Anda di halaman 1dari 11

lI

lmia
h Mah
a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA


ISLAM DUNIA

Wulan Maulija, 2Dr. Hamdani M. Syam, M.A


1

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala
Email: wulanmauliza7@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “City Branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata
Islam Dunia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan
city branding Kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia dan
untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
melakukan city branding di Kota Banda Aceh. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori bauran promosi (promotion mix). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Pada penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah staf di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh dan masyarakat Banda
Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi,
dokumentasi dan wawancara semi terstrukstur. Data yang telah
dikumpulkan tersebut kemudian dianalisis dengan melakukan reduksi
data, kemudian penyajian data, dan verifikasi atau penegasan
kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat menunjukkan
bahwa city branding Kota Banda Aceh dilakukan dengan cara
pengelelolaan yang dirancang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Banda Aceh. Diantaranya adalah pemilihan tagline, pemberdayaan
nilai unik, menjaga sistem yang telah ada agar tidak terjadi
penyimpangan, mengembangkan para pelaku usaha, melestarikan
sumber daya alam potensial, memberi edukasi kepada masyarakat
mengenai city branding, menciptakan success story kepada wisatawan, dan
menciptakan event-event. Disamping itu, city branding yang sedang
diterapkan di Banda Aceh memiliki faktor pendukung dan faktor
penghambat. Faktor pendukung dapat berupa mendapat dukungan dari
Pemerintah Pusat, dilaksanakan event-event baik di dlam kota maupun
diluar kota, dukungan dari masyarakat Banda Aceh, dan adanya investor-
investor yang menginvestasi di Banda Aceh. Sementara itu, faktor

Corresponding Author : wulanmauliza7@yahoo.com 1


JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487 – 498
(1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

penghambat dalam melakukan city branding Banda Aceh adalah tidak


adanya investor yang ingin menginvestasi di Banda Aceh, tidak
bersatunya segala aspek yang ada di Banda Aceh, tidak adanya industri
kreatif, dan promosi tidak berjalan secara konsisten.

Kata Kunci: City branding, Teori Bauran Promosi (Promotion Mix),


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh.

ABSTRACT

The research entitled: "City Branding Banda Aceh as World Islamic Tourism".
The purpose of this research is to know the management of city branding of Banda
Aceh as World Islamic Tourism and to know the supporting factor and the
inhibiting factor in doing city branding in Banda Aceh. The theory used in this
research is the promotion mix theory. The method used in this research is
descriptive qualitative. In this research, the research informants were staff at
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh and Banda Aceh people. The
data were collected by using observation, documentation and semi-structured
interview. The data collected is then analyzed by reducing the data, presenting,
and then verifying or affirming the conclusions. Based on the results of the
research shows that the city branding of Banda Aceh is done by management
which is designed by Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh.
Among them are the selection of tagline, unique value empowerment, maintaining
the existing system in order to avoid deviation, developing business actors,
preserving potential natural resources, educating the public about city branding,
creating success stories to tourists, and creating events. In addition, the city
branding that is being implemented in Banda Aceh has supporting factors and
inhibiting factors. Supporting factors can be in the form of receiving support from
the Central Government, executing events both in the city and outside the city,
support from the Banda Aceh community, and the presence of investors investing
in Banda Aceh. Meanwhile, the inhibiting factor in city branding in Banda Aceh
is the absence of investors wanting to invest in Banda Aceh, unrelated to all
aspects of Banda Aceh, the absence of a creative industry, and the promotion does
not work consistently.

Keywords: City branding, Promotion Mix Theory, Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata Kota Banda Aceh.

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

PENDAHULUAN

Kota adalah kontributor yang sebenarnya dalam pembangunan


ekonomi negara, karena aktivitas penyumbang pendapatan nasional
berlokasi di kota. Pariwisata merupakan salah satu aspek yang dapat
memajukan kota. Dewasa ini industri pariwisata dipandang memiliki
prospek cerah dan cukup menjanjikan serta banyak mendatangkan
keuntungan, antara lain menambah devisa negara, menambah
pendapatan daerah, membuka lapangan kerja baru, dan menyejahterakan
masyarakat.
Tahun 2015, Kota Banda Aceh meluncurkan pariwisata Banda Aceh
sebagai World Islamic Tourism di Balairung Susilo Soedarman kantor
Kementerian Pariwisata Jakarta. Besarnya persaingan yang terjadi di kota-
kota besar di Indonesia maupun dunia, mengharuskan Pemerintah Kota
Banda Aceh harus bekerja keras untuk menanamkan pakem-pakem
tertentu mengenai wisata islam yang dimaksud. Untuk itu, Pemerintah
Kota Banda Aceh harus melakukan pemasaran terhadap positioning Banda
Aceh sebagai Wisata Islam Dunia. Agar masyarakat luas kenal dan merasa
tidak asing dengan semboyan yang telah disuarakan tersebut. Masyarakat
Banda Aceh sendiri diharapkan dapat membantu memaksimalkan usaha
pemerintah dalam melakukan city branding (Poskotanews, 2015).
City Branding dikenal sebagai pemberian merek kota untuk
menghasilkan citra terhadap kota tersebut. Menurut Harahap dalam
Gustiawan (2011) mengatakan bahwa city branding dapat dikatakan
sebagai strategi dari suatu negara/daerah untuk membuat positioning yang
kuat didalam benak target pasar mereka.
Banda Aceh sendiri termasuk terlambat dalam melakukan city
branding. Disaat kota-kota di dunia bahkan di Indonesia sudah berlomba-
lomba dari tahun-tahun sebelumnya untuk melakukan city branding demi
menarik minat warga dunia untuk berkunjung ke kota-kota mereka. Hal
ini menjadi tugas yang besar bagi Pemerintah Kota Banda Aceh
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar city branding Banda
Aceh sebagai Kota Islam Dunia mampu bersaing dan dilirik oleh
masyarakat luas. Melihat dari potensi yang ada, Banda Aceh berpeluang
besar dalam melakukan city branding “Banda Aceh sebagai Kota Islam

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Dunia” mengingat sejak dahulu Banda Aceh telah dikenal sebagai Kota
Serambi Mekkah.

Keberagaman suku, budaya, ras dan agama yang terdapat di Kota


Banda Aceh, menjadi nilai khusus untuk menarik para wisatawan.
Meskipun Banda Aceh memiliki masyarakat minoritas, seperti masyarakat
beragama Kristen, Hindu, Budha, dan lain sebagainya, akan tetapi
masyarakat minoritas tersebut dapat hidup dengan tentram, aman, dan
nyaman. Terbukti dengan kondisi sosial masyarakat Aceh dengan
keberagaman yang ada memang tidak pernah menimbulkan
permasalahan atau konflik agama (Abubakar, 2011: 79).

Hal tersebut harus diberitahukan ke masyarakat luar, bahwa Banda


Aceh merupakan kota yang aman, dan sangat menghargai perbedaan
serta keberagaman bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Banda Aceh.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai city branding Kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata
Islam Dunia (World Islamic Tourism) yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh. Maka dari itu, penelitian
ini penulis beri judul dengan “CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH
SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM DUNIA”

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan teori bauran promosi (promotion mix).


Menurut Kotler dan Amstrong, bauran promosi (promotion mix) disebut
sebagai bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix)
perusahaan yang merupakan paduan spesifik iklan, promosi penjualan,
hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran
langsung yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai
pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan
(Kotler dan Armstrong, 2008: 116).

Kaitan teori ini dengan penelitian yang dilakukan ialah


bauran promosi (promotion mix) memiliki enam elemen penting dalam
menjalankan sebuah promosi. Elemen-elemen tersebut adalah periklanan
(advertising), pemasaran langsung (direct marketing), pemasaran
interaktif (interactive/internet marketing), promosi penjualan (sales

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan


perseorangan (personal selling) yang semuanya direncanakan untuk
membantu pencapaian tujuan program penjualan perusahaan
(Morissan, 2010: 17). Dimana dengan memaksimalkan city branding
dengan menggunakan elemen-elemen bauran promosi tersebut, maka
sebuah city branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia
dapat berjalan dengan baik.

Penelitian ini memberikan beberapa penjelasan konsep yang


menggambarkan fenomena yang diteliti. Berikut ini adalah konsep
yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi pemasaran,
pemasaran tempat (place marketing), city branding, Kota Wisata Syariah
(Islam). Konsep-konsep ini membantu penelitian ini untuk
mempermudah penelitian dalam menemukan hasil.

METODE PENELITIAN
Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukkan pada
pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya
unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat di observasi. Dalam
penelitian ini, lokasi penelitian bertempat di Kota Banda Aceh. Alasannya,
karena city branding Kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia
dilakukan di Banda Aceh dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Banda Aceh yang mengelola tentang perencanaan city branding Banda
Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan bersifat deskriptif. Subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh. Adapun
objek dari penelitian ini adalah upaya-upaya pengelolan city branding
Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia.

Informan dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan staff


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh dan masyarakat
Banda Aceh. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan
observasi, dokumentasi,dan wawancara semi terstruktur.

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini mengemukakan pengelolaan-pengelolaan


yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh
dalam melakukan city branding kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata
Islam Dunia dengan menggunakan teori bauran promosi (promotion mix)
sebagai landasan dalam penelitian ini. Pengelolaan adalah serangkaian
aktivitas-aktivitas koordinasi yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, penempatan serta
pengambilan keputusan untuk menghasilkan suatu produk dan jasa yang
efektif dan efisien (Sikula, 2011: 20).
Dengan menggunakan elemen-elemen bauran promosi (promotion
mix), city branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia dapat
dilakukan pengkoordinasian dari seluruh upaya Pemerintah Banda aceh
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh untuk
membangun berbagai saluran informasi dan persuasi mengenai branding
Banda Aceh ke masyarakat luas sehingga menghasilkan suatu gagasan
dalam benak mereka tentang apa itu city branding Banda Aceh sebagai
Kota Wisata Islam Dunia. Dengan begitu, maka city branding Banda Aceh
sebagai Kota Wisata Islam Dunia akan dengan mudah di ‘jual’ dalam arti
dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat luas. Berikut ini adalah
komponen-komponen dari teori bauran promosi (promotion mix):
1. Iklan (advertising); iklan merupakan elemen pertama dalam
bauran promosi (promotin mix). Dengan mengiklankan sebuah
barang atau produk, maka perusahaan dapat menjangkau target
pasar secara luas. Untuk itu, dalam hal ini Pemerintah Kota
Banda Aceh menggunakan jenis iklan apa saja dalam
mempromosikan city branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata
Islam Dunia. Untuk tahap awal penggunakan tagline yang
menarik dan unik menjadi strategi awal untuk menarik
wisatawan untuk berkunjung ke Kota Banda Aceh.

2. Pemasaran Langsung (Direct Marketing); diartikan sebagai


komunikasi secara langsung kepada calon pelanggan dengan
maksud untuk mendapatkan tanggapan langsung dari calon
pelanggan. Untuk itu bentuk direct marketing yang dilakukan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh
adalah dengan mengembangkan strategi pengelolaannya

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

dengan melakukan event-event bergengsi baik nasional


maupun internasional.

3. Pemasaran Interaktif (interactive/internet making); Pemasaran


interaktif dalam bauran promosi ada dikarenakan kemajuan
teknologi komunikasi yang memungkinkan dilakukannya
komunikasi secara interaktif melalui media massa, dalam hal ini
yang utama adalah internet. Untuk itu, strategi promosi dalam
hal ini diharapkan Banda Aceh memiliki masyarakat yang sadar
wisata. Dengan memiliki masyarakat yang sadar wisata, maka
secara otomatis masyarakat ingin berparitisipasi dalam
pelaksanaan city branding dengan mempromosikan city branding
Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia melalui sosial
media yang mereka miliki. Dengan begitu pemasaran iteraktif
terjadi di kalangan masyarakat dengan masyarakat luar.

4. Promosi Penjualan (sales promotion); promosi penjualan yang


dihadirkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda
Aceh adalah dengan mengembangkan para pelaku usaha. Para
pelaku usaha pertama yang harus diperhatikan adalah usaha
kuliner untuk selalu melayani dan menyiapkan makanan
berkualitas dan halal yang bersertifikat MUI dan juga para
agent travel untuk selalu senantiasa menghadirkn paket-paket
traveling yang relevan dengan keadaan Banda Aceh.

5. Hubungan Masyarakat (Public Relation); Salah satu komponen


promotion mix yang tidak kalah penting adalah hubungan
mayarakat (public relations). Pembentukkan suatu citra bagi
sebuah city branding yang dilakukan oleh seorang public relations
sangatlah penting. Hubungan masyarakat (public relations)
merupakan fungsi manajemen dari sebuah perusahaan atau
instansi. Hubungan masyarakat (public relations) juga memiliki
kaitan erat dengan opini publik dan komunikasi. Untuk itu,
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Aceh aktif memberitakan Banda Aceh dengan pariwisatanya di


media massa agar mendapat timbal balik dari pembacanya.

6. Penjualan Personal (Personal Selling); Penjualan personal


merupakan suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang
penjual dengan calon pembelinya (person-to-person
communication). Dalam kasus ini, success story dari para
wisatawan yang teah berkunjung ke Banda Aceh sangat
menguntungkan bagi Banda Aceh. Dengan kekuatan success
story akan memberi dampak positif berupa keinginan calon
wisatawan untuk berkunjung ke Banda Aceh. Success story ini
merupakan salah satu bagian dari personal selling untuk
memberitahukan city branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata
Islam seperti apa ke dunia luar melalui wisatawan yang telah
berkunjung ke Banda Aceh dan mendapat kesan memuaskan
selama ia berkunjung di Banda Aceh. Tentunya success story
tersebut tidak dapat terwujud jika tidak adanya partisipasi dari
masyarakat untuk sama-sama memberi kenyamanan kepada
para wisatawan. Image karakter masyarakat Banda Aceh yang
dianggap ramah, santun, dan bersahaja sebagaimana image
Islam tersebut, akan dengan mudah memberi kesan positif di
benak wisatawan yang telah berkunjung.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa promosi


merupakan yang paling penting dan utama dalam melakukan sebuah city
branding. Meskipun pengelolaan-pengelolaan tersebut sangat membantu
perkembangan city branding Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam
Dunia di khalayak luas, namun menurut peneliti masih banyak yang
harus dimaksimalkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda
Aceh untuk menyatakan brand promise ke masyarakat luar. Agar
kredibilitas dan integritas Banda Aceh sebagai Kota Syariat Islam dan
wisata Islan dapat tersampaikan dengan baik di benak masyarakat luas.
Berikut ini keseluruhan pengelolaan-pengelolaan city branding Kota Banda
Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Banda Aceh:

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Pemilihan tagline yang tepat dapat memberi ketertarikan bagi


-
masyarakat luar untuk menimbulkan rasa penasaran dengan
Kota Banda Aceh.
- Pemberdayaan nilai unik. Kota Banda Aceh termasuk salah satu
kota yang berbeda dari kota-kota lainnya.
- Menjaga sistem pengelolaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan dalam hal apapun.
- Mengembangkan para pelaku usaha di Banda Aceh.
- Melestarikan sumber daya manusia potensial yang ada di
Banda Aceh.
- Memberi edukasi mengenai city branding Banda Aceh sebagai
Kota Wisata Islam Dunia yang sedang dilaksanakan Pemerintah
kota Banda Aceh khususnya Dinas kebudayaan dan Pariwisata
Kota Banda Aceh kepada masyarakat lokal dan masyarakat luar
Banda Aceh.
- Menciptakan success story atau kesan (memori) positif di benak
wisatawan yang telah berkunjung ke Banda Aceh.
- Menciptakan event-event yang dapat menghadirkan blogger-
blogger, jurnalis, pekerja televisi, dan lain sebagainya.
1. Faktor-faktor pendukung dalam upaya melakukan city branding
Kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh adalah sebagai
berikut:
- Mendapat dukungan dari Pemerinta Pusat.
- Dilaksanakannya event-event, baik di dalam Kota maupun di
luar Kota bahkan di manca negara.
- Dukungan dari masyarakat Banda Aceh.
- Success story yang diciptakan masyaarakat Banda Aceh terhadap
wisatawan yang datang.
- Adanya investor-investor yang menginvestasi di Banda Aceh.
2. Faktor-faktor penghambat dalam upaya melakukan city branding
Kota Banda Aceh sebagai Kota Wisata Islam Dunia oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh adalah sebagai
berikut:
- Tidak adanya para investor yang ingin menginvestasi di Kota
Banda Aceh.

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

- Tidak bersatunya segala aspek yang ada di Banda Aceh


(tercerai-berai).
- Tidak adanya industri kreatif atau para pelaku kreatif yang mau
bekerja sama untuk menjalankan Kota Wisata Islam Dunia di
Banda Aceh.
- Promosi harus dijalankan secara konsisten dan jangan sampai
terhenti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan induksi pembahasan secara detail dapat ditarik


kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang city branding Kota Banda Aceh
dilakukan dengan cara pengelolaan yang dirancang oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh. Diantaranya adalah
pemilihan tagline, pemberdayaan nilai unik, menjaga sistem yang telah
ada agar tidak terjadi penyimpangan, mengembangkan para pelaku
usaha, melestarikan sumber daya alam potensial, memberi edukasi
kepada masyarakat mengenai city branding, menciptakan success story
kepada wisatawan, dan menciptakan event-event. Disamping itu, city
branding yang sedang diterapkan di Banda Aceh memiliki faktor
pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dapat berupa
mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat, dilaksanakan event-event
baik di dalam kota maupun diluar kota, dukungan dari masyarakat Banda
Aceh, dan adanya investor-investor yang menginvestasi di Banda Aceh.
Sementara itu, faktor penghambat dalam melakukan city branding Banda
Aceh adalah tidak adanya investor yang ingin menginvestasi di Banda
Aceh, tidak bersatunya segala aspek yang ada di Banda Aceh, tidak
adanya industri kreatif, dan promosi tidak berjalan secara konsisten.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)
lI
lmia
h Mah
a Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2 , Nomor 3: Maret 2018

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Buchory, Achmad Herry & Saladin Djaslim. (2010). Manajemen Pemasaran:


Edisi Pertama. Bandung: Linda Karya.

Hermawan, Agus. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Kevin, Lane Keller. (1998). Strategic Brand Management: Building,


Measuring, and Managing Brand Equity. NJ: Prentice Hall.

Kotler, Philip. (2003). Manajemen Pemasaran, Edisi Kesembilan. Jakarta: PT.


Indeks Gramedia.

Lina. (2015). Aceh Deklarasikan Wisata Islam Dunia. Melalui


<http://poskotanews.com/2015/04/01/aceh-deklarasikan-wisata-
islam-dunia/>. Diakses pada 7 september 2016.

Morissan. (2010). Periklanan Komunikasi Pemasarn Terpadu. Jakarta:


Kencana.

Poloma, Margareth. (2007). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja


Grafindo.

Raho, Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Stanton, William J. (2007). Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa oleh Sadu


Sundaru. Jilid Satu. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Sutisna. (2003). Perilaku dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Terence A. Shimp. (2003). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi


Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Yananda, M. Rahmat. (2014). Branding Tempat: Membangun Kota,


Kabupaten, dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: PT. Makna
Informasi Indonesia.

CITY BRANDING KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA WISATA ISLAM


DUNIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3 , Maret 2018 : 487
– 498 (1Mahasiswa, 2Pembimbing)

Anda mungkin juga menyukai