Anda di halaman 1dari 11

POLITISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Isu-isu Kontenporer Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mudzakir Ali, M.A

Disusun Oleh:

Herni Ambarwati (19200011010)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Dalam konteks pendidikan Islam Indonesia, setelah proklamasi
kemerdekaannya, pemerintah membentuk Departemen Agama yang memegang
kewenangan utama dalam penyelenggaraan bidang agama. Kewenangan
Departemen Agama yang terkait dengan pendidikan Islam telah melahirkan
sejumlah kebijakan yang berimplikasi pada budaya dan politik. Secara kultural,
pendidikan Islam dalam bentuk pesantren di Jawa, maunasah di Aceh, Surau di
Minangkabau dan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah
mengalami proses transformasi keilmuan dan kelembagaan adalah lembaga
pendidikan Islam. Usia pendidikan Islam lebih tua dari kemerdekaan RI sehingga
tidak dapat diambil dari kultur bangsa ini.
Secara politik, sebelum kemerdekaan RI, pemerintah kolonial Belanda dan
Jepang melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan Islam yang
notabene diselenggarakan oleh umat Islam. Kontrol tersebut dimotivasi oleh
pertimbangan politik bahwa umat Islam di Nusantara adalah komunitas yang
berkemampuan, sehingga mesti diakomodasi kepentingan politik dan edukasinya
guna mengukuhkan legitimasi kekuasaan. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah
menetapkan kebijakan politik yang fungsional, umat Islam mendapatkan manfaat
atas kebijakan pemerintah, terutama bagi pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan Islam.
Atas dasar ini lahir berbagai kebijakan negara tentang sistem pendidikan
nasional yang memuat tentang relasi antara pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan nasional, di antaranya lahir Undang-Undang Nomor 4 tahun 1950. Nomor
12 tahun 1954 tentang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tantang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-
undang tersebut posisi pendidikan Islam mengalami perubahan sesuai dengan
pengaruh kepentingan oleh pemangku kepentingan dalam pengambilan
keputusan kebijakan negara tentang sistem pendidikan nasional.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud Politik
2. Apa yang Dimaksud Pendidikan dalam Islam?
3. Apa Saja Unsur Politik Pendidikan Indonesia?
4. Bagaimana Kebijakan Politik Pendidikan Islam dalam Sitem Pendidikan
Nasional?

1
Stain Datokarama Palu, Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan
di Indonesia, Vol. 10, No. 1, Juni 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik
Pengertian politik menurut Jouseph Roucek, politik adalah distribusi
dan kontrol kekuasaan. Politik adalah upaya yang berkaitan dengan kekuasaan,
hubungan politik, dan hubungan kekuasaan aktual dan potensial.2 dalam
Dictionary of Politics and Government, disebutkan bahwa politics is the theory
and practice of governing a country.3
Beberapa pengertian politik dapat ditemukan di Wikipedia. Pertama,
politik sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Kedua, politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun non-konstitusional. Ketiga, politik adalah usaha
yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Keempat,
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
negara. Kelima, politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Keenam, politik
adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.4
Hakekat politik adalah kekuasaan (power) dan dengan begitu proses
politik adalah serentetan peristiwa yang hubungannya satu sama lain di
dasarkan atas kekuasaan. Politik adalah “perjuangan untuk memperoleh
kekuasaan” atau “tehnik menjalankan kekuasaankekuasaan” atau “masalah-
masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan”, atau “pembentukan dan
penggunaan kekuasaan.5

2
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik (Bandung: Binacipta, 1982), 43.
3
P.H. Collin, Dictionary of Politics and Government (London: Bloomsbury Publishing Plc, 2004),
183
4
http://id.wikipedia.org/wiki/politik (diakses pada 13 Januari 2016)
5
Loc.cit hal. 42-43
Dalam beberapa pengertian ini dapat kita ketahui bahwa politik adalah
pembentukan dan penggunaan kekuasaan, Politik terdapat unsur yang
mencerminkan sebuah politik yaitu; interaksi, pemerintah atau penguasa,
masyarakat, keputusan, dan kebaikan bersama.
B. Pendidikan dalam Islam
Pendidikan adalah usaha yang membantu manusia menjadi manusia.
Suatu tindakan proses belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan
sejatinya dapat mencetak generasi unggulan di masa depan. Sedangkan
Pendidikan dalam Islam harus kita pahami sebagai upaya mengubah manusia
dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan kerangka
nilai/ideologi Islam. Pengertian lain pendidikan dalam Islam merupakan proses
mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaannya dan mengembangkan
kemampuannya yang dipandu oleh ideologi atau akidah Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan SDM yang berkepribadian
Islami, dalam arti, cara berpikirnya harus didasarkan pada nilai-nilai Islam
serta berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Metode pendidikan dan
pengajarannya juga harus dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap
metodologi yang tidak berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu akan
dihindarkan. Jadi, pendidikan Islam bukan semata-mata melakukan transfer of
knowledge, tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang diberikan itu
dapat mengubah sikap atau tidak.
C. Politik dan Politisasi Pendidikan dalam Islam
Jika berbicara tentang pendidikan politik tentu sangat dibolehkan
bahkan kita sebagai warga negara Indonesia diharuskan karena pendidikan
politik itu penting bagi siapa saja dan bagi lembaga apa saja. Semua kita perlu
melek politik. Sebab, dalam (kebijakan) politik nasib kita sebagai sebuah
bangsa ditentukan. Seluruh kebijakan politik menentukan kondisi kehidupan
bersama, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, lingkungan hidup,
maupun aspek pendidikan.
Dalam bidang pendidikan Kebijakan politik sangat menentukan bidang
ini, lantai dasar kemajuan atau kemunduran sebuah bangsa. Pendidikan adalah
jiwanya.
Berbeda dengan politisasi pendidikan. Politisasi pendidikan bisa
menceburkan sebuah bangsa, provinsi atau pun kabupaten ke dalam
permasalahan besar. Politisasi itu berwujud transaksi kepentingan. Elit politik
berdagang kepentingan kepada target-target dalam dunia pendidikan. Tepatnya
transaksi jabatan. Banyak hal yang bisa dilihat dimana peran pendidikan di
Indonesia saat ini sebagai wadah menyalurkan spirasi untuk memuluskan
kepentingan. Pergantian kurikulum yang terus berganti secara nyata ada
banyak kepentingan didalammya. Dapat kita rasakan hal tersebut
mempengaruhi kondisional pendidikan dimana pelaku pendidikan disibukkan
dengan bergantinya metodhe pembelajaran, rumitnya administrasi, sehingga
ketercapaian keberhasilan pembelajaran dipaksa sesuai dengan yang
diharapkan oleh aturan.
Terseretnya dunia pendidikan ke dalam permainan kotor politik
sesungguhnya alarm, tanda bahaya masa depan generasi muda, daerah, dan
negara secara keseluruhan. Bahaya itu terletak pada mutu manusia. Jika
dimulai dari kebohongan, maka akan berakhir pula pada generasi yang gemar
berbohong, sistem yang sarat kebohongan, daerah yang penuh penipuan, dan
para pemimpin yang menghancurkan tatanan yang membutuhkan kejujuran.
Ujungnya, menghasilkan bangsa penipu. Ini bagian dari pengecilan nilai-nilai
luhur pendidikan. Sebab, nilai-nilai itu dibarter dengan suara. Siapa beri apa
(suara para pencari jabatan) akan mendapat apa, dan siapa mendapat apa akan
memberi imbalan dalam rupa kedudukan sebagai kepala sekolah, kepala dinas
di lembaga-lembaga pemerintahan dan seterusnya. Ini semua merusak wajah
pendidikan kita. Mari memberi pendidikan politik, bukan politisasi
pendidikan.6
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 BAB XIII Pasal 31 yang
mengatur akan pendidikan, selayaknya pendidikan menjadi peran sentral dalam

6
https://www.victorynews.id/editorial-pendidikan-politik-dan-politisasi-pendidikan/
membina dan menciptakan generasi bangsa agar menjadi generasi yang
meneruskan cita-cita bangsa dan negara dan menjalankan amanah dalam
mengisi kemerdekaan.7
Sejarah kebijakan politik pendidikan islam dalam sitem pendidikan
nasional, pendidikan agama islam di indonesia telah mengalami perubahan dan
perkembangan dalam peta politik.8 Perubahan dan perkembangan pendidikan
Islam tersebut dipengaruhi oleh kepentingan ideologi politik dan kepentingan
lainnya dalam pengambilan kebijakan negara.
Dalam konteks pendidikan Agama Islam Indonesia, setelah proklamasi
kemerdekaannya, pemerintah membentuk Departemen Agama yang memegang
kewenangan utama dalam penyelenggaraan bidang agama. Salah satu bentuk
kewenangan tersebut adalah terkait dengan pengembangan institusi pendidikan
Agama Islam. Namun, kewenangan Departemen Agama yang terkait dengan
pendidikan Agama Islam telah melahirkan sejumlah kebijakan yang
berimplikasi pada kultural dan politis.
Secara politis, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia,
pemerintah kolonial Belanda dan Jepang melakukan kontrol terhadap
penyelenggaraan pendidikan Agama Islam yang notabene diselenggarakan oleh
umat Islam. Kontrol tersebut dimotivasi oleh pertimbangan politis bahwa umat
Islam di Nusantara adalah komunitas yang mayoritas, sehingga mesti
diakomodasi kepentingan politik dan edukasinya guna mengukuhkan legitimasi
kekuasaan.
D. Solusi Menghindari Sistem Pendidikan bersifat Politis
Pendidikan nasional harus banyak introspeksi diri sebab pendidikan
nasional terlalu bersemangat memikul beban berat di pundaknya padahal ia
memang tidak kuat memikulnya. Buktinya kegagalan demi kegagalan output
pendidikan yang dihasilkan tidak akan memuaskan masyarakat sebab antara
landasan teori pendidikan dengan praktek tidak sinkron, demikian juga konsep
filosofisnya, pendidikan Islam bersifat universal tetapi pendidikan nasional
7
Undang-Undang Tahun 1945 Bab XIII pasal 31 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1945).
8
http://www.pepeling.org/2017/07/politisasi-pendidikan.html
filosofisnya bersifat lokal (Pancasila). Demikian juga landasan teori pendidikan
Islam bersumber dari Qur’an dan Hadits tetapi pendidikan nasional bersumber
dari teori-teori pendidikan lokal seperti gagasan Ki Hajar Dewantara dan
mengadopsi teori-teori pendidikan Barat yang belum tentu cocok dengan
pendidikan nasional yang peserta didiknya didominasi anak-anak Muslim. Ini
berarti, sistem pendidikan nasional tetap mengusung kepentingan politis-elitis
dan terus menciptakan dikotomi dualisme sistem nasionalis dan Islam yang
kemudian melahirkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, baik
dalam penguasaan agama maupun umum.9
Untuk menghindari sistem pendidikan nasional bersifat politis dan
elitisme, Azizy10 menyarankan sistem pendidikan nasional kita; (1) tidak kaku
dan tidak selalu unifomitas, (2) menghargai pluralitas potensi kedaerahan dan
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, (3) bebas KKN, (4) menempatkan
guru sebagai pendidikan bukan alat birokrasi politik, (5) menekankan pada
kepribadian keseharian dan menekankan pada sikap kritis, kreatif dan inovatif
bagi anak didik. Diharapkan adanya perubahan kebijakan dapat menggugah
para pengambil kebjakan bidang pendidikan untuk lebih berorientasi pada
kenyataan yang berkembang di tengah masyarakat demi memenuhi kepetingan
orang banyak sesuai kontribusi yang diberikannya, dan bukan memaksa
kehendak dengan mewujudkan sistem pendidikan nasional dalam konteks
politik yang penuh penjegalan dan apriori.
Menurut Bambang Pranowo, lima unsur yang harus dilakukan yaitu; (1)
agama yang disajikan dalam proses pendidikan haruslah agama yang lebih
menekankan pada keshalehan aktual bukan keshalahan ritual semata,
mengingat era ini akan diwarnai oleh “trust” juga kompetisi, (2) pendidikan
harus mampu menyiapkan generasi terdidik yang pluralis yang siap mengatasi
kemajemukan baik internal maupun eksternal, (3) pengembangan sifat pluralis
harus merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya mewujudkan masyarakat

9
Ahmad Zohdi, Pendidikan Islam Dalam Konteks Politik Pendidikan Nasional, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.
10
A. Qadri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial (Mendidika
Anak Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka Ilmu, 2002), hal. 14
madani yang demokratis, terbuka dan beradab yang menghargai perbedaan
pendpat, (4) masyarakat madani yang diharapkan adalah masyarakat yang
penuh percaya diri, dan (5) pendidikan yang dilakukan harus menyiapkan
generasi yang siap berpartisipasi aktif dalam interaksi global.11

11
Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1998), hal. 40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan harus menjadi lembaga netral tanpa dipengaruhi nuansa politi
sehingga pendidikan bisa memberikan peraannya sebagai lembaga yang
membentuk dan menciptakan kader-kader militansi dengan kekuatan
nasionalisme. Departemen Pendidikan Nasional ikut bertanggung jawab
dengan pemberian materi pendidikan agama Islam yang minus, parsial dan
lateral kepada semua peserta didik pada setiap jenjang, jenis dan jalur
pendidikan yang diasuhnya. Materi pendidikan Islam yang diterima peserta
didik sangat tidak cukup untuk memahami agama mereka (Islam) dengan baik.
Pendidikan Nasional sebagai sebuah grand system pendidikan di negeri ini
seharusnya sudah memberikan kontribusi nyata dalam membentuk karakter
bangsa (the national character building) yang baik dan terhindar dari praktek
KKN.
DAFTAR PUSTAKA

Stain Datokarama Palu, Politik Pendidikan Islam dalam Konfigurasi Sistem


Pendidikan di Indonesia, Vol. 10, No. 1, Juni 2013.

F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik (Bandung: Binacipta, 1982)

P.H. Collin, Dictionary of Politics and Government (London: Bloomsbury


Publishing Plc, 2004)

http://id.wikipedia.org/wiki/politik (diakses pada 13 Januari 2016)

https://www.victorynews.id/editorial-pendidikan-politik-dan-politisasi-
pendidikan/

Ahmad Zohdi, Pendidikan Islam Dalam Konteks Politik Pendidikan Nasional,


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.

Qadri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial (Mendidika


Anak Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka
Ilmu, 2002)

Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1998)

http://www.pepeling.org/2017/07/politisasi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai