Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN NORMA

Norma adalah ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat. Orang
yang ingin hidup harmonis maka wajib mematuhi aturan atau ketentuan tersebut jika tidak ingin
mendapatkan sanksi baik hukum atau sosial.

Pengertian norma sendiri adalah tatanan atau pedoman yang diciptakan manusia sebagai makhluk sosial
yang sifatnya memaksa atau manusia wajib tunduk pada peraturan tersebut.

Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan
sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya
seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas
bagaimana seseorang berperilaku. (wikipedia)

Ada beberapa ahli yang mengemukakan beberapa pengertian tentang norma diantaranya:

John J. Macionis

Dikemukakan jika normat menurutnya adalah sebuah harapan atau aturan masyarakat yang akan
memandu perilaku dari anggota didalamnya.

Robert Mz. Lawang

Menurut Robert norma seperti gambaran dari apa yang diinginkan itu merupakan sesuatu yang pantas
atau baik sehingga suatu anggapan yang baik perlu juga untuk dihargai sebagaimana mestinya.

Hans Kelsen

Dirumuskan oleh Hans jika norma dikatakan sebagai sebuah perintah yang anonim dan tidak personal.

Soerjono Soekarno

Menurut Soerjono, norma dikatakan sebagai perangkat dalam masyarakat agar hubungan bisa terjalin
baik.

Isworo hadi Wiyono


Menurut Isworo norma dikatakan sebagai sebuah petunjuk atau peraturan dalam hidup yang mampu
memberikan ancar-ancar tentang perbuatan mana saja yang harus dilakukan atau dihindari.

KEKHUSUSAN NORMA

Kekhususan

a. Filsafat Moral dan Ajaran Moral

Untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut tentang apa yang menjadi kekhususan Etika, maka perlu
dibedakan antara filsafat moral dan ajaran moral. Ajaran moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-
wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kum-pulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun
tertulis tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.
Ajaran moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk konkret untuk hidup baik. Sedangkan filsafat
moral adalah pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Filsafat moral merupakan suatu ilmu yang secara kritis, sistematis dan metodis mengkaji berbagai teori
atau pandangan tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan mengapa demikian. Kalau ajaran-
ajaran moral bisa diumpama-kan sebagai petunjuk-petunjuk konkret yang diberikan oleh seorang pelatih
renang kepada para muridnya yang sedang belajar berenang padanya, filsafat moral adalah ilmu tentang
bagaimana berenang yang baik.

Sebagai suatu ilmu, maka unsur refleksi kritis dan rasional atas praksis, serta unsur pengetahuan
atau pengertian mendapat tekanan. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggungjawab berhadapan dengan
macam-macam ajaran moral yang ada atau ditawarkan dalam masyarakat.

Sebagai suatu ilmu, etika juga tidak menjamin bahwa orang yang mengkajinya dengan sendirinya
menjadi orang yang baik. Menjadi orang yang baik menuntut lebih daripada sekedar pemilikan sikap
kritis terhadap pelbagai ajaran moral yang ada dan pengetahuan tentang teori-teori moral serta prinsip-
prinsip bagaimana manusia seharusnya hidup. Memang, etika sebagai ilmu yang erat berkaitan dengan
praksis kehidupan manusia, semestinya tidak hanya tinggal teori belaka. Orang yang belajar etika
diharapkan tidak hanya bisa mempertanggungjawabkan secara rasional keputusan-keputusan moralnya,
tetapi juga bahwa hidupnya diresapi oleh prinsip-prinsip moral yang benar. Kendati begitu tidak jarang
terjadi bahwa ada kesenjangan antara pengetahuan dan penghayatan. Mereka yang mengetahui apa
yang baik yang seharusnya dipilih dan dilakukan, belum tentu dalam praktek mereka hidup sesuai
dengan pengetahuannya tersebut.
b. Filsafat Moral dan Teologi Moral

Baik filsafat moral maupun teologi moral mempunyai objek material penyelidikan yang sama,
yakni perihal baik-buruknya perilaku atau tindakan manusia sebagai manusia. Keduanya berurusan
dengan pertanyaan-pertanyaan pokok seperti: (1) bagaimana manusia seharusnya bertindak dan
berperilaku untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yang paling tinggi sebagai manusia?; (2) manakah
prinsip-prinsip dasar yang wajib diikuti oleh manusia, sehingga ia pantas disebut baik sebagai manusia?;
(3) bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat dibenarkan atau dipertanggungjawabkan secara rasional?

Perbedaan di antara keduanya terletak pada kenyataan bahwa filsafat moral menyelidiki
kenyataan moralitas manusia atau mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akal budi murni, sedangkan teologi moral mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut dengan bertitik tolak dari suatu kerangka pemikiran berdasarkan agama atau
wahyu tertentu. Dengan kata lain, filsafat moral berargumentasi secara umum dan terbuka pada semua
agama atau kepercayaan, sedangkan teologi moral mengandaikan suatu sikap iman tertentu. Teologi
moral selalu bersumber atau mendasarkan diri pada prinsip-prinsip yang digali dari Kitab Suci agama
tertentu. Kalau orang berbeda agama atau sikap imannya, ia masih bisa mempunyai filsafat moral yang
sama, tetapi tidak mungkin mempunyai teologi moral yang persis sama. Memang tidak ada teologi
moral yang sama sekali tidak mengandung suatu filsafat moral tertentu di dalamnya. Dalam arti
tertentu, filsafat moral sebagai suatu usaha rasional manusia untuk secara kritis, sistematis dan metodis
menyelidiki baik-buruknya perilaku manusia sebagai manusia, entah secara eksplisit atau implisit, selalu
diandaikan oleh teologi moral. Dalam arti ini teologi moral seseorang dalam agama tertentu juga dapat
dalam banyak hal mempunyai kesamaan pandang dengan teologi moral dalam agama lain.

Anda mungkin juga menyukai