Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN POLITIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN


POLITIK

Oleh:

Pamella Anjel Tandi


Mey Sance Gisim
Petrosina Watubun
Anita Orosomna
Fanny Kondororik
Hafidz Dhiya Ulhaq (Mahasiswa PMM)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANGARAAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
Politik tepat waktu. Penulisan makalah berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
sarana Pendidikan Politik” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
makalah tentang Pendidikan kewarganegaraan sebagai sarana Pendidikan politik dapat
menjadi referensi bagi pihak yang membaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian pembahasan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Pendidikan Politik
ini dapat bermanfaat Terima kasih.

Sorong, 17 Novmber 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Pengertian pendidikan politik........................................................................................
2.2 Pendidikan politik disekolah.........................................................................................
2.3 Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendiidkan politik.............................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral atau
bermanusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang bukan mengajarkan tentang
akademik, namun non akademik khususnya tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari
yang baik. Sayangnya saat ini, di Indonesia sudah minim sekali atau hampir tidak ada guru
yang mengajarkan hal tersebut. Hal ini tentu saja menyebabkan kehancuran moral siswa atau
siswi saat ini, dampak yang jelas sekali terlihat adalah bayaknya tawuran yang terjadi
sekarang. Hal ini membuktikan bahwa tidak terkontrolnya emosi yang ada pada diri siswa,
siswa sudah mulai mengikuti hawa nafsunya tanpa bisa mengendalikannya. Hal ini tentu saja
merupakan salah satu tugas guru untuk mendidik siswa siswinya untuk menjadi manusia yang
bermartabat yang bisa mengendalikan hawa nafsu siswa siswinya.

Tentu saja kita mengetahui bahwa kehancuran suatu negara dapat terjadi karena
hancurnya moral beberapa warganya saja. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa
kehacuran suatu bangsa bukan terjadi karena nilai akademik memburuk namun karena moral
yang hancur. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral jauh lebih penting dari pada
pendidikan akademik. Pendidikan moral yang akan menentukan kemana negara ini kelak
akan berkembang. Dampak ke masa depan yang akan terjadi jika di sekolah tidak diberikan
pendidikan moral yaitu hancurnya moral siswa atau siswi , kejahatan dimana-mana, dan tentu
saja korupsi semakin merajalela. Saat ini di Indonesa banyak sekali kejahatan yang dilakukan
baik dari rakyat kecil maupun pemerintah atau orang penting. Hal ini mungkin saja salah satu
faktornya yaitu kurangnya atau minimnya sikap baik rakyat Indonesia. Mereka tidak
memikirkan orang lain, mereka hanya memikirkan bagaimana cara agar mereka bahagia.
Mereka hanya memikirkan bagaiman hawa nafsu mereka tersampaikan.

Untuk mencegah hal–hal yang tidak diinginkan kembali terulang, sehingga diberikanlah
pendidikan politik kepada masyarakat oleh parpol di berbagai provinsi dan kabupaten/kota di
Indonesia. Sudah saatnya pendidikan politik bagi masyarakat dalam segala kalangan usia
diwujudkan dalam kegiatan yang nyata. Bukan hanya tertera pada UU partai politik ataupun
menjadi program-program di atas kertas tanpa realisasi bagi partai politik. Pengembangan
pendidikan politik masyarakat sebagai bagian pendidikan politik yang merupakan rangkaian
usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan, guna
menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan
politik juga merupakan konsep bagian dari proses perubahan kehidupan politik yang sedang
dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar
demokratis, stabil, efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pendidikan politik ?


2. Apa yang dimaksud pendidikan politik disekolah?
3. Apakah pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan. Pada umumnya
mengenai pendidikan kewarganegaraan sebagai pembentukan karakterisik dalam pendidikan
politik. Diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan ilmu politik guna meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam ilmu politik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Politik


Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pendidikan dan politik
memiliki makna yang berbeda namun saling bahu-membahu dalam proses pembentukan
karakteristik masyarakat. Kata politik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani; politikos, yang
berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara. Berdasarkan penjelasan ini,
dapat dikembangkan pengertian politik sebagai proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan
khususnya dalam negara Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk
mencerdaskan manusia lain melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian. Dari penjelasan
kedua istilah tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa pendidikan politik adalah proses
pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ramlan Surbakti dalam bukunya yang
berjudul memahami ilmu politik (1999:117) mengemukakan bahwa pendidikan politik dan
sosialisasi politik memiliki kesamaan dalam istilah.
Dalam bahasa Inggris kedua istilah ini memang sering disamakan. Istilah
politicalsosialization jika diartikan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna
sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan menggunakan istilah politicalsosialization banyak
yang mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena
keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah
pendidikan politik dalam arti sempit.
Melalui proses sosialisasi politik para anggota masyarakat dapat memperoleh sikap
dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Atau dengan
kata lain, di dalam pendidikan politik terjadi proses pembelajaran dan pemahaman tentang
hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan politik dalam tulisan ini dipahami sebagai perbuatan memberi latihan,
ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia, melalui
proses dialogik yang dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara
rutin, sehingga para penerima pesan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam
kehidupan bernegara. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewujudkan kesadaran dan partisipasi
berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.
Definisi pendidikan politik ini mengandung tiga anasir penting, yakni: Pertama,
adanya perbuatan memberi latihan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas
dan potensi diri manusia. Kedua, perbuatan di maksud harus melalui proses dialogik yang
dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin. Ketiga,
perbuatan tersebut ditujukan untuk para penerima pesan dapat memiliki kesadaran
berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Pemahaman di atas pada dasarnya menunjukan
bahwa Pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan dengan fokus
penekanan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan (Kognisi), menumbuhkan nilai
dan keberpihakan (Afeksi) dan mewujudkan kecakapan (Psikomotorik) warga sebagai
individu maupun sebagai anggota kelompok.

2.2 Pendidikan Politik di Sekolah


Dalam menjalankan dan mengoptimalkan proses sosialisasi politik maka perlu
strategi dan tempat yang tepat di mana sosilisasi politk itu dilaksanakan, salah satu contoh
bahwa sebagai salah satu sarana atau agen tempat sosioalisasi politik itu adalah di lingkungan
sekolah. Sekolah merupakan suatu wahana yang luas untuk sosialisasi politik. Sebagai
institusi pendidikan formal, sekolah memiliki potensi yang sangat besar dalam meletakkan
pondasi dasar bagi terciptanya kehidupan masyarakat ataupun politik yang demokratis.
Dalam konteks ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Banjarnegara, Drs. H. Muhdi, memaparkan, pendidikan politik di sekolah harus ditanamkan
ketika siswa sudah mulai bisa menerjemahkan dan merasakan bahwa dia, dari sudut pandang
pembuat kebijakan (decisionmaker) adalah objek yang terimbas dengan kebijakan-kebijakan
yang diterapkan.
Menurut Muhdi, sebenarnya konsep pendidikan politik dalam sekolah bisa dilakukan
dengan cara-cara sederhana. Pendidikan politik di sekolah lebih mengarah pada pembentukan
kultur/budaya sederhana yang mencirikan demokrasi dan kemandirian. Inilah yang menjadi
landasan dasar terwujudnya kehidupan yang demokratis nantinya.
Dalam hal ini pendidikan politik di sekolah bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan
sederhana dengan lebih menonjolkan tumbuhnya budaya positif dalam pergaulan.
Diantaranya sebagai berikut:
a. Pertama, adanya kebebasan yang besar bagi siswa untuk menyampaikan pendapat
dalam forum-forum kelas. Metode-metode diskusi harus dilakukan sesering mungkin
dan tidak hanya berangkat dari buku-buku teks. Dalam hal ini, harus disadari bahwa
secara ilmiah tidak ada sesuatu yang memiliki kebenaran absolut.
b. Kedua, adanya komunikasi dua arah yang cair antara guru dan siswa. Bila kita
terbiasa dengan cara-cara komunikasi yang serba resmi dan kaku, seperti saat guru
mengajar di kelas, maka konsep pendidikan politik yang harus diterapkan adalah
menciptakan ruang-ruang komunikasi yang tidak kaku. Dengan begitu siswa bisa
menyampaikan ide-ide secara bebas, terbuka dan kritis. Komunikasi yang berjalan
dua arah dan tidak kaku tersebut jelas berujung pada tumbuhnya rasa percaya diri
pada siswa yang pada gilirannya nanti akan melatih kreativitas dan kemandirian
mereka.
c. Ketiga, keteladanan dalam kehidupan berorganisasi. Sekolah merupakan sistem
organisasi yang meliputi hubungan antara kepala sekolah, pegawai, guru hingga para
siswa. Meskipun berbagai teori mengenai kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat
telah disampaikan oleh para guru, namun tanpa contoh langsung walaupun dalam
sekup kecil, maka teori-teori akan menguap dan hanya sekedar membekas di catatan
raport para siswa. Bagaimana seharusnya pemimpin bersikap kepada bawahan atau
sebaliknya, bagaimana bekerjasama yang baik dengan rekan seorganisasi,
menumbuhkan sikap empati dan tenggang rasa dengan teman, semua itu juga bisa
dicontohkan lewat organisasi.

11
2.3 Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik 
Pendidikan Kewarganegaraan diakui sebagai bidang yang multifacet PKn diartikan
sebagai pendidikan politik yang yang fokus materinya peranan warga negara daam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut
sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara. PKn sebagai program pendidikan yang berintikan
demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna
melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam
mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
PKn didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah
kebajikan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu
politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan, yang
secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas
sosial-kultural kewarganegaraan, dan kajian ilmiah kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang
fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya
itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan
Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara (Prewitt & Dawson, dan Aziz dkk dalam Cholisin, 2004:10). Pendidikan
Kewarganegaraan lebih merupakan bentuk pengajaran politik atau pendidikan politik.
Sebagai pendidikan politik berarti fokusnya lebih menekankan bagaimana membina warga
negara yang lebih baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat suatu proses belajar
mengajar (Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
PKn sebagai pendidikan politik merupakan salah satu bentuk sosialisasi politik telah
memiliki teori yang sangat kuat dan jelas. Dikatakan kuat, sampai dewasa ini tampak12belum
ada bantahan bahwa PKn (Civic Education/Citizenship Education) menganut system theory.
Bahkan diperkuat lagi dengan teori pemberdayaan warga negara (citizen empowerment)
melalui pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam rangka
mengembangkan masyarakat kewargaan (civil society). Untuk kepentingan civil society juga
telah dikembangkan teori/pendekatan politik kewarganegaraan (citizenship politics).
Pendekatan tersebut, misalnya pendekatan politik kewarganegaraan (Hikam, 1999),
pendekatan struktural prosesual yang dikemukakan Goran Therborn (Eep Saifulloh, 1994).
Politik kewarganegaraan (Citizenship politics) memandang warga negara sebagai pusat dan
aktor utama baik dalam wacana maupun praksis politik dan pembangunan. Pendekatan ini
akan mampu meningkatkan pemahaman diri dan inisiatif masyarakat untuk berkembang.
Juga dapat untuk mengatasi berkembangnya disintegrasi yang disebabkan penguatan politik
identitas tak lazim berkembang dalam masyarakat yang pluralis. Pendekatan struktural
prosesual, melihat proses politik (demokrasi) dalam konteks sosio-historis yang melekatinya
serta menyentuh hubungan negara dan masyarakat. Kemudian masuknya demokrasi ekonomi
dan demokrasi sosial (termasuk dalam hukum), hendaknya dipahami bahwa demokrasi
politik sebagai demokrasi primair sebagai basis bagi pengembangan demokrasi ekonomi dan
sosial. Dan berkembangnya demokrasi sekunder ini (demokrasi ekonomi dan sosial) juga
akan sangat menentukan bagi pengembangan demokrasi. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang


mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan
adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah
mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan,
dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai