Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Buku ini berjudul Political Educations yang ditulis oleh Robert Brownhill dan
Patricia Smart. Kemudia diterjemahkan oleh Prof. Dr. Idrus Affandi, SH dan Tim. Pada
versi aslinya buku ini bejumlah 174 halaman ditulis pada tahun 1989. Pada pembukaanya
penulis mengungkapkan bagaimana diskusi tentang pendidikan politik seringkali
diperbincangkan diluar kelas. Penulis mengungkapkan bahwa ada sebagian yang
berpendapat bahwa pendidikan politik termasuk pada ranah indoktrinasi politik. Disisi
lain ada yang berpendapat bahwa pendidikan politik sama dengan dasar-dasar politik.
Untuk itu buku ini memberikan wawasan tentang bagaimana pendidikan politik pada
umumnya agar generasi muda dapat memahami politik.
Buku ini terdiri dari beberapa Bab yaitu :
Bab 1
Pendidikan Politik : Sebuah Perdebatan
Bab 2
Landasan Moral Politik dan Pendidikan Politik
Bab 3
Belajar Mengajar Dan Pendidikan Liberal
Bab 4
Komunitas Politik
Bab 5
Sifat Alami Argumentasi Politik
Bab 6
Kurikulum Politik
Bab 7
Masalah Ketidakberpihakan, bias dan isu konvensional
Bab 8
Indoktrinasi
Bab 9
Kesimpulan
Pembahasan lebih mendalam akan disajikan pada bab selanjutnya.

BAB II
ISI
CHAPTER TWO
Pendidikan bertujuan untuk mepersiapkan anak disaat dewasa, maka untuk itu isi
dari pendidikan politik adalah ide-ide kita tentang apa yang kita yakini sebagai
karakteristik-karakteristik yang ada pada manusia dewasa. Secara lebih luas pendidikan
itu harus memperhatikan filosofi pendidikan. Seorang pendidik haruslah menyampaikan
bagaimana etika, bagaimana hubungan mereka satu dengan yang lainnya.

Seperti halnya pendidikan, didalam politik juga sarat akan nilai-nilai. Politik
sebagai alat untuk membangun masyarakat haruslah melihat karakteristik masyarakat
tersebut sehingga didalamnya kita dapat menemukan cara agar mewujudkan masyarakat
yang diinginkan. Bahasan tentang politik ada dalam filosofi politik. Filososfi politik
meneliti tentang sifat masyarakat yang baik, kewajiban politik dan keadilan sosial.
Naman pada akhirnya banyak yang mengkritik filosof pendidikan dan politik. Hal
ini dikarenakan penilaian terhadap suatu nilai sifatnya relative, subjektif dan tak dapat
dibenarkan. Menurut mereka filosof tugasnya bergerak dalam kegiatan, misalnya,
mengenali ahli dan menganali konsep-konsep pemikiran filosofis mereka.
Pendidikan politik dalam terminology ilmu politik dikenal sebagai political
forming. Disebut forming karena didalamnya terkandung intensi pembentukan insan
politik yang menyadari kedudukannya ditengah masyarakat. Maksudnya pendidikan
politik mengandung arti pembentukan diri sendiri yang bertanggung jawab dan penuh
dengan kesadaran.
Beberapa batasan mengenai pembahasan pendidikan politik,yaitu sebagai berikut:
1. Hajer menjelaskan bahwa pendidikan politik adalah usaha pembentukan
manusia sebagai partisipan yang bertanggung jawab dalam politik
2. Kartini Kartono menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah bentuk
pendidikan untuk orang dewasa dengan jalan menyiapkan kader-kader untuk
pertarungan politik dan mendapatkan penyelesaian politik
Akan tetapi pendidikan politik dalam perkembangannya hidup mitos-mtos yang
menyatakan bahwa poltik merupakan proposi dan urusan negara serta pemerintah,
sehingga rakyat tak perlu repot mengurus atau bahkan tidak dilarang ikut campur
didalamnya. Rakyat tak perlu ikut campur, cukup duduk rapid an menyaksikan politisi
dan ahli politik dalam mengurusi pemerintahan. Rakayat diposisikan sebagai orang
bodoh dan terbelakang yang tidak tahu apa-apa mengenai politik sehingga status quo
tetap terjamin.
Pendidikan Politik dalam Membangun Karakter Bangsa
Pendidikan politik bertujuan untuk meningkatankan pengetahuan rakyat sehingga
mereka dberpartisipasi secara makasilamal dalam system politiknya. Seperti yang dtelah
disebutkan dalam faham kebangsaan pendidikan politik bertujuan untuk membentuk
karakter bangsa. Pembentukan karakter bangsa dalam pendidikan politik dapat dilakukan
melalui beberapa metode :
1. Metode Edukasi

Metode edukasi yaitu memberikan dan menanamkan dasar dalam berpolitik


melalui kurikulum pendidikan, salah satunya lewat pendidikan kewarganegraan.
2.
Metode Keteladanan
3. Metode informasi dan komunikasi
4. Metode pemasyrakatan atau sosialisasi
Proses pemasyarakatan atau sosialisasi politik harus dilakukan oleh segenap
lapisan masyarakat guna baik secara horizontal ataupu vertical. Jadi sosialisasi politik
bukan saja kewajiban pemerintah atau elite politik yang ada. Adapun media
sosialisasi bisa berupa surat kabar, majalah, televise atau radio. Lembaga formal dan
non formal juga berperan. Dalam ranah formal seperti sekolah dan ranah non formal
seperti keluarga dan lingkungan masyarakat.
Pendidikan poltik pada era baru pada tingkatan pendidikan dasar menekan pada
pembentukan siswa agar menjadi kepribadian yang sesuai dengan pancasila.
Ditingkat perguruan tinggi ada mata kuliah kewiraan yang mengarahkan pada
pembentukaan karakter bangsa Indonesia, akan tetapi pada masa ini pemerintah
menutup diri pada aspek politik. Pada era reformasi pendidikan politik menkanakan
pada kebebasan politik yang diwujudkan dalam pemilu langsung.

BAB III
PEMBAHASAN
Pendidikan politik adalah salah satu upaya untuk mempersiapkan warga negara
yang melek politik. Kenapa mempersiapkan? Hal ini dikarenakan iklim politik yang
sekalarang tentu akan berbeda dengan yang ada dimasa depan. Jadi pendidikan politik
hanya bekal bagi generasi selanjutnya untuk menghadapi tantangan politik dimasa
yang akan dating. Pendidikan dalam ranah pedagogis haruslah postif (baik), Normatif
dan konstruktif.
Pendidikan politik membntuk warga negara yang sadar akan dirinya sebagai
bagian dari negara. Sehingga bila ada kebijkan dari negara maka dia akan sigap
menerima bahkan mengkoreksi kebijakan tersebut. Aristoteles menjelaskan bahwa
warga negara yang akan menjadi pemimpin haruslah lebih unggul dari yang lainnya,
untuk itu pendidikan politik ada utntuk mepersiapkan generasi penerus pemimpin
suatu negara. Pendidikan dan pendidikan bagi generasi muda menurut Aristoteles
begitu penting karena mereka adalah tulang punggung dari negara. Kelak dimasa

yang akan datang merekalah yang bertugas untuk mensejahterkan bangsa secara
bersama-sama. Oleh kareana itu penananggung jawab pendidikan haruslah kompeten
dalam bisangnya.1
Pendidikan Kewarganegraan sebagai pendidikan politik yang diajarkan di
lemabaga

formal

seharusnya

bukan

bersifat

indoktrinatif.

Pendidikan

Kewarganegaraan yang pada masa orde baru bersifat what to thing harus bergeser kea
rah what to think. Pada pembelajaran what to think guru menjadi corong utama.
Bahan pelajaran tersebut bersifat doktrin politik ekonomi sosial dan budaya. Pada
prinsip pembelajaran how to think yaitu mengajarkan cara bagaimana kita berfikir.
Apa yang telah disiapkan oleh negara dalam bentuk kurikulum hanyalah seperangkat
saja. guru tidak lagi menjadi corong dalam mengajar akan tetapi sebagai fasilitator.
Artinya gurung yang memiliki kemampuan dalam mendidik dan memiliki
pengetahuan mendorong siswanya untuk berfikir dan memecahkan masalah.2
BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan politik bukanlah tanggung jawab pemerintah saja akan tetapi
merupakan tanggung jawab bersama. Pendidikan poltik yang bertujuan pembentukan
karakter bangsa dilakukan dengan beberapa metode yang pertama adalah dengan
edukasi, kedua metode keteladanan, ketiga komunikasi dan informasi dan yang
keempat melalui pemasyarakatan atau sosialisasi.
Pendidikan politik dapat dibentuk diberbagai ranah baik formal dan non formal.
Pembentukan di ranah formal yaitu memalui sekolah melalui kurikulumnya dalam hal
ini Indonesia melalu pendidikan kewarganegraan dan yang tak kalah penting dalam
lingkungan non formal seperti keluarga juga harus digalakkan.

JH Rappar. Filsafat Politik Aristoteles. 1993. Rajawali. Halaman 79-81

Abdul Aziz dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Alfabeta.
Hal 6-7

Anda mungkin juga menyukai