Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP POLITIK PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah: Manajemen Perilaku Politik
Pendidikan

Dosen: Yaya Suryana, H., Drs., M.Ag. dan Ade Iwan Ridwanullah, S.Sos., M.Sc.

Oleh:
Lutfiyani Ramdatilah MPI/3C 1192010086

Miftahul Jannah MPI/3C 1192010092


Muhammad Daffa Arrauf MPI/3C 1192010102
Muh Faiz Robbany A. A MPI/3C 1192010105

Muhammad Rizky MPI/3C 1192010109


Nazwa Hasanatul Fuadah MPI/3C 1192010113

Neneng Siti Nurushobah MPI/3C 1192010115


Nuraliah MPI/3C 1192010116

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Perilaku Politik Pendidikan serta teman-teman yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Pengertian dan Ruang Lingkup Politik Pendidikan”. Kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa
terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Pengertian politik ................................................................................................. 3
B. Pengertian Politik Pendidikan .......................................................................... 8
C. Ruang Lingkup Politik Pendidikan................................................................. 10
D. Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan Bernegara ............................. 11
1. Tantangan Globalisasi .................................................................................... 13
BAB III ........................................................................................................................ 16
SIMPULAN ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Politik secara ringkas adalah segala sesuatu yang bersangkutan


dengan kekuasaan, pemerintahan, proses memerintah, dan bentuk
organisasi pemerintahan, lembaga/institusi, tujuan negara atau
pemerintahannya. Politik di abad pertengahan lebih banyak berkaitan
dengan masalah-masalah spiritual, moral, dan etis. Maka politik dan etika
di zaman itu tidak bisa dipisahkan satu dari lainnya. Sedang paham politik
modern yang dipelopori Machiavelli, menyatakan bahwa yang penting
bukannya bagaimana seharusnya bentuk satu negara, akan tetapi bagaimana
caranya kita bertindak dalam dunia politik dan diplomasi.

Pendidikan merupakan proses sosial dan proses sosialisasi manusia.


Proses sosial menjadi dimensi utama dari filsafat pendidikan. Adanya relasi
sosial yang berbeda dalam wadah suatu negara, yang bergantung pada
renggang dan dekatnya relasi sosial antara individu dengan individu lain,
akan menyebabkan munculnya praktek pendidikan yang berbeda-beda.
Sebagai contoh di negara demokrasi orang menghargai perbedaan yang unik
pada setiap individu. Oleh karena itu orang menyusun sistem pendidikan
yang sesuai dengan kondisi pribadi-pribadi yang unik tadi.

Salah satu fenomena amat menakjubkan, bukan hanya dalam filsafat


politik, tetapi juga dalam keadaan nyata masyarakat adalah pengakuan
hampir universal terhadap demokrasi. Meskipun seratus tahun yang lalu
kebanyakan orang di bumi ini belum pernahmendengar apapun tentang
demokrasi, sekarang keabsahan etis dan politis sebuah negara hampir di
seluruh dunia diukur pada kadar kedemokrasiannya.

1
2

Pendidikan Indonesia dihadapkan pada dinamika perubahan


lingkungan strategis yang tidak sama kepentingannya dan sangat turbulen
sehingga pilihan-pilihan prioritas tujuan pendidikan Indonesia dan upaya-
upaya untuk mencapainya harus dilakukan secara selektif. Lewat
pendidikan anak didik memecahkan permasalahan hidupnya, untuk
kemudian mengantisipasi terjadinya perubahan dan kemajuan di hari-hari
mendatang. Oleh karena itu, negara sangat berkepentingan dengan
pendidikan warga negaranya, sehingga pendidikan harus diutamakan dan
direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Apa pun politik pendidikannya, semua negara mengakui bahwa


pembangunan berkelanjutan sangat ditentukan oleh kualitas warga
negaranya. Negara-negara yang warganya berkualitas tinggi cenderung
maju dan berkembang dengan pesat. Jadi, tinggi rendahnya kualitas warga
negara suatu negara menjadi barometer bagi kemajuan dan
perkembangannya. Kualitas warga negara dapat diukur dengan tinggi
rendahnya kualitas dasar (daya pikir, daya hati, daya fisik) dan kualitas
instrumental (ilmu, teknologi, seni, dan olah raga).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Politik dan Politik Pendidikan?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Politik Pendidikan?
3. Bagaimana Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan Bernegara?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Politik dan Politik Pendidikan
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Politik Pendidikan
3. Untuk mengetahui Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan
Bernegara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian politik
Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.
Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat
pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles
menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.

Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala
masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering
menghadapi terbatasnya sumber alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber
daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.

Bagaimana caranya mencapai tujuan yang mulia itu? Usaha itu dapat
dicapai dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan satu dengan
lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai
jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik).
Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan
menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada.

Para sarjana politik cenderung untuk menekankan salah satu saja dari
konsep-konsep ini, akan tetapi selalu sadar akan pentingnya konsep-konsep
lainnya.Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu
negara (state) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau
distribusi (allocation or distribution).

Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu ki-ranya
dibahas dulu istilah ‘politik’ itu. Pemikiran mengenai politik (politics) di dunia
Barat banyak dipengaruhi oleh ilsuf Yunani Kuno abad ke-5 S.M.

Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha
untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Di dalam polity semacam

3
4

itu manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk mengembangkan
bakat, bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab, dan hidup dalam suasana
moralitas yang tinggi. Pandangan normatif ini berlangsung sampai abad ke-19.

Dewasa ini deinisi mengenai politik yang sangat normatif itu telah terdesak
oleh deinisi-deinisi lain yang lebih menekankan pada upaya (means) untuk
mencapai masyarakat yang baik, seperti kekuasaan, pembuatan keputusan,
kebijakan, alokasi nilai, dan sebagainya.

Namun demikian, pengertian politik sebagai usaha untuk mencapai suatu


masyarakat yang lebih baik daripada yang dihadapinya, atau yang disebut Peter
Merkl: “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan
sosial yang baik dan berkeadilan (Politics, at its best isa noble quest for a good order
and justice)”3—betapa samar-samar pun tetap hadir sebagai latar belakang serta
tujuan kegiatan politik. Dalam pada itu tentu perlu disadari bahwa persepsi
mengenai baik dan adil dipengaruhi oleh nilai-nilai serta ideologi masing-masing
dan zaman yang bersangkutan.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar
warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.

Usaha menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan


yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara
melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil keputusan mengenai apakah yang
menjadi tujuan dari sistem politik itu dan hal ini menyangkut pilihan antara
beberapa alternatif serta urutan prioritas dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan
itu.

Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang


menyangkut pengaturan dan alokasi (allocation) dari sumber daya alam, perlu
dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (authority). Kekuasaan ini diperlukan
baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konlik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat bersifat persuasi
5

(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan,
kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka.

Akan tetapi, kegiatan-kegiatan ini dapat menimbulkan konlik karena nilai-


nilai (baik yang materiil maupun yang mental) yang dikejar biasanya langka
sifatnya. Di pihak lain, di negara demokrasi, kegiatan ini juga memerlukan kerja
sama karena kehidupan manusia bersifat kolektif.

Dalam rangka ini politik pada dasarnya dapat dilihat sebagai usaha
penyelesaian konlik (conlict resolution) atau konsensus (consensus).Tetapi tidak
dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya, kegiatan politik, di samping segi-
segi yang baik, juga mencakup segi-segi yang negatif. Hal ini disebabkan karena
politik mencerminkan tabiat manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya
yang buruk. Perasaan manusia yang beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan
sering saling bertentangan, mencakup rasa cinta, benci, setia, bangga, malu, dan
marah.

Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan dengan
banyak kegiatan yang tak terpuji, atau seperti dirumuskan oleh Peter Merkl sebagai
berikut: “Politik, dalam bentuk yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan,
kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri (Politics at its worst is a
selish grab for power, glory and riches).”

Singkatnya, politik adalah perebutan kuasa, takhta, dan harta. Di bawah ini
ada dua sarjana yang menguraikan deinisi politik yang berkaitan dengan masalah
konlik dan konsensus.

Menurut Rod Hague et al.: “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat
kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di
antara anggota-anggotanya (Politics is the activi-ty by which groups reach binding
collective decisions through attempting to reconcile diferences among their
members).”
6

Menurut Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang


bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-
peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas
dari gejala konlik dan kerja sama (Politics is the activi-ty through which a people
make, preserve and amend the general rules under which they live and as such is
inextricaly linked to the phenomen of conlict and cooperation).”7Di samping itu
ada deinisi-deinisi lain yang lebih bersifat pragmatis.

Perbedaan-perbedaan dalam deinisi yang kita jumpai disebabkan karena


setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini
diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong
unsur-unsur lain. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep
pokok itu adalah:

1. Negara (state).

2. Kekuasaan (power).

3. Pengambilan keputusan (decision making).

4. Kebijakan (policy, beleid).

5. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki


kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.Para sarjana yang
menekankan negara sebagai inti dari politik (politics), memusatkan perhatiannya
pada lembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formalnya. Deinisi-deinisi ini
bersifat tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya. Pendekatan ini dinamakan
Pendekatan Institusional (Institutional approach). Berikut ini ada beberapa deinisi:

Roger F. Soltau misalnya, dalam bukunya Introduction to Politics


mengatakan: ”Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara . . . dan
lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara
negara dengan warganya serta hubungan antarnegara (Political science is the study
7

of the state, its aim and purposes … the institutions by which these are going to be
realized, its relations with its individual members, and other state).”

J. Barents, dalam Ilmu Politika: “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan bermasyarakat…. dengan negara sebagai bagiannya (en maat-
schappelijk leven…. waarvan de staat een onderdeel vornt); ilmu politik
mempelajari negara dan bagaimana negara tersebut melakukan tugas serta
fungsinya (De wetenschap der politiek is de wetenshcap die het leven van de staat
een onderdeel vormt. Aan het onderzoek van die staten, zoals ze werken, is de
wetenschap der politiek gewijd).”mengaruhi perilaku seseorang atau kelompok
lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.

Sarjana yang melihat kekuasaan inti dari politik beranggapan bahwa politik
adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan
mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan
(power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh
masyarakat.

Pendekatan ini, yang banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang
lingkupnya dan juga mencakup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh, organisasi
keagamaan, organisasi kemahasiswaan, dan kaum militer.

Pendekatan ini lebih dinamis daripada pendekatan institusional karena me-


merhatikan proses. Berikut ini adalah beberapa deinisi:

Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “Ilmu Politik
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”W.A. Robson, dalam The
University Teaching of Social Sciences, mengatakan: “Ilmu Politik mempelajari
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang
lingkup, dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju pada
perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan
kekuasaan, atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan
itu (Political science is concerned with the study of power in a society… its nature,
basis, processes, scope and results. The focus of interest of the political scientist…
8

centres on the struggle to gain or retain power, to exercise power or inluence over
others, or to resist that exercise).”

Deliar Noer dalam Pengantar ke Pemikiran Politik menyebutkan: ”Ilmu


politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama
atau masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-
mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia
relatif baru.

Di luar bidang hukum serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun
telah pula ada.Hanya dalam zaman modern inilah memang kekuasaan itu
berhubungan erat dengan negara.”

Ossip K. Fletchteim dalam Fundamental of Political Science menegaskan:


“Ilmu Politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari
negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari
gejala-gejala kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat memengaruhi negara
(Political science is that specialized social sience that studies the nature and purpose
of the state so far as it a power organization and the nature and purpose of other
unoicial power phenomena that are apt to inluence the state).”12 Fletchteim juga
menekankan bahwa kekuasaan politik dan tujuan politik saling memengaruhi dan
bergantung satu sama lain.

B. Pengertian Politik Pendidikan

Politik pendidikan adalah sikap yang konsisten dalam hal mengarahkan


kontrol sosial, baik mengenai tujuan manajemen maupun metodenya terhadap
sistem pendidikan. Masyarakat selalu berubah. Karena itu, sistem sosial pun selalu
mengalami perubahan. Oleh karena sistem pendidikan itu merupakan suatu unsur
dalam sistem sosial, maka sistem pendidikan pun selalu mengalami perubahan.
Disanalah tampak tugas politik pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Semua aktivitas institusi pendidikan bermuara pada pencapaian tujuan
9

mencerdaskan kehidupan bangsa, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha


Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri sebagai warga
negara demokratis dan bertanggung jawab (UU Nomor 20 Tahun 2003).
Pendidikan adalah hak asasi manusia, kunci pembangunan berkelanjutan, dan
perdamaian dan stabilitas dalam negeri. Pendidikan juga harus dilindungi dan
dipenuhi oleh negara.

Politik dan pendidikan berada dalam satu sistem yang saling berhubungan
dekat. Dari kiprahnya, para pendidik selalu memelihara politik karena proses
pendidikan yang memberikan sumber nilai dan memberikan kontribusi terhadap
politik. Pendidik memberi kontribusi signifikan terhadap politik, terutama
stabilisasi dan transformasi sistem politik (Thomson, 1976:1).

Peran politisi dalam perencanaan dan pengembangan tampak berkembang


karena para bidang legislatif bertanggung jawab mengembangkan sikap politis,
biasanya melalui undang-undang, hukum, pembuatan anggaran, aturan, dan
peraturan (Catanese, 1984:58)

Politik pendidikan adalah segala usaha, kebijakan dan siasat yang berkaitan
dengan masalah pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya politik pendidikan
adalah penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa
pendidikan tertinggi untuk mengarahkan pemikiran dan menentukan tindakan
dengan perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan keanekaragaman beserta
tujuan dan program untuk merealisasikannya. Dengan demikan politik pendidikan
adalah segala kebijakan pemerintah suatu negara dalam bidang pendidikan yang
berupa peraturan perundang-undangan atau lainnya untuk menyelenggarakan
pendidikan demi tercapainya tujuan negara.

Berdasarkan pengertian di atas, maka politik pendidikan mengandung lima


hal sebagai berikut:

Politik pendidikan mengandung kebijakan pemerintah suatu negara yang berkenaan


dengan pendidikan.
10

Politik pendidikan bukan hanya berupa peraturan perundangan yang tertulis,


melainkan juga termasuk kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan
pendidikan. Politik pendidikan ditujukan untuk mensukseskan penyelenggara
pendidikan.
Politik pendidikan dijalankan demi tercapainya tujuan negara, karena tujuan
negara menjadi sasaran utama dalam penyelenggaraan pendidikan, maka segala
kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak boleh melenceng dari tujuan negara.
Politik pendidikan merupakan sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan suatu
negara
Dalam ungkapan Abernethy dan Coombe (1965:287), education and
politics are inextricably linked (pendidikan dan politik terikat tanpa bisa
dipisahkan). Hubungan timbal balik antara politik dan pendidikan dapat terjadi
melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap kelompok (group attitudes), masalah
pengangguran (employment), dan peranan politik kaum cendikia (the political role
of the intelligentsia).

Dalam masyarakat yang lebih maju dan berorientasi teknologi, dan


mengadopsi nilai-nilai dan lembaga barat, pola hubungan antara pendidikan dan
politik berubah dari pola tradisional ke pola modern. Dibanyak negara berkembang.
Dimana pengaruh modernisasi sangat kuat. Jika politik dipahami sebagai praktik
kekuatan, kekuasaan, dan otoritas dalam masyarakat dan pembuatan keputusan-
keputusan otoritatif tentang alokasi sumber daya dan nilai-nilai sosial (Harman,
1974:9).

C. Ruang Lingkup Politik Pendidikan

Dalam contemporary political science, terbitan UNESCO 1950, ilmu politik


di bagi dalam empat bidang:

1. Teori politik.
a. Teori politik
b. Sejarah perkembangan ide-ide politik
11

2. Lembaga-lembaga politik:
a. Undang-undang Dasar
b. Pemerintah Nasional
c. Pemerintah local dan daerah
d. fungsi ekonomi dan social dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik
3. Partai-partai,golongan (groups),dan pendapatan umum
a. Partai-partai politik
b. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapatan umum
4. Hubungan Internasional
a. Politik Internasional
b. Organisasi-organisasi dan administrasi internasional
c. Hukum Internasional.

Perkembangan politik juga dapat di lihat dari berbagai aspek, seperti adanya
teori politik, filosofi politik, politik praktis, etika politik, elit politik, kelompok
politik, politik lokal, intrik politik, praktisi politik, pelaku politik, perilaku politik,
permainan politik, perjuangan politik, institusi politik, komunikasi politik,
partisipasi politik, hak-hak politik, geografi politik (geopolitik), pernyataan politik,
perilaku politik, politik uang (money politics) konflik politik, partai politik, politik
pembuatan kebijakan, politik penguasaan sumberdaya alam, pendidikan politik,
sistem politik, proses politik dan lobi politik.

D. Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan Bernegara

Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak,


kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Jika dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik bisa
diartikan sebagai usaha sadar dan tersistematis dalam mentransformasikan segala
12

sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya
agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya sebagai
manusia atau warga negara.Pemahaman masyarakat hingga saat ini masih banyak
yang beranggapan bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka melainkan urusan
pemerintah, sehingga masyarakat masih ada yang dibodoh-bodohi atau diberikan
janji–janji manis. Dalam realitanya atau penerapannya tidak sesuai dengan yang
telah dijanjikan ketika sudah berhasil duduk.

Untuk mencegah hal–hal yang tidak diinginkan kembali terulang, sehingga


diberikanlah pendidikan politik kepada masyarakat oleh parpol di berbagai provinsi
dan kabupaten/kota di Indonesia. Sudah saatnya pendidikan politik bagi masyarakat
dalam segala kalangan usia diwujudkan dalam kegiatan yang nyata. Bukan hanya
tertera pada UU partai politik ataupun menjadi program-program di atas kertas
tanpa realisasi bagi partai politik. Pengembangan pendidikan politik masyarakat
sebagai bagian pendidikan politik yang merupakan rangkaian usaha untuk
meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan, guna
menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa.
Pendidikan politik juga merupakan konsep bagian dari proses perubahan kehidupan
politik yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha menciptakan suatu
sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil, efektif dan efisien.

Oleh karena itu, memilih bukan kesadaran sendiri, tetapi mengikuti pilihan
tokohnya. Pendidikan politik ini berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta
pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Dalam
filosofi pendidikan, belajar merupakan sebuah proses panjang seumur hidup artinya
pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat
dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu
mengalami perkembangan. Menurut pandangan saya , pembelajaran pendidikan
politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang
politik sangat kompleks dan dinamis. Pendidikan politik bagi generasi muda sejak
dini amatlah vital dalam mendukung perbaikan sistem politik di Indonesia.
13

Pengetahuan sejak dini terhadap komponen-komponen kenegaraan, arti


nasionalisme, hak dan kewajiban, sistem pemerintahan, pemilu, dan segala seluk-
beluk politik akan melahirkan orang-orang yang berkapasitas dan memiliki arah
dalam perbaikan bangsa dan negara. Ketimbang orang orang yang beranjak dari
perut lapar dan modal awal, yang ujung-ujungnya adalah makan sebanyak-
banyaknya ketika menjabat Kebutuhan mendasar bangsa Indonesia saat ini adalah
pentingnya pendidikan politik. Apalagi tahun depan bangsa ini akan menghadapi
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak. Pendidikan politik bertujuan
mengarahkan partisipasi dari seluruh masyarakat untuk menopang Pilkada secara
adil. Hal ini tidak berlebihan mengingat partisipasi masyarakat dalam Pilkada
menjadi tolok ukur terhadap pembangunan demokrasi ke depannya.Kualitas
demokrasi Indonesia tercermin dalam kedewasaan dan kesadaran dalam berpolitik.
Menurut Surbakti (2007), kesadaran politik adalah kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda
bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan atau
pembangunan (Budiardjo, 1985).

Lebih jauh, Surbakti kembali menyebutkan bahwa ada dua variabel penting
yang memengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang. Salah
satu variabel tersebut adalah kesadaran politik. Ya, untuk mewujudkan masyarakat
dengan kesadaran politik yang tinggi, harus ada pendidikan politik di tengah-tengah
masyarakat kita. Apalagi, pendidikan politik ini telah diatur dalam Inpres No. 12
Tahun 1982 yang menggariskan pentingnya bagi masyarakat. Terutama anak muda
untuk mendapatkan pendidikan politik dengan landasan ideologis, konstitusi,
operasional, dan landasan historis.Hal ini penting karena warga negara, terutama
kaum muda, harus mengetahui sejarah perjuangan bangsa. Agar memiliki jiwa,
semangat, dan nilai-nilai kejuangan 1945.

1. Tantangan Globalisasi

Nilai demokrasi Indonesia yang mencakup keadilan, toleransi, kesetaraan,


dan keterbukaan semakin terancam akhir-akhir ini. Bahkan, di tengah-tengah
14

masyarakat, kita disuguhkan fakta sosial berupa perilaku intoleran. Salah satu
faktanya adalah semakin menjamurnya radikalisme yang mengancam
keberagamaan. Aksi Bela Islam tempo lalu terkait dugaan penistaan agama menjadi
fakta bahwa perlu adanya kesadaran politik dan kesadaran berdemokrasi. Meski
demo tersebut berlangsung ‘secara damai’, namun peserta demo tetap menuntut
dipenjarakannya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Tidak hanya itu, panasnya isu penistaan agama yang disiarkan media juga
membawa pengaruh di berbagai daerah Indonesia. Masyarakat mayoritas, dalam
hal ini kelompok muslim tertentu, cenderung diarahkan kepada penolakan terhadap
pemimpin non-muslim. Pada akhirnya, kasus Ahok mau tidak mau harus menjadi
koreksi akan kesadaran berpolitik masyarakat, baik sebelum Ahok menjadi
Gubernur maupun sesudah menjadi Gubernur. Dibantu dengan kecanggihan
teknologi, masyarakat sangat berpotensi menjadi individualis dan pragmatis.
Menjadi individualis dengan tidak peduli dengan hiruk-pikuk perpolitikan karena
menganggap politik tidak jauh beda dengan perebutan kekuasaan, politik
transaksional, politik dengan kebohongan, serta politik dengan intervensi.

Atau menjadi masyarakat pragmatis, dengan menerima isu apa saja melalui
media. Tidak menyaringnya, bahkan cenderung terprovokasi. Di antara sikap itu
dan fakta sosial yang terjadi belakangan ini, tampak jelas bagaimana perilaku
politik kita yang tidak menunjukkan kedewasaan dalam demokrasi. Perilaku dan
pilihan politik cenderung dipengaruhi faktor mayoritas dan minoritas. Kelompok
tertentu tidak mampu menerobos subjektivasnya. Kebenaran yang diklaim muncul
dan hanya satu-satunya berasal dari kelompoknya sendiri. Sehingga menjadi
konsekuensi logis yang berada di luar kelompoknya yang dianggap liyan.

Maka, sikap politik dalam arti sebagai proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat. Antara lain, berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara, perlu dimiliki oleh masyarakat. Kesadaran politik yang
bertujuan untuk menjaga kedaulatan bangsa serta menjaga persatuan NKRI perlu
dimilliki oleh setiap warga Negara. Kehidupan politik pun perlu dikondisikan oleh
15

struktur alamiah dari masyarakat sendiri.Pada akhirnya, kesadaran politik harus


dimiliki oleh semua masyarakat. Tentu, seperti yang telah dijelaskan di atas, hal ini
dapat terwujud melalui pendidikan politik yang berbentuk sosialisasi. Dan,
pembelajaran akan pentingnya kesadaran yang dimiliki individu terhadap
bangsanya.

Sehingga seluruh masyarakat harus memiliki peran dalam perpolitikan, baik


secara langsung menjadi bagian dari aparatur negara maupun yang tidak dengan
cara mengikuti proses Pemilu. Selain itu, definisi pendidikan politik ini
mengandung tiga unsur penting. Pertama, adanya perbuatan memberi latihan,
ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri. Kedua,
perbuatan yang dimaksud harus melalui proses dialogik yang dilakukan dengan
suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin. Ketiga, perbuatan
tersebut ditujukan untuk para penerima pesan agar mereka dapat memiliki
kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Pemahaman di atas, menurut
Anselmus Yata Monespada, pada dasarnya menunjukan bahwa pelaksanaan
pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan. Fokus penekanannya pada
upaya untuk mengembangkan pengetahuan (kognisi), menumbuhkan nilai dan
keberpihakan (afeksi), dan mewujudkan kecakapan (psikomotorik) warga sebagai
individu maupun sebagai anggota kelompok.
BAB III

SIMPULAN

Politik pendidikan adalah sikap yang konsisten dalam hal mengarahkan


kontrol sosial, baik mengenai tujuan manajemen maupun metodenya terhadap
sistem pendidikan. Politik pendidikan mengandung kebijakan pemerintah suatu
negara yang berkenaan dengan pendidikan. Politik pendidikan bukan hanya berupa
peraturan perundangan yang tertulis, melainkan juga termasuk kebijakan-kebijakan
lain yang berkaitan dengan pendidikan. Ditujukan untuk mensukseskan
penyelenggara pendidikan. Dijalankan demi tercapainya tujuan negara, karena
tujuan negara menjadi sasaran utama dalam penyelenggaraan pendidikan, maka
segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak boleh melenceng dari tujuan
negara. Ruang lingkup politik pendidikan terdiri dari : teori politik, lembaga-
lembaga politik, partai-partai (golongan) dan pendapatan umum, hukum
internasional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bandung: Mizan, 1998.Apter, David E. Pengantar Analisa Politik.


Terjemahan Setiawan Abadi. Jakarta: LP3ES,

Barents, J. Ilmu Politika: Suatu Perkenalan Lapangan. Terjemahan L.M.


Sitorus. Jakarta.

P.T. Pembangunan, 1965. Terjemahan dari De Wetenschap der Politiek:


Een

Sunarso. 2007. Pendidikan politik dan politik pendidikan. Jurnal Civics,


Vol. 4, No. 2, Desember 2007.

Slamet PH. 2014. Politik Pendidikan Indonesia dalam abad ke-21.


Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3.

Terreinverkenning, J. Barents. ‘s Gravenhage: A. A. M. Stols, 1952.

Yusrintosepu.wixsite.com. (2017,02 Desember). Politik Pendidikan.


Diakses pada 06 Oktober 2020,
dari:https://yusrintosepu.wixsite.com/lsptigairegvsulawesi/single-
post/2017/12/02/POLITIK-DAN-PENDIDIKAN

http://dianadigunawan.blogspot.com/2013/11/ruang-linkup-pendidikan-
politik.html

https://nalarpolitik.com/urgensi-pendidikan-politik/

Kompasiana.com. (2014, 22 Februari). Politik Pendidikan. Diakses pada


06 Oktober 2020, dari: https://www.kompasiana.com/weyea/politik-
pendidikan_54f84e68a33311197e8b45fc

17

Anda mungkin juga menyukai