Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER AGAMA II

NAMA : MUHAMMAD ALFANSYURI


NIM : A1A319027
RUANG : R-001
PRODI : PPKn
DOSEN PENGAMPU : Dr. Mohammad Muspawi, S.Pd., M.Pd.

1. Jelaskan konsep ajaran Islam mengenai kesejahteraan umat!. Berikan contoh!


Menurut ajaran Islam sebaimana yang dikatakan oleh Ismail Raj’I al-Faruqi semua
kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan ekonomi haruslah berlandaskantauhid (keesaan
Allah). Setiap ikatan atau hubungan antara seseorang dengan orang lain dan penghasilannya
yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid adalah ikatan yang tidak islami. Dengan demikian realitas
dan adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam, sebab hal ini berarti mengingkari
tauhid.
Dengan komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan
ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan dengan
Islam. Akan tetapi konsep keadilan Islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta
konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah
yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi
ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat,
kemampuaan, dan pelayanannya dalam masyarakat.

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai dengan


kebutuhannya. Kelebihan-kelebihan penghasilaan atau kekayaannya harus dibelanjakan sebagai
sedekah karena Allah SWT, atau diinvestasikan kembali dalam suatu usaha yang akan
mendatangkan keuntungan, lapangan kerja dan penghasilaan bagi orang lain.

Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat. Kedua hubungan itu harus berjalan serentak. Menurut ajaran Islam, dengan
melksanakan kedua hubungan itu hidup manusia akan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan dimaksud, di dalam islam selin dari kewajiban
zakat, masih disyari’atkan untuk memberikan untuk memberikan sedekah, infaq, hibah dan
wakaf kepada pihak-pihak yang memerlukan. Kewajiban dan anjuran tersebut dimaksudkan
untuk menjembatani dan memperdekat hubungan sesame manusia, terutama hubungan antara
kelompok yang kuat dengan kelompok yang lemah, antara yang kaya dan yang miskin.

Contoh: Seseorang kelompok yang kaya memberikan bantuan kepada pihak yang memerlukan
sebagai wujud dari kepeduliaan terhadap umat beragama merupakan kesejahteraan antara umat
beragama dalam mempererat hubungan dan ikatan sesame makhluk pranata sosial.

2. Jelaskan konsep ajaran Islam mengenaipranata sosial! Berikan contoh!


Konsep Islam dalam Pranata Sosial adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut
suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus. Dengan demikian pranata social erat
hubungannya dengan budaya manusia. Bagi ummat Islam tentu saja hal ini berasal dari ajaran
dasar yaitu pengembangan dari al-Qur’an dan al-Hadits. Dilihat dari aspek kesejarahan maka
pranata social dalam masyarakat Islam yang pernah menonjol adalah dalam bidang hukum,
politik atau pemerintahan, peradilan, keamanan, kesehatan dan kesejahteraan

Contoh:

Kehidupan manusia diatur dengan adanya norma atau aturan agar manusia dapat berpedoman
kepada aturan dan tidak salah langkah dalam kehidupannya. Didalam HAM masayarakat berhak
memperoleh HAM sesuai dengan hak yang diterimanya sebagai masyarakat. Artinya pranata
social bersifat urusan manusia dengan aturan yang menjadi sebuah pedoman bagi masyarakat.

3. Jelaskan sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia!


A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA.
Dari abad 1 Hijriah sebenarnya orang-orang Arab, termasuk diantaranya sahabat Nabi
sudah ada yang berkunjung ke Nusantara, namun sampai dengan abad ke-8 H/14 M, belum ada
pengislaman penduduk pribumi nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H/14 M,
penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk
Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum
muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon,
serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja
pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M
antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan
Hindu/Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The
Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti
halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak
dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA.
1. Babak Pertama, Abad 7 Masehi (Abad 1 Hijriah).
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para da’i yang datang ke Indonesia
berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan
ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera
(jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara. Sejak awal Islam tidak
pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai da’i (juru dakwah).
Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap
masyarakat dalam Islam.
2. Babak Kedua, Abad 13 Masehi.
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru di Nusantara.
Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya di daerah Jawa ketika
kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini
dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang
merupakan keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau
Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan
Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal.
3. Babak Ketiga, Masa Penjajahan Belanda.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke daerah
Nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke
Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC, semenjak itu hampir seluruh wilayah nusantara
dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara
belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran
dakwah terpotong.
4. Babak Keempat, Abad 20 Masehi.
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi
yang sebenarnya adalah hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakat yang dapat membantu
mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan
pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk
mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari Al-Quran dan Haditst dan akan dijadikannya
boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak
mungkin dipegang lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh
masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-
pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
5. Babak Kelima, Pasca Kemerdekaan.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 17 Agustus 1945, perkembangan Islam dengan
sendirinya mengalami pergeseran, dari proses Islamisasi, perjuangan fisik (jihad) melawan
penjajah, hingga kemudian mengisi kemerdekaan melalui jalur dakwah kebudayaan, agama dan
politik. Dakwah Islam di Indonesia banyak dikembangkan oleh institusi-institusi seperti
Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut
tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi
MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan
institusi-institusi ke-Islaman tersebut. Hingga sekarang dakwah Islam lebih banyak dimainkan
oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama Muhammadiyah dan NU.

4. Jelaskan konsep Jihad yang benar menurut ajaran Islam ?.


Jihad dalam Islam memiliki makna berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihat sebenarnya
dilaksanakan salah satu tujuannya adalah untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan agama Allah atau menjaga agama Allah agar tetap tegak. Jihat dilakukan harus
dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Salah satu contoh jihad yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada
aturan Allah, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan
tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.
Jihad adalah merupakan ajaran Islam, namun jihad sebagaimana diperintahkan dalam Islam
bukanlah tentang membunuh atau dibunuh tetapi tentang bagaimana berjuang keras memperoleh
keridhaan Ilahi. Baik individual mau pun secara kolektif, Kata Jihad itu sama sekali tidak
mengandung arti bahwa kita selalu dalam keadaan siap untuk berkelahi atau melakukan perang.
Hal itu sama sekali jauh dari kebenaran dan realitas. Bahkan arti kata Islam sendiri memiliki arti
kedamaian. Dengan demikian, seharusnya segala usaha dan upaya kita hendaknya diarahkan
untuk terciptanya kedamaian dianatara sesama manusia.

5. Mengapa terjadi gerakan radikal yang negatif? dan bagaimana cara


menanggulanginya?.
Karena pengertian seseorang terhadap agama yang tidak tepat, penyalah-gunaan agama untuk
untuk kepentingan sektarian, tekanan sosial, ekonomi, politik, pemahaman agama yang sempit
dan penyalah gunaan symbol agama serta menganggap agama digunakan sebagai pembenar
tanpa mengakui eksistensi agama lain yang akan mengakibatkan adanya penindasan,
ketidakadilan, dan marginalisasi sehingga melahirkan gerakan perlawanan.
Adapaun cara menanggulanginya anatara lain adalah:
1. Perubahan sikap dan pandangan dari Negara-negara Barat terhadap Negara-negara
Muslim di dunia.
2. Menggurangi dan menghapuskan kesenjangan sosial, ekonomi, politik,pendidikan, dan
kebudayaan di tingkat nasional, regional, dan internasional.
3. Reorientasi pemahaman agama yang tekstual, rigid, dan sempit menjadi pemahaman
yang konstektual, fleksibel, dan terbuka.
4. Melakukan modernisasi kehidupan umat secara selektif, dengan mengakomodir sisi
positifnya dan mengeliminir sisi negatifnya.
Menanamkan kesadaran “setuju untuk tidak setuju” dalam menyikapi pluralism social,budaya,
dan agama yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai