Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan politik terpisah merupakan sesuatu yang tidak bisa


dibenarkan. Keduanya adalah unsur penting dalam sistem sosial politik di
setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya saling
bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu
negara karena saling menunjang dan mengisi. Lembaga dan proses pendidikan
berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat. Begitu juga
sebaliknya, lembaga dan proses politik membawa dampak besar pada
karakteristik pendidikan.

Pandangan adanya hubungan antara keduanya membawa dampak yang


bisa cenderung positif ataupun sebaliknya. Asumsi bahwa hubungan yang tak
terpisah antara keduanya memberi celah bagi negara untuk menjadikannya
sebuah landasan fundamental untuk berkembang maju. Sedangkan asumsi
hubungan yang terpisah antara keduanya membuat keyakinan yang sangat
mengental bahwa keduanya harus berpisah karena politik itu licik dan tidak
bisa disatukan dengan pendidikan yang mengajarkan kebaikan pada siswa.

Dari beberapa pemikiran yang berkembang dari sebuah seminar


tentang Education and Nation's Crisis yang pembicaranya salah satunya adalah
Muchtar Buchori dapat ditarik beberapa pemahaman. Pertama, Adanya
kesadaran tentang hubungan erat antara pendidikan dan politik. Kedua, Adanya
kesadaran akan peran penting pendidikan dalam menentukan corak dan arah
kehidupan politik. Ketiga, adanya kesadaran akan pentingnya pemahaman
tentang hubungan antara pendidikan dan politik. Keempat, diperlukan
pemahaman yang lebih luas tentang politik. Kelima, Pentingnya pendidikan
kewarganegaraan (Civic Education).1

1
https://www.kompasiana.com/alwimatalatta6624/5d7cd5eb0d82300396437194/evektifita
s-politik-dalam-pendidikan-nasional?page=all

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik dan pendidikan?
2. Bagaimana hubungan antara politik dan pendidikan?
3. Bagaimana hubungan antara politik dan pendidikan dalam kebijakan
pendikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian politik dan pendidikan
2. Agar mahasiswa mengetahui hubungan antara politik dan pendidikan
3. Agar mahasiswa mengetahui hubungan antara politik dan pendidikan
dalam kebijakan pendikan Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik
Politik adalah kenegaraan, ilmu ketatanegaraan, pemerintahan,
siasat, tipu muslihat, kelicikan, daya upaya, kebijakan, kegiatan dan
interaksi manusia yang berkenaan dengan proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum. 2 Politik
berarti segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dsb) mengenai
pemerintahan suatu negara atau terhadap negara lain.3
B. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk mempersiapkan


manusia mempunyai kemampuan untuk berperan aktif dalam membentuk
masa depannya.4 Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

C. Hubungan Politik dan Pendidikan


Pendidikan sering dijadikan media dan wadah untuk menanamkan
ideologi suatu negara atau penopang kerangka politik. Besarnya peran
lembaga pendidikan untuk menyampaikan misi politik suatu negara.5 Di
negara barat hubungan antara politik dan pendidikan dimulai Plato untuk
membahas berbagai persoalan kenegaraan dan hubungan ideologi dan

2
H.S, Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer, (Bandung: Rosdakarya, 2014), hlm., 290.
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2011), hlm., 905
4
Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Suatu Bangsa, (Jakarta: Kencana,
2011), hlm., 3.
5
M. Sirozi, Politik Pendidikan Politik Pendidikan: Dinamika hubungan antara
Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm., 3.

3
lembaga negara dengan tujuan dan metode pendidikan.6 Ia menganggap
sekolah sebagai salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga
politik. Setiap budaya mempertahankan kontrol atas pendidikan di tangan
kelompok elite yang mengusasi politik, ekonomi, agama dan pendidikan.
Plato mengibaratkan pendidikan dan politik seperti sebuah koin yang tak
mungkin dipisahkan dan selalu dinamis. Timbal baliknya terjadi melalui
tiga aspek yaitu:
1. Pembentukan sikap kelompok (group attitudes)
2. Masalah pengangguran (un-employment)
3. Peranan politik kaum cendekia (the political role of the intelligentsia).7

Sedangkan karakteristik kebijakan pendidikan pada masa


penjajahan Belanda yaitu kolonialistik, intelektualistik, heterogen,
diskriminatif, dan self-serving (selalu diarahkan untuk kepentingan
penjajah). Dampaknya dalam kehidupan masyarakat waktu itu, yaitu:

1. Timbul konflik keagamaan kelompok muslim dengan non-muslim.


2. Menciptakan divisi sosial dan kesenjangan budaya antara kelompok
minoritas angkatan muda Indonesia yang berasal dari kelas menengah
ke atas dan yang berasal dari keluarga biasa
3. tercipta polarisasi sosial tanpa memedulikan kemampuan kerja mereka
4. Menghambat perkembangan kaum pribumi.8

Dalam hal ini, ada enam pembahasan penting menurut Muhammad


Sirozi tentang hubungan politik dan pendidikan:

1. Pendidikan dan Sikap Kelompok


Hubungan kekuasaan antar kelompok masyarakat banyak
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan intensitas respons mereka
terhadap pendidikan barat. Kelompok yang tertekan karena menjadi
korban imperalisme budaya cenderung menginginkan sistem

6
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 6-7.
7
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 7.
8
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: peran tokoh-tokoh Islam
dalam penyusunan UU No.2/ 1989, (Jakarta: Inis, 2004), hlm.,17-29.

4
pendidikan terpisah untuk melindungi identitas mereka (pendidikan
pesantren). Sementara yang lain menginginkan terjadi penyeragaman
sistem pendidikan agar dapat mengeliminasi bahaya laten perpecahan
sosial sehingga munculah sekolah Arab, Cina, Kristen, Islam, dll.
Bertahannya sistem ini bergantung pada dua hal yaitu memberi
kesempatan yang sama pada semua kelompok masyarakat dan generasi
muda mengalami belajar bersama mencairkan perbedaan sosial
mereka.9
2. Pendidikan dan dunia kerja
Pendidikan dan dunia kerja memiliki hubungan yang sangat
kompleks. Masalah pengangguran menjadi ujian bagi pemerintah di
negara berkembang. Tuntutan itu untuk mengimbangi keberhasilan
pendidikan dengan ketersediaan lapangan kerja. Hanya dengan sumber
daya manusia yang terlatih dan kesempatan kerja yang memadai
pemerintah dan birokrasinya dapat memenuhi tuntutan masyarakat, dan
manusia yang terdidik itulah yang dapat diminta turut serta bertanggung
jawab dalam pembangunan bangsa.

Hubungan politik dan pendidikan berakibat pada semua dataran


filosofis dan kebijakan. Di Indonesia sendiri filsafat pendidikan nasional
adalah artikulasi pedagogis dari nilai yang ada pada Pancasila dan UUD
1945.pada dataran kebijakan, sangat sulit memisahkan antara kebijakan
pendidikan yang dibuat pemerintah dengan persepsi dan kepercayaan
publik yang ada pada pemerintah tersebut.

Implementasi dari kebijakan pendidikan berdampak pda


kehidupan politik seperti akses, minat, dan kepentingan pendidikan para
stakeholder pendidikan (orang tua, peserta didik, masyarakat). Pada sisi
lain empat aspek kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh
kebijakan pendidikan oleh pemerintah yaitu lapangan kerja, mobilitas
sosial, ide dan sikap.

9
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 9-10.

5
Di negara berkembang dinamika antara pendidikan dan politik
cenderung lebih tinggi karena perubahannya lebih nyata dalam proses
menghantarkan negara jajahan menuju gerbang kemerdekaan. Di
Indonesia sendiri, penghancur sistem kolonial adalah murid yang
dididik di sekolah kolonial.

Besarnya peran sisem persekolahan dalam meruntuhkan


kolonialisme terlihat jelas. Kebijakan politik pemerintah kolonial,
politik etis mengakibatkan perluasan akses pendidikan bagi kaum
pribumi. Pada sisi lain, bekal pendidikan yang diperoleh telah
memperluas wawasan sosial politik dan memperkuat sentimen
kebangsaan mereka. Hal itulah yang memacu kegiatan politik dan
menumbuhkan semangat perlawanan terhadap kolonial waktu itu.
Buktinya tokoh-tokoh pribumi yang dididik menjadi figur utama dalam
gerakan nasionalis yang menggugat kolonialisme.10
3. Format Hubungan

Hubungan keduanya terwujud kedalam bentuk yang berbeda


sesuai dengan karakteristik sosial politik negara. Negara berkembang
yang masyarakatnya primitif menanamkan pada generasi muda tentang
kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi dan mempersiapkan untuk berperan
secara politis. Sedangkan yang masyarakatnya maju, masyarakatnya
lebih berorientasi pada teknologi dan mengadopsi nilai-nilai dari
lembaga Barat, yang dulunya berpola tradisional menjadi modern.

Negara maju menjadikan pendidikan berada dalam arus utama


kehidupan politik nasional dan menjadi isu penting dalam wacana
politik. Jika politik dipahami sebagai praktek kekuatan, kekuasaan, dan
otoritas dalam masyarakat dan pembuatan keputusan otoratif tentang
alokasi sumber daya dan nilai sosial maka jelas bahwa pendidikan tidak
lain adalah bisnis politik. Lembaga pendidikan terlibat dalam praktek

10
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 10-15.

6
kekuatan, kekuasaan, dan otoritas. Dengan kata lain, politik adalah
bagian dari paket kehidupan lembaga pendidikan.

Penegasan ini menyatakan bahwa pendidikan dan politk adalah


hubungan erat dan mempengaruhi. Aspek pendiidkan senantiasa
mengandung unsur politik dan setiap aktivitas politik ada kaitannya
dengan aspek pendidikan.11

4. Ide Non-Political School

Walaupun hubungan antara politik dan pendidikan begitu kuat


dan nyata, tidak semua orang mengakui dan mendukung realitas itu.
Pihak yang tidak setuju mengingikan upaya perubahan untuk mengikis
elemen politik dalam pendidikan. mereka menginginkan agar keduanya
menjadi wilayah yang terpisah.

Pemisahan itu untuk membebaskan lembaga pendidikan dari


kepentingan politik penguasa. Persoalan ini memuncak pada tahun 70-
an di Amerika Serikat karena ada keinginan menciptakan dinding
pemisah anatar karakteristik sistem politik dengan kebijakan
pendidikan. Para ilmuwan kecewa karena praktek korupsi yang
dilakukan partai politik pada akhir abad ke-19 sehingga mereka
mengabaikan aspek politik dari pendidikan. Tetapi karena kajian
persoalan ini sangat minim, penjelasan tentang dasar pemisahan antara
keduanya masih sulit ditemukan.

Hingga tahun 80-an, banyak negara masih ada keyakinan bahwa


politik dan pendidikan adalah kegiatan yang terpisah. Keyakinan ini
memberi keraguan pengertian politik pendidikan dan tujuan, fokus, serta
wilayah kajian politik pendidikan sebagai bidang kajian akademik. Di
Amerika sendiri, selama beberapa tahun sekolah publik ditempatkan
dalam sebuah ruang anti dan tanpa politik.

11
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 15-20.

7
Pendukung non-political-school yaitu para pelaksana dan
praktisi pendidikan menciptakan seperangkat mitos yang
menggambarkan pendidikan sebagai suatu fungsi pemerintahan yang
harus dikeluarkan dari politik dan dijaga oleh pendidik sebagai cara
yang dapat mengamankan kepentingan publik. Sedangkan di Australia,
munculnya sikap non-political-school karena 4 faktor yaitu:

a. Keyakinan itu bagian dari hasil konflik tajam antara gereja dan
sekolah pada abad ke-19.
b. Konfilk itu memunculkan pandangan yang meluas bahwa politik
tidak boleh mengganggu pendidikan, dan sistem sekolah pemerintah
dan penarikan bantuan dari sekolah gereja harus berjalan.
c. Keyakinan bahwa pendidikan diluar politik telah mengakar
dikalangan pendidik profesional selama bertahun-tahun.
d. Pandangan bahwa politik adalah sesuau yang kotor dan tidak
terhormat karena berkenaan dengan ide korupsi, penyalahgunaan
kekuasaan, dan kurang baiknya gambaran tentang partai politik.

Pandangan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang


terpisah tidak mengandung kebenaran baik di negara maju dan
berkembang karena keduanya merupakan aktivitas yang mendasar
dalam semua masyarakat. Keduanya adalah sarat dengan proses
pengalokasian dan pendistribusian nilai dalam masyarakat. Lembaga
yang menyelenggarakan aktivitas keduanya akan saling memengaruhi
karakter dan budaya yang dimiliki masyarakat.12

5. Hambatan ke depan

Hubungan antara politik dan pendidikan sekarang ini terlihat


dalam kebijakan pendidikan yang telah menjadi tema perdebatan dan
kompetisi antar partai politik. Dalam kampanye, pendidikan menjadi
salah satu isi pokok dalam materi atau dalam rumusan visi dan misi para

12
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 20-26.

8
kandidat. Para pendidik telah tampil sebagai kelompok militan yang
dengan gigihnya memperjuangkan hak mereka.

Selain pendidik, administratur pendidikan dan masyarakat luas


menyatakan bahwa tekanan dan kekuatan politik sangat berpengaruh
terhadap lembaga dan kebijakan pendidikan. Pemahaman tentang
persoalan pendidikan tidak hanya diperlukan dasar pengalaman dan
pengetahuan pendidikan, tetapi juga diperlukan pengetahuan tentang
aspek dan konteks politik dari persoalan kependidikan itu.13

6. Perkembangan di Indonesia

Politik tidak terpisahkan dari pendidikan, kecuali jika negeri ini


ingin memiliki generasi yang buta politik (tidak bisa megeluarkan negeri
ini dari krisis). Politik adalah cara mengelola lingkungan yang luas,
bukan hanya perebutan kekuasaan. Maka, tugas sekolah untuk
membantu pelajar untuk dapat membedakan politik yang baik dan tidak
baik (sesuai dengan peraturan).

Para mahasiswa di perguruan tinggi harus belajar tentang


tanggung jawab sebagai warga negara (civic responsibility) dan tidak
boleh acuh tak acuh terhadap sesuatu yang berlangsung di luar
lingkungan perguruan tinggi. Itulah bukti ketidakterpisahan antara
politik dan pendidikan. Politik adalah realitas kehidupan dan menyikapi
secara bijak. Pandangan sistem pendidikan tentang politik sebagai
sesuatu yang kotor membuat masyarakat tidak mau menjadi politisi.
Apabila hal ini terus terjadi, Indonesia akan dipimpin oleh para
pengamat politik. Dari pemikiran itu dapat ditarik pemahaman, bahwa:

a. Kesadaran tentang hubungan erat antara pendidikan dan politik,


b. Pentingnya pendidikan dalam menentukan corak dan arah politik.
c. Kesadaran akan pentingnya pemahaman antara keduanya.
d. Perlunya pemahaman yang lebih luas tentang politik.

13
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 26-28.

9
e. Pentingnya civic education (pendidikan kewargaan).

Pendidikan dan politik perlu diintegrasikan untuk dapat


melahirkan para pemimpin politik yang berkualitas. Keduanya memberi
indikasi yang cenderung ke arah positif walaupun kajian politik
pendidikan masih menjadi barang langka dan jarang terdengarnya di
pusat studi kependidikan di negeri ini. Tetapi sudah ada perguruan tinggi
yang sudah memasukkan politik pendidikan ke dalam kurikulum seperti
di perguruan tingggi UIN Sunan Kalijaga dan UIN Jakarta.

Diskusi tentang isu fundamental tentang pendidikan sudah


mengungkapkan aspek dan hambatan yang bersifat politik dalam
perkembangan sistem pendidikan di Indonesia seperti kecilnya dana
untuk pendidikan dan rendahnya mutu pendidikan disebabkan dari
rendahnya komitmen politik pemerintah. Banyak topik dan buku yang
membahas kajian dan aspek politik bermunculan. Hal itu membuktikan
bahwa pemahaman tentang hubungan keduanya sudah berkembang.
Upaya strategis diharapkan agar pemahaman itu terus berkembang.
Kajian politik pendidikan diharapkan terus diminati dan berkembang di
pusat studi kependiidkan hingga wacana kependidikan tidak hanya
tertuju pada isu dan materi pembelajaran tetapi juga mengarah pada
konteks sosial politik dari isu-isu tersebut.

Memasuki abad ke-21, Indonesia memberlakukan otonomi


daerah dan lingkungan politik pendidikan yang mengalami perubahan,
yaittu terjadi perubahan peranan kebijakan pemerintah pusat dan daerah,
terfragmentasinya pendidikan baik politik maupun bentuk program, dan
muncul kembalinya kepentingan non kependidikan, terutama dunia
bisnis dalam wilayah pendidikan.14

D. Hubungan Politik dan Pendidikan dalam Islam


Di dunia Islam, keterkaitan antara pendidikan dan politik terlihat
jelas. Sejarah peradaban Islam banyak ditandai oleh kesungguhan para

14
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 28-35.

10
ulama dan umara dalam memperhatikan persoalan pendidikan dalam upaya
memperkuat posisi politik kelompok dan pengikutnya. Pendidikan pada
masa Islam klasik bahwa dalam sejarah perkembangan Islam, institusi
politik ikut mewarnai corak pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan
para penguasa dalam kegiatan pendidikan pada waktu itu tidak hanya
sebatas dukungan moral kepada para peserta didik, melainkan juga dalam
bidang administrasi, keuangan, dan kurikulum. 15
Dalam buku karya Hasan Ashari dinyatakan bahwa ketika Nizham
Al-Mulk menjadi seorang wazir pada dinasti Saljuq, tindakannya dalam
membangun madrasah tidak mungkin terpisah dari kerangka kerja
politiknya. Usaha membangun satu pemerintahan yang stabil, ia
membutuhkan hubungan baik dengan para ulama yang berarti hubungan
baik dengan masyarakat secara keseluruhan. Kebijakan Nizham ini juga
bertujuan untuk menciptakan rasa persatuan yang kokoh.16 Madrasah
merupakan salah satu lembaga yang menjadi corong pesan-pesan politik,
seperti madrasah Nizhamiyah ini. Hal ini dapat dipahami, bahwa madrasah
Nizhamiyah merupakan usaha membangun politik yang stabil.

Perkembangan kegiatan kependidikan banyak dipengaruhi oleh para


penguasa. penguasa memerlukan dukungan lembaga pendidikan untuk
membenarkan dan mempertahankan kekuasaan mereka, sebab tujuan
pemerintahan Islam, adalah menegakkan kebenaran dan keadilan dengan
melaksanakan syariat ajaran Islam.17

Pendidikan Islam menghasilkan para pejuang yang kuat dalam


memperluas peta politik dan mencetak ulama yang membangun masyarakat
yang sadar hukum sehingga memperluas peta politik, menambah pemeluk
islam, dan terjadi perkembangan jumlah serta varietas lembaga
pendidikan.18 Ada dua alasan para penguasa muslim sangat peduli dengan
pendidikan yaitu karena Islam adalah agama yang mencakup semua aspek

15
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm., 2.
16
Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, (Bandung: Mizan, 1994), hlm., 53.
17
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 3.
18
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 5.

11
kehidupan seorang muslim dan karena motivasi politik.19 Dengan
kekuasaan mereka menanamkan ideologi negara dengan tujuan lahirnya
kesamaan ide anatara penguasa dan masyarakat sehingga memudahkan
pengaturan masalah kenegaraan.20

Diantara bangsa yang berkembang ada yang berhasil dengan baik


tanpa memusatkan perencanaan pendidikan secara ekstensif. Dan ada pula
bangsa yang mempergunakan mekanisme pemerintahan untuk menjalankan
perencanaan pendidikan dengan memperlihatkan kemajuan yang lamban.21

Para pemimpin besar muslim di Indonesia mengatakan bahwa


mereka adalah orang yang wajib melindungi kepentingan pendidikan
muslim, khususnya pendidikan agama wajib di sekolah. Dalam bukunya
Muhammad Sirozi, K.H. Hasan Basri dari MUI mengatakan bahwa
pendidikan adalah langkah awal dalam upaya membentuk generasi
mendatang bangsa ini. Jadi, para pemimpin Muslim tetap bertanggung
jawab dengan generasi mendatang.22

19
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 5-6.
20
Ibid., M. Sirozi, Politik Pendidikan, hlm., 6.
21
Drs. Sardjan Kadir, Drs Umar Ma’sum, Pendidikan di Negera Berkembang, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), hal.243.
22
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: peran tokoh-tokoh Islam
dalam penyusunan UU No.2/ 1989, (Jakarta: Inis, 2004) hlm. 199-200.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hubungan antara politik dan pendidikan tidak terpisah dan berkaitan,


dan dalam kenyataan membuktikan bahwa di semua masyarakat, keduanya
berhubungan erat dan terkait. Proses dan lembaga pendidikan memiliki banyak
dimensi serta aspek politik untuk menjalankan fungsi yang memiliki tanggung
jawab penting dalam sistem politik dan terhadap perilaku politik sesuai dengan
karakteristik negara masing-masing. Dengan pendidikan, generasi bangsa yang
berkarakter akan menjadi pengelola negara yang tetap menjunjung nilai
kehidupan dan tidak membuat politik sebagai alat kekuasaan semata.

Di Indonesia sendiri perlu ditingkatkannya kesadaran tentang hubungan


erat antara pendidikan dan politik, pentingnya pendidikan dalam menentukan
corak dan arah politik, kesadaran akan pentingnya pemahaman antara
keduanya, perlunya pemahaman yang lebih luas tentang politik dan pentingnya
civic education (pendidikan kewargaan). Pendidikan dan politik perlu
diintegrasikan untuk dapat melahirkan para pemimpin politik yang berkualitas.
Sebagai seorang mahasiswa yang sudah mengenyam pendidikan selama
beberapa tahun diharapkan untuk tidak acuh terhadap apa yang berkembang di
luar perguruan tinggi yaitu politik.

Dalam Islam juga menyatakan bahwa untuk memperkuat wilayah dan


kemajuan negara, para penguasa juga mendirikan lembaga pendidikan dan
menjalin komunikasi yang baik dengan para pendidik (ulama-ulama) sehingga
pengaturan masalah kenegaraan akan lebih mudah, politik menjadi stabil dan
persatuan menjadi kokoh. Perkembangan kegiatan kependidikan banyak

13
dipengaruhi oleh para penguasa dan para penguasa memerlukan dukungan institusi-
intitusi pendidikan untuk membenarkan dan mempertahankan kekuasaan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Asari, Hasan. 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan.

Irianto, Agus. 2011. Pendidikan sebagai Investasi suatu Bangsa. Jakarta:


Kencana.

https://www.kompasiana.com/alwimatalatta6624/5d7cd5eb0d8230039643719
4/evektifitas-politik-dalam-pendidikan-nasional?page=all
Kadir, Sardjan, Umar Ma’shum. 1982. Pendidikan di Negara Berkembang.
Surabaya: Usaha Nasional.

Kartoredjo. 2014. Kamus Baru Kontemporer. Bandung: Rosdakarya.


Poerwadarminta. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sirozi, Muhammad. 2005. Politik Pendidikan: Dinamika hubungan antara
Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.

Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: peran tokoh-tokoh Islam dalam


penyusunan UU No.2/ 1989. Jakarta: Inis. 2004.

14

Anda mungkin juga menyukai