PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu disebarkan mitos-mitos yang
menyatakan, bahwa politik adalah proporsi dan urusan negara atau pemerintah.
Dalam hal ini rakyat tidak perlu repot-repot ikut mengurusi atau justru tidak
diperbolehkan ikut campur di dalamnya. Masalah politik diserahkan saja kepada
pemerintah, agar rakyat bisa hidup tenang dan ikut berbaris rapi dalam kaderhukum yang sudah dihasilkan oleh pemerintah dan kaum elit politis. Sebab politik
adalah peristiwa yang sangat kompleks, sehingga rakyat biasa yang bodoh dan
terbelakang itu tidak perlu tahu tentang politik; dan memang dianggap bodoh
secara politik(Kartono, 1989).
Sekarang ini, konsep mengenai politik telah disempitkan pengertiannya
menjadi sekedar cara memperoleh jabatan dalam pemerintahan. Padahal, jauh
lebih luas dari pengertian itu, politik adalah seni membuat segala sesuatu yang
tidak mungkin di hari esok menjadi mungkin hari ini. Atau, dengan kata lain,
politik juga bisa dimaknai sebagai seni membangun kekuatan sosial sebagai
bentuk penentangan terhadap sistem (penindasan).
Karena pengertian sempit itulah, ditambah petuah-petuah dari begitu banyak
ilmuwan politik kanan dan liberal, maka rakyat pun dibuat semakin sinis terhadap
politik, partai politik maupun politisi. Pertumbuhan kekecewaan atau skeptisisme
terhadap politik, sebagaimana dikatakan oleh Marta Harnecker, seorang sosiolog
kiri Amerika Latin, tidaklah begitu mengkhawatirkan bagi politik kanan (liberal).
Sebab, seperti direkam oleh sejarah, kaum kanan dapat berkuasa dengan
kediktatoran
militer
ataupun
kebiasaan
mereka
akhir-akhir
ini
untuk
pemerintah,
melainkan
juga
tanggungjawab
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh seorang ataukelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupanyang lebih tinggi dalam arti mental.( Hasbullah, 2006).
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan,
meskipun
secara
essensial
tidak
jauh
berbeda.
Menurut
Hasbullah
4. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapunmaksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
2.2 Politik
Menurut Budiardjo (1991), perkataan politik berasal dari bahasa Yunani
yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri
sendiri/berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dari segi
kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk
lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti politik dari
segi kepentingan penggunaan, yaitu:
Dalam arti kepentingan umum (politics)
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan
umum, baik yang berada dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di
Daerah, lazim disebut Politik (Politics)
rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan
untuk mencapai keadaan yang kita inginkan.
Dalam arti kebijaksanaan (Policy)
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang yang
dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan
atau keadaan yang kita kehendaki. Dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya
adalah adanya :
Proses pertimbangan
Pencapaian cita-cita/keinginan
Jadi politik adalah tindakan dari suatu kelompok individu mengenai suatu
masalah dari masyarakat atau negara.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan :
a. Negara
Adalah suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan negara merupakan
bentuk masyarakat dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu
wilayah yang berdaulat.
b. Kekuasaan
Adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang
perlu diperhatikan dalam kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh
kekuasaan, bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana
kekuasaan itu dijalankan.
c. Pengambilan keputusan
Politik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum, keputusan
yang diambil menyangkut sektor publik dari suatu negara. Yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil
keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.
d. Kebijakan umum
Adalah suatu kumpulan keputusan yang diambill oleh seseorang atau
kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
e. Distribusi
Adalah
pembagian
dan
pengalokasian
nilai-nilai
(values)
dalam
masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus
dibagi secara adil. Politik membicarakan bagaimana pembagian dan
pengalokasian nilai-nilai secara mengikat
2.3 Pendidikan politik
Istilah pendidikan politik dalam bahasa Inggris sering disamakan dengan
istilah political sosialization. Istilah political sosialization jika dikaitikan secara
harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena
itu
dengan
menggunakan
istilah
political
sosialization
banyak
yang
10
dalam
menumbuhkan
orientasi
politik
anak-anak,
dan
b. Sekolah
Sekolah berpengaruh besar dalam pendidikan politik generasi muda. Ia
memainkan peran tersebut melalui:
Pertama, pengajaran politik. Ini dilakukan melalui mata pelajaran tertentu,
seperti pendidikan kebangsaan, sejarah, qiraah (pelajaran membaca), dan
mahfudzat (hafalan) tentang sejarah mesir, misalnya. Sementara itu, di Rusia
11
yakni
dengan
ideology
yang
dianut
dan
berkomitmen
12
pandangan
politik,
tujuan, dan
program tertentu,
melalui
anggota
masyarakat
untuk
melakukan
praktek
politik
13
mempermudah sosialisasi
berbagai
pemikiran,
prinsip,
dan
Selain
itu,
juga
menciptakan
rasa
ikut
berpartisipasi
dapat
meningkatkan
kesadaran
setiap
warga
negara
dalam
14
15
Sedangkan faktor dari luar antara lain berkenaan dengan sistsm poiitik yang
berlaku dan tingkah laku para penyelenggara system tersebut. Seseorang yang
merasa pas dengan
16
asas pemilu yang dikenal dengan sebutan LUBER. Seandainya asas-asas ini telah
tercermin dalam praktek (bukan hanya slogan) maka dapandipastikan kadar
efektivitas pendidikan politiknya tinggi. Jadi disini bisa dikatakan semakin
demokratis pelaksanaan psmilu maka semakin tinggi kadar efektivitas psndidikan
politiknya.
Kedua, mengingat partisipasi politik yang otonom lebih bemilai
dibandingkan dengan partisipasi politik yang dimebilisasikan maka dalam
pelakeanaan pemilu harus dihindari upaya mobilisasi yang berlebihan. Pemerintah
atau organisasi peserta pemilu memang harus mengajak masyarakat untuk
berperan serta dalam pemilu tetapi hendaknya hal itu dilakukan secara persuasif.
Setiap tindakan yang menjurus ke arah bentuk-bentuk pemaksaan atau menakutnukuti bagaimanapun halusnya tindakan itu dilakukan, akan mengurangi kadar
efektivitas pendidikan politiknya atau bahkan bisa mendatangkan kesan negatif
yang tidak diharapkan.
Ketiga, konflik iisik yang dimungkinkan terjadi akibat dari persaingan antar
organisasi peserta pemilu sedapat mungkin harus dihindri. Konflik-konflik yang
seperti ini akan inenimbulkan kesan negatif tentang politik sehingga
dikhawatirkan bisa melahirkan kesan bahwa politik itu kotor. Perbedaan pendapat
atau konsep memang boleh bahkan perlu dalam suatu negara demokratis, tetapi
perbedaan pendapat tersebut harus dijaga agar tidak menjurus kepada konflik fisik
yang dapat menimbulkan korban.
Keempat, pemilu yang baik bagi upaya pendidikan politik adalah pemilu
yang menghasilkan lembaga politik yang benar-benar mencerminkan kedaulatan
rakyat. Rakyat yang melakukan pemilihan akan merasa bahwa hak pilih yang
dimilikinya itu mempunyai arti besar. Keyakinan yang seperti ini akan sangat
positif dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebaliknya apabila menurut penilaian mereka lembaga
politik yang dihasilkan oleh pemilu itu tidak menecmainkan kedaulatan rakyat
maka para pemilih akan merasa sia-sia menggunakan hak pilihnya sehingga
mereka lebih suka tidak ikut ambil bagian dalam pemilu.
17
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pendidikan politik sangat penting untuk di sampaikan dan diketahui serta
dipahami oleh seluruh rakyat Indonesia agar rakyat tak hanya menjadi objek
politik, tetapi juga dapat berperan sebagai subjek politik. Akan tetapi pendidikan
politik yang diberikan haruslah pendidikan politik yang baik dan berdampak
positif serta tidak cenderung menyesatkan. Sehingga rakyat tidak lagi menjadi
rakyat yang bodoh secara politik akan tetapi pemerintah haruslah menjadikan
rakyatnya melek politik, agar menjadi sekutu yang partisipatif dalam usaha
pembangunan, karena rakyat akan sadar akan hak dan kewajibannya, sadar
hukum, kritis, aktif dan kreatif serta konstruktif.
Ketika pendidikan politik sudah berjalan dan dapat dipahami, maka setiap
warganegara Indonesia akan turut membangun masyarakat dan negaranya, yang
dilakukan bersama-sama dengan pemerintah. Selain itu, mereka akan aktif dalam
usaha mendinamisir dan merenovasi lembaga masyarakat beserta system
politiknya.
3.2 Saran
Setiap sarana pendidikan politik yang ada, haruslah melaksanakan tuganya
dengan baik yaitu mencerdaskan dan memelekkan rakyat secara politis, bukan
malah menyesatkan atau membodohi rakyat. Selain itu di dalam pelaksanaan
pendidikan politik sebaiknya tidak dilakukan secara indoktrinatif . Sebab, dengan
sosialisasi secara indoktrinatif akan menghasilkan pribadi yang kaku, fanatik,
pandangannya sempit, mentalnya dungu dan kacau, sehingga kedepannya nanti
perilakunya akan cenderung menentang hati nuraninya sendiri dan realita yang
dihadapi, serta akan menentang kehendak dan aspirasi umum.
Selain itu, generasi muda khususnya mahasiswa selaku agent of change,
harusnya dapat menjadi leader di dalam upaya mencerdaskan dan memelekkan
rakyat secara politis, mengingat saat ini hanya mahasiswalah yang paling dapat
19
diharapkan ketika pemerintah sudah tak lagi mampu menjadi sandaran, panutan
serta harapan yang layak bagi rakyatnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alfian.
1986. Pemikiran
Dan
Perubahan
Politik
Indonesia.
Jakarta:
Miriam,
Pustaka
1991. Dasar-Dasar
Ilmu
Politik.
Jakarta:
Gramedia
Utama
Abdul
Muiz.
2000. Tarbiyah
Siyasiyah:
Ikhwanul Muslimin.
Pendidikan