Anda di halaman 1dari 28

Tugas Pemasaran Sosial

PERAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PEMASARAN SOSIAL

OLEH KELOMPOK 4 :

FITRI JUNIATIN SARANANI (J1A116038)

SERVI JULIYANTI R.S. (J1A116281)

NURUL AULIAH NAWAWI (J1A116303)

WULAN PURNAMASARI (J1A118147)

WA ODE MERISA SINTIA SAIFUL (J1A118149)

ZULFANI INDAH LESTARI (J1A118141)

FITRI AULIA (J1A118140)

DECKY PASALLI (J1A118143)

MUH. JASMIN (J1A118148)

SITTI RAHMA (J1A118153)

Drs. LA DUPAI, M.Kes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.Karena berkat

limpahan ranhmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah ini .yang

berjudul “Peran Pendidikan Formal dalam Pemasaran Sosial“.Makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah “Pemasaran Sosial”

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih memiliki

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan

sarannya guna memperbaiki Makalah ini.

Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan bagi kita semua. Aamiin.

Kendari, 25 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………...…………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemasaran Sosial..................................................................5

2.2 Bentuk Pemasaran Sosial.......................................................................5

2.3 Pengertian Pendidikan............................................................................6

2.4 Tujuan Pendidikan..................................................................................8

2.5 Pendidikan Sebagai Pranata Sosial.........................................................9

2.6 Hubungan pendidikan dengan stratifikasi social...................................10

2.7 Fungsi Pemasaran Sosial Dalam Pendidikan………............................11

2.8 Strategi Pemasaran Sosial Pada Lembaga Pendidikan..........................14

2.9 Penerapan Pemasaran Sosial Dalam Pendidikan...................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………

……21

3.2 Saran…………………………………………………….…...…..22

ii
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal

perubahan pola hidup maupun tatanan sosial yang sering dihadapkan dalam

suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budayayang dianut

oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Perkembangan

sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat

dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses

berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun

negatif.

Pendidikan adalah adalah sesuatu yang kompleks arti tidak pernah selesai

dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu

mengalami perubahan, sebagaimana masyarakat selalu mengalami perubahan

darimasyarakat tradisional kepada masayarakat modern, dan terjadi akibat

perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK).

Namun apapun perubahan itu terjadi diharapkan akan berdampak terhadap

perubahan warganya,terutama sekali perubahan kondisi sosial, perubahan

ekonomi masyarakat ditandai dengan peningkatan hasil pendapatan

1
masyarakatrata-rata setiap warga dan dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat akan berdampak pada perubahan status atau golongan sosial

masyarakat itu sendiri.

Berbicara golongan sosial (stratikasi sosial) didalam masyarakat biasa

terjadi disebabkan masyarakat itu sendiri melakukan penggolongan yang

masing-masing dalam,berbagai katagori dari lapisan yang paling atas sampai

yang laing bawah, dengan demikian terjadilan stratifikasi soial, dan dalam

menentukan golongan sosial ada masyarakat yang sangat ketat dalam

menentukannya golongan sosialnya misalnya di India dimana paham atau agama

yang dianut oleh masyarakatnya adalah sebagian besar beragama hindu yang

mengajarkan setiap orang sudah ditentukan tingkatan atau kastanya sejak dia

lahir. Akan tetapi ada juga Negara atau masyarakat yang longgar dalam

menentukan golongan sosial masyarakatnya, misalnya Indonesia sebagai Negara

dimana didalamnya terdapat berbagai golongan sosial dalam masyarakat

berbeda-beda, dengan kata lain untuk menentukan golongan sosial sifatnya

plalsibel (tidak kaku) artinya orangbisa saja berubah golongannya sosialnya

akibat pendapat ekonominya lebih tinggi atau karena kekuasaanya dan lain

sebagainya. Kemudian kalau kita berbicara pendidikan adalah merupakan

rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi

manusia yang berkualitas sepajang hayat. Proses ini dilakukan dalam rangka

menggali, menemukan dan menempa potensi yang dimiliki oleh individu untuk

menjadi manusia yang berkualitas didalam masyarakat yang pada akhirnya akan

mampu membuat sebuah perubahan hidupnya ditengah-tengah masyarakat

2
dimana diaberada. Dengan kata lain bagaimana peran pendidikan sebagai sebuah

proses yangselalu berupaya untuk mengikuti zaman, termasuk dalam rangka

melukukan perubahan golongan sosial yang ada dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Pemasaran Sosial.
2. Bentuk Bentuk Perubahan Sosial.
3. Faktor Pendukung Proses Perubahan dan Faktor Penghambat Proses

Perubahan.
4. Pengertian Pendidikan.
5. Tujuan Pendidikan.
6. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial.
7. Hubungan pendidikan dengan stratifikasi social.
8. Peranan Pendidikan Dalam Perubahan Masyarakat.
9. Pendidikan dalam Perspektif Perubahan Sosial.
10. Pengaruh perubahan sosial pada Pendidikan

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan yang dapat dikaji pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu Memahami Pengertian Perubahan Pemasaran Sosial.
2. Mampu Memahami Bentuk Bentuk Perubahan Sosial.
3. Mampu Memahami Faktor Pendukung Proses Perubahan dan Faktor

Penghambat Proses Perubahan.


4. Mampu Memahami Pengertian Pendidikan.
5. Mampu Memahami Tujuan Pendidikan.
6. Mampu Memahami Pendidikan Sebagai Pranata Sosial.
7. Mampu Memahami Hubungan pendidikan dengan stratifikasi social.
8. Mampu Memahami Peranan Pendidikan Dalam Perubahan Masyarakat.
9. Mampu Memahami Pendidikan dalam Perspektif Perubahan Sosial.
10. Mampu Memahami Pengaruh perubahan sosial pada Pendidikan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Pemasaran Sosial

Pemasaran sosial menurut Kotler (Kotler & Lee, 2011:7) yaitu sebuah

proses yang menerapkan prinsip-prinsip pemasaran dan teknik untuk membuat,

berkomunikasi, dan memberikan nilai untuk memengaruhi perilaku target

pasar yang memberikan manfaat bagi masyarakat seperti halnya juga pada

target pasar. Kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terus menerus akan

memengaruhi persepsi konsumen mengenai suatu produk. Kegiatan tersebut

juga yang membuat konsumen yang dari awalnya tidak mengetahui atau sadar

akan keberadaan suatu produk kemudian akhirnya menjadi tahu akan produk

tersebut. Kesadaran akan suatu produk/jasa biasa disebut dengan brand

awareness.

2.2 Bentuk Pemasaran Sosial

Kampanye untuk perubahan sosial sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Pada masa kerajaan Yunani dan Romawi kuno, kegiatan yang bisa

dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari pemasaran sosial adalah

berbagai bentuk kampanye untuk membebaskan budak. Pada masa revolusi

industri di Inggris, pemasaran sosial ditujukan untuk mengupayakan

penghapusan penjara bagi orang yang tidak mampu membayar utang, pekerja

anak di bawah umur serta memberikan hak suara kepada para wanita. Di

Amerika pun pada masa itu, telah dilakukan beberapa kali kampanye (aktivitas

4
pemasaran sosial). Misalnya, pada Tahun 1721, Cotton Mather berupaya

meyakinkan penduduk Boston-Teluk Massachusett, agar menerima suntikan

untuk menghindari wabah cacar. James Madison, Alexander Hamilton, dan

kawan-kawan menerbitkan Surat Kabar Federal setelah Konvensi Konstitusi

1787 untuk memenangkan dukungan publik terhadap Undang-Undang Dasar

Amerika yang baru. Perkembangan kampanye pemasaran sosial dari yang

bersifat hak asasi manusia pada zaman itu kemudian berubah tema menjadi

kampanye reformasi sosial pada abad ke-19 khususnya berkenaan dengan

gerakan abolisi, gerakan suffragette, dan gerakan menuntut peraturan

pemerintah agar memberikan jaminan mengenai mutu makanan dan obat-

obatan.

Pada saat ini, berbagai kampanye untuk perubahan sosial lebih

terfokus pada (1) reformasi kesehatan (pengurangan konsumsi rokok/anti

rokok, penanggulangan penyalahgunaan obat, peningkatan gizi dan

kesehatan fisik masyarakat serta mencegah wabah penyakit tertentu), (2)

reformasi lingkungan (air dan udara bersih, pemeliharaan hutan dan taman

nasional, perlindungan hewan langka), (3) reformasi pendidikan

(pemberantasan buta huruf, meningkatkan kualitas sekolah umum,

meningkatkan nilai matematika dan IPA, meningkatkan gaji untuk

meningkatkan semangat mengajar), (4) reformasi ekonomi (revitalisasi kota

industri, meningkatkan keterampilan kerja dan latihan, dan menarik

investor asing), serta (5) reformasi di bidang politik (demokratisasi dan

keberpihakan kepada kaum perempuan dan minoritas).

5
2.3 Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan dapat dilihatdari segi terminology. Para ahli

pendidikan dalam mendefinisikan makna pendidikan pada umunya berlainan

pandangan, namun memiliki substansi yang sama. Hasan Shadyli berpendapat

bahwa pendidikan adalah proses pembimbingan manusia dari kegelapan

kebodohan manusia kekecerahan pengetahuan. Sedangkan Hasan Langgulung

mengemukakan bahwa pendidikan adalah mengubah dan memindahkan nilai

kebudayaan setiap individu dalam masyarakat atau suatu proses yang

mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola

tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik,

Kemudian menurut Mappanganro mengemukakan pengertian pendidikan

adalah bimbingan daya manusia baik jasmaniah akliah maupun rohaniah

dengan apa yang menjadikannya tumbuh dan berkembang serta bergerak

sehingga sampai pada kesempurnaan diri.

Menurut Azyumardi Azra pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

bangsa mempersipkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan

untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efesien. Karena itu pendidikan

bukan hanya sekedar pengajaran, karena dalam kenyataannya, pendidikan

adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau Negara membina dan

mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu .Dengan kesadaran

tersebut, suatu bangsa atau Negara mewariskan kekayaan budaya atau

pemikiran kepada generasi berikutnya sehingga menjadi inspirasi bagi mereka

dalam setiap aspek kehidupan.

6
Dari beberapa pengertian diatas tersiratmakna pendidikan adalah suatu

usaha bimbingan untuk menambah kecapan pengetahuan dalam rangka

memerangi kebodohan,mengubah dan memindahkan nilai kebuyaan,

menciptakan pola-pola laku tertentu dalam rangka pertumbuhan dan

perkembangan dalam mencapai kesempurnaan diri, atau juga pendidikan

adalah dalam rangka mempersiapkan generasi muda menjalankan kehidupan

yang lebih baik kedepan, karena mereka merupakan warisan kekayaan bangsa.

2.4 Tujuan Pendidikan

Setiap pendidikan dilaksanakan tentunya memiliki tujuan yang hendak

dicapai, sebab tanpa tujuan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan didalam

sebuah masyarakat, Negara atau bangsa. Dalam tujuan pendidikan juga para

ahli berbeda-beda dalam merumuskannya akan tetapi pada dasarnya kalau

dilihat subtansinya sama saja tujuan yang hendak dicapai sebagaimana tujuan

yang dikemukakan oleh Mortimer F Adler sebagai tokoh pendidikan

berkebangsaan Amerika Serikat dia merumuskan tujuan pendidikan adalah

sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan untuk perkembangan pribadi dan

meningkatkan diri, semuanya segi mental, moral dan sepritual.


b. Memberikan peningakatan peranan individu sebagai warga Negara.
c. Menuntun agar mampu memiliki penghidupan dan kehidupan yang

memadaikarena memiliki jabatan atau pekerjaan tertentu.

Dari ketiga rumusan dapat diatas dipahami bahwa pendidikan adalah

upaya dalam pengembangan pribadi dan meningkatkan diribaik mental, moral

dan sepritual dalam menghadapi kehidupan yang lebih baik kedepan,dan

meningkatan peranan individu sebagai warga Negara yang baik, serta memiliki

7
penghidupan dan kehidupan yang memadai maksudnya adalah kehdupan yang

layak yakni semua kebutahannya tepenuhi karena dengan jabatan yang

dimilikinya, serta pengasilan yang tinggi.

Kemudian kalau kita melihat tujuan pendidikan Nasional Indonesia

yang tertuang dalam GBHN adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mepertinggi budi pekerti, meperkuat

kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia–manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri yang

serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional dapat dimaknai sebuah upaya

untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ini adalah

salah satu amat Pancasila pada sila pertama Ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Kemudian cerdas, terampil merupakan modal sebagai sumber daya manusia

yang berkualitas dan juga tidak hanya berkualitas,akan tetapi harus memiliki

kepribadian yang kuat yakni mandiri, beretika, bertanggung jawab,

mempertebal semangat kebangsaan dimana diharapkan kita bangga menjadi

orang Indonesia sertamenjadi manusia yang mampu membangun bangsanya.

2.5 Pendidikan Sebagai Pranata Sosial

Pranata sosial adalah sebuah kelakauan yang terjadi dalam masyarakat

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagai kebutuhan

dasar yakni manusia butuh makanan ,kekerabatan ,dan perlindungan serta

pendidikan. atau pranata sosial suatu system aktivitas yang khas dari kelakuan

oleh berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan paran masing-

8
masing yang saling berhubungan atau mempunyai struktur ,mengacu pada

systemde, nilai dan norma atau tata kelakuan tertentu ,dilakukan dengan

menggunakan berbagai peralatan dan aktivitas khas ini berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan anggota masyarakat.

Kemudian pendidikan hubungannya dengan pranata sosial adalah bagaimana

fungsi pendidikan sebagai sebuah proses mensosialisasikan atau enkulturasi

untuk mengantarkan kedalam kehidupan masyarakat dan berbudaya. Serta

untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya.

Dari beberapa defisini diatas tersirat makna bahwa kehidupan individu

didalam masyarakat terdapat perbedaan baik perbedaan individu itu sendiri

maupun perbedaan kebutuhan dan dalam perbedaan ini mereka mengambil

posisiserta peran masing-masing sesuai propfesi (keahlian) yang mereka miliki

dan tentunya keahlian yang mereka miliki adalah mereka dapatkan lewat dunia

pendidikan dimana pendidikan bertugas untuk mentransper atau melestarikan

kebudayaan didalam masyarakat, walaupun terjadinya pergantian generasi

akibat kelahiran dan kematian yang terjadi didalam masyarakat tersebut.

2.6 Hubungan pendidikan dengan stratifikasi social


Banyak para tokoh pendidikan dan masyarakat pada umumnya menaruh

kepercayaan kepada fungsi pendidikan untuk memperbaiki nasib seseorang

didalam masyarakat, sehingga dimana-mana orang tua berlomba-lomba untuk

menyekolahkan anaknya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki,

dengan harapan supaya anaknya kehidupannya lebih baik dari mereka.

Kemudian stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakatini terjadi akibat

diantara manusia pada hakekatnya terdapat persamaan ,akan tetapi tidak dapat

9
dipungkiri pula dalam masyarakat itu juga terdapat ketidak samaan status atau

kedudukan mereka dalam anggota masyarakat ,ini akibat perbedaan jenis

pekerjaan, kekayaan, prestise serta jabatan yang mereka duduki dikarenakan

pendidikan yang mereka miliki. Perbedaan anggota masyarakat berdasarkan

status yang dimilikinya disebut dengan stratikasi sosial.

Dari uraian diatas tentang stratifikasi sosial dapat dimaknai bahwa

didalam masyarakat stratifikasi sosialnya tertutup biasanya anggota masyarakat

tetap berada status yang sama dengan orang tuanya seperti yang di India.

Sedangkan statifikasi sosial terbuka dinegara yang menganut system demokrasi

seperti ndonesia khususnya setiap anggota masyarakat memiliki peluang untuk

statusyang berbeda dengan orang tuanya, mungkin lebih tinggi.

2.7 Fungsi Pemasaran Sosial Dalam Pendidikan


Menurut Muhaimin, dkk (2010: 101), fungsi pemasaran di lembaga

pendidikan adalah untuk membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik

minat sejumlah calon siswa. Drucker (1990) memberikan langkah-langkah

untuk memenangkan persaingan dengan menggunakan pemasaran, yaitu tujuan

harus didefinisikan secara jelas, yang mencakup hasil, proses dan juga strategi,

buat rencana pemasaran dan usaha-usaha pemasaran untuk masing-masing

kelompok sasaran, lakukan komunikasi baik ke dalam maupun keluar serta

lakukanlah pelatihan, daftarkanlah kebutuhan logistik yang dibutuhkan.

1. Perencanaan

10
Menurut Muhaimin, dkk (2010: 102), ada beberapa hal yang harus

diperhayikan dalam pembuatan rencana pemasaran di sekolah atau madrasah,

yaitu diantaranya:
a. Menentukan visi, misi, tujuan umum, tujuan khusus sekolah atau madrasah.
b. Menganalisis ancaman dan peluang eksternal. Kotler dan Andreasen (1987)

menjabarkan ada empat lingkungan eksternal, yaitu lingkungan pablik,

lingkungan kompetitif, lingkungan makro, dan lingkungan pasar.


c. Sekolah atau madrasah harus mengetahui kondisi pasar terlebih dahulu

supaya sekolah atau madrasah dapat mengembangkan pendidikannya.


d. Sekolah harus bisa memilih calon siswanya. Ada beberapa kategori dalam

pemilihannya, yaitu berdasarkan intelektual, berdasarkan bakat khusus,

berdasarkan kelompok atau golongan, berdasarkankeinginan sosial,

berdasarkan semua anak.


e. Sekolah atau madrasah harus mampu membandingkan antara besarnya

peluang dan ancaman dalam lingkungan eksternal yang akan dihadapi.

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pemasaran sekolah atau madrasah harus

memperhatikan beberapa variabel, baik yang dapat dikontrol maupun yang

tidak dapat dikontrol variabel yang tidak dapat dikontrol meliputi budaya,

kondisi ekonomi dan kecenderungan sosial. Sedangkan variabel yang dapat

dikontrol antara lain meliputi kurikulum atau pelayanan lembaga pendidikan

yang cocok dengan lembaga, lokasi pelayanan, komunikasi dengan siswa,

alumni, donatur, dan lainnya, serta besarnya uang sekolah yang memungkinkan

sekolah atau madrasah untuk melayani siswa dengan baik dan efisien.

3. Pengendalian

11
Kotler dan Andreason memberikan empat sistem untuk informasi

pemasaran organisasi, yaitu:


a. Internal record system yang meliputi keseluruhan informasi yang berkaitan

dengan jumlah siswa pendaftar, biaya pemasaran, calon siswa potensial,

segmen pasar, dan lainnya.


b. Marketing intelligence system yang meliputi serangkaian sumber dan

prosedur yang menyediakan informasi tentang perkembangan yang terjadi di

masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat intelegen

pemasaran dengan memperbaiki kualitasnya.


c. Marketing research system yang terdiri dari desain sitematis pengumpulan,

analisis, dan pelaporan data, penemuan masalah spesifik.


d. Analytical marketing system yang terdiri dari dua perangkat pemasaran dan

permasalahan pemasaran.

Informasi yang telah didapat digunakan sebagai acuan dalam

pelaksanaan kontrol dan evaluasi. Ada tiga jenis kontrol pemasran yang dapat

digunakan oleh sekolah atau madrasah, yaitu:

a. Rencana kontrol tahunan yang meliputi monitoring pada kinerja pemasaran

yang berlangsung untuk meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan

keuntugan yang ditargetkan tercapai.


b. Kontrol profitabilitas yang terdiri dari determinasi profitabilitas yang

aktual dari pemasran yang telah dilakukan.


c. Audit pemasaran yang bertujuan untuk menganalisis tujuan pemasaran,

strategi, dan sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan

pemasaran yang telah diramalkan.

2.8 Strategi Pemsaran Sosial Pada Lembaga Pendidikan

12
Menurut Mudjahir Effendy (2010:4), manajemen pemasaran pada

lembaga pendidikan ditanah air sudah diakui dan kembangkan. Motik

(dalam Tilaar,2002) ada enam tingkatan dalam evolusi pemasaran yang

dihubungkan dengan penerimaan siswa/mahasiswa, yakni:

1. Pemasaran tidak diperlukan


Adanya asumsi yang berlaku terhadap lembaga pendidikan yang

menyatakan, lembaga pendidikan nmerupakan badan sosial sehingga tidak

memerlukan pemasaran. Padahal sekarang ini pendidikan diperlukan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga

pendidikan memerlukan adanya suatu unit teknis untuk mengelola

pemasaran itu.

2. Pemasaran adalah promosi


Lembaga pendidikan menyadari, tidak dapat menarik

siswa/mahasiswa yang diinginkan. Lembaga pendidikan ini berasumsi,

masyarakat tidak mengenal lembaga pendidikannya, karena itu lembaga

harus membuat unit teknis atau bagian informasi tentang pelayanan

masyarakat salah satunya adalah menangani publikasi san informasi

penerimaan siswa/mahasiswa. Untuk publikasi dan informasi lembaga

pendidikan dibutuhkan media seperti: brosur, poster, surat kabar, televisi,

dan radio, website atau media tatap muka langsung dan media lainnya.

3. Pemasaran adalah segmentasi dari riset pemasaran


Sekarang ini lembaga dituntut menjaring calon siswa/mahasiswa

lebih banyak. Karena itu lembaga tersebut menyadari perlu manajemen

yang baik dari bagian penerimaan siswa/mahasiswa untuk

mempromosikan atau memasarkan lembaga pendidikan kepada

13
masyarakat, melalui informasi yang dikelola dengan baik dan dengan

waktu yang tepat. Untuk itu diperlukan bagian informasi yang bisa

mempromosikan lembaga pendidikan tersebut, agar seseorang atau orang

tua siswa/mahasiswa bisa memutuskan mana lembaga pendidikan yang

sesuai dan baik untuk putra putri mereka. Kemudian staf informasi/staf

humas harus bisa mengembangkan suatu penelitian mengenai hal itu

melalui kerjasama dengan direktur atau pimpinan lembaga tersebut. Dapat

juga menghubungi konsultan untuk menganalisis dan memeberikan

gambaran mengenai implikasi dari riset tersebut.

4. Pemasaran adalah menetapkan posisi


Bertambah banyaknya lembaga pendidikan yang melakukan

promosi, akan terjadi persaingan yang sengit. Lembaga pendidikan akan

mencari basis baru agar ungguk dalam persaingan menjaring

siswa/mahasiswa barunya. Lembaga pendidikan mulai melakukan

penelitian dan mempelajari sejarah berdiriny, melihat peluang dan

kemuadian memposisikan diri diantara berbagai ;embaga pendidikan

lainnya. Memposisikan diri dalam hal ini berarti membuat suatu lembaga

pendidikan berbeda dengan persaingannya menyebabkan lembaga tersebut

punya keistimewaan tersendiri, sehingga banyak siswa/mahasiswa

memilih lembaga pendidikan tersebut. strategi memposisikan diri kepada

calon siswa/mahasisiwa untuk mengetahui perbedaan antara lembaga

pendidikan tersebut dan bagaimana lembaga pendidikan tersebut dapat

memenuhi kebutuhan calon siswa/mahasiswa.

5. Pemasaran adalah perencanaan strategi

14
Masalah menurunnya minat calon siswa/mahasiswa dibeberapa

lembaga pendidikan tidak hanya karena persaingan yang cukup kuat antar

sesama lembaga pendidikan, tetapi juga berpengaruh perubahan yang

besar dalam perekonomian, demografi, keinginan agar cepat dapat kerja,

kesesuaian anatara pendidikan dan keterampilan dengan pasar kebutuhan

tenaga kerja dan bidang-bidang lain diluar kontrol pimpinan lembaga

pendidikan. Karena itu lembaga pendidikan mulai menyadari bagaimana

perubahan eksternal telah mengubah citra lembaga, posisi, program, dan

berbagai hal lainnya yang mencakup kemampuan menari siswa/mahasiswa

dan pelayanannya. Lembaga pendidikan harus memperluas kemampuan

perencanaan dengan mengidentifikasi kecenderungan pokok, kemudian

menyesuaikan diri dengan kecenderungan tersebut. Berikutnya, lembaga

pendidikan tersebut mengubah program, prosedur, dan kegiatan lainnya

untuk dapat menyesuaikan dengan kecenderungan tersebut.

6. Pemasaran adalah manajemen penerimaan siswa/mahasiswa


Ada asumsi pada lembaga pendidikan bagian promosi dan hubungan

masyarakat (public relations) merupakan program bagian yang kecil

dibandingkan dengan kegiatan penerimaan siswa/mahasiswa. Padahal

kegiatan promosi dan public relations merupakan program kegiatan yang

cukup besar mempengaruhi minat siswa/mahasiswa untuk bergabung

menjadi peserta didik dilembaga pendidikan tersebut. ini merupakan

kegiatan yang amat penting.

2.9 Penerapan Pemasaran Sosial Dalam Pendidikan

15
Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2009:342), pemasaran

pendidikan mempunyai mengandung 7 (tujuh) elemen pokok yaitu:

1. Product

Merupakan hal yang paling mendasar yang akan menjadi

pertimbangan preferensi pilihan bagi masyarakat. Produk pendidikan

merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada masyarakat yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Produk itu

sendiri terbagi atas lima tingkatan yaitu : core benefit merupakan manfaat

dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer , dalam hal ini adalah

pendidikan; basic product atau versi dasar dari suatu produk dalam hal ini

misalnya pengetahuan dan keterampilan yang memiliki ciri khas; expected

product yaitu sejumlah atribut yang menyertai diantaranya adalah

kurikulum, silabus, tenaga pendidik dan sebagainya; augmented product

merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk

pesaing, misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris

baik lisan maupun tulisan, computer, bahasa arab dan sebagainya;

potensial product yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang mungkin

didapat produk tersebut adalah pengakuaan lulusan lembaga tersebut dari

dunia kerja.

2. Price

Merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk,

dimana apabila mutu produk baik, maka calon siswa/mahasiswa berani

membayar lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas kejangkauan

16
pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang sekarang dikembangkan

oleh beberapa perguruan tingggi adalah skiming price artinya adalah

memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai dipasarkan

dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas tinggi

sehingga tidak mengecewakan konsumennya. Akan tetapi ketika hendak

menetapkan harga sebaiknya lembaga pendidikan memperhatikan sasaran

yang hendak dicapai yaitu : sasaran yang berorientasi pada keuntungan

yang bertujuan untuk mencapai target pengembalian investasi, untuk

memperoleh laba maksimum; sasaran yang berorientasi pada penjualan

yang bertujuan meningkatkan volume penjualan,

mempertahankan/meningkatkan market share, dan sasaran yang

berorientasi status quo yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan

menghadapi pesaing.

3. Place

Adalah letak lokasi sekolah mempunyai peranan yang sangat

penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian

dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. Dalam hal ini penyedia

jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor:

a. akses yaitu kemudahan mencapai lokasi;


b. vasibilitas yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas

keberadaan fisiknya;

17
c. lalu lintas dalam arti tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi

minat customer terhadap jasa tersebut;


d. tempat parkir yang luas;
e. ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan usaha;
f. persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita;
g. ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai dengan standar

pelayanan minimum yang harus di anut oleh setiap lembaga pendidikan.

4. Promotion
Merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktifitas

pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas

lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada

produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. aktivitas tentang

bagaimana memberitahu pelanggan tentang keberadaan produk/jasa.

Aspek yang harus dipertimbangkan adalah bentuk komunikasi, khususnya

iklan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi

penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity). Tujuan promosi

dalam konteks pemasaran adalah: membangun kepedulian dan ketertarikan

terhadap produk jasa dan lembaga penyedia jasa, membedakan jasa yang

ditawarkan dan lembaga dari pesaing, mengkomunikasikan dan

menggambarkan kelebihan dari jasa yang tersedia/lembaga penyedia jasa

tersebut, membujuk customer untuk membeli dan menggunakan jasa

tersebut. Promosi ini lebih diarahkan pada penyedia jasa pendidikan

sehingga pengaruh image tersebut berperan penting terhadap penjatuhan

18
pilihan customer. promosi yang berlebihan mempunyai hubungan korelatif

yang negatif terhadap daya tarik peminat.

4. Physical evidence

Merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses

penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji

lembaga kepada pelanggannya.

5. Process

Dengan demikian proses penyampaian jasa pendidikan merupakan

inti dari seluruh pendidikan, kualitas dalam seluruh elemen yang

menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk

menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan

evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang

terbantuk akan membentuk sirkulasi dalam merekrut pelanggan

pendidikan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian pendidikan dapat dilihatdari segi terminology. Para ahli

pendidikan dalam mendefinisikan makna pendidikan pada umunya berlainan

pandangan, namun memiliki substansi yang sama.

Dari paparan tentang Peranan Pendidikan dalam perubahan masyarakat kami

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam masyarakat selalu terjadi perubahan yakni dari masyarakat

tradisional kepada masyarakat modern ini disebabkan oleh perkembangan

pengetahuan dan tehnologi didalam masyarakat yang mereka dapatkan

lewat dunia pendidikan.

2. Didalam masyarakat selalu terjadi penggolongan stasus sosial (stratifikasi

sosial) dimanapun masyarakat itu berada, dari golongan rendah,

menengah dan golongan tinggi, bagi masyarakat ketat dalam

penggolongan sosial (tertutup) maka untuk perubahan status sosial sulit

dilakukan seperti di India dimana penggolongan sosial seseorang berdasar

kasta-kasta atau Negara yang menganut system kerajaan ,akan bagi

negara demokrasi seperti di Indonesia khususnya perubahan golongan

sosial dalam masyarakat dapat berubah,disebabkan penghasilan mereka

dapatkan mereka melewati dunia pendidikan tadinya anak seorang petani

20
setelah selesai pendidikan menjadi seorang sarjana kemudian mempunyai

kedudukan atau jabatan otomatis mendapatkan penghasilannya lebih

tinggi, dengan demikian secara otomatis pula merubah golongan sosial

mereka.

3. Pendidikan yang diharapkan dalam pelaksanaannya adalah pendidikan

mampu menghasilkan manusia-manusia ahli dalam bidangnya

(profesinal) sehingga dengan keahlian yang mereka miliki mereka

mendapatkan penhasilan yang lebih tinggi.

3.2 Saran

Kita harus mempunyai kesadaran bahwa pendidikan dan perubahan social

memiliki kaitan yang sangat kuat. Pendidikan dapat menimbulkan perubahan

dalam masyarakat dan sebaliknya, jika masyarakat mengalami perubahan, secara

tidak langsung system pendidikan juga mengalami perubahan. Kita juga harus

bisa melaksanakan system pendidikan dengan baik. Karena dalam pendidikan

memerlukan waktu yang sangat panjang dan sangat dipengaruhi oleh banyak

faktor yang tidak dapat terdeteksi secara dini.

Pendidikan dasar pada hakikatnya merupakan pendidikan yang memberikan

kesanggupan pada peserta didik bagi perkembangan kehidupanya baik untuk

pribadi maupun masyarakat. Oleh karena itu setiap warga negara harus diberi

kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dasar (wajib

21
belajar 9 tahun). Program pendidikan dasar dapat diberikan melalui pendidikan di

sekolah termasuk pendidkkan luar biasa dan atau pendidikan luar sekolah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan. (1995).Pendidikan Anak Dalam Islam 2.Jakarta: Pustaka

Amani.

Abu Ahmadi,Sosiologi Pendidikan,Jakarta:RenikaCipta. 1998.

Aryumardi Azra,Esei-Esei Intlektual Muslimdan Pendidikan Islam.,Jakarta:Logos

Wacana Ilmu,1998

Abuddin Nata,Landasan Pendidikan,Jakarta:PT Raja Grafindo Prasada,2012.

Hasan Langgulung,Pendidikan dan Peradaban Islam,Jakarta:Pustaka

Alhusna,1985.

Haryanto,Perencanaan Pengajaran,Jakarta: PTRenika Cipta,1997.

Imam Barnadib,Pendidikan Perbandingan,Yogyakarta:Andi Ofset,1987.

Nurani Soyomukti,Pendidikan berpersfektif Globalisasi,Yogyakarta:Ar Rux,2008.

Nasution,Sosiologi Pendidikan,Jakarta:PT Bina Aksara,2004.

Muhadjir, Noeng.1981.Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial.Sarasin:

Yogyakarta.

Mustia Zed dkk.,Sejarah dan Teori Sosial,Yogyakarta:Obor Indonesia,2001.

Mappanganro,Rasyid Ridha dan Pemikirannya Tentang Pendidikan

Formal,Makassar:Alauddin Pres,2008.

Tatang Syarifuddin,Landasan Pendidikan,Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam,2009.

Daryanto,Administrasi Pendidikan,Jakarta:PT Renika Cipta,1998.

Alo Liliweri. (1997). KomunikasiAntarpribadi. Bandung: PT. CitraAditya Bakti.

H.A Mustofa. (1997). Akhlak Tasawuf.Bandung: CV. Pustaka Setia

26
Hafied Cangara. (1998). Pengantar IlmuKomunikasi. Jakarta: PT. RajaGrapindo

Persada.

H. Mafri Amir. (1999). Etika Komunikasi Masa Dalam Pandangan Islam.Jakarta:

Logos.

Hussein Bahreisj. (1981). Ajaran-AjaranAkhlak Imam Ghazali. Surabaya:

AlIkhsan.

Jalaluddin . (2000). Psikologi Agama.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Onong Uchyana Effendy. (2001). IlmuKomunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sudarsono.(1993). Etika Islam TentangKenakalan Remaja. Jakarta: PTRineka

Cipta

Widodo, Slamet. 2008, Perubahan Sosial. Dari http://learning-

of.slametwidodo.com. diakses tgl. 26 November 2010.

27

Anda mungkin juga menyukai