Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

SISTEM POLITIK & OTONOMI DAERAH

Dosen pengampu:

Drs.Irzal Anderson,M.Si.

Dibuat oleh:

WIDYA NINGSIH (A1A319063)

KELAS : R- 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
Soal :

Analisis Tentang Sistem Perwakilan (DPR) Indonesia yang terjadi pada saat 2 Fraksi PKS yang menolak
sejak awal pembahasan RUU tersebut dan Fraksi Demokrat yang Walk Out. Sertakan sumbernya !

Jawaban :

Perwakilan Politik ialah sekelompok orang yang berwewenang menyatakan sikap atau melakukan
suatu tindakan baik yang di peruntukan maupun mengatasnamakan pihak lain. Secara fungsional
perwakilan politik tidaklah terpisah dengan badan perwakilan rakyat sebagai suatu lembaga yang
dibangun oleh para wakil rakyat dengan fungsi merealisasikan kekuasaan rakyat dalam bentuk suatu
aspek lembaga dan proses pemerintahan. Badan perwakilan rakyat sebagai suatu lembaga tentulah
menghadapi tekanan dan tuntutan dari semua pihak yang berkepentingan mendapatkan dukungan darinya
sebagai imbangan terhadap tekanan dan tuntutan tersebut.

Menurut Miriam Budiardjo, fungsi badan legislatif yang paling penting ada dua, yaitu pertama,
menentukan polity (kebijaksanaan) dan membuat undang-undang kedua, mengontrol badan eksekutif
dalam arti menjaga supaya semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan-
kebijaksanaanyang telah ditetapkan.

Ada beberapa catatan Fraksi PKS DPR RI :

Fraksi PKS memandang RUU Cipta Kerja ini tidak tepat membaca situasi, tidak akurat dalam
diagnosis, dan tidak pas dalam menyusun resep. Meski yang sering disebut adalah soal investasi,
pada kenyataannya persoalan yang hendak diatur dalam Omnibus Law bukanlah masalah-
masalah utama yang selama ini menjadi penghambat investasi.
Secara substansi Fraksi PKS menilai sejumlah ketentuan dalam RUU Cipta Kerja masih memuat
substansi yang bertentangan dengan politik hukum kebangsaan yang kita sepakati pasca
amandemen konstitusi. Ketentuan-ketentuan yang ditolak dalam RUU Cipta Kerja adalah
ancaman terhadap kedaulatan negara melaui pemberian kemudahan kepada pihak asing.
Termasuk juga ancaman terhadap kedaulatan pangan kita RUU Cipta Kerja memuat substansi
pengaturan yang berpotensi menimbulkan kerugian terhap tenagakerja, atau buruh melaui
perubahan beberapa ketentuan yang lebih menguntungkan pengusaha. Terutama pada pengaturan
tentang kontrak kerja, upah, dan pesangon.
Fraksi PKS memandang pembahasan RUU Cipta Kerja pada masa pandemi Covid 19 ini
menyebabkan terbatasnya akses dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan,
koreksi, dan penyempurnaan terhadap RUU Cipta Kerja.
Banyaknya materi muatan dalam RUU ini semestinya disikapi dengan kecermatan dan kehati-
hatian. Pembahasan DIM yang tidak runtut dalam waktu yang pendek menyebabkan
ketidakoptimalan dalam pembahasan.
Sumber :

1. https://m.cnnindonesia.com/nasional/20201005155752-32-554586/tolak-ruu-cipta-kerja-
demokrat-walkout-dari-paripurna-dpr
2. Abcarian, Gilbert dan George S. Massanaut, Contemporary Political Science.

3. https://www.jawapos.com/nasional/politik/04/10/2020/alasan-demokrat-dan-pks-tolak-
ruu-omnibus-law-ditetapkan-jadi-uu/

Anda mungkin juga menyukai