Anda di halaman 1dari 3

UTS

(Sistem Politik dan Otonomi Daerah)

Disusun Oleh:
PUJA RAHMANU GUSMER (A1A319069)

R001(A)/PPKn

Dosen pengampu :

Drs. Irzal anerson, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
2020

SOAL UJIAN !!

Analisis Tentang Sistem Perwakilan (DPR) Indonesia Yg Terjadi Pada Saat 2


Fraksi Menolak UU Omnibuslaw Yaitu Fraksi PKS Yg Menolak Sejak Awal
Pembahasan RUU Tsb Dan Fraksi Demokrat Yang Walk Out !!

JAWABAN :

telah mengesahkan omnibus law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta


Kerja menjadi Undang-Undang (UU) melalui rapat paripurna, Senin (5/10/2020).
Wakil Ketua DPR Azis Symasuddin mengetuk palu sebagai tanda pengesahan
setelah mendapatkan persetujuan dari semua peserta rapat. Rapat paripurna ini
terbilang kilat dan mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, rapat tersebut hanya
berjarak dua hari sejak pengesahan tingkat I pada Sabtu (3/10/2020) lalu. Dalam
rapat paripurna, sembilan fraksi di DPR kembali menyampaikan pandangan
mereka soal RUU Cipta Kerja. Hanya dua dari sembilan fraksi yang tetap menolak
seluruh hasil pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja, yaitu Fraksi PKS dan
Fraksi Partai Demokrat. Hasilnya, RUU Cipta Kerja tetap disahkan menjadi UU,
karena mayoritas fraksi di DPR dan pemerintah sepakat.

Sebanyak 7 Fraksi Setuju Untuk Melanjutkan Pembahasan Ruu Omibus


Law Cipta Kerja (Ruu Ciptaker) Pada Rapat Paripurna Dpr Ri, Sementara 2 Fraksi
Lain Menolak. Dua Fraksi Yang Menyampaikan Penolakan Pengesahan Ruu Itu
Adalah Fraksi Demokrat Dan Pks. Sementara Tujuh Fraksi Lain Yang Menyetujui
Ruu Ini Dibahas Pada Tingkat Selanjutnya Adalah Pdip, Gerindra, Golkar, Pkb,
Nasdem, Pan Dan Ppp. Salah Satunya, Terkait Soal Pengaturan Kontrak Kerja
Hingga Upah Kerja Yang Dianggap Merugikan Buruh Dan Justru Menguntungkan
Pengusaha.Dalam Pandangannya, Fraksi Pks Yang Diwakili Ledia Hanifa
Menyampaikan Sejumlah Catatan Terkait Pembahasan Ruu Tersebut. Pks Juga
Menyoroti Bahwa Ruu Ciptaker Masih Membuat Substansi Yang Bertentangan
Dengan Politik Hukum Indonesia. Sementara Itu, Perwakilan Fraksi Demokrat,
Hinca Panjaitan Menyatakan Bahwa Ruu Ciptaker Tidak Memiliki Urgensi,
Apalagi Di Masa Pandemi Covid-19 Saat Ini. Demokrat Juga Menilai Pembahasan
Ruu Ini Cacat Prosedur, Sebab Tidak Banyak Melibatkan Banyak Pemangku
Kebijakan Sehingga Pembahasan Dianggap Tidak Akuntabel Dan Transparan.
Terkait Penolakan Tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto Menuturkan Pemerintah Tetap Akan Membuka Ruang Dialog Sebelum
Rapat Paripurna Digelar. Ruu Ombinus Law Cipta Kerja Ini Diketahui Memuat 11
Klaster. Yakni Penyederhanaan Perizinan Tanah, Persyaratan Investasi,
Ketenagakerjaan, Kemudahan Dan Perlindungan Umkm, Kemudahan Berusaha,
Dukungan Riset Dan Inovasi.

web : www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai