MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah: Manajemen Perilaku Politik
Pendidikan
Dosen: Yaya Suryana, H., Drs., M.Ag. dan Ade Iwan Ridwanullah, S.Sos., M.Sc.
Oleh:
Lutfiyani Ramdatilah MPI/3C 1192010086
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Perilaku Politik Pendidikan serta teman-teman yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Pengertian dan Ruang Lingkup Politik Pendidikan”. Kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa
terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Politik dan Politik Pendidikan?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Politik Pendidikan?
3. Bagaimana Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan Bernegara?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Politik dan Politik Pendidikan
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Politik Pendidikan
3. Untuk mengetahui Urgensi Politik Pendidikan dalam Kehidupan
Bernegara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian politik
Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.
Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat
pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles
menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.
Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala
masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering
menghadapi terbatasnya sumber alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber
daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.
Bagaimana caranya mencapai tujuan yang mulia itu? Usaha itu dapat
dicapai dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan satu dengan
lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai
jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik).
Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan
menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada.
Para sarjana politik cenderung untuk menekankan salah satu saja dari
konsep-konsep ini, akan tetapi selalu sadar akan pentingnya konsep-konsep
lainnya.Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu
negara (state) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau
distribusi (allocation or distribution).
Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu ki-ranya
dibahas dulu istilah ‘politik’ itu. Pemikiran mengenai politik (politics) di dunia
Barat banyak dipengaruhi oleh ilsuf Yunani Kuno abad ke-5 S.M.
Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha
untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Di dalam polity semacam
3
4
itu manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk mengembangkan
bakat, bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab, dan hidup dalam suasana
moralitas yang tinggi. Pandangan normatif ini berlangsung sampai abad ke-19.
Dewasa ini deinisi mengenai politik yang sangat normatif itu telah terdesak
oleh deinisi-deinisi lain yang lebih menekankan pada upaya (means) untuk
mencapai masyarakat yang baik, seperti kekuasaan, pembuatan keputusan,
kebijakan, alokasi nilai, dan sebagainya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar
warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.
(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan,
kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka.
Dalam rangka ini politik pada dasarnya dapat dilihat sebagai usaha
penyelesaian konlik (conlict resolution) atau konsensus (consensus).Tetapi tidak
dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya, kegiatan politik, di samping segi-
segi yang baik, juga mencakup segi-segi yang negatif. Hal ini disebabkan karena
politik mencerminkan tabiat manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya
yang buruk. Perasaan manusia yang beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan
sering saling bertentangan, mencakup rasa cinta, benci, setia, bangga, malu, dan
marah.
Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan dengan
banyak kegiatan yang tak terpuji, atau seperti dirumuskan oleh Peter Merkl sebagai
berikut: “Politik, dalam bentuk yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan,
kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri (Politics at its worst is a
selish grab for power, glory and riches).”
Singkatnya, politik adalah perebutan kuasa, takhta, dan harta. Di bawah ini
ada dua sarjana yang menguraikan deinisi politik yang berkaitan dengan masalah
konlik dan konsensus.
Menurut Rod Hague et al.: “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat
kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di
antara anggota-anggotanya (Politics is the activi-ty by which groups reach binding
collective decisions through attempting to reconcile diferences among their
members).”
6
1. Negara (state).
2. Kekuasaan (power).
of the state, its aim and purposes … the institutions by which these are going to be
realized, its relations with its individual members, and other state).”
J. Barents, dalam Ilmu Politika: “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan bermasyarakat…. dengan negara sebagai bagiannya (en maat-
schappelijk leven…. waarvan de staat een onderdeel vornt); ilmu politik
mempelajari negara dan bagaimana negara tersebut melakukan tugas serta
fungsinya (De wetenschap der politiek is de wetenshcap die het leven van de staat
een onderdeel vormt. Aan het onderzoek van die staten, zoals ze werken, is de
wetenschap der politiek gewijd).”mengaruhi perilaku seseorang atau kelompok
lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.
Sarjana yang melihat kekuasaan inti dari politik beranggapan bahwa politik
adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan
mempertahankan kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan
(power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh
masyarakat.
Pendekatan ini, yang banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas ruang
lingkupnya dan juga mencakup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh, organisasi
keagamaan, organisasi kemahasiswaan, dan kaum militer.
Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “Ilmu Politik
mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”W.A. Robson, dalam The
University Teaching of Social Sciences, mengatakan: “Ilmu Politik mempelajari
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang
lingkup, dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju pada
perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan
kekuasaan, atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan
itu (Political science is concerned with the study of power in a society… its nature,
basis, processes, scope and results. The focus of interest of the political scientist…
8
centres on the struggle to gain or retain power, to exercise power or inluence over
others, or to resist that exercise).”
Di luar bidang hukum serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun
telah pula ada.Hanya dalam zaman modern inilah memang kekuasaan itu
berhubungan erat dengan negara.”
Politik dan pendidikan berada dalam satu sistem yang saling berhubungan
dekat. Dari kiprahnya, para pendidik selalu memelihara politik karena proses
pendidikan yang memberikan sumber nilai dan memberikan kontribusi terhadap
politik. Pendidik memberi kontribusi signifikan terhadap politik, terutama
stabilisasi dan transformasi sistem politik (Thomson, 1976:1).
Politik pendidikan adalah segala usaha, kebijakan dan siasat yang berkaitan
dengan masalah pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya politik pendidikan
adalah penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa
pendidikan tertinggi untuk mengarahkan pemikiran dan menentukan tindakan
dengan perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan keanekaragaman beserta
tujuan dan program untuk merealisasikannya. Dengan demikan politik pendidikan
adalah segala kebijakan pemerintah suatu negara dalam bidang pendidikan yang
berupa peraturan perundang-undangan atau lainnya untuk menyelenggarakan
pendidikan demi tercapainya tujuan negara.
1. Teori politik.
a. Teori politik
b. Sejarah perkembangan ide-ide politik
11
2. Lembaga-lembaga politik:
a. Undang-undang Dasar
b. Pemerintah Nasional
c. Pemerintah local dan daerah
d. fungsi ekonomi dan social dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik
3. Partai-partai,golongan (groups),dan pendapatan umum
a. Partai-partai politik
b. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapatan umum
4. Hubungan Internasional
a. Politik Internasional
b. Organisasi-organisasi dan administrasi internasional
c. Hukum Internasional.
Perkembangan politik juga dapat di lihat dari berbagai aspek, seperti adanya
teori politik, filosofi politik, politik praktis, etika politik, elit politik, kelompok
politik, politik lokal, intrik politik, praktisi politik, pelaku politik, perilaku politik,
permainan politik, perjuangan politik, institusi politik, komunikasi politik,
partisipasi politik, hak-hak politik, geografi politik (geopolitik), pernyataan politik,
perilaku politik, politik uang (money politics) konflik politik, partai politik, politik
pembuatan kebijakan, politik penguasaan sumberdaya alam, pendidikan politik,
sistem politik, proses politik dan lobi politik.
sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya
agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya sebagai
manusia atau warga negara.Pemahaman masyarakat hingga saat ini masih banyak
yang beranggapan bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka melainkan urusan
pemerintah, sehingga masyarakat masih ada yang dibodoh-bodohi atau diberikan
janji–janji manis. Dalam realitanya atau penerapannya tidak sesuai dengan yang
telah dijanjikan ketika sudah berhasil duduk.
Oleh karena itu, memilih bukan kesadaran sendiri, tetapi mengikuti pilihan
tokohnya. Pendidikan politik ini berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta
pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Dalam
filosofi pendidikan, belajar merupakan sebuah proses panjang seumur hidup artinya
pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat
dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu
mengalami perkembangan. Menurut pandangan saya , pembelajaran pendidikan
politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang
politik sangat kompleks dan dinamis. Pendidikan politik bagi generasi muda sejak
dini amatlah vital dalam mendukung perbaikan sistem politik di Indonesia.
13
Lebih jauh, Surbakti kembali menyebutkan bahwa ada dua variabel penting
yang memengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang. Salah
satu variabel tersebut adalah kesadaran politik. Ya, untuk mewujudkan masyarakat
dengan kesadaran politik yang tinggi, harus ada pendidikan politik di tengah-tengah
masyarakat kita. Apalagi, pendidikan politik ini telah diatur dalam Inpres No. 12
Tahun 1982 yang menggariskan pentingnya bagi masyarakat. Terutama anak muda
untuk mendapatkan pendidikan politik dengan landasan ideologis, konstitusi,
operasional, dan landasan historis.Hal ini penting karena warga negara, terutama
kaum muda, harus mengetahui sejarah perjuangan bangsa. Agar memiliki jiwa,
semangat, dan nilai-nilai kejuangan 1945.
1. Tantangan Globalisasi
masyarakat, kita disuguhkan fakta sosial berupa perilaku intoleran. Salah satu
faktanya adalah semakin menjamurnya radikalisme yang mengancam
keberagamaan. Aksi Bela Islam tempo lalu terkait dugaan penistaan agama menjadi
fakta bahwa perlu adanya kesadaran politik dan kesadaran berdemokrasi. Meski
demo tersebut berlangsung ‘secara damai’, namun peserta demo tetap menuntut
dipenjarakannya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Tidak hanya itu, panasnya isu penistaan agama yang disiarkan media juga
membawa pengaruh di berbagai daerah Indonesia. Masyarakat mayoritas, dalam
hal ini kelompok muslim tertentu, cenderung diarahkan kepada penolakan terhadap
pemimpin non-muslim. Pada akhirnya, kasus Ahok mau tidak mau harus menjadi
koreksi akan kesadaran berpolitik masyarakat, baik sebelum Ahok menjadi
Gubernur maupun sesudah menjadi Gubernur. Dibantu dengan kecanggihan
teknologi, masyarakat sangat berpotensi menjadi individualis dan pragmatis.
Menjadi individualis dengan tidak peduli dengan hiruk-pikuk perpolitikan karena
menganggap politik tidak jauh beda dengan perebutan kekuasaan, politik
transaksional, politik dengan kebohongan, serta politik dengan intervensi.
Atau menjadi masyarakat pragmatis, dengan menerima isu apa saja melalui
media. Tidak menyaringnya, bahkan cenderung terprovokasi. Di antara sikap itu
dan fakta sosial yang terjadi belakangan ini, tampak jelas bagaimana perilaku
politik kita yang tidak menunjukkan kedewasaan dalam demokrasi. Perilaku dan
pilihan politik cenderung dipengaruhi faktor mayoritas dan minoritas. Kelompok
tertentu tidak mampu menerobos subjektivasnya. Kebenaran yang diklaim muncul
dan hanya satu-satunya berasal dari kelompoknya sendiri. Sehingga menjadi
konsekuensi logis yang berada di luar kelompoknya yang dianggap liyan.
Maka, sikap politik dalam arti sebagai proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat. Antara lain, berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara, perlu dimiliki oleh masyarakat. Kesadaran politik yang
bertujuan untuk menjaga kedaulatan bangsa serta menjaga persatuan NKRI perlu
dimilliki oleh setiap warga Negara. Kehidupan politik pun perlu dikondisikan oleh
15
SIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
http://dianadigunawan.blogspot.com/2013/11/ruang-linkup-pendidikan-
politik.html
https://nalarpolitik.com/urgensi-pendidikan-politik/
17