan generasi Z penting
dilakukan semua pihak termasuk Partai Politik dan Penyelenggara
Pemilu. Partisipasi yang aktif dari generasi muda sangat penting untuk
mendorong demokrasi yang kuat dan berfungsi dengan baik.
(Fatmawati, 2023)
2. Partisipasi Aktif
Mendorong partisipasi aktif dalam pemilihan dan proses
demokratis lainnya untuk membentuk masyarakat yang lebih terlibat
secara politik. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan Pemilihan Umum, menunjukan semakin kuatnya
tatanan demokrasi dalam sebuah negara. Dalam berdemokrasi,
keterlibatan rakyat dalam setiap penyelenggaraan yang dilakukan
negara adalah sebuah keniscayaan. (Adminsentolo, 2023)

10
3. Transparansi Kampanye
Memastikan transparansi dalam kampanye politik di kampus
untuk mencegah praktik-praktik yang tidak etis atau manipulatif.
Transparansi kampanye sangat penting dikarenakan dapat
memberikan pemilih informasi yang akurat tentang calon dan agenda
politiknya. Ini memupuk kepercayaan masyarakat, memastikan
keadilan, dan mendukung proses demokratis yang sehat.

4. Kampanye Sesuai Politik Etis


Politik etis merujuk pada praktik-praktik politik yang
berlandaskan pada nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang
mengedepankan integritas, kejujuran, dan keadilan. Seperti
menghargai lawan politik, memberikan informasi yang akurat sesuai
dengan kebenarannya, dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan.
Dengan melalui pendekatan ini, kampanye politik di lingkungan
kampus dapat menjadi sarana positif untuk pengembangan wawasan
politik dan keterlibatan masyarakat.

B. EVALUASI
Perlu dicatat, bahwa pendidikan merupakan proses yang memberikan
manusia berbagai macam situasi dengan tujuan memberdayakan diri. Namun, akan
banyak aspek yang dibicarakan ketika kita bicara soal pendidikan, termasuk juga
dengan pendidikan politik. Beberapa aspek yang paling dipertimbangkan nantinya
ketika kampanye di dalam lingkungan pendidikan khususnya kampus adalah
bagaimana kampanye ini tidak hanya mengenalkan apa dan siapa yang akan
mereka pilih nanti di pemilu. Tetapi nilai-nilai yang berdampak pada penyadaran,
pencerahan, dan perubahan perilaku para pemilih dari pragmatis ataupun apatis
menjadi orang-orang yang peduli dengan politik secara santun, bermoral, dan
beretika harus menjadi tujuan yang tak boleh terabaikan. (Febriansyah, 2023)
Hal yang tidak kalah penting adalah kesempatan berkampanye di
lingkungan kampus bagi siapapun yang berhak berdasarkan regulasi dan juknis dari

11
penyelenggara itu harus berlaku adil, merata, dan mempunyai kesempatan dan hak
yang sama dalam mendapatkan peluang berkampanye. Tentu saja dengan cara yang
tidak menyimpang dari aturan kampanye dengan tidak membeli hak suara civitas
akademika kampus khususnya mahasiswa.

12
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Kampanye di lingkungan kampus mencerminkan respons dan partisipasi


mahasiswa dalam berbagai isu, baik secara lokal maupun global. Dalam konteks ini,
kampanye bukan hanya sebagai alat untuk mendapatkan suara, tetapi juga sebagai
sarana untuk memperjuangkan perubahan, mendorong kesadaran politik, dan
membentuk budaya partisipatif di kampus. Pentingnya pendidikan politik dan
partisipasi aktif mahasiswa menjadi aspek utama dalam menguatkan mahasiswa
dalam berdemokrasi di lingkungan masyarakat. Kampanye di lingkungan kampus
menciptakan ruang untuk dialog, perdebatan, dan kolaborasi, yang semuanya
berkontribusi pada pengembangan pemimpin dan warga negara yang bertanggung
jawab di masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adminsentolo. (2023). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. From Kapanewon


Sentolo:https://sentolo.kulonprogokab.go.id/detil/129/partisipasi-
masyarakat-dalam-pemilu#

Fatmawati. (2023, July 25). Edukasi Pemilu Penting Bagi Pemilih Pemula. From
rri.co.id: https://www.rri.co.id/mataram/pemilu/297491/edukasi-pemilu-
penting-bagi-pemilih-pemula

Febriansyah, A. A. (2023, agustus). Kampanye dalam Sekolah, Stimulasi Baru.


Fromrri.co.id:https://rri.co.id/index.php/makassar/opini/339163/kampanye
-dalam-sekolah-stimulasi-
baru?utm_source=news_terpopuler_widget&utm_medium=internal_link&
utm_campaign=General%20Campaign

Lubis, F. H. (2023). Problematika Penyelenggaraan Kampanye Politik di


Lingkungan Universitas. Jurnal Tata Negara & Hukum Tata Negara.

Mangngasing, N. .. (2023). Sosialisasi Peningkatan Keterlibatan Pemilih Pemula


pada Pemilu 2024 . Publikasi Ilmiah Bidang Pengabdian Kepada
Masyarakat , 49-62.

Pertana, P. R. (2023, agustus). UMY Dukung Capres Kampanye di Kampus:


Mahasiswa Bisa Langsung Kritisi. From detik,com:
https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-6905820/umy-dukung-capres-
kampanye-di-kampus-mahasiswa-bisa-langsung-kritisi

Toer, P. A. (2023, agustus). Sekolah dan kampus berisiko jadi ‘ajang kampanye’,
mengapa dianggap berbahaya? From bbc news indonesia:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/ce4vx4nlllpo

14

Anda mungkin juga menyukai