“PENDIDIKAN POLITIK”
Dosen Pengampu :
Mawarti, S. Sos, M.A.
Disusun oleh :
Kelompok 2
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya dan juga tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengampu Mawarti, S. Sos, M.A. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sistem Politik Indonesia
dengan judul "Pendidikan Politik".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki
walaupun demikian inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Sejarah dan Pengertian Pendidikan Politik 4
B. Tujuan, Fungsi, dan Pengaruh Pendidikan Politik 9
C. Permasalahan-permasalahan Yang Timbul Akibat Kurangnya
Pendidikan Politik 17
D. Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam Mngatasi Masalah
Pendidikan Politik 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, perlu sebuah metode yang dapat mencerdaskan politik di
tengah-tengah kehidupan rakyat, salah satunya adalah melalui pendidikan politik yang
baik, yaitu yang benar-benar mencerdaskan bukan malah menyesatkan. Menurut
Naning (1982), untuk mencerdaskan kehidupan politik rakyat maka pendidikan politik
1
memandang masyarakat tidak hanya sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek.
Hal ini berarti bahwa pendidikan politik bukan semata-mata tanggungjawab
pemerintah, melainkan juga tanggungjawab masyarakat. Pemerintah dalam hal ini
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menumbuhkan pola pikir dan tingkah
laku sesuai dengan norma Pancasila. Dengan meningkatkan kecerdasan bangsa maka
akan terbentuk pula, pola tingkah laku bangsa yang peka, yang dapat menilai dan
mampu mengambil keputusan, dan mampu pula bertindak sesuai dengan kesepakatan
bersama seluruh bangsa.
Kesadaran akan kehidupan kenegaraan tersebut tidak mungkin ada bila tidak
tumbuh atau ditumbuhkan, melalui pendidikan politik rakyat, dengan demikian
kesadaran kehidupan kenegaraan bukanlah hanya dalam artian politik saja, melainkan
juga dalam artian ekonomi, sosial budaya, hukum, agama, serta pertahanan-keamanan.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik
di suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya bahu-
membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih
dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi.
Menurut Plato, sekolah adalah salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan
lembaga-lembaga politik. Plato menjelaskan bahwa setiap budaya mempertahankan
kontrol atas pendidikan. Kontrol tersebut terletak di tangan kelompok-kelompok elite
yang secara terus menerus menguasai kekuasaan politik, ekonomi, agama, dan
pendidikan. Plato menggambarkan adanya hubungan dinamis antara aktivitas
kependidikan dan aktititas politik. Walaupun secara umum dan singkat, analisis Plato
tersebut telah meletakkan dasar bagi kajian hubungan politik dan pendidikan di
kalangan ilmuwan ke generasi berikutnya.
4
Tokoh-tokoh yang mendukung keberadaan pendidikan politik antara lain
Nicholas Haines, Denis Heater, Robert Stradling, Robert Dunn, dan Profesor Ridley.
Sedangkan tokoh-tokoh yang menentang pelaksanaan pendidikan politik di
persekolahan antara lain adalah Samuel Beers, Roger Scruton, Sir Karl Popper,
Michael Oakeshott, dan Michael Polanyi.
Keterkaitan yang lebih jelas antara pendidikan dan politik dapat kita lihat di
dunia Islam. Sejarah peradaban Islam banyak ditandai oleh kesungguhan ulama dan
umara dalam memperhatikan persoalan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh M. Sirozi (2005:3) bahwa "perkembangan kegiatan-kegiatan
kependidikan banyak dipengaruhi oleh para penguasa dan para penguasa memerlukan
dukungan institusi-institusi pendidikan untuk membenarkan dan mempertahankan
kekuasaan mereka".
Dapat terlihat bahwa institusi politik pada waktu itu turut mewarnai corak
pendidikan yang berkembang. Keterlibatan penguasa dalam kegiatan pendidikan tidak
hanya sebatas dukungan moril saja, namun juga dalam bidang administrasi, keuangan,
dan kurikulum.
Masjid-masjid dan madrasah yang pada waktu itu sering dijadikan tempat
belajar ilmu Islam tidak luput dari pengaruh institusi politik. Peranan yang dimainkan
oleh masjid-masjid dan madrasah dijadikan fondasi untuk mendukung kokohnya
kekuasaan politik para penguasa.
6
Definisi politik adalah bahwa politik berkaitan dengan apa pun yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat dalam suatu negara yang bermanfaat untuk
kepentingan masyarakat maupun negara.
Politik dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, berpolitik tanpa arahan
pendidikan berarti akan absurd, dapat pula dikatakan bahwa pendidikan tanpa campur
tangan politik maka tidak akan terarah.
7
a) Orang menjadi sadar akan kekuatan pribadi dan kemampuan bangsa
sendiri,
d) Sanggup menghapus kompleks rasa rendah diri serta dependensi pada kekuatan
atau bangsa lain,
e) Memahami benar kekuatan bangsa sendiri, pandangan hidup dan filsafat hidup
(dalam hal ini Pancasila) yang dipakai sebagai patokan perjuangan untuk
mencapai sasaran hidup berbangsa yakni hidup sejahtera”.
a) Mampu bertingkah laku tepat, cermat dan benar, sebab didukung oleh prinsip
kebenaran dan keadilan,
c) Wawasan kritis.
8
B. Tujuan, Fungsi, dan Pengaruh Pendidikan Politik.
a) Membuat rakyat (individu, klien, anak didik, dan warga masyarakat) mampu
memahami situasi sosial politik yang penuh konflik, berani memberikan kritik
membangun terhadap kondisi masyarakat yang tidak mantap; aktifitasnya
diarahkan pada proses demokrasi sejati; dan sanggup memperjuangkan
kepentingan serta ideologi tertentu, khususnya yang berkorelasi dengan
keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.
9
Khoiron, dkk. (1999:11) mengemukakan empat tujuan pendidikan politik.
10
dimilikinya tersebut ia dapat berpolitik secara bertanggung jawab. Hal ini selaras
dengan pandangan Brownhill and Smart (1989:4) berikut ini, “The aim of political
education should therefore be to develop the provfessional interest and to point them
toward their political responsibilities, while at the some time endeavouring to give
them the necessary knowledge and skills to carry out those responsibilities”
1) Proses demokrasi yang semakin maju dari semua individu (rakyat) dan
masyarakat/struktur kemasyarakatannya.
Tujuan pendidikan politik menurut Kartini Kartono (1996:68) ialah berikut ini.
1) Membuat rakyat (individu, kelompok, klien, anak didik, warga masyarakat), yaitu:
11
b) Berani bersikap tegas memberikan kritik membangun terhadap kondisi
masyarakat yang mantap;
c) Agar orang bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik, demi pembangunan
diri, masyarakat sekitar, bangsa, dan negara.
12
4) Mempromosikan pengertian tentang peran-peran mendasar dari
lembaga-lembagaberikut nilai-nilai masyarakat sipil dalam memperjuangkan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, setara dan manusiawi di
Indonesia.Ustman Abdul Mu'iz (2000) mengungkapkan tujuan politik, yaitu
membentuk dan menumbuhkan kepribadian politik dan kesadaran politik.
a) Kepribadian Politik
Kepribadian politik merupakan tujuan pokok proses pendidikan politik. Yang
dimaksud kepribadian politik yakni sejumlah respons yang dinamis, sistematis
dan berkesinambungan. Beberapa faktor penting yang memberikan kontribusi
dalam pengembangan kepribadian politik, yaitu berikut ini.
Sistem politik dilihat dari format dan fungsinya yang memainkan peran
penting dalam menentukan orientasi politik pada individu.
b) Kesadaran Politik
Menurut Peter (Ustman, 2000) kesadaran politik adalah berbagai pengetahuan,
orientasi, dan nilai-nilai yang membentuk wawasan politik individu, ditinjau
dari keterkaitannya dengan kekuasaan politik. Sedangkan Al-Khumaisi
(Ustman, 2000) mendefinisikan kesadaran politik sebagai sesuatu yang
dimiliki individu yang meliputi wawasan politik tentang berbagai persoalan,
lembaga, dan kepemimpinan politik baik dalam skala regional maupun
internasional. Apabila kita lihat dari berbagai pendapat di atas maka kita akan
mengetahui bahwa kesadaran politik mencakup hal-hal berikut.
13
Keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau
menghadapi berbagai problematika sosial.
e) Politik berpengaruh pada mutu lulusan yang diihat dari bagaimana lulusan
pendidikan berperilaku politik, berperilaku budaya, berperilaku ekonomi dan
berperilaku sosial.
14
Politik berpengaruh pada anggaran pendidikan Pendanaan Pendidikan seperti
yang telah disebutkan dalam Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 bahwa Negara
meprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN/APBD
dengan kenyataan dan praktik pendanaan pendidikan. Kenyatannya bahwa anggran
penyelenggaraan pendidikan sebesar 20% APBN/APBD tersebut didalamnya sudah
termasuk gaji guru dan lain-lain. Ketidakonsistenan dalam pendanaan pendidikan
meyebabkan sarana pendukung pendidikan seperti gedung sekolah, lapangan olahraga,
dan alat prasarana lainnya menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan. Anggaran
pendidikan tahun 2016 sangatlah tinggi, pasalnya anggaran pendidikan dalam APBN
2016 mencapai Rp. 419, 2 triliun atau 20% dari total belanja negara RP. 2.095,7
triliun. Anggaran tersebut akan dikucurkan melalui belanja negara pemerintah pusat
untuk Kementrian Pendidikan dan Kebuadayaan sebesar Rp. 49,2 triliun. Kementrian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rp. 39,5 triliun, kementrian Agama Rp 46,8
triliun. Kemudian untuk Kementrian Negara dan lembaga lainnya RP 10,7 triliun.
Selain itu anggaran pendidikan melalui transfer kedaerah dan dana desa mendapat
kucuran sebesar Rp 267,9 triliun dan anggaran pendidikan melalui pengeluaran
Pembiayaan sebesar Rp 5 triliun. Dengan begitu total seluruh anggaran pendidikan
sebesar R 419,2 triliun dan dengan hal tersebut amaka telah memenuhi Undang-
Undang Dasar diamana anggaran untuk pendidikan sekurang�kurangnya 20% dari
APBN.
15
sekolah untuk mengamati, memimpin, dan membimbing proses pembelajaran
dibawah supervisi tim dosen profesional.
Politik berpengaruh pada mutu lulusan yang diihat dari bagaimana lulusan
pendidikan berperilaku politik, berperilaku budaya, berperilaku ekonomi dan
berperilaku sosial Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menganut model
pembelajaran active learning dan student center learning untuk mewujudkan sekolah
sebagai pusat pembudayaan kemampuan, nilai dan sikap. Ujian Nasional yang
dilakukan sekali pada akhir jenjang pendidikan dalam beberapa mata elajaran dalam
bentuk tes Lobjektif sukar diharapkan dapat membudayakan berbagai dimensi
pembelajaran. Ekses dari ujian Nasional adalah terjadinya proses belajar di Sekolah
sebagi proses menghafal dan latihan menjawab soal.Ujian Nasional hakekatnya
memperkuat model pembelajaran yang menggunakan kegiatan mendengar, mencatat,
dan menghafal suatu proses pembelajaran yang sejak tahun 1971 ingin ditinggalkan,
tetapi karena alasan ketersediaan dana model ini terus berjalan. Melalui Undang-
16
Undang Nomor 20 Tahun 2003 mode semacam ini sesungguhnya ingin ditinggalkan
tetapi malah diperkuat dengan ditetapkannya UN sebagai penetu kelulusan. Ujian
Nasional disebut-sebut sebagai cara menguji dimensi kognitif. Padahal, kemampuan
kognitif dalam arti luas yaitu meliputi kemampuan meneliti, kemampuan
menganalisis, kemampuan menilai, kemampuan mengidentifikasi masalah, dan
kemampuan memecahkan maslaah yang kesemuaannya memerlukan kemampuan
membaca, kemampuan menuliskan pemikiran dan laporan, kemampuan kalkulasi,
yang kesemuannya perlu dibudayakan sehingga segala kemampuan yang berkembang
menjadi bagian dari sistem kepribadian peserta didik yang meliputi watak dan
moralnya. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing di masa depan diharapkan
dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interaksinya
sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya, meningkatnya
taraf hidup masyarakat, meningkatnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
humanisme yang meliputi keteguhan iman dan taqwa serta berakhlak mulia, etika,
wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika dan kualitas jasmani.
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan
yang semakin meningkat yang mengacu pada standar nasional pendidikan (isi, proses,
kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian). Untuk keperluan tersebut, peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing pendidikan diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran
yang efeisien, menyenangkan, mencerdaskan sesuai tingkatan usia, kematangan serta
tingkat perkembangan peserta didik. Dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing, Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali
melakukan pengembangan dan pemberdayaan Standar Nasional Pendidikan,
pelaksanaan evaluasi pendidikan melalui ujian sekolah dan ujian nasional,
melaksanakan penjaminan mutu, pelaksanaan tindakan afirmatif dengan memberikan
perhatian yang lebih besar pada satuan pendidikan serta melaksanakan kegiatan
akreditasi sekolah.
17
Partisipasi politik generasi muda saat ini memang sangat kurang. Hal ini yang
menyebabkan problematika di antara elite politik. Generasi muda ini cenderung
memilih cuek dan acuh terhadap segala perkembangan politik di Indonesia. Sehingga
hal ini menyebabkan permasalahan yang perlu diatasi secara serius oleh pemerintah
saat ini, dalam pelaksanaan pilkada baik dalam bentuk partisipasi sendiri peran serta
generasi muda juga dibilang masih kurang.
Masalah yang melanda generasi muda saat ini yaitu masih ada ketakutan dari
masing-masing generasi muda saat ini untuk bergabung atau setidak-tidaknya ikut
partai politik. Hal ini menyebabkan mainsheet mengenai partai atau politik buruk
dimata masyarakat terutama di generasi muda yang belum mengetahui secara penuh
politik seperti apa. Faktor orang juga tidak dapat dipungkiri lagi, tekanan orang tua
yang melarang anaknya untuk ikut politik yang lebih dalam. Dari hal tersebut dapat
diketahui bahwa politik sendiri seperti boomerang yang patut mereka hindari.
Keadaan saat ini juga memungkinkan dengan banyaknya kasus korupsi yang
menyeret banyak politisi serta kepala daerah. Sehingga kepercayaan masyarakat
terhadap figur ditawarkan partai juga merosot hal ini berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi politik masyarkat atau generasi muda dalam Pemilu.
Bentuk kepedulian generasi muda saat ini hanya pada isu-isu politik dalam
negeri yang sedang hangat. Partisipasi tersebut terjadi hanya di permukaan saja.
Namun bila tidak dibarengi dengan pendidikan, tentunya hal ini dapat menimbulkan
partisipasi yang pasif di kalangan generasi muda saat ini. Sehingga memang
diharapakan partisipasi generasi muda tidak hanya pada isu politik yang terjadi, tetapi
dapat diterapkan dalam proses politik yaitu dengan partisipasi aktif dalam
Pemilu/Pilkada. Perlunya kesadaran dari masing-masing individu generasi muda serta
masyarakat dalam mensukseskan pemilihan umum tersebut, sehingga pada saat
bergulirnya proses pemilihan yang minim partisipasi selalu menyalahkan panitia
penyelenggara.
Masyarakat yang awam akan politik biasanya masih tergiur dengan politik
uang, pada saat pilkada akan dimulai masih banyak masyarakat yang ingin
18
mendapatkan bantuan uang atau pun barang dari calon kepala daerah. Permasalahan
tersebut bisa dikatakan akibat rendah nya pendidikan politik bagi masyarakat.
3. Korupsi.
4. Kenakalan Remaja.
Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian,
contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah
satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari
calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang
langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif
dalam praktek Money politik.
20
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
Dengan kondisi seperti ini memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk
segera mendapatkan uang. Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut
uang. Dalam dunia politik masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik
atau hak ikut serta dalam politik, karena kita menganut sistem demokrasi yang pada
prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun pada kenyataannya
sekarang partisipasi masyarakat sangat rendah kerena disebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang politik.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada dua konsep dalam pendidikan politik, yakni pendidikan dan politik.
Definisi politik adalah bahwa politik berkaitan dengan apa pun yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat dalam suatu negara yang bermanfaat untuk
kepentingan masyarakat maupun negara.
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dan Puji Lestari. 2017. Pendidikan Politik. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Kopitimes.com. (2020, 1 Desember). Pendidikan Politik dan Perkembangannya.
Diakses pada 13 Mei 2022 dari https://www.kopitimes.id/2020/12/pendidikan-politik-
dan-perkembangannya.html
Riski, Petrus. (2019, 13 April ). "Upaya Menaikkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu
2019". Diakses pada 14 Mei 2022 dari https://www.voaindonesia.com/a/upaya-
menaikkan-partisipasi-pemilih-dalam-pemilu-2019/4874514.html
24