Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN POLITIK

Dosen Pengampu :
Drs.M Salam,M.Si.

Dibuat Oleh : KEL 4

Liza Tania Putri (A1A319013)


Ariska Diahningsih Sianipar(A1A319015)
Fidhyah Ulfa Dhiyah (A1A319023)
Ikral Hadi (A1A319025)
Ulfa Dwi Titania (A1A319033)
Intan Harika Fonna (A1A319061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah membrikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
Pertolongan-Nya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, dan Juga
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah PENDIDIKAN POLITIK bapak Drs.M
Salam,M.Si. atas bantuan dan arahan nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang bejudul “Ranah Pendidikan Politik”.

Kami pun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber refrensi untuk mata kuliah
Pendidikan Anti-Korupsi.

Terima kasih.

Jambi, 18 september 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................................. ii

Bab I pendahuluan

1.1 latar belakang................................................................................................................. 1


1.2 rumusan masalah........................................................................................................... 1
1.3 tujuan............................................................................................................................. 1

Bab II Pembahasan

2.1 Ranah Pendidikan Politik.............................................................................................. 2

2.1.1 Aspek Kognitif Pendidikan Politik............................................................................. 2

2.1.2 Aspek Afektif Pendidikan Politik............................................................................... 3

2.1.3 Aspek Psikomotorik Pendidikan Politik..................................................................... 6

Bab III penutup

3.1 kesimpulan..................................................................................................................... 8

3.2 saran.............................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah proses mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai tertentu pada seorang
warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan untuk membentuk karakter dan
keberpihakan warganegara sebagai implementasi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari baik kapasitasnya sebagai individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara
yang bertanggungjawab. Nilai-nilai yang disampaikan dalam pendidikan politik adalah nilai-nilai
dasar demokrasi. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kebebasan, nilai tanggungjawab,
kemandirian (mewujudkan diri sendiri), hak untuk menentukan diri sendiri, partisipasi (turut
menentukan), toleransi, pertolongan agar bisa menolong diri sendiri, pluralisme, kemajuan serta
perdamaian.

Pendidikan Politik Dianggap Sebagai Penyadaran Bagi Warga Negara Untuk Kepentingan
Negara Agar Warga Negara Memahami Politik Dan Aspek-Aspeknya Dari Setiap Permasalahan
Yang Dihadapi, Sehingga Mereka Dapat Memengaruhi Dan Mengambil Keputusan Di Tengah
Medan Politik Dan Pertarungan Konflik. Dalam Kehidupan Yang Demokratis, Pendidikan
Politik Merupakan Hal Yang Penting, Karena Dalam Proses Demokratisasi 21 Memerlukan
Syarat Mutlak Keterdidikan Rakyat Secara Politis. Rakyat Yang Terdidik Secara Politis Adalah
Warga Negara Yang Sadar Akan Hak Dan Kewajibannya Sebagai Warga Negara, Sehingga Ia
Bisa Secara Otonom (Mandiri) Berpartisipasi, Baik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung
Dalam Semua Pengambilan Keputusan, Memantau Proses Pelaksanaan Keputusan Politis Dan
Melaksanakan Advokasi Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Di Lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu aspek Kognitif Pendidikan Politik?
2. Apa itu Aspek Afektif Pendidikan Politik?
3. Apa itu Aspek Psikomotorik Pendidikan Politik?

1.3 tujuan
1. Untuk mengetahui aspek Kognitif Pendidikan Politik
2. Untuk memahami Aspek Afektif Pendidikan Politik
3. Untuk mengerti Aspek Psikomotorik Pendidikan Politik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ranah Pendidikan Politik

2.1.1 Aspek Kognitif Pendidikan Politik

Salah satu aspek yang menjadi tujuan pendidikan politik adalah aspek kognitif yang
arahnya adalah membangun pengetahuan politik warga negara (civic knowledge). Pengetahuan
dan pemahaman warga negara terhadap konsepkonsep politik dasar tertentu menjadi sangat
penting untuk dibangun, karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin
ditumbuhkan. Kesadaran politik kritis merupakan syarat penting bagi suatu partisipasi warga
negara yang otonom.

M. Nur Khoiron (1999) mengemukakan lima persoalan pokok yang seharusnya dipahami dan
diketahui oleh setiap warga negara dalam kerangka pembangunan aspek kognitif, yakni:

a. Demokrasi dan Hak-hak Warga Negara

Persoalan yang perlu dipahami dan diketahui oleh setiap warga negara dalam ranah ini adalah :
1) Proposisi Demokrasi

Apabila tiga posisi dan kerangka tujuan pendidikan Politik telah diketahui dan dipahami
dengan baik dan kritis oleh setiap warga negara, maka pendidikan politik diarahkan untuk dapat
mengembangkan pertanyaan dasar dalam rangka memahami bekerjanya sistem demokrasi.
Terdapat tujuh pertanyaan pokok yang dapat menjelaskan kinerja demokrasi, yang merupakan
dasar-dasar demokrasi yang harus diketahui dan dipahami cara bekerjanya oleh setiap warga
negara sebagai salah satu bentuk dasar warga negara (civic knowledge) yaitu:

a) Apakah demokrasi itu?


a. Dalam kajian ini, pengetahuan dasar yang harus dipelajari dan dipersoalkan
adalah teori yang ada harus diusahakan bisa dijawab teori-teori umum yang
selama ini diterima oleh ilmuwan-ilmuwan politik, kemudian dijawab dengan
realitas-realitas lokal nasional, misalnya dengan memberikan contoh kongkrit
yang selama ini dipraktikkan dalam proses-proses berbangsa dan bernegara.
b) Kedaulatan Rakyat.
Muatan dalam tema kedaulatan dan konstitusi adalah:
(1) kedaulatan dalam berbagai perspektif teori,
(2) batas-batas kedaulatan rakyat dan konstitusi,
(3) pengetahuan mengenai citizenship dan kehidupan politik,

2
(4)persoalan krusial yang terjadi dalam relasi antara kedaulatan dan
konstitusionalisme.
c) Sistem Kelembagaan Negara. Beberapa muatan yang terkandung dalam tema sistem
kelembagaan negara adalah
(1) penjelasan mengenai sistem kelembagaan tinggi dalam negara modern,
(2) hubungan antara kelembagaan politik negara untuk menjalankan mekanisme demokratis,
(3) posisi kedaulatan rakyat dalam mekanisme yang dijalankan oleh lembaga-lembaga
negara tersebut. Tema ini penting dengan tujuan: (1) mengetahui mekanisme demokrasi
yang dijalankan sistem kelembagaan modern, (2) mengetahui sejauhmana demokrasi
dijalankan secara optimal oleh lembaga-lembaga politik dalam sistem negara modern.

e. Sistem Ekonomi
M. Nur Khoiron (1999) menyatakan bahwa sistem demokrasi ekonomi merupakan bagian
penting dalam suatu negara demokrasi, di samping demokrasi politik. Memisahkan
kedua-duanya hanya merupakan kerja yang semakin menjauhkan dari semangat
demokrasi itu sendiri. Meskipun muncul perbedaan di kalangan liberalisme dan
sosialisme yang masing-masing berdiri dengan lebih menonjolkan salah satu di
antaranya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kedua-duanya adalah masalah urgen dalam
kehidupan demokrasi. Muatan penting dalam tema sistem ekonomi antara lain:
1) Penjelasan peran pemerintah dalam usaha meningkatkan perekonomian nasional
2) Mekanisme pemerintahan dalam menegakkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi
3) Upaya negara negara dalam mempertahankan hubungan yang proporsional antara
kedaulatan rakyat di bidang politik dan ekonomi. Tujuan tema ini adalah: (1)
memberikan pengertian pentingnya kedaulatan rakyat di bidang ekonomi, (2)
memberikan pengetahuan sistem-sistem ekonomi dunia dan untung-ruginya dalam
menegakkan demokrasi

2.1.2 Aspek Afektif Pendidikan Politik

Pendidikan adalah proses mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai tertentu pada seorang
warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan untuk membentuk karakter dan
keberpihakan warganegara sebagai implementasi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari baik kapasitasnya sebagai individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara
yang bertanggungjawab. Nilai-nilai yang disampaikan dalam pendidikan politik adalah nilai-nilai
dasar demokrasi. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kebebasan, nilai tanggungjawab,
kemandirian (mewujudkan diri sendiri), hak untuk menentukan diri sendiri, partisipasi (turut
menentukan), toleransi, pertolongan agar bisa menolong diri sendiri, pluralisme, kemajuan serta
perdamaian. M. Nur Khoiron (1999) menjabarkan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut.

3
a. Kebebasan
Setiap manusia memiliki perbedaan dengan manusia yang lain, baik dari segi penampilan
fisik, bakat, kemampuan potensi maupun kepentingan. Dari keunikan itu, manusia ingin
berkembang sesuai dengan apa yang dimilikinya atau sering disebut sebagai pribadi yang
unik. Agar bisa berkembang, maka diperlukan kebebasan. Kebebasan menjadi hak dasar
setiap individu. Jalan menuju kebebasan tersebut terdiri dari dua langkah penting yaitu:
(1) pembebasan dari paksaan yang berasal dari luar yang tidak bermakna dan
merendahkan, yaitu pengurangan pengaturan-pengaturan otoriter di semua bidang
kehidupan, (2) pembebasan dari paksaan yang berasal dari diri sendiri, pembebasan dari
sikap menghakimi, pembebasan ini merupakan upaya meletakkan tingkah laku di bawah
akal sehat atau bertindak secara rasional.
b. Tanggung jawab
Tanggung jawab menjadi dasar kewajiban masing-masing pada masyarakat umum dan
membatasi hak-hak individu di dalam masyarakat. Sebaliknya, kebebasan adalah
kemungkinan untuk mengambil berbagai keputusan yang berbeda-beda dan membatasi
hak masyarakat terhadap individu. Kebebasan adalah kebebasan untuk memutuskan.
Tidak bebas berarti kehilangan hak untuk memutuskan. Kalau seseorang memutuskan
sesuatu, maka ia bertanggung jawab terhadap dampak-dampak keputusannya. Kebebasan
dan tanggung jawab merupakan dua hal yang menyatu.
c. Kemandirian (Mewujudkan Diri Sendiri)
Mewujudkan diri sendiri adalah tujuan kebebasan. Mewujudkan diri-sendiri berarti
mengembangkan kepribadian, mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan serta cara
bertindak. Kemandirian adalah kebebasan yang dimanfaatkan dengan cara yang
bertanggung jawab.
d. Hak untuk Menentukan Diri Sendiri
Cara dan tindakan dalam rangka memanfaatkan kebebasan itu merupakan hak untuk
menentukan diri sendiri. Kebebasan adalah sarananya, hak menentukan sendiri adalah
isinya. Demokrasi hanya bisa berfungsi jika para warga negara bersedia melaksanakan
hak mereka untuk menentukan diri sendiri.
e. Partisipasi (turut menentukan)
Partisipasi warga negara dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagian sudah
diatur dalam Undang-undang, misalnya hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu,
mengajukan mosi dan lain-lain. Ada juga hak berpartisipasi yang tidak ditentukan dalam
undang-undang, seperti memberi dukungan, lobi, menyumbang dana dan lain-lain.
Semakin banyak warga negara yang memanfaatkan hak atau turut menentukan
(berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan, semakin kecil pula kemungkinan
dibuatnya keputusan-keputusan yang bertentangan dengan aspirasi mereka.
f. Toleransi
Toleransi adalah menghormati kebebasan sesama. Toleransi berarti mengakui hak
menentukan sendiri dan turut menentukan yang dimiliki orang lain. Toleransi dapat
dinyatakan dengan menghargai dan menerima pendapat-pendapat serta tingkah laku yang
4
berbeda. Toleransi dapat dibuktikan melalui sikap atau cara ketika orang sedang
menangani pandangan-pandangan dan tindakan yang tidak bisa ditolerir lagi. Orang yang
bersikap toleran mau mendengarkan pendapat-pendapat yang salah, menyanggahnya,
tidak menyerang pribadi yang mengemukakan pendapat tersebut, dan membujuk tingkah
laku yang keliru dan dihentikan dengan sukarela, sebelum mulai bertindak mengancam,
melarang, menghambat dan menghukum.
g. Pertolongan agar bisa menolong diri sendiri
Pelaksanaan demokrasi ingin menyamaratakan kondisi kehidupan, ingin menolong warga
negara yang kurang beruntung agar bisa berdiri di atas kaki sendiri, dan mampu hidup
secara mandiri. Politik demokratis adalah pertolongan untuk dapat menolong diri sendiri.
Demokrasi tidak mengorganisir sistemsistem bantuan seumur hidup, tetapi berusaha
membantu manusia sedemikian rupa, sehingga dapat berusaha untuk tidak menerima
bantuan dari orang lain
h. Pluralisme
Kebebasan menghasilkan pluralisme, keanekaragaman pendapat serta kepentingan,
bentuk-bentuk pencarian nafkah dan bentuk-bentuk kehidupan, kesadaran dan
penyimpangan, dan sebagainya. Orang yang menginginkan kebebasan harus mengakui
bahwa pluralisme itu ada. Sikap liberal tidak hanya menerima pluralisme, tetapi bahkan
menginginkannya. Seorang demokrat adalah orang yang bahagia melihat
keanekaragaman manusia seperti juga melihat keanekaragaman alam.
i. Kemajuan
Masyarakat yang bebas dan terbuka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri.
Bentuk-bentuk kehidupan, caracara kerja, perkembangan cara berpikir, semuanya saling
bersaing, semua dicoba, dan semua mempunyai peluang untuk berhasil. Adanya
kesediaan warga negara untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan kehidupan baru
terpanggil untuk secara gigih bergiat di dunia politik demi kemajuan. Yang harus
ditanyakan adalah bagaimana cara warga negara memanfaatkan kesempatan-kesempatan
itu, dengan cara bermanfaat atau tidak bermanfaat, dengan pandai atau bodoh, dengan
penuh nafsu egois atau bertanggung jawab.
j. Perdamaian
Bangsa-bangsa, seperti halnya individu-individu mempunyai bentuk-bentuk keberadaan,
problem-problem maupun tujuan yang berlainan. Demokrasi menghormati keunikan-
keunikan ini, sama seperti menghormati keunikan-keunikan individu. Demokrasi tidak
terpengaruh oleh dorongan otoriter untuk menyerang, menguasai, menindas dan
menyeragamkan segala sesuatu.

Perdamaian adalah pemanfaatan nilai-nilai dasar demokrasi, yaitu kebebasan, tanggung


jawab, keadilan, hak menentukan sendiri dan toleransi. Pendek kata, demokrasi adalah
perdamaian. Nilai yang ditanamkan kepada individu warga negara akan membentuk
karakter warga negara yang baik. Sikap dan perilaku warga negara yang baik, akan
terbentuk jika ia memiliki karakter. Agar perubahan masyarakat bisa berjalan ke arah
5
yang lebih demokratis, maka diperlukan karakter warga negara yang mencerminkan nilai-
nilai demokrasi atau yang disebut karakter warga demokrat. Karakter tersebut adalah rasa
hormat dan tanggungjawab, kritis, membuka diskusi dan dialog, bersikap terbuka,
rasional, adil, dan jujur.

2.1.3 Aspek Psikomotorik Pendidikan Politik

Unsur dasar kedua pendidikan politik bagi warga negara di dalam masyarakat yang demokratis
adalah kecakapan-kecakapan warga negara. Jika warga negara menguji hak-hak mereka dan
memenuhi tanggung jawab mereka sebagai anggota komunitas mandiri, mereka tidak hanya
memerlukan penguasaan terhadap bangunan pengetahuan sebagaimana telah digagas dalam lima
gugus permasalahan, tetapi juga membutuhkan penguasaan terhadap kecakapan-kecakapan
intelektual dan partisipasi yang terkait. Kecakapan intelektual yang dimaksud adalah kecakapan
berpikir kritis.

Kecakapan intelektual warga negara dalam melihat berbagai persoalan politis dan
pemerintahan tidak dapat dipisahkan dalam materi pendidikan politik. Kemampuan warga negara
untuk memikirkan isu politik secara kritis, misalnva mewajibkan seseorang memahami isu
tersebut sekaligus sejarahnya, keterkaitan dengan masa kini, serta merangkai menjadi piranti
intelektual untuk membuat berbagai pertimbangan yang akan bermanfaat dalam menangani isu
tersebut. Oleh karenanya, kecakapan intelektual yang menjadi dasar bagi warga negara yang
bertangung jawab dan terdidik (sadar informasi) sering disebut sebagai kecakapan berpikir kritis.
Prasyarat penting pendidikan politik warga negara dalam konteks membangun kecakapan
berpikir kritis adalah perlunya dibangun kesadaran kritis di kalangan warga negara. Kesadaran
dianggap penting karena tidak mungkin membangun kecakapan berpikir kritis tanpa terlebih
dahulu dibangun kesadaran kritis. Kesadaran kritis akan membawa warga negara kepada cara
pandang yang lebih luas tentang suatu persoalan, sehingga suatu persoalan bisa diidentifikasi dan
dianalisis secara tepat.

Cara membangkitkan dan membangun kesadaran kritis warga negara ialah dengan melewati
tangga-tangga sebagai berikut.

1. Tangga 1: membangun keterlibatan masyarakat bawah dalam proses politik

2. Tangga 2: observasi sistematik, yaitu mengajak masyarakat mengidentifikasi akar penyebab


represi (ketertindasan mereka)

3. Tangga 3: analisis struktural, yaitu menjelaskan keterkaitan antara berbagai sistem, misalnya
sistem kapitalisme yang berdampak pada kemiskinan

4. Tangga 4: menentukan tujuan, yaitu menyediakan perspektif secara lengkap yang terkait
dengan struktur dan situasi lokal atau nasional

6
5. Tangga 5: menentukan strategi dan taktik, yakni membuat rencana dan implementasi dari aksi
yang telah disiapkan

6. Tangga 6: aksi dan refleksi secara terus menerus, dimana refleksi tanpa aksi adalah hanyalah
omong kosong belaka, namun aksi tanpa refleksi adalah aktivisme murni.

Dengan tangga-tangga bangunan kesadaran kritis, persoalan yang muncul dalam


kehidupan masyarakat akan dapat dipahami dari aspek-aspek yang mendasar. Kesadaran bahwa
sebuah persoalan masyarakat (individu maupun kolektif) selalu dipengaruhi oleh aspek-aspek
yang merupakan bentuk kesadaran kritis yang ditumbuhkan di kalangan warga negara. Persoalan
yang ada di masyarakat dapat dilihat dari tiga aspek yang berbeda yaitu:

(1) nilai dan kepercayaan (budaya, termasuk agama), (2) organisasi (politik), (3) kelangsungan
hidup (ekonomi dan sosial). Unsur-unsur dari kecakapan berpikir kritis yang harus
dikembangkan pada diri generasi muda adalah: 1) Kemampuan mendengar; 2) Kemampuan
mengidentifikasi dan mendeskripsikan persoalan; 3) Kemampuan menganalisis; dan 4)
Kemampuan untuk melakukan suatu evaluasi isu-isu publik

BAB III

PENUTUP

7
3.1 KESIMPULAN

Pendidikan Dimaksudkan Untuk Membentuk Insan Politik Yang Menyadari Status,


Kedudukan Politiknya Di Tengah Masyarakat. Dalam Kaitan Ini Terdapat Tiga Paradigma
Pendidikan Politik Untuk Melihat Di Mana Dan Bagaimana Posisi Warga Negara Dalam
Kehidupan Politik.Paradigma Itu Adalah Paradigma Pendidikan Konservatif, Paradigma
Pendidikan Liberal, Dan Paradigma Pendidikan Kritis. Paradigma Konservatif Berpandangan
Bahwa Masyarakat Pada Dasarnya Tidak Dapat Merencanakan Perubahan Atau Memengaruhi
Perubahan Sosial, Karena Hanya Tuhan Yang Dapat Merencanakan Keadaan Masyarakat Dan
Hanya Dia Yang Tahu Makna Di Balik Semua Itu. Berdasarkan Pandangan Ini, Kaum
Konservatif Lama Menganggap Bahwa Rakyat Tidak Memiliki Kekuatan Atau Kekuasaan
Untuk Mengubah Kondisi Mereka. Dalam Konteks Ini, Pendidikan Adalah Bersifat A-Politis.
Pendidikan Bertujuan Untuk Menjaga Status Quo.Bagi Kaum Konservatif, Orang Miskin, Buta
Huruf, Tidak Berpendidikan, Dan Kaum Tertindas Lainnya Tidak Memiliki Kekuasaan Atau
Power Dikarenakan Salah Mereka Sendiri.

Pendidikan Bagi Penganut Pendidikan Kritis, Merupakan Arena Perjuangan Politik.


Dalam Paradigma Kritis Dikehendaki Perubahan Struktur Secara Fundamental Dalam Politik
Ekonomi Masyarakat Di Mana Pendidikan Berada.Jika Kaum Konservatif Dan Liberal Percaya
Bahwa Pendidikan Tidak Terkait Dengan Persoalan Ekonomi, Politik, Dan Ketidakadilan
Gender, Maka Kelompok Pendidikan Kritis Meyakini Bahwa Kelas Dan Diskriminasi Gender
Tercermin Dalam Dunia Pendidikan. Dalam Perspektif Kritis, Urusan Pendidikan Adalah
Melakukan Refleksi 58 Kritis Terhadap “The Dominant Ideology” Ke Arah Transformasi
Sosial.Tugas Utama Pendidikan Adalah Menciptakan Ruang Agar Sikap Kritis Masyarakat
Terhadap Sistem Dan Struktur Ketidakadilan Terbangun.Menurut Aliran Ini, Pendidikan Harus
Didekonstruksi Dan Diadvokasi Guna Terbentuknya Sistem Sosial Yang Lebih Adil. Pendidikan
Dapat Memanusiakan Kembali Manusia Yang Telah Mengalami Dehumanisasi, Disebabkan
Oleh Sistem Dan Struktur Yang Tidak Adil.

3.2 SARAN

Dalam menyusun Makalah ini kami sadar masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah yang kami buat ini menjadi lebih
baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

8
Fakih, Mansur, Dkk. 1999. Panduan Pendidikan Politik Untuk Rakyat. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.

Freire, Paulo. 2004. Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan, Dan Pembebasan. Terjemahan
Agung Prihantoro Dan Fuad Arif Fudiyartanto. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2007. “Pendidikan Dalam Penguatan Basis Masyarakat”. Dalam Agus

Salim (Ed). Indonesia Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia.Yogyakarta :Tiara


Wacana.

Salim, Agus. 2007. “Ideologi Dan Paradigma Pendidikan”. Dalam Agus Salim (Ed). Indonesia
Belajarlah! Membangun Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai