Anda di halaman 1dari 4

SISTEM POLITIK DAN OTONOMI DAERAH

analisis sistem perwakilan (DPR) Indonesia yang terjadi pada saat 2 fraksi menolak
UU Omnibuslaw

DOSEN PENGAMPU :

Drs.Irzal Anderson,M.Si.

Disusun Oleh :

RESMELIYANTI PUTRI

(A1A319011)

R001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JUURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
“Analisis terhadap partai PKS dan Demokrat yang menoalt RUU Cipta Kerja “

Dalam pengesahan undang undang omnibus Law pada tangga 8 Oktober 2020 DPR
mengadakan rapat paripurna yang di iuti oleh 9 fraksi . Dimana ada 7 di antaranya yang
mendukung Undang –Undang da terdapat 2 fraksi yang menolaknya di antranya fraksi PKS dan
Juga fraksi Demokrat . Kedua fraksi terebut menolak pengesahan RUU Cipta kerja yang di rasa
tidak seseuai dengan apa yang menjadi kebutuhan Indonesia di saat pandemi yang sedang
berlangsung saat ini .

Partai demokrat sejak awal meminta agar pembahasan RUU cipta kerja di baleg ditolak
agar pemerintah focus untuk penangana covid 19 dan memilikiwaktu lebih luas untuk
mendalami omnibuslaw. Sementara itu, fraksi demokrat menyatakan sikap walkout dan tidak
bertanggung jawab atas undang-undang ciptakerja tersebut. Fraksi demokrat menganggap
pembahasan ini terlalu terburu-buru, pembahasan nya pun main ketok-ketok saja tidak adanya
loby yang diberikan kepada setiap perwakilan fraksi dan klaster ketenaga kerjaan harus dikaji
ulang pembahasannya karena dilaster tenaga kerjaan ini banyak menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan sehingga tidak ada kepastian hukum atau bisa dibilang cacat hukum karena tidak
melihat dari beberapa aspek sudut pandang. Fraksi demokrat juga sempat geram karena salah
satu perwakilan fraksi meminta izin untuk berbicara tapi tidak diberikan izin oleh ketua
pimpinan sidang sampai-sampai microfon untuk berbicara menyuarakan pendapat ataupun
saran dimatikan oleh ketua dpr yaitu Puan Maharani dengan beralasan bahwa waktu untuk
berbicara sudah ditentukan. Memnggapi hal inilah fraksi demokrat menganggapbahwa ada
suatu kejanggalan yang ditimbulkan dalam penegsahan undang-undang cipta kerja ini sampai-
sampai mau berbicara saja tidak diberikan padahal itu merupakan saran yang memikirkan nasib
dari pada masyarakat Indonesia agar mereka merasa hak nya dapat di pikirkan.

Ledia juga menjelaskan ada beberapa catatan FPKS DPR RI terkait RUU Ciptaker, pertama
FPKS memandang pembahasan RUU itu pada masa pandemi COVID-19 menyebabkan
terbatasnya akses dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan, koreksi, dan
penyempurnaan terhadap RUU Cipta Kerja.

Kedua, banyaknya materi muatan dalam RUU ini semestinya disikapi dengan kecermatan dan
kehati-hatian. Pembahasan DIM yang tidak runtut dalam waktu yang pendek menyebabkan
ketidakoptimalan dalam pembahasan.

Ketiga, menurut Ledia, FPKS memandang RUU Cipta Kerja tidak tepat membaca situasi, tidak
akurat dalam diagnosis, dan tidak pas dalam menyusun "resep" meskipun yang sering disebut
adalah soal investasi.
Dia menilai pada kenyataannya persoalan yang hendak diatur dalam Omnibus Law bukan
masalah-masalah utama yang selama ini menjadi penghambat investasi misalnya
ketidaktepatan itu adalah formulasi pemberian pesangon yang tidak didasarkan atas analisa
yang komprehensif. "Hanya melihat pada aspek ketidakberdayaan pengusaha tanpa melihat
rata-rata lama masa kerja pekerja yang di PHK sehingga nilai maksimal pesangon itu semestinya
tidak menjadi momok bagi pengusaha," katanya.

Keempat, menurut dia, secara substansi sejumlah ketentuan dalam RUU itu masih memuat
substansi yang bertentangan dengan politik hukum kebangsaan yang disepakati pasca-
amendemen konstitusi.

Dia menjelaskan ketentuan-ketentuan yang ditolak dalam RUU Ciptaker adalah ancaman
terhadap kedaulatan negara melalui pemberian kemudahan kepada pihak asing.

Adapun fraksi Demokrat yang menyatakan walk out dari Rapat tersebut dikarenakan ketidak
pastian regulasi yang mengatur di dalam undang undan tersebut .

Ketua Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Ossy Dermawan menilai, di
tengah situasi pandemi Covid-19, pembahasan RUU Cipta Kerja tidak memiliki urgensi dan
kegentingan memaksa.

"Di masa awal pandemi, prioritas utama negara harus diorientasikan pada upaya penanganan
pandemi, khususnya menyelamatkan jiwa manusia, memutus rantai penyebaran Covid-19,
serta memulihkan ekonomi rakyat,"

Kedua, RUU ini membahas secara luas beberapa perubahan UU secara sekaligus (omnibus law).
Oleh karena itu perlu dicermati secara hati-hati dan mendalam karena dampak yang
ditimbulkan dari pembahasan RUU ini sangat besar.

Ketiga, tujuan pembahasan RUU ini diharapkan dapat mendorong investasi masuk ke dalam
negeri kian besar. Sehingga, dapat menggerakkan roda perekonomian nasional. Tetapi , ia
mengingatkan, hak dan kepentingan kelompok pekerja juga tidak boleh diabaikan. Pada
kenyataannya, ada beberapa regulasi yang diatur di dalam RUU ini berpotensi memangkas hak
dan kepentingan kaum pekerja di Tanah Air.

Maka jika di di tinjau dari alasan n kedua fraksi untuk menolak adanya pengesahan RUU Cipta
kerja menurpaka tindakan yang benar mengapa? Karna sebagai mana sistem perwakilan yang
ada di indonesisa DPR adalah Perwakilan Dari Rakyat yang duduk di dalam pemerintahan, maka
sudah sewajarnya kedua fraksi tersebut untuk dapat menyalurkan aspirasi rakyat dan
mementingkan kepentingan rakyat melalui rapat paripurna tersebut . Dimana di dalam rapat
tersebut kedua fraksi terus memberikan intrupsi dan melawan dengan mementingkan
kepentingan rakyat sehingga membuat sebuah scane dimana microfon dimatikan hingga
keluarnya fraksi Demokrat yang di diakibatkan tidak diberiakn waktu untuk memberikan
masukan dan juga tidak di hargainya pendapat dari kedua belah pihak fraksi tersebut .
Sistem perwakilan di indonesia yang diwakilakan oleh DPR guna mmemebriakan tanggapan
terhadap RUU tersebut dimana Suara rakyat yang telah di wakilkan oleh fraksi PKS dan
Demokrat dalam rapat tersebut tidak dapat memberikan perubahan dalam RUU Cipta Kerja .
Hingga pada akhir pengesahanya pbanyak masyarakat yang tidak setuju dalam RUU tersebut
dan mengakibatkan pecahnya demontrasi di Indonesia itu sendiri .

Sumber:

https://republika.co.id/berita/qbz5c2440/fraksi-pks-sejak-awal-kami-sudah-tolak-ruu-hip

https://lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-66801919/ruu-omnibus-law-cipta-kerja-2-
fraksi-menolak-7-lainnya-setuju

Anda mungkin juga menyukai