Anda di halaman 1dari 136

KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BLIMBING

KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam menempuh studi pada
Program Strata 1

Oleh :

DADIKA FAISAL PRADANA


Nomor Induk : 201318884

PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA


SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
BANDUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Bandung, Agustus 2017 Bandung, Agustus 2017

Pembimbing II Pembimbing I

Tatang Sopian S.Pd., M.Hum. Endah Trihayuningtyas S.Sos., MM.Par


NIP. 19701009 200605 1 001 NIP. 19640626 199103 2 001

Bandung, Agustus 2017

Menyetujui:

Plh. Kepala Bagian Administrasi Akademik


dan Kemahasiswaan

Sumaryadi, MM.
NIP. 19670211 199303 1 001
Bandung, Agustus 2017

Menyetujui:

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Dr. Anang Sutono, CHE


NIP. 19650911 199203 1 001
PERNYATAAN MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Dadika Faisal Pradana
Tempat/Tanggal Lahir : Banyuwangi, 1 Maret 1994
NIM : 201318884
Jurusan : Kepariwisataan
Program Studi : Studi Destinasi Pariwisata

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi yang berjudul:
“KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BLIMBING
KABUPATEN BONDOWOSO”
ini adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, bukan
merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang atau pihak
lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang
berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan
kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
2. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah
Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di
atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap
keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya.
4. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Agustus 2017

Yang membuat pernyataan,

Materai Rp. 6000,-

Dadika Faisal Pradana


201318884
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

hanya berkat Rahmat dan HidayahNya Skripsi ini dapat rampung tepat waktu.

Skripsi dengan judul Kajian Pengembangan Desa Wisata di Desa

Blimbing Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu syarat dalam menempuh

Program Strata 1. Program Studi Destinasi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih serta

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM, Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

2. Bapak Drs. Alexander Reyaan, MM., selaku Kepala Bagian Administrasi

Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

3. Bapak Dr. Heri Sigit Cahyadi, MM., Par selaku Ketua Program Studi

Destinasi Parwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

4. Ibu Endah Trihayuningtyas S.Sos., MM.Par selaku Pembimbing I.

5. Bapak Tatang Sopian S.Pd., M.Hum selaku Pembimbing II.

6. Bapak/Ibu Dosen pengajar Program Studi Destinasi Pariwisata yang telah

memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat hingga peneliti dapat

menyusun skripsi dan menyelesaikannya tepat waktu.

7. Kedua orang tua saya Bapak Didik Cahyono dan Ibu Eny Yuliati atas doa

dan dukungannya yang tak terbatas.

i
8. Bapak Kepala Dinas beserta seluruh staff di lingkungan Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso atas kemudahan birokrasi

dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan.

9. Broto, Cimcim, dan Bule yang selalu menghibur pada saat rasa lelah dan

jenuh melanda.

10. Larasati Tiara Cahyani, adik tercinta yang selalu memberikan doa dan

semangat tanpa kenal lelah.

11. Nisa Arizka Arany sebagai seseorang yang telah memberikan semangat

dan nasehat meskipun terkadang ditunjukkan dengan sedikit amarah dan

emosi yang cukup melatih mental dan kesabaran.

12. Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah memberikan dorongan semangat dan

bantuan berupa materi dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan tepat waktu, semoga berakhirnya studi di kampus tercinta ini

tidak berarti berakhirnya hubungan persahabatan dan silaturahmi diantara

rekan-rekan sekalian.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki beberapa kekurangan dan

masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun dari seluruh pihak.

Bandung, Agustus 2017

Peneliti,

ii
ABSTRAK
Sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pemerataan kesempatan berusaha
bagi seluruh masyarakat utamanya masyarakat di kawasan perdesaan yang
seringkali tertinggal pesatnya laju pembangunan. Kabupaten Bondowoso yang
berada dalam status daerah tertinggal memiliki berbagai macam potensi yang
dapat dikembangkan menjadi produk wisata untuk dinikmati oleh wisatawan.
Kebudayaan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Kabupaten
Bondowoso. Desa Blimbing sebagai tempat lahirnya salah satu kebudayaan asli
Bondowoso telah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata sekaligus sebagai
kawasan pariwisata budaya. Hingga saat ini, perkembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat
tergolong lambat sehingga manfaat yang dihasilkan belum benar-benar dirasakan.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan yang
telah dilakukan oleh stakeholders serta melihat sejauh mana perkembangan yang
telah terjadi untuk selanjutnya menghasilkan sebuah kajian terkait pengembangan
Desa Blimbing sebagai Desa Wisata. Data yang diperoleh berasal dari hasil
wawancara, observasi menggunakan daftar periksa serta studi dokumen yang
diperoleh dari sumber-sumber yang turut berpengaruh dalam pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa wisata. Berbagai kekurangan dalam pengembangan seperti
perencanaan, keterlibatan masyarakat serta infrastruktur yang kurang memadai
menjadi penyebab lambatnya perkembangan Desa Blimbing dan hal tersebut
harus segera dibenahi agar manfaat dari pembangunan sektor pariwisata di Desa
Blimbing dapat segera dirasakan oleh masyarakat.

Kata kunci : Desa wisata, kebudayaan, pengembangan, masyarakat

iii
ABSTRACT
The tourism sector is expected to provide equal distribution of business
opportunities for all the people in rural areas that often lag behind of
development. Bondowoso which is in the status of the disadvantaged areas have a
variety of potential that can be developed into tourist products to be enjoyed by
tourists. Cultural object is one of the potential thing that owned by Bondowoso.
Blimbing Village as the birthplace one of Bondowoso's original culture has been
established into a village tourism as well as a cultural tourism area. The
development of Blimbing Village as a tourist village has not shown a significant
increase and can be classified slowly so that the benefits of the development not
really felt yet. Therefore this study aims to determine the development that has
been done by stakeholders and find the information about which developments
have occurred being a study related to the development of Blimbing Village as a
village tourism. Research data obtained from interviews, observations using
checklists and document obtained from the sources that involved in the
development of Blimbing Village. Lack of development such as planning,
community involvement and inadequate infrastructure are affect the slow progress
of Blimbing Village and should be addressed so that the benefits of tourism
development in Blimbing Village can be immediately felt by the local community.

Keyword : village tourism, culture, development,masyarakat

iv
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

ABSTRAK................................................................................................ iii

ABSTRACT............................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................. 6

1. Rumusan Masalah................................................................. 6

2. Batasan Masalah ................................................................... 7

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 8

1. Tujuan Penelitian…………… ................................................ 8

2. Kegunaan Penelitian…………… ........................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .......................................................................... 9

1. Konsep Pariwisata ................................................................... 9

2. Konsep Desa Wisata ................................................................ 9

3. Konsep Pengembangan Desa Wisata ....................................... 13

4. Kekuatan Daya Tarik Wisata ................................................... 17

v
5. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan................................ 18

6. Keterlibatan Masyarakat Lokal ................................................ 19

7. Tingkat Perkembangan Pariwisata ........................................... 21

B. Kerangka Penelitian ................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian................................................................. 25

B. Objek Penelitian ........................................................................ 26

C. Populasi dan Sampel .................................................................. 26

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 27

1. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 27

2. Alat Pengumpulan Data .......................................................... 29

E. Teknik Analisis Data .................................................................. 30

F. Jadwal Penelitian ........................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.......................................................................... 34

1. Profil Desa Blimbing .............................................................. 34

2. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 38

3. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 45

4. Keterlibatan Masyarakat Lokal ............................................... 55

5. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 62

B. Pembahasan ............................................................................... 67

1. Kekuatan Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................... 67

2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 71

3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa

vi
Wisata di Desa Blimbing ........................................................ 72

4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 76

1. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 76

2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 76

3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa

Wisata di Desa Blimbing ........................................................ 77

4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 78

B. Saran ......................................................................................... 79

1. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 79

2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 79

3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Desa Wisata di Desa Blimbing ................................................... 80

4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81

LAMPIRAN ............................................................................................. 84

vii
Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Jadwal penelitian ........................................................................ 29

2. Sumber Daya Manusia ................................................................ 36

3. Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Wisatawan ............ 43

4. Wawancara DISPARPORA tentang Proses Perencanaan

5. Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing ...................................... 48

6. Wawancara Pihak Desa tentang Proses Perencanaan Pariwisata

Perdesaan di Desa Blimbing ....................................................... 54

7. Wawancara DISPARPORA tentang Keterlibatan Masyarakat ..... 57

8. Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Masyarkat ............. 59

9. Wawancara Pihak DISPARPORA tentang Perkembangan

Desa Blimbing sebagai Desa Wisata .......................................... 65

10. Wawancara Pihak Desa tentang Perkembangan

Desa Blimbing sebagai Desa Wisata .......................................... 66

viii
Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 20

2. Peta Desa Blimbing .......................................................................... 34

3. Persiapan arak-arakkan menuju Olbu’ Nangger ................................ 39

4. Peletakkan Sesajen di Olbu’ Nangger ............................................... 40

5. Kesenian Ojung (Perang Rotan) ....................................................... 42

6. Kesenian Singo Ulung ...................................................................... 42

7. Gapura Gerbang Desa Blimbing ....................................................... 63

8. Kendaraan Melintasi Jalan Desa ....................................................... 64

9. Ruas Jalan yang Belum Diaspal ........................................................ 64

10. Tahapan Perkembangan Destinasi Pariwisata ................................. 75

ix
Daftar Lampiran
Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ................................................................... 84

2. Transkrip .................................................................................... 87

3. Axial Coding .............................................................................. 101

4. Selective Coding ......................................................................... 110

5. Turnitin ...................................................................................... 116

6. Surat Penelitian .......................................................................... 117

7. Form Bimbingan ........................................................................ 118

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pemerataan

kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Tujuan tersebut

dapat dicapai salah satunya dengan memberdayakan potensi budaya yang ada di

seluruh wilayah Indonesia terutama di kawasan pedesaan yang seringkali tak

tersentuh pesatnya pembangunan. Hingga saat ini besarnya jumlah penduduk

miskin, terbatasnya alternatif lapangan pekerjaan, serta rendahnya produktivitas

tenaga kerja perdesaan masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi wilayah

pedesaan. Pada tahun 2007 pemerintah juga telah menetapkan beberapa kebijakan

yang diarahkan untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi di pedesaan melalui

kebijakan pembangunan ekonomi nonpertanian diantaranya pengembangan

kawasan agropolitan dan desa-desa pusat pertumbuhan.

Kondisi ketertinggalan laju pembangunan yang terjadi di wilayah pedesaan

tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga menjadi masalah dunia. Isu-isu yang

diangkat tidak jauh dari apa yang juga terjadi di wilayah perdesaan di Indonesia

yang menyangkut pada masalah kemiskinan, ketimpangan, serta ketidakadilan

sosial. Di beberapa negara seperti Afrika Selatan, Spanyol, Inggris, Jepang, dan

beberapa negara lain di dunia menggunakan induksi pariwisata untuk

menstimulasi perekonomian di wilayah perdesaan. Beberapa negara termasuk

Indonesia menganggap sektor pariwisata dipercaya dapat membantu mengatasi

lemahnya pertumbuhan ekonomi perdesaan.

1
2

Menurut Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131 Tahun 2015 tentang

Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019, Kabupaten Bondowoso menjadi

salah satu kabupaten yang mendapat predikat sebagai daerah tertinggal. Salah satu

penyebab Kabupaten Bondowoso menjadi kabupaten tertinggal dikarenakan

Kabupaten Bondowoso secara geografis tidak berada dalam jalur transit dan juga

bukan merupakan jalur ekonomi bisnis. Untuk itu pada tahun 2017 Bupati

Bondowoso telah menetapkan beberapa fokus pembangunan untuk mengatasi

permasalahan tersebut salah satunya adalah pembangunan sektor pariwisata yang

diharapkan akan membantu Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status

daerah tertinggal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menyatakan bahwa sektor pariwisata

menjadi pilihan terbaik dan tercepat dalam meningkatkan pendapatan dan

pendistribusian, serta penyerapan tenaga kerja lokal.

Bentuk dari fokus pembangunan sektor pariwisata tersebut salah satunya

dengan membangun desa wisata. Zakaria dan Suprihardjo (2014:1) dalam

jurnalnya menjelaskan bahwa desa wisata merupakan salah satu bentuk

pengembangan wisata alternatif untuk membangun pedesaan dengan menerapkan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pernyataan tersebut

diharapkan dengan pembangunan desa wisata dapat memberikan pemerataan

kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat utamanya masyarakat di pedesaan

yang ada di Kabupaten Bondowoso dan akan membantu Kabupaten Bondowoso

keluar dari status desa tertinggal. Karakteristik khas desa wisata sebagai salah satu

produk wisata pedesaan yang menitik beratkan pada sumber daya lokal

diharapkan mampu mendorong sebuah desa untuk menjadi lebih mandiri dan
3

mampu merevitalisasi perekonomian masyarakat tanpa melupakan kelestarian

lingkungan serta budaya yang dimiliki.

Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Putra (2006:3)

dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa membangun desa wisata adalah salah

satu alternatif yang dapat memberikan manfaat kepada pemerintah berupa devisa,

serta dapat mewujudkan pemerataan pembangunan sampai ke pelosok desa yang

secara langsung dapat dinikmati untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat. Jika dilihat secara kasat mata, beberapa pembangunan serta

pengembangan desa wisata saat ini terkesan seperti tanpa arah sehingga manfaat

yang dirasakan masih sangat jauh dari yang diharapkan. Terbukti Kabupaten

Bondowoso telah membangun beberapa desa wisata akan tetapi belum mampu

membantu Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status daerah tertinggal.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Kementerian

Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, (2011:3) menjelaskan desa wisata

merupakan salah satu bentuk produk wisata perdesaan sehingga memiliki

karakteristik yang dapat digambarkan melalui kegiatan dan kebiasaan hidup

keseharian masyarakat dan komunitas lokal yang memiliki identitas tersendiri,

hubungan erat dengan alam, serta kontak dengan masyarakat lokal, selain itu

pengelolaan dan pengusahaan pariwisata oleh penduduk lokal juga menjadi hal

yang tak terpisahkan. Dengan penjelasan tersebut berarti dapat disimpulkan

bahwa kegiatan wisata belum dikatakan wisata pedesaan jika yang mengelola

bukan penduduk asli di desa tersebut.

Selanjutnya Zakaria dan Suprihardjo (2014:2) menjelaskan,

Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian


baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian, arsitektur
4

tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk
integrasi komponen pariwisata, antara lain seperti atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung.

Berdasarkan pemaparan teori tersebut kebudayaan menjadi salah satu modal

dalam membangun sebuah desa wisata. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari

para stakeholder untuk dapat mengemas kebudayaan tersebut menjadi sebuah

produk wisata yang layak untuk dijual kepada wisatawan.

Inskeep, (1991:166) mendefinisikan “village tourism, where the small

groups of tourist stay in or near traditional, often remote village and learn about

village life and the local environtment”. Dalam definisi tersebut dijelaskan bahwa

desa wisata merupakan tempat dimana wisatawan dalam jumlah kecil tinggal di

dalam atau disekitaran kawasan tradisional desa dan belajar mengenai kehidupan

perdesaan serta lingkungan setempat. Berdasarkan, partisipasi wisatawan dalam

aktivitas penduduk lokal menjadi salah satu hal utama dan hal tersebut menjadi

sebuah permasalahan dalam pembangunan kegiatan wisata perdesaan di

Indonesia.

Desa Blimbing sebagai salah satu desa di Kabupaten Bondowoso telah

ditetapkan sebagai desa wisata sekaligus sebagai kawasan wisata budaya.

Penetapan tersebut tertuang pada PERDA Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso tahun 2011-2031. Desa Blimbing

memiliki berbagai macam potensi budaya untuk dikembangkan. Salah satu

potensi tersebut adalah ritual rutin yang disebut Upacara Bersih Desa. Masyarakat

Desa Blimbing secara rutin melaksanakan Upacara Bersih Desa setiap tanggal 15

Sya’ban menjelang Bulan Ramadhan. Upacara tersebut dilaksanakan sebagai

wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat serta
5

Rizki yang telah diberikan. Dalam tradisi ini juga ditampilkan Kesenian Singo

Ulung, Kesenian Ojung, dan beberapa tarian tradisional setempat.

Kesenian Singo Ulung merupakan sebuah seni tari yang menggambarkan

asal usul serta sejarah terbentuknya Desa Blimbing yang dipimpin oleh seorang

demang bernama Juk Sengah yang sakti mandraguna. Juk Sengah dibantu oleh

kerabatnya bernama Jasiman dan seekor Singa yang selalu membantunya dalam

bertempur dan mengurus desa, sementara kesenian ojung merupakan sebuah seni

tari yang biasanya disebut sebagai seni untuk ritual memohon diturunkannya

hujan. Dalam kesenian Ojung 2 penari akan menari sambil mencari kesempatan

untuk saling menyabetkan sebilah rotan satu sama lain. Selain itu kehidupan

keseharian masyarakat di Desa Blimbing juga menjadi salah satu potensi

dikarenakan kehidupan masyarakat di Desa Blimbing berbeda dan sangat jarang

ditemui di perkotaan kegiatan tersebut diantaranya adalah kegiatan pertanian

masyarakat yang masih tradisional, seperti masih ditemukannya masyarakat yang

membajak sawah menggunakan bantuan kerbau atau dengan menggunakan

peralatan sederhana seperti cangkul.

Saat ini semakin banyak wisatawan yang berminat untuk mempelajari

Kesenian Singo Ulung. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait kesiapan desa

tersebut untuk menerima kunjungan wisatawan. Berdasarkan informasi yang di

dapatkan dari sebuah LSM lokal yakni Internal Government Watch, minimnya

sarana prasarana menjadi salah satu masalah dalam sektor pariwisata di

Kabupaten Bondowoso, dan hal ini dapat mengakibatkan wisatawan utamanya

wistawan mancanegara enggan untuk datang kembali menikmati pariwisata di

Kabupaten Bondowoso. Akan tetapi pembangunan sarana prasarana secara besar-


6

besaran dalam desa wisata juga tidak diharapkan karena ditakutkan akan

menggeser nilai-nilai tradisional yang menjadi daya tarik wisatawan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (2011:49) menjelaskan pembangunan dan

pengembangan harus dibatasi dalam mengembangkan pariwisata di kawasan

perdesaan untuk menjaga dan memperhatikan keaslian serta kelestarian daerah

tersebut. Dalam mengembangkan desa wisata pihak stakeholder terutama

pemerintah dan masyarakat tidak perlu membangun sarana prasarana yang mewah

seperti yang ada di perkotaan akan tetapi cukup dengan mempertahankan keaslian

yang ada dengan kata lain pembangunan yang dilakukan harus tetap

memperhatikan kondisi asli desa tersebut sehingga kebiasaan-kebiasaan

masyarakat yang menjadi daya tarik wisatawan tidak hilang tergusur oleh

pembangunan.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut, peneliti melakukan

penelitian dengan judul Kajian Pengembangan Desa Wisata di Desa Blimbing

Kabupaten Bondowoso.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Desa Blimbing memiliki beragam potensi terutama potensi budaya yang

dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber daya pariwisata.

Desa Blimbing juga telah ditetapkan menjadi desa wisata dan diharapkan

pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata dapat membantu

Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status daerah tertinggal serta

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam mengkaji


7

pengembangan desa wisata di Desa Blimbing peneliti menggunakan

beberapa indikator yang diambil dari indikator pengembangan pariwisata

perdesaan yang disusun oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, (2011:140) menjelaskan bahwa ada beberapa indikator

yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengkaji pengembangan

pariwisata perdesaan yang dalam hal ini adalah desa wisata, indikator-

indikator tersebut antara lain, kekuatan daya tarik wisata, proses

perencanaan pariwisata perdesaan, keterlibatan masyarakat lokal, tingkat

kepuasan masyarakat, tingkat kepuasan wisatawan, tingkat perkembangan

pariwisata perdesaan.

2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar pembahasan serta penelitian yang

dilakukan terfokus dan tidak keluar dari topik yang telah ditetapkan.

Pembatasan masalah juga didasarkan pada keterbatasan peneliti dalam hal

waktu, biaya, serta tenaga. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji

pengembangan desa wisata di Desa Blimbing Kabupaten Bondowoso.

Dalam prosess mengkaji pengembangan tersebut peneliti menggunakan 4

dari 6 indikator yang telah ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif. Indikator-indikator yang digunakan tersebut antara lain, kekuatan

daya tarik wisata, proses perencanaan pariwisata perdesaan, keterlibatan

masyarakat lokal, serta tingkat perkembangan pariwisata perdesaan.


8

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kekuatan daya tarik yang dimiliki Desa Blimbing ?

2. Bagaimana proses perencanaan pariwisata perdesaan dalam

pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?

3. Bagaimana keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa

wisata di Desa Blimbing ?

4. Bagaimana tingkat perkembangan pariwisata perdesaan di Desa Blimbing

sebagai desa wisata ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui kekuatan daya tarik yang dimiliki Desa Blimbing.

b. Mengetahui proses perencanaan pariwisata perdesaan dalam

pengembangan desa wisata di Desa Blimbing.

c. Mengetahui keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan

desa wisata di Desa Blimbing.

d. Mengetahui tingkat perkembangan pariwisata perdesaan di Desa

Blimbing sebagai desa wisata.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

memperkaya konsep serta teori terkait pengembangan desa wisata serta

menambah wawasan akan perkembangan pariwisata budaya serta

pariwisata perdesaan di Indonesia. Selain itu diharapkan penelitian ini

dapat dijadikan bahan acuan untuk membangun, mengembangkan serta

mengelola Desa Blimbing sebagai desa wisata secara berkelanjutan.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pariwisata

Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil

industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi

wisatawan, (Muljadi, 2012:7). Berdasarkan teori tersebut pariwisata

dikatakan sebagai kumpulan aktivitas, pelayanan, serta konsumsi produk

yang dihasilkan dari industri pariwisata. Undang-undang no. 10 tahun

2009 mendefinisikan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang di sediakan

oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Lebih

rinci UNWTO dalam Suryadana dan Octavia (2015:30) mendefinisikan

pariwisata sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar tempat

tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan

untuk berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di

tempat yang dikunjunginya tersebut.

2. Konsep Desa Wisata

Terjadi banyak salah persepsi terkait definisi desa wisata, banyak

kalangan yang menganggap bahwa desa wisata sama halnya dengan

pariwisata perdesaan. Eurostat dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:33)

memberikan definisi pariwisata perdesaan “The activities of a person

traveling and staying in rural areas (without mass tourism) other than

9
10

those of their usual environment for less than one consecutive for leisure,

business and other purposes (excluding the exercise of an activity

remunerated from within the paced visited).” Dari definisi tersebut

disebutkan bahwa pariwisata perdesaan adalah sebuah kegiatan bepergian

menuju daerah perdesaan dan tinggal di daerah perdesaan dan bukan

merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mencari pendapatan.

Sementara Inskeep, (1991:166) mendefinisikan “village tourism, where the

small groups of tourist stay in or near traditional, often remote village and

learn about village life and the local environtment”. Dalam definisi

tersebut dijelaskan bahwa desa wisata merupakan tempat dimana

wisatawan dalam jumlah kecil tinggal di dalam atau disekitaran kawasan

tradisional desa dan belajar mengenai kehidupan perdesaan serta

lingkungan setempat.

Desa wisata sendiri merupakan salah satu produk dari pariwisata

perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:34) menjelaskan tidak

semua kegiatan pariwisata perdesaan harus dilakukan di dalam desa wisata

akan tetapi desa wisata harus dapat mencerminkan karakteristik wisata

perdesaan karena desa wisata merupakan produk dari wisata perdesaan.

Karakteristik tersebut tentunya memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri

seperti, kegiatannya berlangsung di daerah perdesaan dengan lingkungan

perdesaan sebagai produk utama. Produk tersebut juga dapat digambarkan

melalui kegiatan atau kebiasaan hidup sehari-hari komunitas lokal yang

memiliki identitas tersendiri, kedekatan dengan alam, serta kontak dengan


11

penduduk dari wilayah desa yang dituju. Tidak hanya itu, salah satu

karakteristik yang tidak boleh dilepaskan dari desa wisata sebagai produk

dari wisata perdesaan adalah pengelolaan serta pengusahaan pariwisata

perdesaan oleh penduduk lokal.

Menurut Zakaria dan Suprihardjo (2014:2),

Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan


keaslian baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian,
arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam
suatu bentuk integrasi komponen pariwisata, antara lain seperti
atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung.

Dalam definisi tersebut desa wisata dinyatakan sebagai sebuah destinasi

yang mengedepankan unsur kebudayaan masyarakat setempat sebagai

sumber daya dalam pariwisata. Hal serupa juga diungkapkan oleh Putra

(2006:7) yang mendefinisikan Desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan

yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian

pedesaan, baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian, arsitektur

tradisional, struktur tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk

dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi,

makan, minum, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya.

Nuryanti dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:34)

memberikan definisi bahwa “desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi

antara daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,

yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu

dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”.


12

Dari seluruh definisi yang telah dipaparkan di atas memiliki satu

garis besar yang sama dimana kebiasaan, budaya, serta keaslian suasana di

wilayah perdesaan dijadikan sebagai acuan dalam membangun desa wisata

sebagai salah satu produk dari wisata perdesaan, dengan kata lain desa

wisata diartikan sebagai desa yang menunjukkan tema produk pariwisata

yang diutamakannya, Simanungkalit et al (2017:20)

Tidak semua desa bisa dikatakan sebagai desa wisata. Beberapa

syarat harus terpenuhi untuk dapat menjadi sebuah desa wisata. Syarat-

syarat tersebut menurut Simanungkalit et al (2017:21) adalah sebagai

berikut :

a. Memiliki persyaratan sebagai sebuah destinasi pariwisata

sebagaimana diatur dalam UU No. 10 tahun 2009.

b. Kegiatan berbasis pada sumber daya perdesaan

c. Kegiatan melibatkan partisipasi aktif wisatawan dalam kehidupan

perdesaan

d. Lebih berorientasi pada kegiatan rekreasi luar ruang

e. Sebesar-besarnya mendayagunakan sumber daya manusia lokal

f. Memberikan penghargaan besar pada budaya dan kearifan lokal

g. Menyediakan akses yang memadai baik akses menuju ke destinasi

lain maupun internal di dalam desa wisata itu sendiri

h. Memiliki komunitas yang peduli pada pariwisata


13

3. Konsep Pengembangan Desa Wisata

Menurut Muljadi (2012:67), perencanaan pariwisata harus

diintegrasikan dengan perencanaan dan pengembangan secara keseluruhan

dan perencanaan tersebut di lakukan agar perkembangan pariwisata dapat

dicapai sesuai dengan apa yang telah diharapkan baik dari sisi ekonomi,

sosial, budaya, serta lingkungan. Definisi tersebut memberikan penjelasan

bahwa pengembangan destinasi wisata dalam kasus ini adalah desa wisata

tidak bisa dilepaskan dari perencanaan. Pembangunan dan pengembangan

yang dilakukan tanpa perencanaan dan bersifat spontan hanya akan

memberikan dampak negatif di kemudian hari.

Simanungkalit et al, (2017:20) menjelaskan bahwa ada beberapa

tingkat perkembangan desa wisata yang terbagi menjadi 3 tingkatan :

a. Desa Wisata Embrio

Desa yang mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan

menjadi desa wisata dan sudah mulai ada gerakan masyarakat atau

desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata.

b. Desa Wisata Berkembang

Desa wisata embrio yang sudah dikelola oleh masyarakat dan

pemerintah desa, sudah ada swadaya masyarakat/desa untuk

pengelolaannya, sudah mulai melaksanakan promosi dan sudah ada

wisatawan yang mulai tertarik untuk berkunjung.

c. Desa Wisata Maju

Desa wisata yang sudah berkembang dengan adanya kunjungan

wisatawan secara kontinu dan dikelola secara professional dengan


14

terbentuknya forum pengelola, seperti koperasi atau Badan Usaha

Milik Desa, serta sudah mampu melakukan promosi dan pemasaran

dengan baik.

Jika memperhatikan kondisi saat ini, sudah terjadi beberapa

pergeseran. Secara sadar maupun tidak kegiatan pariwisata perdesaan yang

seharusnya dapat menjadi salah satu sarana dalam melestarikan alam dan

budaya justru menimbulkan dampak akibat kurangnya pengendalian arus

wisatawan yang datang, eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber

daya yang ada sehingga mengarah kepada pembangunan serta

pengembangan pariwisata massal yang dapat merusak lingkungan dan

mengikis kebudayaan lokal. Hal tersebut juga didasari oleh kesalahan

konsep dalam pembangunan desa yang selama ini masih menganut konsep

“membangun desa” bukan “desa membangun”. Pada konsep membangun

desa, pembangunan yang dilakukan terkesan bergantung pada pihak luar,

sementara dalam konsep desa membangun peran masyarakat sebagai tuan

rumah justru sangat penting dan menjadi faktor utama dalam membangun

desa yang berketahanan.

Pembangunan desa wisata yang pada mulanya lebih berorientasi

terhadap greedy tourism dimana memiliki arti sebuah keserakahan yang

hanya mementingkan banyaknya jumlah wisatawan yang datang tanpa

memperhatikan aspek kelestarian dan harus segera diubah menjadi konsep

green tourism yang jauh lebih ramah terhadap lingkungan dan kebudayaan

lokal.
15

Kondisi tersebut akhirnya yang mendorong munculnya konsep

pengembangan desa wisata hijau yang berpegang pada prinsip-prinsip

diantaranya, (Simanungkalit et al, 2017:14) :

a. Mendorong tumbuhnya kegiatan wisata yang ramah dan peduli

terhadap lingkungan

b. Mendorong pengembangan produk pariwisata berbasis pelestarian

c. Mendorong pengembangan produk pariwisata sesuai minat pasar

berbasis pelestarian, misalnya wisata budaya, wisata pusaka, wisata

alam dan wisata kreatif

d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya pariwisata berbasis

komunitas

e. Mendorong kepedulian dan tanggung jawab industri pariwisata dan

industri pendukung lainnya dalam penerapan konsep pembangunan

ramah lingkungan

f. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya lokal

Konsep desa wisata hijau dapat didefinisikan sebagai sebuah

konsep pengembangan yang berbasis pada pemberdayaan komunitas lokal

dengan produk utama yang lebih memperhatikan manfaat ekonomi,

kelestarian lingkungan alam, serta kelestarian budaya setempat. Untuk

mencapai hal tersebut sebuah desa harus memenuhi beberapa persyaratan,

Menurut Simanungkalit et al, (2017:21) persyaratan tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi semua persyaratan sebagai desa wisata


16

b. Memiliki komitmen tinggi pada pengembangan pariwisata berbasis

ekonomi hijau

c. Memiliki forum komunikasi masyarakat yang dapat

mengkomunikasikan pembangunan kepariwisataan dengan seluruh

pemangku kegiatan, dan

d. Memiliki produk-produk pariwisata berbasis pada pelestarian

dengan menghindari jenis wisata massal.

Dengan terpenuhinya persyaratan tersebut, sebuah desa dapat

dikatakan sebagai sebuah desa wisata yang mengedepankan

manfaat ekonomi, kelestarian alam, dan kelestarian budaya atau

desa wisata hijau.

Dalam penelitian ini pengembangan Desa Blimbing sebagai

Desa Wisata akan dilihat melalui 4 indikator pembangunan dan

pengembangan wisata perdesaan yang mengacu pada prinsip-

prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif (2011:140), menjelaskan indikator tersebut antara

lain, kekuatan daya tarik yang dimiliki, proses perencanaan

pariwisata perdesaan, keterlibatan masyarakat lokal, serta tingkat

perkembangan pariwisata perdesaan.


17

4. Kekuatan Daya Tarik Wisata

Ada 3 aspek yang akan dikaji dalam indikator ini diantaranya :

a. Jenis daya tarik

wisata perdesaan pada dasarnya adalah pariwisata yang

memunculkan aspek budaya masyarakatnya. Hal tersebut sesuai

dengan kondisi di Desa Blimbing yang memiliki daya tarik utama

berupa kebudayaan. Jenis daya tarik budaya tersebut dibagi

menjadi 3, menurut Suranti dalam Winoyoputri dalam Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:141) daya tarik tersebut

dapat dikategrikan menjadi daya tarik yang berorientasi pada aspek

perilaku budaya seperti ritual, kesenian, serta keterampilan, daya

tarik yang berorientasi pada aspek ide budaya diantaranya system

keyakinan, nilai, dan norma, lalu yang terakhir adalah daya tarik

budaya yang berorientasi pada aspek material budaya yang

kegiatannya melibatkan peralatan hidup, diantaranya arsitektur,

pakaian, makanan hasil lahan, serta hasil-hasil teknologi.

b. Tingkat keunikan

Dalam aspek ini akan dibahas keunikkan sebuah daya tarik yang

akan dibagi menjadi 3 kategori, yang pertama daya tarik utama

yang dimiliki hanya ada satu-satunya di Indonesia, yang kedua

daya tarik utama yang dimiliki ada beberapa di Indonesia namun

berada di provinsi lain, dan yang terkahir adalah daya tarik wisata

utama yang dimiliki tersebar dimana-mana di Indonesia.


18

c. Skala kepopuleran

Dalam aspek ini akan dibahas mengenai kepopuleran yang akan

dibagi menjadi 4 tingkat atau skala antara lain, skala lokal, skala

regional, skala nasional, dan skala internasional. Untuk

menentukan skala kepopuleran tersebut dapat diindikasikan dengan

jumlah wisatawan yang datang atau daerah asal wisatawan yang

mengkonsumsi daya tarik wisata tersebut.

5. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan

a. Inisiator pengembangan

Untuk mengetahui siapakah inisiator pengembangan disini dapat

diaukan dengan wawncara serta observasi di lapangan. Hal tersebut

dilakukan untuk melihat siapakah pihak-pihak yang berperan aktif

dalam proses pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata.

b. Integrasi dengan rencana dan program pemerintah

Dalam aspek ini akan dilihat apakah pengembangan serta

pembangunan desa wisata yang dilakukan sudah sesuai atau

terintegrasi dengan kebijakan pembangunan di daerah tersebut.Hal

ini perlu dilakukan agar pengembangan yang dilakukan sejalan

dengan kebijakkan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. Upaya pelibatan masyarakat dalam perencanaan

Aspek ini menjadi salah satu yang penting untuk diperhatikan

karena konsep desa wisata memandang keterlibatan masyarakat

merupakan salah satu hal utama dalam pembangunan serta

pengembangan sebuah desa wisata. Dalam aspek ini akan dilihat


19

upaya-upaya yang dilakukan pemerintah maupun pengelola desa

wisata dalam mendorong masyarakat untuk lebih berperan aktif

dalam mengembangkan desa wisata.

6. Keterlibatan Masyarakat Lokal

Dalam indikator keterlibatan masyarakat akan dibahas mengenai

proporsi masyarakat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata.

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat perdesaan dalam

mengembangkan kegiatan pariwisata, ada beberapa strategi dan tahapan

yang dapat dilakuka pemerintah. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:215),

menjelaskan beberapa strategi tersebut diantaranya adalah

a. Melaksanakan sosialisasi tentang pariwisata perdesaan ke seluruh

masyarakat secara bertahap, rutin dan kontinyu. Di dalam

sosialisasi tersebut diharapkan pemerintah dapat menjelaskan

tentang apa dan bagaimana pariwisata dikembangkan di daerah

perdesaan termasuk bagaimana sebuah sebuah desa wisata dapat

mengembangkan dirinya secara mandiri serta mengantisipasi

dampak-dampak yang akan timbul dari kegiatan pariwisata yang

berkembang. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat

memberikan pencerahan terhadap masyarakat terkait bidang-bidang

apa saja yang berpeluang untuk dikembangkan menjadi kegiatan

wisata sehingga masyarakat dapat terlibat secara langsung secara

merata, sebagai contoh masyarakat mengelola kegiatan pertanian

untuk diikuti oleh wisatawan, lalu masyarakat ikut terlibat


20

dalampengelolaan serta penyediaan fasilitas pendukung pariwisata

seperti homestay, warung makan, ojeg, serta pemandu wisata.

b. Melaksanakan pendampingan, pelatihan, serta penyuluhan bagi

masyarakat di berbagai bidang yang berkaitan serta dapat di

manfaatkan menjadi kegiatan pariwisata perdesaan. Bentuk

pendampingan dan pelatihan tersebut dapat mencakup hal-hal yang

berkaitan dengan materi teknis dan substantive terkait

pengembangan produk wisata seperti pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengemas daya tarik

yang dimiliki, pelatihan terkait kemampuan berbahasa serta tata

cara melayani wisatawan sehingga masyarakat dapat

berkomunikasi dengan wisatawan secara baik, dan juga

memberikan pendampingan atau memberikan pengetahuan

terhadap masyarakat terkait sumber-sumber dana sebagai modal

usaha dan cara-cara akses menuju sumber dana tersebut.

c. Memberikan insentif dan kemudahan bagi masyarakat dalam

berbagai hal terkait pengembangan pariwisata yang dapat

membuka jalan bagi masyarakat untuk terlibat lebih banyak dalam

proses pengembangan pariwisata terutama dalam konteks desa

wisata. Sebagai contoh, memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam perijinan, pengajuan modal, penyediaan fasilitas

serta sarana prasarana untuk mendorong minat masyarakat

setempat dalam membangun usaha.


21

d. Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk terlibat

dalam pengembangan pariwisata misalnya memberikan jaminan

rasa aman, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah serta stakeholders yang terlibat.

e. Membentuk badan atau organisasi masyarakat untuk mengorganisir

kegiatan masyarakat serta sebagai pelindung dan jembatan antara

masyarakat dengan pemerintah atau pihak swasta.

7. Tingkat Perkembangan Pariwisata

Tingkat perkembangan pariwisata dapat digambarkan melalui

product life cycle. Perkembangan berdasarkan model tersebut dilihat dari

jumlah wisatawan seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa tingkat

perkembangan tersebut dapat di golongkan menjadi beberapa tahap.

Menurut Butler dalam Gartner dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:25),

tahap perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Exploration (eksplorasi), dalam tahap ini jumlah wisatawan masih

sangat sedikit dan didominasi oleh wisatawan tipe allocentrics atau

eksplorer serta fasilitas yang ada masih sangat minimal atau bahkan

belum adanya fasilitas yang benar-benar ditujukkan untuk kegiatan

pariwisata. Pada umumnya daya tarik utama yang ada berupa alam

dan budaya yang masih asli.

b. Involvement (keterlibatan), dalam tahap ini sudah mulai

bermunculan investasi dari masyarakat setempat unutk fasilitas

utamanya fasilitas dasar pariwisata. Pada tahap ini juga sudah


22

mulai dilakukan kegiatan promosi yang diikuti oleh investasi

pemerintah terhadap infrastruktur.

c. Development (pengembangan), mulai tampak perkembangan

jumlah kunjungan secara signifikan bahkan seringkali jumlah

wisatawan yang datang melebihi jumlah penduduk setempat serta

mulai bermunculan berbagai macam daya tarik buatan dan diikuti

dengan berkembangnya investasi dari luar secara pesat. Selain itu,

pada tahap ini control dari masyarakat setempat sudah mulai

menurun.

d. Consolidation (penyesuaian), seiring dengan tingkat pertumbuhan

yang mulai melambat, mulai muncul pemikiran untuk mengurangi

seasonality dengan menarik pangsa pasar yang baru. Wisatawan

psychocentris mulai bermunculan untuk datang berkunjung dan

penduduk mulai merasakan pentingnya kegiatan wisata di daerah

mereka.

e. Stagnation (tetap), pada tahap ini jumlah kunjungan tertinggi telah

tercapai demikian pula dengan batas kapasitas. Dalam konteks desa

wisata biasanya desa tersebut mulai menggantungkan pada

repeaters dan tingkat hunian mulai rendah.

f. Decline (berkurang), pada tahap ini jumlah wisatawan yang

berkunjung mulai berkurang. Kegiatan wisata yang berlangsung

juga mulai berkurang bahkan berpindah ke daerah lain sementara

infrastruktur wisata semakin memburuk.


23

g. Rejuvination (perubahan baru), tahap ini biasanya ditandai dengan

mulai munculnya daya tarik baru dari sumber daya alam yang baru.
24

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Desa Blimbing Sebagai Desa Wisata

Kriteria Desa Wisata,


Simanungkalit et al (2017 :21)

Pengembangan Desa Wisata,


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(2011:140)

Kekuatan Daya Proses Keterlibatan Tingkat


Tarik Wisata Perencanaan Masyarakat Perkembangan
Pariwisata Lokal Pariwisata
Perdesaan

Kajian Pengembangan Desa Blimbing sebagai


Desa Wisata
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengembangan desa wisata

di Desa Blimbing yang akan dikaji melalui indikator-indikator pengembangan

desa wisata yang telah di jabarkan pada bab sebelumnya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk dapat

menggambarkan secara lebih rinci kondisi di lapangan.

Menurut Silalahi (2010:76), penelitian kualitatif didefinisikan sebagai

suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada

penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata,

melaporkan pndangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar

alamiah. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Moeloeng

dalam Purnomo (2015:52) yang mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

sebuah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan mendeskripsikan penelitian

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Berdasarkan penjelasan teori tersebut penelitian kualitatif dapat diartikan

sebagai penelitian yang dalam proses penyajian data serta hasil penelitiannya

mengedepankan pemaparan secara deskriptif melalui kata-kata yang terperinci

akan kejadian atau kondisi yang terjadi di lapangan.

25
26

B. Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan variabel penelitian yang berasal dari sebuah

masalah yang muncul yang telah di abstraksikan. Sejalan dengan pernyataan dari

Silalahi (2010:191) yang menjelaskan bahwa fenomena atau masalah peneletian

yang telah diabstraksi menjadi sebuah konsep atau variabel dapat disebut sebagai

objek penelitian. Berdasarkan fenomena serta variabel yang akan dikaji dalam

penelitian ini, peneliti menjadikan pengembangan desa wisata di Desa Blimbing

Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso sebagai obyek penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Gay dan Diehl dalam Silalahi (2010:253) menjelaskan “populasi adalah

jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik”. Dari

pengertian tersebut peneliti memilih populasi berdasarkan ketertarikkan akan

kesesuaian dengan data yang dibutuhkan. Populasi yang telah ditentukan tersebut

nantinya akan menjadi awal ditentukannya sampel (Silalahi, 2010:253). “Populasi

tersebut dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,

organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan

harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua”, Burns dalam

(Silalahi, 2010:253). Berdasarkan pemaparan teori diatas, populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh stakeholder yang terkait dalam Pengembangan Desa

Blimbing sebagai desa wisata diantaranya Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bondowoso, Pihak Desa Blimbing, serta masyarakat Desa Blimbing.

Sampel terdiri dari beberapa anggota populasi yang dirasa representatif

atau dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Arikunto (2006:130), “Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini, peneliti
27

menetapkan sebagian stakeholder yang terkait dengan pengembangan Desa

Blimbing sebagai desa wisata, diantaranya Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Bondowoso, Kepala Seksi ODTW dan Jasa Usaha Pariwisata

Disparpora Kabupaten Bondowoso, Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Pertunjukkan, dan Atraksi Seni Budaya Disparpora Kabupaten

Bondowoso, Kepala Desa Blimbing, Pemangku Adat Desa Blimbing, dan

masyarakat.

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sampel menggunakan teknik

purposive sampling. Arikunto (2006:134) menjelaskan bahwa teknik purposive

sampling dapat dilakukan karena ada beberapa pertimbangan diantaranya,

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Pengambilan sampel dengan teknik tersebut

juga harus berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat maupun karakteristik tertentu yang

dapat menggambarkan atau mewakili ciri-ciri pokok dari populasi. Sejalan dengan

yang di ungkapkan oleh Silalahi (2010:272) yang menjelaskan bahwa teknik

purposive sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang berada dalam posisi

terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Arikunto (2006:228) menjelaskan bahwa dalam menggunakan

metode observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data,

peneliti dapat melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrument. Dalam penelitian ini, teknik


28

observasi digunakan untuk mendapatkan data secara langsung

mengaenai pengembangan desa wisata di Desa Klabang.

b. Wawancara

Metode wawancara atau in depth interview menurut Silalahi

(2010:312), metode wawancara merupakan metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari

seseorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang

sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan

metode wawancara untuk mencari informasi terkait pengembangan

desa wisata di Desa Blimbing. Wawancara akan dilakukan kepada

pihak-pihak yang terkait dan dirasa mengerti pengembangan desa

wisata di Desa Blimbing.

c. Studi Dokumentasi

Arikunto (2006:231) menjelaskan bahwa studi dokumentasi dapat

diartikan sebagai sebuah metode pengumpulan data dengan cara

mencari data-data mengenai variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger dan sebagainya. Hal tersebut sangat erat dengan kebutuhan

data sekunder dimana menurut Silalahi (2010:291) mengatakan

bahwa data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia

sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode ini untuk menemukan data-data terkait

pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata yang nantinya


29

akan dicocokkan dengan kondisi di lapangan. Dalam hal ini

dibutuhkan kerja sama antara peneliti dengan stakeholder terkait

dalam pencarian data melalui studi dokumentasi.

2. Alat Pengumpulan Data

a. Daftar Periksa

Dalam penelitian digunakan daftar periksa sebagai

instrumen penelitian untuk mendukung observasi dilapangan.

Daftar periksa juga dapat disebut sebagai pedoman observasi.

Menurut Arikunto (2006:157), pedoman observasi tersebut berisi

daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati. Daftar perikasa

dalam penelitian ini berisi variabel dalam penelitian yakni

indikator-indikator pengembangan sebuah desa wisata

b. Pedoman Wawancara

Dalam kegiatan wawancara perlu dibuat suatu daftar

pertanyaan dimana berisi pertanyaan-pertanyaan yang nantinya

diajukan kepada pihak yang dirasa mengerti akan kondisi serta

informasi yang ingin diketahui oleh peneliti. Arikunto (2006:227)

menjelaskan bahwa ada 2 jenis wawancara yakni terstruktur dan

tidak terstruktur, akan tetapi pedoman wawancara yang banyak

digunakan adalah bentuk semi structured, yakni peneliti mula-mula

menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur,

kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan untuk

memperdalam informasi yang ingin diketahui.


30

c. Dokumen

Dalam studi dokumentasi peneliti mengumpulkan

dokumen-dokumen terkait variabel penelitian dan dokumen-

dokumen yang berisi tentang informasi-informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian. Dokumen atau sumber data sekunder menurut

Silalahi (2010:291) diantaranya adalah artikel-artikel, buku, arsip

organisasi, publikasi pemerintah, data bases, catatan-catatan publik

terkait peristiwa resmi, dan lain sebagainya.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Silalahi (2010:319) Analisis data memiliki arti luas yang meliputi

penyederhanaan data dan penyajian data. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan

untuk menjadikan data penelitian yang diperoleh menjadi lebih mudah untuk di

baca dan dimengerti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis

yang dipaparkan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam

Silalahi (2010:339) menjelaskan “kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikkan

kesimpulan/verifikasi”. Terjadi bersamaan dalam hal ini berarti ketiga proses

kegiatan tersebut menjadi suatu hal yang jalin menjalin dan merupakan proses

siklus selama penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data non statistika yang

dirasa sesuai dengan teknik analisis tersebut.

Reduksi data menurut Silalahi (2010:339) menjelaskan bahwa reduksi data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Proses reduksi tersebut berlangsung terus-menerus, dalam hal


31

ini peneliti melakukan beberapa hal terkait kegiatan reduksi antara lain, membuat

ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

dan menulis memo. Dengan kata lain kegiatan mereduksi data tersebut bertujuan

untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi (Silalahi, 2010:340)

Penyajian Data menurut Silalahi (2010:340) diartikan sebagai sekumpulan

data yang berisi informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikkan kesimpuan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan tersebut

dapat memberikan pemahaman atau informasi tentang apa yang sedang terjadi dan

apa yang harus dilakukan selanjutnya lebih jauh menganalisis, mengambil

tindakan, atau mencari data sebagai tambahan untuk meyakinkan kondisi yang

sedang terjadi. Menurut Silalahi (2010:341), penyajian data kualitatif juga dapat

menggunakan matriks, grafik, jaringan dan bagan untuk lebih mempermudah

pembaca dalam memahami demanding harus disajikan dalam bentuk naratif yang

berjumlah puluhan atau bahkan ratusan halaman. Oleh sebab itu sah saja apabila

dalam penelitian kualitatif nanti ditemukan beberapa matriks, grafik, jaringan, dan

bagan dalam proses penyajian datanya.

Kegiatan analisis yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Pada saat

proses pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti-arti dari benda atau

peristiwa , mencatat keteraturan, pola, penjelasan konfigurasi yang mungkin

terjadi, alur, dan sebagainya. Pada awal pencarian data mungkin kesimpulan belu

terlihat juelas namun semakin hari akan semakin terlihat dan jelas bahkan

kejelasan kesimpulan tersebut terkadang baru muncul pada saat akhir pencarian
32

data. Silalahi (2010:341). Dalam penarikkan kesimpulan data-data yang diperoleh

harus dapat menggambarkan keadaan serta kondisi di lapangan apakah sudah

ideal dan sesuai dengan teori atau masih ada beberapa kondisi yang berlawanan

dengan kondisi ideal yang seharusnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

hanya bersifat sementara sebab masalah serta rumusannya dapat berkembang dan

berubah-ubah.
33

F. Jadwal Penelitian

Tabel 1

Jadwal Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

Penyusunan
Usulan
Peneitian
Penyusunan
Rancangan
Penelitian
Pmbuatan
Instrumen
Penelitian
Pencarian
Data di
Lapangan
Pengolahan
dan
Analisis
Data
Penyusunan
Laporan
Presentasi
Hasil
Penelitian

Keterangan : : sudah terlaksana : belum terlaksana


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Desa Blimbing

Secara geografis, Desa Blimbing termasuk dalam wilayah

Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Desa

Blimbing berada sekitar 20 kilometer di sebelah timur pusat Kabupaten

Bondowoso. Desa Blimbing berbatasan langsung dengan beberapa desa

yang berada dalam satu wilayah di Kecamatan Klabang. Batas-batas

wilayah Desa Blimbing secara administratif adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Besuk

Sebelah Selatan : Desa Sukorejo dan Desa Karang Sengon

Sebelah Timur : Desa Karanganyar

Sebelah Barat : Desa Klabang

Gambar 2
Peta Desa Blimbing

Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017

34
35

Desa Blimbing memiliki luas 1446, 85 Ha yang terbagi menjadi 8

dusun. Masyarakat Desa Blimbing merupakan campuran antara Suku Jawa

dan Suku Madura atau biasa disebut mandalungan. Mata pencaharian

penduduk sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh tani, dan jika

dilihat dari kondisi geografisnya sebagian besar luasan lahan yang ada di

Desa Blimbing merupakan lahan pertanian dan pemukiman yang

menjadikannya desa yang masih asri dan hijau. Padi dan tebu menjadi

komoditas dari sektor pertanian di Desa Blimbing. Hal tersebut ditunjang

oleh lokasi Pabrik Gula yang berada cukup dekat di sebelah Timur Desa

Blimbing tepatnya di Kecamatan Prajekan.

Berdasarkan data profil Desa Blimbing yang diperoleh dari kantor

desa setempat, tingkat pendidikan masyarakat di Desa Blimbing terbilang

masih rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel sumber daya manusia dimana

sekitar 706 orang penduduk tidak tamat SD atau bahkan tidak pernah

mengenyam bangku pendidikkan. Jumlah tersebut hampir setengah dari

jumlah penduduk desa secara keseluruhan.


36

Tabel 2
Sumber Daya Manusia

Uraian Sumber Daya Manusia Satuan


No. Jumlah
(SDM)
1. Penduduk dan Keluarga
a. Jumlah penduduk laki – laki 992 Orang
b. Jumlah penduduk perempuan 1093 Orang
c. Jumlah Kepala Keluarga 1.535 KK
2. Sumber penghasilan utama penduduk
a. Petani 579 Orang
b. Buruh Tani 658 Orang
c. Buruh Migran Perempuan 9 Orang
d. Buruh Migran Laki – laki 12 Orang
e. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 27 Orang
f. Pedagang 44 Orang
g. Peternak 8 Orang
h. Pensiunan TNI / POLRI 11 Orang
i. Lainnya (air, gas, listrik, konstruksi,
269 Orang
perbankan, dll)
Tenaga kerja berdasarkan latar belakang
3.
pendidikan
a. Lulusan S-1 ke atas 44 Orang
b. Lulusan SMA 335 Orang
c. Lulusan SMP 216 Orang
d. Lulusan SD 357 Orang
e. Tidak Tamat SD / Tidak
706 Orang
Sekolah
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017

Karakterisitik masyarakat yang masih tradisional dan menjunjung

tinggi adat budaya lokal menjadikan Desa Blimbing sebagai sebuah desa

yang menyimpan kekayaan budaya. Dalam hal akses hingga saat ini belum

ada angkutan umum yang beroperasi hingga masuk ke dalam Desa

Blimbing. Wisatawan yang berkunjung biasanya datang menggunakan

kendaraan pribadi. Angkutan umum yang beroperasi saat ini hanya melalui

jalan utama Kecamatan Klabang. Kepedulian masyarakat terhadap potensi


37

kepariwisataan di Desa Blimbing juga menjadi salah satu hal yang perlu

dibangun. Tingkat pendidikkan serta pengetahuan yang rendah terkait

kepariwisataan menjadi salah satu hal pokok yang harus segera diperbaiki

untuk dapat membangun kepedulian masyarakat terkait kegiatan wisata

yang ada di Desa Blimbing.

Terdapat sebuah ritual rutin yang sudah terlaksana sejak sekitar 500

tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini. Upacara Bersih Desa

dimana masyarakat bersama perangkat desa yang dipimpin oleh pemangku

adat melaksanakan prosesi upacara sedemikian rupa yang tidak berubah

dari dulu awal dilaksanakannya upacara tersebut hingga sekarang.

Masyarakat percaya dan meyakini bahwa dengan melaksanakan upacara

tersebut secara rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan akan

memberikan manfaat keselamatan bagi Desa Blimbing.

Berbagai kesenian dan makanan khas desa menjadi sajian yang

wajib untuk disuguhkan kepada masyarakat dan wisatawan yang turut

terlibat dalam kegiatan tersebut. beberapa masyarakat dari desa lain di

sekitar Desa Blimbing juga turut terlibat dan menyaksikan prosesi upacara

adat tersebut. Beberapa wisatawan juga datang untuk menyaksikan dan

mempelajari adat istiadat Desa Blimbing tersebut.


38

2. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing

Desa Blimbing sebagai sebuah desa yang telah ditetapkan sebagai

desa wisata serta kawasan wisata budaya memiliki beberapa kegiatan

wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang berkunjung.

Salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah kegiatan Upacara

Bersih Desa yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 13-15 Bulan

Sya’ban. Tradisi tersebut merupakan sebuah kegiatan yang

menggambarkan sebuah sejarah tentang asal-usul Desa Blimbing, serta

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara

tersebut dikemas menjadi sebuah acara rakyat yang menampilkan berbagai

macam kesenian tradisional khas dari Desa Blimbing diantaranya tarian

Singo Ulung, Ojung, Tari Topeng Konah dan beberapa permainan rakyat.

Masyarakat setempat meyakini bahwa Upacara tersebut memiliki nilai

magis dan sangat sakral dikarenakan ada ketentuan yang harus ditaati

dalam pelaksanaannya.

Pada Hari Pertama pada tanggal 13 Sya’ban diadakan Selametan

Sangger dimana pemangku adat akan memasak dibantu oleh beberapa

warga setempat. Seluruh masyarakat yang terlibat termasuk Komangkoh

(pemangku adat) dilarang berbicara sekaligus mencicipi makanan yang

dimasak, dan pada proses memasak tersebut dilarang ada orang lain yang

masuk melihat kecuali orang-orang yang telah ditunjuk untuk memasak.

Ada beberapa masakkan yang harus dipersiapkan diantaranya Nase’

Lemmak, Jhindul, Nanginang, Bitdheng Ghuluk, Juko’ Sanga’ macem, Lop

kolop pettong macem, dan beberapa masakkan lainnya. Setelah memasak,


39

acara akan dilanjutkan dengan arak-arakan yang diikuti seluruh

masyarakat beserta para penari yang akan tampil menuju Olbe’ Nangger

yakni tempat mata air yang menyuplai kebutuhan air desa khususnya bagi

pertanian, lalu acara akan ditutup dengan penampilan kesenian tradisional

khas Desa Blimbing.

Gambar 3

Persiapan arak-arakkan menuju Olbu’ Nangger

Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017

Pada tanggal 14 Sya’ban dilanjutkan dengan Slametan Tanean dan

pembacaan doa oleh Komangkoh dan pada tanggal 15 Sya’ban akan

ditutup dengan acara makan bersama seluruh masyarakat beserta seluruh

wisatawan yang datang. Makanan yang disajikan adalah makanan-

makanan yang telah dimasak pada hari sebelumnya oleh komangkoh

bersama warga. Desa Blimbing juga seringkali mengadakan latihan

kesenian yang biasanya dilaksanakan di Kantor Desa atau dirumah

Komangkoh. Wisatawan yang ingin mempelajari kesenian dari Desa


40

Blimbing atau sekedar untuk melihat proses masyarakat dalam berlatih

kesenian dapat langsung berkunjung ke Desa Blimbing. Selain itu di Desa

Blimbing Juga terdapat makam Juk Sengah yang berdasarkan cerita

legenda setempat merupakan seorang tokoh yang pertama kali membangun

Desa Blimbing. Budaya keseharian masyarakat desa agraris yang jarang

ditemui di kawasan perkotaan dapat menjadi sebuah aktivitas yang unik

bila dikemas dengan baik.

Aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Blimbing

sebagian besar berorientasi pada kegiatan luar ruangan. Sebagai contoh

pada saat Upacara Bersih Desa, dalam prosesi arak-arakan sesajen yang

berasal dari hasil bumi, wisatawan akan menyusuri jalan desa, melewati

areal persawahan hingga akhirnya tiba di Olbu’ Nangger dimana lokasi

tersebut merupakan lokasi untuk meletakkan sesajen yang telah dimasak

oleh Komangkoh.

Gambar 4
Peletakkan Sesajen di Olbu’ Nangger

Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017


41

Wisatawan yang datang ke Desa Blimbing biasanya turut terlibat

dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan adat, budaya, serta tradisi

setempat. Sebagai contoh pada saat kegiatan Upacara Bersih Desa

biasanya wisatawan turut serta dan mencoba untuk memainkan kesenian

yang disajikan pada kegiatan tersebut dan mempelajari atau berlatih

tentang adat tradisi serta kesenian yang berkembang di Desa Blimbing

seperti kesenian Singo Ulung dan Ojung. Hingga saat ini belum ada

partisipasi yang berorientasi kepada kehidupan keseharian masyarakat

seperti bertani, berladang, dan tinggal bersama masyarakat untuk

mengikuti ataupun mempelajari pola hidup masyarakat setempat.


42

Gambar 5

Kesenian Ojung (Perang Rotan)

Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017

Gambar 6
Kesenian Singo Ulung

Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017


Tabel 3
Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Wisatawan

Kata Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Wawancara 4 Story line


Kunci (KADES) (Pemangku Adat) (Masyarakat) (Masyarakat)

Keterlibatan wisatawan yang Ya kalau disini itu kan ya kalau ada turis itu masyarakat itu selalu Wisatawan yang
wisatawan datang itu Singo Ulung yang asli kaya kemarin kesini terbuka kalau ada datang biasanya
dalam biasanya pada datangnya dari sini. Kalau itu diajak buat ikutan yang mau ikut ingin belajar secara
kegiatan saat acara desa orang yang datang kesini itu permainan desa, ada kesenian disini, langsung kegiatan
masyarakat saja, seperti saat rata-rata ya pengen tahu, juga yang nyoba kemarin itu ada turis kesenian yang ada di
upacara bersih nanti janjian sama saya ikut buat main Ojung, dari luar pengen coba Desa Blimbing
desa. Pernah ada latihan. Kalau pas upacara ada yang belajar Ojung ya
wisatawan yang yang di hari terakhir 15 Topeng Konah. Tapi dipersilahkan. Cuma
kesini ikutan sya’ban itu ada permainan ya memang disini memang kalau
nyoba main tradisional desa, siapapun belum ada yang buat untukpenginapan
Ojung, ada yang yang mau ikut main itu penginapan, disini belum ada,
belajar Topeng silahkan, tidak ada larangan, homestay hotel gitu mungkin kalau mau ya
Konah, dan Cuma untuk kegiatan yang belum ada. Paling ya bisa nginep dirumah
Singo Ulung sakral seperti yang masak- kalo ada yang mau saya, atau nginep di
masak itu memang harus nginep disini bisa rumah Pak Tikno
masyarakat sini dirumah sini, di Pak biasanya
Kades atau Pak
Tikno. Biasanya
gitu.
Sumber : Olahan Peneliti, 2017

43
44

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pariwisata di Desa

Blimbing berorientasi pada produk-produk berbasis kebudayaan setempat.

Daya tarik wisata di Desa Blimbing merupakan daya tarik wisata yang

berorientasi pada perilaku budaya yang melibatkan kegiatan berperilaku

seperti, ritual, berkesenian, serta keterampilan. Upacara Bersih Desa

merupakan sebuah ritual yang rutin diselenggarakan sebagai sebuah

tradisi. Kegiatan tersebut juga melibatkan para pelaku kesenian dan

masyarakat di Desa Blimbing.

Kesenian di Desa Blimbing diantaranya, Kesenian Singo Ulung,

Tari Topeng Konah, Tarian Tandhek Bini’, serta Ojung. Masyarakat juga

meyakini bahwa kesenian yang ada di Desa Blimbing tidak hanya

dianggap sebagai hiburan akan tetapi juga mengandung nilai magis dan di

sakralkan. Sebagai contoh masyarkat meyakini jika kesenian tersebut tidak

dijaga atau tidak dilakukan sesuai dengan yang seharusnya akan

mendatangkan bencana bagi Desa Blimbing.

Ritual Upacara Bersih Desa memang tidak hanya ada di Desa

Blimbing, ada beberapa daerah yang juga biasa melaksanakan tradisi

serupa, namun tiap daerah memiliki keunikkan masing-masing. Sebagai

contoh di Desa Blimbing, dalam hal memasak sesajen dan makanan untuk

masyarkat dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh Komangkoh (Pemangku

Adat). Untuk dapat menjadi Komangkoh ada beberapa hal yang harus

dipenuhi diantaranya adalah merupakan keturunan dari Juk Sengah dan

memiliki ilmu magis yang diturunkan dari nenek moyang. Kehidupan

masyarakat yang bercampur antara Suku Jawa dan Madura (Mandalungan)


45

memunculkan karakteristik baru. Jika dilihat dari tingkat keunikkannya,

kesenian daya tarik yang ada di Desa Blimbing merupakan sebuah daya

tarik yang hanya dapat ditemui di Kabupaten Bondowoso khususnya di

Desa Blimbing.

3. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing

Kegiatan pariwisata di Desa Blimbing diinisiasi oleh pemerintah.

Pemerintah melihat potensi yang sangat besar dari Desa Blimbing karena

kebudayaan yang sangat kuat dan terus lestari beratus-ratus tahun hingga

saat ini. Pemerintah sebagai inisiator melihat keunikkan dan karakter Desa

Blimbing yang sangat kuat. Kesenian Singo Ulung yang menjadi salah

satu ikon Kabupaten Bondowoso lahir dan berkembang di Desa Blimbing

meskipun pada saat ini sudah mulai bermunculan beberapa desa dan

sanggar kesenian yang berlatih Kesenian Singo Ulung. Hal ini

dikarenakakan Kesenian Singo Ulung memang telah menjadi ikon

Kabupaten Bondowoso.

Pemerintah sebagai inisiator berpendapat bahwa karakter yang kuat

serta keunikkan yang dimiliki Desa Blimbing dapat dikembangkan

menjadi sebuah daya tarik wisata khususnya yang berorientasi terhadap

kebudayaan lokal. Hal tersebut juga akan meningkatkan keragaman daya

tarik wisata di Kabupaten Bondowoso secara umum. Pemerintah juga

yakin dengan mengembangkan sektor pariwisata akan membantu dalam

memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan

perekonomian serta peningkatan PADes (Pendapatan Asli Desa).


46

Pemerintah sebagai inisiator melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga telah memberikan beberapa insentif sebagai upaya untuk

mendorong pengembangan pariwisata di Desa Blimbing, diantaranya

memfasilitasi masyarakat serta memberikan bimbingan terkait

kepariwisataan kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga

memberikan bantuan berupa peralatan untuk pengembangan kegiatan yang

berkaitan dengan kesenian dan memasukkan Tradisi Upacara Bersih desa

ke dalam calendar of events Kabupaten Bondowoso. Saat ini pemerintah

telah memberikan kewenangan penuh kepada masyarkaat untuk

melanjutkan serta mengelola Desa Blimbing sebagai sebuah desa wisata.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bondowoso telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan

pihak Desa Blimbing beserta masyarakat sebagai upaya untuk mendorong

masyarakat agar terus berusaha mengembangkan Desa Blimbing agar

layak menjadi desa wisata. Sebagai stimulan untuk memancing

keterlibatan masyarakat, pihak dinas terkait telah memberikan bantuan

berupa peralatan untuk menunjang kegiatan serta memfasilitasi latihan

bagi masyarakat. Selain itu pihak dinas terakait telah memberikan

kewenangan penuh kepada masyarakat desa untuk mengelola kegiatan

wisata di Desa Blimbing sehingga masyarakat secara langsung akan

menerima manfaat yang dihasilkan.

Upaya pemerintah mendorong masyarakat untuk mengembangkan

kepariwisataan di Desa Blimbing dalam bentuk desa wisata sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso nomor 12 tahun 2011 tentang


47

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang menetapkan Desa Blimbing

sebagai desa wisata sekaligus kawasan wisata budaya. Upaya tersebut juga

sebagai bentuk integrasi antara implementasi kerja Dinas Pariwisata

beserta pihak-pihak terkait dengan program pembangunan daerah yang

telah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Hingga saat ini Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga terus mendorong masyarakat untuk

mengembangkan Desa Blimbing akan tetapi pemerintah dan pihak desa

sebagai pengelola belum membuat perencanaan secara tertulis (dokumen)

terkait target-target yang ingin dicapai sehingga pengembangan serta

pengelolaan yang dilakukan terkesan seadanya dan spontan. Tidak adanya

dokumen terkait perencanaan serta arahan bagi Desa Blimbing untuk

mengembangkan sektor pariwisata menjadi hal yang harus segera ditindak

lanjuti agar pengembangan yang dilakukan dapat berjalan secara efisien.


Tabel 4
Wawancara DISPARPORA tentang Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing

Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Story Line


(KADIS) (KASI) (KASI)
Inisiator Dari dinas itu Kalau berbicara Sebagai inisiator kami hanya Inisiator dari
pengembangan mengusulkan desa-desa inisiator ya kami mendorong serta memfasilitasi. pembangunan serta
desa wisata yang punya potensi dari dinas sangat pengembangan Desa
untuk dikembangkan mendorong, Blimbing sebagai desa
menjadi Desa Wisata. kami melihat wisata adalah pemerintah
Kami juga melihat masyarakat melalui Dinas Pariwisata
wisatawan sudah mulai budayanya Pemuda dan Olahraga
datang berkunjung. Dan sangat kuat, Kabupaten Bondowoso
pihak desa juga setuju. kami dan
masyarakat
sama-sama ingin
Desa Blimbing
jadi tujuan
wisata, makanya
sampe di buat
perda itu karena
karakter Desa
Blimbing ini
sudah sangat
kuat, kalau
berbicara Singo
Ulung pasti ya
Desa Blimbing
yang disebut
48
Perkembangan kalau dari tingkat Desa Blimbing Perkembangannya kalau Desa Blimbing termasuk
Desa Blimbing kunjungan belum ada ini tergolong dibandingkan dengan desa dalam salah satu desa
sebagai desa data resmi yang masuk yang wisata yang lain seperti wisata di Kabupaten
wisata dari pihak desa, tapi perkembanganny Lombok Kulon, Alas Somor, Bondowoso yang
setiap upacara bersih a lambat Glingseran itu ya masih lambat. perkembangannya lambat.
desa itu selalu ramai, kaitannya dengan Data kunjungan belum ada Belum ada data kunjungan
kadang ada turis data kunjungan. sampai sekarang. yang tercatat hingga saat
mancanegara juga yang ini. Hal tersebut didasari
datang oleh kondisi masyarakat
yang belum terlalu yakin
dengan manfaat yang akan
diperoleh jika mereka
mengembangkan
kepariwisataan di Desa
Blimbing.
Upaya dalam Kami sebagai Disini dinas Kami telah melakukan Pemerintah selalu
mendorong pemerintah hanya bisa sudah pertemuan dengan masyarakat. memberikan dorongan dan
keterlibatan memberi arahan karena memberikan Kami juga sudah memfasilitasi memfasilitasi masyarakat
masyarakat masyarakat setempat berbagai macam dan diharapkan masyarakat untuk terus terlibat secara
sebagai tuan rumah juga bantuan, sadar dan tergerak bahwa aktif dalam
harus memiliki meskipun belum pariwisata jika dikembangkan mengembangkan Desa
kesadaran dan kemauan. maksimal karena dengan baik di Desa Blimbing Blimbing sebagai desa
Kami sudah beberapa kita harus akan memberikan manfaat, wisata.
kali mengadakan menetapkan pendapatan asli desa juga naik,
pertemuan dengan prioritas. Mana nanti juga yang merasakan
masyarakat dan yang tren masyarakat. Tapi memang
memberikan bantuan kunjungan dan cukup susah untuk meyakinkan
dalam hal promosi. penguatan masyarakat dan mendorong

49
Kalau desanya terkenal embrionya naik masyarakat disana. Makanya
juga kan masyarakat ya kami Desa Blimbing ini bisa dibilang
juga senang. prioritaskan cukup lambat.
Forum Kalo forum secara ya setiap tahun Hingga saat ini kami masih Sudah beberapa kali
komunikasi berkala dan benar-benar kami selalu rutin kesana diskusi dengan dilakukan pertemuan dan
membahas sudah ada memfasilitasi, masyarakat dan perangkat desa diskusi bersama
meskipun tidak sering mengadakan untuk membahas masyarakat terkait
tapi setiap tahun pasti pertemuan, pengembangan desa kaitannya pengembangan Desa
ada agendanya. utamanya untuk dengan pariwisata. Blimbing sebagai desa
membahas wisata.
pengembangan
pariwisata di
Desa Blimbing.

Pendayagunaan Kami sudah melakukan Kami sudah Kami sudah memberikan Pihak dinas telah
masyarakat pertemuan untuk beberapa kali bantuan berupa peralatan, dan melakukan beberapaa kali
membahas potensi- mengadakan dana supaya dikelola oleh pertemuan dengan pihak
potensi yang ada dan pertemuan dan masyarakat untuk desa beserta masyarakat
terus membuka selalu mengembangkan seni budaya di dan mendorong
pandangan masyarakat mendorong Desa Blimbing sebagai daya masyarakat untuk terus
bahwa dengan masyarakat tarik untuk wisatawan. menggarap dan mengelola
pariwisata itu dampak untuk terus Desa Blimbing. Beberapa
ekonomi yang mengembangkan bantuan juga telah
dihasilkan sangat besar, pariwisata di diberikan kepada
sebagai contoh desa Desa Blimbing, masyarakat untuk
Alas Sumur sudah mulai tetapi pengembangan kegiatan di
maju, sudah ramai permasalahannya Desa Blimbing.
pengunjung. masyarakat

50
belum yakin
kalau pariwisata
ini bisa
memberikan
manfaat nanti ke
depan.
Contohnya saja
sudah ada
Glingseran dan
Alas Somor itu
baru setahun
mereka tingkat
kunjungannya
sudah tinggi.
Komunitas Lokal Kalo untuk komunitas Sudah ada, Pak Kalo POKDARWIS belum ada. Di Desa Blimbing terdapat
dalam seperti POKDARWIS Sugeng itu sering Akan tetapi ada karang taruna beberapa komunitas lokal
pembangunan belum ada, tapi pemuda kesana ngurusin. dan kelompok seni pimpinan diantaranya kelompok seni
dan dan masyarakat punya Kalau Pak Tikno yang rutin latihan di dan belum ada
pengembangan karang taruna yang juga POKDARWIS sana. Mereka juga yang selalu POKDARWIS sebagai
desa wisata menjadi bagian dari memang belum, terlibat waktu acara Upacara kelompok masyarakat
masyarakat yang kami lebih fokus Bersih Desa. yang bergerak pada
mempersiapkan upacara untuk destinasi pengembangan
bersih desa. yang alam dulu kepariwisataan
untuk
POKDARWIS.
Komitmen dalam Kalo di Desa Blimbing Hingga saat ini Ya otomatis jika pariwisata itu Pemerintah terus menjaga
penerapan kami dari dinas sangat kebudayaan di dikembangkan dengan baik, komitmen dalam menjaga
prinsip ekonomi mendukung, soalnya Desa Blimbing kebudayaan juga pasti lestari. kelestarian budaya dan

51
hijau Singo Ulung, Ojung, ini sudah cukup Budaya di Desa Blimbing itu alam yang ada di Desa
Topeng Konah itu kan kuat, sampai saat sudah cukup kuat. Tinggal Blimbing, untuk itu
khas Bondowoso, tidak ini juga bagaimana masyarakat bisa pemerintah terus
ada di daerah lain dan masyarakat mengelola seni dan tradisi mendorong masyarakat
Desa Blimbing sebagai masih rutin disana supaya bisa jadi daya untuk terus
lahirnya kesenian mengadakan tarik kegiatan pariwisata mengembangkan
tersebut harus aktif Upacara Bersih kepariwisataan di Desa
untuk melestarikan. Saat Desa. Kami juga Blimbing. Dengan terus
ini sudah ada beberapa membantu mendorong masyarakat
sanggar kesenian yang kegiatan latihan untuk terus terlibat secara
mulai mengajarkan seni di Desa aktif dalam pembangunan
tarian Singo Ulung. Blimbing. serta pengembangan desa
Salah satunya yang di wisata di Desa Blimbing,
Prajekkan. Kalo di Desa pemerintah yakin aka nada
Blimbing sendiri manfaat yang didapat oleh
memang belum ada masyarakat setempat
sanggar sepertinya tapi terutama dari segi
masyarakat sudah rutin perekonomian.
latihan ya buat upacara
bersih desa itu salah
satunya.
Penerapan Di desa Blimbing itu Masyarakat itu ya budaya di Blimbing itu Dari pihak dinas sebagai
prinsip produknya kan budaya, sudah sadar memang harus dilestarikan. pemegang kebijakkan
kelestarian semakin berkembang bahwa kegiatan Dengan terus mendorong selalu menghimbau kepada
pariwisata disana pasti mereka itu selalu masyarakat untuk masyarakat bahwa
juga dampaknya ke mengundang mengembangkan pariwisata, kebudayaan yang menjadi
budaya secara langsung wisatawan, kami berharap masyarakat asset desa harus dijaga dan
makanya kami semakin tergerak dan aktif dilestarikan.

52
terus mendukung terlibat secara langsung untuk
tradisi ini supaya melestarikan apa yang menjadi
terus daya tarik di Desa Blimbing.
dilestarikan.

Sumber : Olahan Peneliti, 2017

53
Tabel 5
Wawancara Pihak Desa tentang Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing

Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Wawancara 4 Story Line


(KADES) (Pemangku Adat) (Masyarakat) (Masyarakat)
Forum Di sini sering Kalau saya pribadi saya ndak tau mas kalau acara bersama kalau acara bersama
komunikasi diadakan forum sering bertemu Pak kalau itu, tapi disini masyarakat disini masyarakat disini sering
tapi lebih Sugeng dari dinas, memang pak tenggih sering mas. Tapi mas. Tapi untuk yang
membahas beliau juga sering sering mengadakan untuk yang membahas pariwisata
kepentingan desa kesini. Tapi biasanya pertemuan. Banyak membahas itu masih jarang. Kalau
secara umum. lebih sering hal yang dibahas. pariwisata itu masih saya sendiri itu
Tidak hanya membahas tentang Kadang ya tentang jarang. Kalau saya inginnya ada bantuan
pariwisata, tetapi kesenian, beliau kan tani, tentang bersih sendiri itu inginnya buat membangun
juga budaya, juga punya desa, tentang ada bantuan buat gapura di makam Juk
pembangunan Padepokkan Seni di masyarakat dan membangun gapura Sengah itu mas. Terus
desa Prajekkan. Kadang permasalahan desa. di makam Juk di jalan itu di kasih
juga membahas Sengah itu mas. penunjuk jalan kalau
bagaimana pariwisata Terus di jalan itu di disini itu Desa tempat
yang melibatkan kasih penunjuk jalan lahirnya Singo Ulung.
Kesenian Bondowoso kalau disini itu Desa
tempat lahirnya
Singo Ulung.

Sumber : Olahan Peneliti, 2017

54
55

4. Keterlibatan Masyarakat Lokal

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak desa dan beberapa

masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan desa

termasuk kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata seperti Upacara

Bersih Desa dapat dikatakan 100 persen masyarakat terlibat. Masyarakat

Desa Blimbing menganggap kebudayaan yang ada di Desa Blimbing

hingga saat ini sebagai identitas dan mereka berkomitmen untuk terus

menjaga dan melestarikannya. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat

mulai dari yang berusia anak-anak, remaja hingga lanjut usia yang masih

berlatih kesenian tradisional. Masyarakat juga meyakini bahwa jika tradisi

yang ada tidak dijaga dan dipertahankan, akan mendatangkan bencana

terhadap kehidupan di Desa Blimbing. Tidak hanya tentang kebudayaan,

kondisi masyarakat agraris yang sangat bergantung terhadap lingkungan

alam juga mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian alam.

Masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani

berkeyakinan bahwa mata pecaharian mereka sangat bergantung dengan

kondisi alam. Bencana kekeringan dapat berdampak fatal bagi kehidupan

para petani.

Masyarakat juga yakin dengan adanya pariwisata berbasis

kebudayaan yang di kembangkan di desa mereka tidak akan mengganggu

eksistensi kebudayaan yang bertahan hingga saat ini dan justru akan

berdampak positif terhadap kelestarian budaya setempat. Karakter

masyarakat yang sangat berpegang teguh terhadap kebudayaan lokal

meyakinkan bahwa sampai kapanpun tradisi dan budaya yang ada tidak
56

akan pernah kalah terkikis oleh kepentingan-kepentingan yang lainnya.

Penghargaan yang tinggi akan kebudayaan lokal yang dimiliki secara tidak

langsung juga mendorong masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan

pariwisata yang ada untuk memastikan bahwa kebudayaan yang dijadikan

sebagai produk wisata tidak menyimpang ataupun mengikis kebudayaan

asli yang ada.

Meskipun tingkat keterlibatan masyarakat dapat dikatakan cukup

tinggi akan tetapi hingga saat ini di Desa Blimbing belum ada komunitas

lokal yang secara khusus dibentuk untuk mengelola serta

mengembangkan kegiatan wisata di desa tersebut. Komunitas lokal yang

ada hingga saat ini adalah komunitas yang berorientasi pada kegiatan

kesenian seperti Komunitas Singo Ulung Bintang Pusaka serta Komunitas

Hadrah.
Tabel 6
Wawancara DISPARPORA tentang Keterlibatan Masyarakat

Kata kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Story line


(KADIS) (KASI) (KASI)
Bentuk Di Desa Blimbing yang Setiap ada acara di sana, Masyarakat semuanya kami Hingga saat ini Dinas
pendayagunaan keunggulannya pada contohnya upacara bersih dorong sama-sama untuk Pariwisata Pemuda
masyarakat kebudayaan otomatis yang desa, acara-acara kesenian melestarikan kebudayaan dan Olahraga
paham betul adalah itu juga masyarakat yang ada. Singo Ulung ini mendorong
masyarakat, dan yang langsung yang terlibat. identitas Desa Blimbing, masyarakat secara
mengerti juga masyarakat Kami dari dinas cuma mulai dari latihan hingga langsung untuk
sehingga kami membantu memberikan bantuan berupa materi membangun
memberikan kuasa penuh arahan sudah kami berikan. pariwisata khususnya
kepada masyarakat, kami melalui potensi
hanya mengarahkan. Dan kebudayaan yang
menurut saya jika dimiiki. Sebagai salah
kebudayaan terus satu identitas
dilestarikan secara Kabupaten
langsung maupun tidak Bondowoso,
juga akan baik dampaknya kebudayaan di Desa
untuk pembangunan Blimbing harus tetap
pariwisata di Desa dijaga dan pihak dinas
Blimbing. berkeyakinan bahwa
masyarakat Desa
Belimbing sendiri
yang lebih mengerti
bagaimana cara untuk
tetap menjaga
kelestarian. Sehingga
57
dengan kelestarian
yang tetap terjaga
sektor pariwisata akan
dapat terus
berkembang
Komunitas Lokal Kalo untuk komunitas Sudah ada, Pak Sugeng itu Kalo POKDARWIS belum Di Desa Blimbing
dalam seperti POKDARWIS sering kesana ngurusin. ada. Akan tetapi ada karang terdapat beberapa
pembangunan dan belum ada, tapi pemuda Kalau POKDARWIS taruna dan kelompok seni komunitas lokal
pengembangan dan masyarakat punya memang belum, kami pimpinan Pak Tikno yang diantaranya kelompok
desa wisata karang taruna yang juga lebih fokus untuk destinasi rutin latihan di sana. Mereka seni dan belum ada
menjadi bagian dari yang alam dulu untuk juga yang selalu terlibat POKDARWIS
masyarakat yang POKDARWIS. waktu acara Upacara Bersih sebagai kelompok
mempersiapkan upacara Desa. masyarakat yang
bersih desa. bergerak pada
pengembangan
kepariwisataan
Sumber : Olahan Peneliti, 2017

58
Tabel 7

Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Masyarkat

Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Wawancara 4 Story Line


(KADES) (Pemangku Adat) (Masyarakat) (Masyarakat)
Komunitas ada disini punya Di sini ada kalau tidak salah kalau sesuai di profil Di Desa Blimbing terdapat
lokal yang ada kelompok hadrah perkumpulan Seni itu ada kelompok desa disini itu ada Komunitas Seni Singo Ulung
di Desa dan ada komunitas Singo Ulung Bintang seni Singo kelompok seni yang Bintang Pusaka, Kelompok
Blimbing seni Singo Ulung Pusaka. Itu saya Ulung, ada Pak Tikno itu, ada Kesenian Hadrah, akan tetapi
langsung yang hadrah juga. hadrah, ada juga tim belum dibentuk komunitas
melatih. Banyak juga Kalau di depan voli. lokal yang khusus untuk
orang dari luar yang itu tim voli desa mengelola kegiatan
datang belajar, ada kepariwisataan di Desa
yang cuma nonton pas Blimbing.
waktu latihan
jumlah semua masyarakat seluruh masyarakat Kalo jumlahnya semua pasti terlibat Dalam pengembangan desa
masyarakat terlibat, ada yang wajib terlibat kalo saya kurang tau, mas. Mulai dari wisata di Desa Blimbing,
lokal yang kerja itu kadang tentang tradisi dan tapi setiap ada yang muda sampe masyarakat terlibat sepnuhnya.
terlibat dalam sampe cuti atau membangun desa, tapi kegiatan apapun bapak-bapak disini Hal ini di dasari juga oleh
pengembangan libur. Yang untuk pembangunan masyarakat disini itu kalau kegiatan bentuk pengembangan produk
desa wisata biasanya ke sawah desa wisata belum selalu terlibat, desa pasti ikut. Sama wisata di Desa Blimbing yang
itu libur dulu. tahu, mungkin hanya apalagi kalo seperti kerja bakti berorientasi terhadap
yang bekerja di desa acaranya disini juga ramai kebudayaan setempat, dimana
saja. Kalo untuk berkaitan dengan pasti kebudayaan merupakan hal
pembangunan Desa adat tradisi disini yang sangat dijaga dan di
itu kewenangan Pak cintai oleh masyarakat
tenggi (Kepala Desa) setempat.

59
Presentase hampir 100 persen Ya harus 100 persen ya mungkin ya 100 % 100 persen masyarkaat terlibat
masyarakat masyarakat terlibat, dan untuk hampir 100 masyarakat disini dan harus ada bimbingan dan
yang terlibat terlibat. Biasanya pembangunan di sini persen terlibat. Kadang dari arahan yang jelas dari pihak-
dalam ada orang dari saya rasa masyarakat masyarakat desa lain juga datang pihak lain terutama dinas
pengembangan desa lain juga ikut sudah terlibat, tetapi kesini. setempat.
desa wisata datang. Ada yang juga butuh bimbingan
nonton, ada yang dari orang-orang yang
juga ikut bantu lebih paham dengan
pariwisata
Komitmen ya kalo dari pihak ya karena tradisi masyarakat itu kalau menurut saya Pihak desa beserta masyarakat
dalam desa terus sampai disini itu kan sangat hidupnya disini di desa ini yang akan terus mendorong upaya-
penerapan kapanpun akan sakral, jadi harus tetap sebagian besar masih memegang upaya pelestarian karena
prinsip mendorong dilaksanakan. tani, bergantung teguh budayanya. kehidupan masyarakat
ekonomi hijau pelestarian, salah Contohnya seperti sama alam mas. Karna memang kan sebagian besar bergantung
satunya dengan Ojung itu kan Ya dengan kaya Singo Ulung itu juga pada alam dan budaya sekitar.
membuat penarinya harus gitu juga kan lahirnya disini.
kelompok- sampai mengeluarkan masyarakat pasti Pemerintah juga
kelompok seni. darah. Pernah dulu sadar jangan sudah menetapkan
Ojung itu tidak sampe disini itu kalau disini itu desa
diadakan dan pernah rusak. Kalo wisata. Kalau
penarinya itu tidak budayanya memang nanti desa
sampai keluar darah memang sudah ini maju, masyarakat
dan pasti langsung kental dari dulu, pasti tetap
datang bencana, dan masyarakat menjadikan budaya
kekeringan, gagal juga sampe disini sebagai aturan
panen, selalu ada sekarang masih mas. Insyallah tidak
bencana kalau tidak mempertahankan. berubah
sesuai dengan tradisi

60
Penerapan dari desa selalu Kalau di Desa ya semuanya kalau alam disini Dari pihak dinas sebagai
prinsip mengingatkan Blimbing kan yang dilakukan memang masih asri pemegang kebijakkan selalu
kelestarian kepada kesenian dan bersih disini selalu gini mas. menghimbau kepada
masyarakat, desa itu yang jadi berusaha Masyarakat yang masyarakat bahwa kebudayaan
sampai kapan dan unggulan jadi mempertahankan tani juga kan yang menjadi asset desa harus
pembangunan otomatis kalau mau semuanya biar bergantungnya sama dijaga dan dilestarikan.
seperti apapun jadi pariwisata ya kita tidak hilang mas. alam. Kalau sampe
yang dilakukan harus Kalo kesenian itu kekeringan kan ndak
jangan sampai mempertahankan disini mulai dari bisa panen juga.
desa ini lupa kesenian dan tradisi anak kecil sampe Kalau kaitannya
dengan tradisi dan itu sampai kapanpun. bapak-bapak itu dengan budaya
budaya yang ada. Seperti sekarang ini ikut latihan. Jadi sampai saat ini
kan tradisi itu masih kalo budaya masih dijaga terus.
ada, masih disini terus Bersih Desa itu saja
dipertahankan jangan dipertahankan kan sudah 500 tahun
sampai nanti beberapa Insyallah lebih mas. Jadi
tahun lagi tradisi itu dampaknya juga kalaupun jadi tempat
sudah hilang. bagus buat wisata pasti ya
pariwisatanya budaya itu lagi yang
dicari wisatawan
Sumber : Olahan Peneliti, 2017

61
62

5. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing

Hingga saat ini belum ada catatan terkait data kunjungan

wisatawan. Namun menurut penuturan masyarakat setempat, wisatawan

yang datang mayoritas berasal dari Kabupaten Bondowoso serta

kabupaten/kota yang berada di sekitaran Kabupaten Bondowoso. Hal ini

mengindikasikan bahwa daya tarik wisata yang ada di Desa Blimbing

belum terlalu dikenal masyarakat secara luas dan jika dilihat dari segi

kepopulerannya baru berkembang dalam skala lokal dan regional.

Infrastruktur jalan juga menjadi hal yang harus diperhatikan selain

daya tarik. Untuk menuju Desa Blimbing, wisatawan dapat melalui jalan

provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bondowoso dengan Kabupaten

Situbondo. Wisatawan yang ingin memanfaatkan mode transportasi umum

untuk mencapai Desa Blimbing hanya bisa sampai pintu gerbang desa

dikarenakan belum ada transportasi umum yang beroperasi hingga masuk

ke dalam desa. Untuk dapat masuk ke dalam Desa Blimbing, wisatawan

dapat memanfaatkan jasa ojek yang dapat di jumpai di sekitaran pintu

gerbang masuk menuju Desa Blimbing.


63

Gambar 7

Gapura Gerbang Desa Blimbing

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017


Berdasarkan hasil observasi dilapangan terkait kondisi jalan di

dalam Desa Bimbing ditemukan beberapa titik jalan yang perlu

mendapatkan perbaikkan dan ada beberapa ruas jalan yang belum di aspal..

Ditemukan beberapa titik jalan yang berlubang. Kondisi ini akan

membahayakan pengendara yang melintas di malam hari karena tidak ada

lampu penerangan jalan yang memadai. Selain itu lebar jalan hanya sekitar

3 meter dan tidak memungkinkan untuk dilaui kendaraan besar seperti bus.
64

Gambar 8

Kendaraan Melintasi Jalan Desa

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017

Gambar 9

Ruas Jalan yang Belum Diaspal

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017


Tabel 8
Wawancara DISPARPORA tentang Perkembangan Desa Blimbing sebagai Desa Wisata

Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Story Line


(KADIS) (KASI) (KASI)
Perkembangan kalau dari tingkat Desa Blimbing ini Perkembangannya kalau Desa Blimbing termasuk dalam
Desa Blimbing kunjungan belum tergolong yang dibandingkan dengan salah satu desa wisata di
sebagai desa ada data resmi yang perkembangannya desa wisata yang lain Kabupaten Bondowoso yang
wisata masuk dari pihak lambat kaitannya seperti Lombok Kulon, perkembangannya lambat. Belum
desa, tapi setiap dengan data Alas Somor, Glingseran ada data kunjungan yang tercatat
upacara bersih desa kunjungan. itu ya masih lambat. hingga saat ini. Hal tersebut
itu selalu ramai, Data kunjungan belum didasari oleh kondisi masyarakat
kadang ada turis ada sampai sekarang. yang belum terlalu yakin dengan
mancanegara juga manfaat yang akan diperoleh jika
yang datang mereka mengembangkan
kepariwisataan di Desa Blimbing.
Sumber : Olahan Peneliti, 2017

65
Tabel 9

Wawancara Pihak Desa tentang Perkembangan Desa Blimbing sebagai Desa Wisata

Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Wawancara 4 Story Line


(KADES) (Pemangku Adat) (Masyarakat) (Masyarakat)
Perkembangan kalo disini belum kalau disini itu turis Kalau lagi ada kalau kunjungan setau Wisatawan datang pada
Desa Blimbing banyak kegiatan, datang hanya pas acara bersih saya memang musiman saat ada acara-acara desa
sebagai desa ya paling yang bersih desa saja, kalau desa itu ramai mas. soalnya memang seperti Upacara bersih
wisata datang itu yang hari lain mungkin mas. Saya juga hanya pas bersih desa itu, desa. Adapula yang datang
penelitian kaya hanya datang waktu ingin Blimbing setelah itu ya sepi lagi. untuk melakukan
adek ini, ada juga mau ikut latihan saja. itu bisa terkenal Masyarakat juga penelitian serta belajar
yang datang waktu Kalau data kunjungan seninya seperti inginnya desa ini bisa kesenian setempat.
acara-acara desa. mungkin bisa yang di jadi tempat wisata, tapi Masyarakat sangat
Yang keluar justru ditanyakan di kantor Prajekkan itu bingung juga mas disini menerima dan senang
banyak, ada yang desa. Masyarakat pasti tempa wisatanya sedikit. apabila Desa Blimbing
sekolah di luar senang kalau desanya Orang sini itu kan juga semakin ramai dikunjungi
kota jadi tempat wisata pengetahuannya masih wisatawan.
tetapi kan untuk kurang kalo buat
menjadi seperti itu pariwisata. Butuh
butuh proses yang bimbingan lagi
panjang
Sumber : Olahan Peneliti, 2017

66
67

B. Pembahasan

1. Kekuatan Daya Tarik Desa Blimbing

Sebagai desa yang telah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata,

Desa Blimbing memiliki daya tarik berupa kebudayaan lokal. Kebudayaan

yang menjadi daya tarik tersebut merupakan kebudayaan yang berorientasi

pada perilaku budaya yang kegiatan utamanya melibatkan kegiatan

berperilaku, seperti ritual, berkesenian, dan keterampilan. Upacara Bersih

Desa yang dipadukan dengan kesenian tradisional setempat menjadi daya

tarik utama bagi wisatawan yang datang berkunjung. Wisatawan yang

datang berkunjung dapat mempelajari secara langsung kebudayaan yang

ada di Desa Blimbing. Masyarakat sangat terbuka dengan wisatawan yang

ingin terlibat dan mempelajari tradisi-tradisi di Desa Blimbing.

Meskipun Upacara Bersih Desa sudah sangat lazim dilaksanakan di

beberapa daerah di Indonesia terutama di Pulau Jawa, pasti setiap daerah

memiliki keunikkan masing-masing. Di Desa Blimbing, tradisi tersebut

sudah dilaksanakan sejak sekitar 500 tahun lalu dan belum berubah tata

cara pelaksanaannya hingga saat ini. Banyak hal unik yang dapat

ditemukan pada tradisi tersebut, diantaranya adalah larangan untuk

berbicara pada saat memasak sesajen, lalu pada saat pelaksanaan Ojung,

pertarungan baru bisa berakhir pada saat salah satu petarung mengeluarkan

darah dari tubuhnya, masyarakat yakin jika hal tersebut dilanggar maka

akan mendatangkan bencana bagi masyarakat setempat seperti,

kekeringan, gagal panen, dan beberapa hal lain. Kesan magis yang berasal

dari mitos serta kepercayaan terkait sakralnya tradisi tersebut ditambah


68

legenda serta sejarah Desa Blimbing menjadikan tradisi tersebut semakin

unik dan hanya dapat dijumpai di Desa Blimbing.

Hal lain yang menjadi perhatian pada pembahasan terkait daya

tarik adalah skala kepopuleran dari daya tarik tersebut. Meskipun tingkat

keunikkan daya tarik utama di Desa Blimbing dapat dikatakan sangat

tinggi namun skala kepopuleran daya tarik tersebut berada pada skala lokal

dan regional. Hal tersebut dapat diindikasikan dari kunjungan wisata yang

didominasi oleh wisatawan dari kabupaten/kota yang berada di sekitaran

Kabupaten Bondowoso dan wisatawan yang berasal dari dalam Kabupaten

Bondowoso. Peneliti menganggap kurangnya promosi yang dilakukan oleh

pemerintah beserta pihak desa sebagai pengelola menjadi salah satu

penyebab dari kurang populernya daya tarik yang ada di Desa Blimbing.

meskipun daya tarik tari tersebut telah masuk dalam calendar of events

akan tetapi Desa Blimbing belum masuk dalam Tourism Map Kabupaten

Bondowoso serta tidak ditemukannya paket wisata yang mengemas

kegiatan wisata di Desa Blimbing.

Hingga saat ini belum ada pengembangan terkait aktivitas dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat yang melibatkan wisatawan, kegiatan

yang melibatkan partisipasi wisatawan hanya terpaku pada kegiatan-

kegiatan desa seperti Upacara Bersih Desa yang hanya dilaksanakan

setahun sekali, padahal ada beberapa aktivitas yang sangat potensial untuk

dikembangkan, sebagai contoh dengan kehidupan masyarakat yang

sebagian besar bergantung pada sektor agraris yakni pertanian padi dan

perkebunan tebu yang sangat jarang ditemukan di kawasan perkotaan


69

dapat dikemas menjadi sebuah aktivitas yang dapat ditawarkan kepada

wisatawan sehingga menambah keragaman aktivitas dan kunjungan

wisatawan tidak hanya terjadi pada saat dilaksanakannya Upacara Bersih

Desa saja.

Dalam membangun serta mengembangkan sebuah destinasi wisata,

tidak bisa hanya mengembangkan daya tarik serta aktivitas saja, melainkan

harus menyeluruh terhadap produk wisata yang ditawarkan. Aksesibilitas

di Desa Blimbing juga perlu dibenahi, infrastruktur jalan dan sarana

transportasi juga harus diperhatikan. Selain untuk mendukung kegiatan

pariwisata di Desa Blimbing, Pembenahan infrastruktur dan sarana

transportasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendukung kegiatan

sehari-sehari. Meskipun pembangunan daerah perdesaan tidak boleh

dilakukan secara besar-besaran karena takut akan menghilangkan

karakteristik aslinya, bukan berarti masyarakat perdesaan dibiarkan dalam

penderitaan karena keterbatasan infrastruktur dan fasilitas.

Sarana akomodasi bagi wisatawan juga harus menjadi hal yang

diperhatikan dalam pengembangan desa wisata. Sarana akomodasi di

dalam Desa Wisata bukan berarti harus membangun hotel dengan fasilitas

mewah dan modern, cukup dengan mendorong serta memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan fasilitas

akomodasi yang sesuai dengan struktur kehidupan dan tempat tinggal

masyarakat setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan

originalitas dan keaslian karakter perdesaan tersebut. Keaslian akan

memberikan manfaat bersaing bagi produk pariwisata perdesaan dan akan


70

mewujudkan keorisinilan, rasa khas daerah, dan kebanggaan daerah,

Nasikun dalam (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011:49) selain itu dengan

memanfaatkan fasilitas dan bangunan yang ada, masyarakat akan

menerima manfaat secara langsung dari pembangunan serta

pengembangan di daerah setempat.

2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing

Pemerintah menjadi inisiator dalam pengembangan desa wisata di

Desa Blimbing didasari oleh kuatnya kebudayaan yang ada di Desa

Blimbing dan masih bertahan hingga saat ini. Masyarakat juga turut

berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang

mereka miliki, Di Desa Blimbing seluruh komponen masyarakat mulai

dari anak-anak hingga lanjut usia selalu terlibat dalam kegiatan

kebudayaan di desa contohnya dalam kegiatan Upacara Bersih Desa dan

Latihan-latihan rutin kesenian lokal. Selain itu Desa Blimbing juga

menjadi salah satu tempat lahirnya ikon kebudayaan di Kabupaten

Bondowoso yakni Kesenian Singo Ulung. Pemerintah berpendapat bahwa

karakter kuat dan keunikan yang dimiliki oleh Desa Blimbing dapat

dikembangkan menjadi daya tarik wisata sehingga dapat memberikan

manfaat bagi pembangunan Kabupaten Bondowoso khususnya sebagai

destinasi wisata dan memberikan dampak positif pula bagi masyarakat di

Desa Blimbing. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Bondowoso telah memberikan kewenangan secara

penuh kepada masyarakat Desa Blimbing untuk mengembangkan dan


71

mengelola kegiatan pariwisata di desa setempat sebagai upaya melibatkan

dan mendayagunakan masyarakat lokal.

Pemerintah telah memberikan beberapa bantuan berupa peralatan

serta bimbingan kepada masyarakat terkait kepariwisataan dan diharapkan

masyarakat dapat tergerak untuk mengembangkan kepariwisataan di Desa

Blimbing. Meskipun masyarakat mengerti akan manfaat dan dampak

positif dari pengembangan kepariwisataan yang dihasilkan, cukup sulit

untuk meyakinkan dan mendorong masyarakat dan pihak desa untuk

mengembangkan kepariwisataan di Desa Blimbing disebabkan tingkat

kunjungan wisatawan yang masih rendah dan manfaat ekonomis yang

belum terasa bagi masyarakat hingga saat ini. Masyarakat juga masih

membutuhkan banyak bimbingan dari pihak-pihak yang mengerti akan

pembangunan dan pengembangan kepariwsiataan. Meskipun pemerintah

beberapa kali melakukan pertemuan dengan masyarakat, akan tetapi belum

pernah dilakukan pelatihan intensif bagi masyarakat terkait bagaimana

langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan Desa

Blimbing sebagai desa wisata. Forum komunikasi yang dilakukan pihak

desa juga tidak sepenuhnya membahas kegiatan wisata di Desa Blimbing,

sehingga perkembangan terkait kepariwisataan di Desa Blimbing terkesan

jalan di tempat tanpa adanya perkembangan yang signifikan.

Hingga saat penelitian ini dilakukan, peneliti tidak menemukan

adanya dokumen terkait perencanaan maupun pengembangan Desa

Blimbing sebagai desa wisata, sehingga pengembangan yang dilakukan

bersifat spontan dan tanpa arah yang jelas.


72

3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di


Desa Blimbing

Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak-pihak yang berkaitan

dengan pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata, diperoleh data

bahwa keterlibatan masyarakat dalam hal pelestarian kebudayaan sangat

tinggi. Hampir seluruh masyarakat terlibat dalam keiatan-kegiatan

kebudayaan yang ada, akan tetapi keterlibatan masyarakat tersebut belum

maksimal dalam konteks pengembangan pariwisata di Desa Blimbing.

Ketidakjelasan terkait arah pengembangan serta langkah-langkah yang

harus dilakukan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di Desa

Blimbing menjadi salah satu penghambat dalam perkembangan Desa

Blimbing sebagai Desa Wisata. Hal tersebut juga didasari oleh kondisi di

desa Blimbing yang hingga saat ini belum memiliki pengelolaan yang jelas

dalam artian tidak ada kelompok atau komunitas lokal yang bertugas untuk

melakukan pengelolaan kepariwisataan di Desa Blimbing.

Tidak adanya kelompok pengelola tersebut berakibat pada tidak

adanya struktur organisasi yang memetakan tugas dan pekerjaan yang

harus dilakukan untuk mengembangkan Desa Blimbing. Tidak adanya

kelompok pengelola tersebut di dasari oleh kebijakkan Dinas Priwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso yang memprioritaskan

pembentukan kelompok pengelola dalam hal ini POKDARWIS untuk

daerah-daerah yang memiliki daya tarik wisata alam seperti di kawasan

pendakian Gunung Raung dan beberapa destinasi wisata di Kabupaten

Bondowoso yang pesat perkembangannya seperti di Kawasan Wisata Batu

Susun Solor. Kebijakan tersebut juga dirasa menghambat perkembangan


73

kepariwisataan di Desa Blimbing, sebab dengan dibangunnya

POKDARWIS akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan

pembangunan kepariwisataan serta membantu Desa Blimbing dalam

membangun kepariwisataannya.

Sadar wisata digambarkan sebagai bentuk kesadaran masyarakat

untuk berperan aktif dalam beberapa hal, diantaranya, masyarakat

menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah yang baik

bagi wisatawan yang berkunjung untuk mewujudkan lingkungan dan

suasana yang kondusif sebagaimana tertian dalam slogan sapta pesona,

serta Masyarakat menyadari akan hak dan kebutuhannya untuk menjadi

pelaku wisata, (Rahim 2012:5). Fungsi utama POKDARWIS yang

dikemukakan oleh Putra (2013:10) diantaranya mengembangkan atraksi

wisata, meningkatkan kualitas SDM dalam pengelolaan atraksi wisata,

serta menigkatkan fasilitas wisata.

4. Tingkat Perkembangan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing


sebagai Desa Wisata

Perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata tergolong

lambat. Pihak Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Bondowoso mengatakan bahwa Desa Blimbing termasuk dalam salah satu

desa wisata yang perkembangannya sangat lambat khususnya jika ditinjau

dari data kunjungan wisatawan. Memang hingga saat ini belum ada data

pasti yang mencatat jumlah kunjungan wistawan dikarenakan tingkat

kunjungan yang masih rendah. Seharusnya pencatatan jumlah kunjungan

wisatawan harus tetap dilakukan sebagai bahan acuan dalam melakukan


74

pengembangan serta mengetahui karakter wisatawan yang datang tanpa

harus menunggu sampai tingkat kunjungan wisatawannya menjadi tinggi.

Infrastruktur yang terdapat di Desa Blimbing juga masih sangat minim dan

butuh pembenahan secara menyeluruh sebagai wujud pembangunan di

Desa Blimbing.

Pembangunan serta pengembangan yang dilakukan di Desa

Blimbing harus tetap mengacu pada konsep pembangunan pariwisata

berkelanjutan, terutama dalam mendukung perkembangan pariwisata

budaya di Indonesia. Berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan,

Desa Blimbing belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagai desa wisata

yang menerapkan prinsip ekonomi hijau dimana ekonomi hijau merupakan

sebuah bentuk pembangunan serta pengembangan salah satunya sektor

pariwisata yang bertumpu pada konsep pengembangan berkelanjutan.

Dampak ekonomi dari kegiatan wisata yang dilakukan belum dirasakan

secara maksimal karena keterlibatan masyarakat yang ada saat ini sebagian

besar masih terfokus pada kegiatan-kegiatan serta kebudayaan lokal

padahal seharusnya kedua hal tersebut harus dapat berjalan bersama-sama.

Selain itu, upaya pengelolaan dirasakan belum maksimal karena tidak ada

pembentukkan komunitas lokal sebagai organisasi yang mengelola Desa

Blimbing sebagai desa wisata. Dalam menentukan tingkat perkembangan

Desa Blimbing peneliti menggunakan Konsep Product Life Cycle yang di

perkenalkan oleh Butler. Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan

sebelumnya, Kondisi Perkembangan Desa Blimbing berada pada tahap

Exploration. Pada tahap tersebut, jumlah wisatawan masih sangat sedikit


75

dan umumnya bertipe allocentrics atau eksplorer, infrastruktur yang masih

minim atau bahkan belum ada, dan daya tarik wisata umumnya adalah

alam dan budaya yang masih asli, Butler dalam Gartner dalam (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, 2011:25-26).

Gambar 10

Tahapan Perkembangan Destinasi Pariwisata

Sumber : Butler dalam Gartner dalam (Pusat Penelitian dan


Pengembangan Kepariwisataan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011:25)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kekuatan Daya Tarik Desa Blimbing

Sebagai desa wisata, Desa Blimbing memiliki daya tarik utama

berupa perilaku budaya yang tergambar pada ritual serta kesenian lokal

diantaranya adalah Tradisi Upacara Bersih Desa, Kesenian Singo Ulung,

Kesenian Ojung, Kesenian Tandek Bini’, Kesenian Topeng Konah, dan

Kehidupaan Masyarakat Jawa dan Madura (Mandhalungan) yang berbaur

menjadi satu dalam kehidupan perdesaan. Daya tarik tersebut memiliki

tingkat keunikkan yang sangat tinggi sebab hanya terdapat satu-satunya di

Indonesia. Ditinjau dari skala kepopulerannya daya tarik utama Desa

Blimbing tersebut berada pada skala lokal dan regional. Kegiatan promosi

terkait daya tarik wisata Desa Blimbing tersebut dirasa masih kurang

diperhatikan oleh pemerintah. Selain itu, daya tarik yang dimiliki Desa

Blimbing belum ditunjang dengan infrastruktur, fasilitas, serta akomodasi

yang memadai sehingga menyulitkan wisatawan yang ingin berkunjung ke

Desa Blimbing untuk menikmati daya tarik tersebut.

2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing

Inisiator Pengembangan Desa Wisata di Desa Blimbing adalah

pemerintah dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Upaya

pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata telah sesuai dengan

76
77

Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 yang menyatakan bahwa Desa

Blimbing telah ditetapkan sebagai desa wisata sekaligus sebagai kawasan

wisata budaya namun hingga saat ini belum ada perencanaan yang jelas

terkait pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata sehingga

pengelolaan yang dilakukan saat ini hanya bersifat spontan tanpa arahan

serta pemetaan target yang ingin dicapai.

3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di


Desa Blimbing

Hampir seluruh masyarakat setempat terlibat dalam kegiatan-

kegiatan di Desa Blimbing terutama dalam kegiatan yang berkaitan dengan

kebudayaan setempat akan tetapi keterlibatan tersebut masih dirasa belum

maksimal dalam artian keterlibatan masyarakat yang terjadi saat ini hanya

terbatas pada kegiatan-kegiatan kebudayaan setempat, sementara hal

teknis dalam pengembangan desa wisata di Desa Blimbing justru terkesan

kurang mendapatkan perhatian. Hal tersebut didasari oleh kurangnya

pengetahuan masyarakat terkait langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam mengembangkan sektor pariwisata di Desa Blimbing. Kurangnya

forum-forum yang diadakan untuk membahas pengembangan Desa

Blimbing juga menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah

dan masyarakat.

Di Desa Blimbing juga tidak ada komunitas lokal yang khusus

dibentuk untuk menjadi pengelola desa wisata dan dengan tidak adanya

organisasi yang bertugas sebagai pengelola tersebut ditambah kurangnya

forum komunikasi yang dilakukan menjadikan masyarakat semakin tidak


78

paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan Desa

Blimbing ke depannya.

4. Tingkat Perkembangan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing


sebagai Desa Wisata

Perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata tergolong

lambat khususnya dalam hal jumlah kunjungan. Kunjungan wisatawan

yang ramai hanya terjadi pada saat penyelenggaraan Upacara Bersih Desa.

Hingga saat ini belum ada data kunjungan yang mencatat dengan pasti

jumlah kunjungan wisatawan yang datang. Sehingga pengukuran

perkembangan pariwisata di Desa Blimbing hanya berdasarkan keterangan

yang diberikan oleh pihak dinas terkait dan masyarakat. Selain itu

infrastruktur yang tersedia juga masih minim sehingga memunculkan

kesimpulan bahwa kegiatan pariwisata di Desa Blimbing belum

memberikan dampak positif bagi pembangunan khususnya dalam hal

ekonomi dan pembangunan infrastruktur desa.

Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa

tingkat perkembangan Desa Blimbing sebagai sebuah desa wisata berada

pada tahap Exploration yang dapat dibuktikan dengan tingkat kunjungan

wisatawan ke Desa Blimbing yang masih rendah, infrastruktur yang sangat

minim, serta daya tarik yang berasal dari kebudayaan asli daerah setempat.
79

B. Saran

Sebagai sebuah desa wisata, masih banyak hal yang harus dibenahi oleh

Desa Blimbing agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Peneliti memberikan beberapa saran terkait hal-hal yang harus segera

dibenahi sehingga Desa Blimbing dapat berkembang menjadi lebih baik dan

memberikan manfaat khususnya bagi masyarakat. Beberapa saran yang diberikan

diantaranya sebagai berikut :

1. Melakukan pengembangan aktivitas dan daya tarik dengan memanfaatkan

kebudayaan serta kehidupan sehari-hari masyarakat setempat seperti

berkebun, bertani dan sebagainya sehingga akan muncul keberagaman

aktivitas dan daya tarik bagi wisatawan. Hal tersebut sebagai upaya

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga kunjungan

wisatawan tidak hanya bergantung pada saat Upacara Bersih Desa saja.

Selain itu perlu pula dilakukan kegiatan promosi sebagai bentuk

pemberian informasi terkait eksistensi sektor pariwisata di Desa Blimbing

yang didasarkan pada penelitian terhadap metode-metode pemasaran yang

tepat untuk diterapkan.

2. Pemerintah sebagai inisiator diharapkan dapat meningkatkan intensitas

pertemuan sebagai upaya agar komunikasi antara pemerintah dan

masyarakat dapat terjalin lebih baik sehingga apa yang menjadi keinginan

bersama dapat terwujud. Selain itu diharapkan pemerintah dapat

memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat serta

menciptakan kondisi yang kondusif agar masyarakat semakin terdorong

untuk mengembangkan Desa Blimbing sebagai desa wisata dan tentunya


80

hal tersebut juga harus didukung oleh kemauan masyarakat untuk terlibat

secara aktif dalam mengembangkan Desa Blimbing. selanjutnya yang

tidak kalah pentingnya adalah membuat perencanaan yang jelas terkait

arah dan target yang ingin dicapai dalam mengembangkan Desa Blimbing,

dan turut melibatkan masyarakat dalam proses perumusannya sehingga

masyarakat mengerti dan apa yang menjadi keinginan masyarakat dalam

pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata dapat tersampaikan.

3. Membentuk organisasi masyarakat yang khusus untuk menangani serta

mengelola kepariwisataan di Desa Blimbing sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Organisasi pengelola tersebut juga dapat

menjadi jembatan untuk menjalin komunikasi antara masyarakat lokal dan

pemerintah sebagai inisiator dan pemegang kebijakan.

4. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung keseluruhan

kegiatan pariwisata perdesaan di Desa Blimbing sebagai satu kesatuan

produk wisata yang utuh dan baik dengan tetap mempertahankan keaslian

dan kekhasan budaya di Desa Blimbing. lalu tidak kalah pentingnya

membuat catatan data kunjungan secara berkala sebagai inventarisasi data

untuk mengetahui tingkat perkembangan Desa Blimbing dari waktu ke

waktu, serta sebagai acuan dalam merumuskan pengembangan di masa

mendatang.
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Salah Satu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

California Travel and Tourism Commission. 2007. Rural Tourism Strategic Plan.
California

Chusmeru dan Noegroho, Agung. 2010. Potensi Ketengger sebagai Desa Wisata
di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Damanik, Janianton dan Webber, Helmut F. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta:


CV Andi.

Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold

Fakultas Pariwisata. 2010. Analisis Pariwisata. nomor 1.volume 10. Universitas


Udayana. Denpasar

Fakultas Pariwisata. 2013. Analisis Pariwisata. nomor 1. Volume 13. Universitas


Udayana. Denpasar

Hawaniar, Mira dan Suprihardjo, Rima Dewi. Kriteria Pengembangan Desa


Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep. Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Hidayat, Marceilla. 2011. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Objek Wisata


Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

Hikmahwati, Dian Nita. 2015. Hubungan Komodifikasi Budaya Upacara Bersih


Desa Singo Ulung dengan Kondisi Ekonomi Sosial Budaya Masyarakat
Studi Kasus Padepokan Seni Gema Buana di Desa Prajekan Kidul
Kecamatan Prajekan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Fakultas
Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Inskeep, Eduard. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable


Kabupaten Bondowoso. 2011. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso tahun 2011-2031.
Bondowoso.

Kementerian Koperasi dan UKM. 2017. Buku Panduan Pengembangan Desa


Wisata Hijau. Jakarta

Lestari, Susi. 2009. Pengembangan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan


Masyaraka Studi di Desa Wisata Kembang Arum. 2009. Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.

81
82

Muljadi A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada

Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso


nomor 12Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bondowoso Tahun 2011-2031.

Peraturan Presiden. 2015. Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015–2019. Jakarta.

Pertiwi, Putu Ratih. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata


Negeri Khayal. Program Pasca Sarjana Kajian Pariwisata. Universitas
Udayana. Denpasar.

Purnomo, Aris Tri Cahyo. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan


Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari
Kabupaten Purbalingga. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan


Ekonomi Kreatif. 2011. Desa dan Budaya dalam Bingkai Pariwisata.
Jakarta. El John Publishing.

Putra, Theofilus Retmana.2013. Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Atraksi


Wisata di Desa Wisata Tembi Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Putra, Yudha Manggala P. 2016. Wisatawan Eropa Suka Saksikan Singo Ulung
Bondowoso. http://nasional.republika.co.id. Diakses tanggal 22 Februari
2017

Putri, Restyani Ayu et al.. 2013. Perencanaan Pembangunan Desa Wisata


Nongkosawit Kecamatan Gunung Pati Semarang. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Universitas Diponegoro. Semarang

Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and
Leasure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Soetomo. 2013. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suni, Jarno dan Komppula Raija. 2014. International Conference on Rural


Tourism and Regional Development. Rural Tourism as a Facilitator of
Regional Development. Joensuu

Suryadana, M. Liga dan Octavia, Vanny. Pengantar Pemasaran Pariwisata.


Bandung: Alfabeta
83

Yunita, Niken Widya. 2015. Jokowi Teteapkan 122 Kabupaten Ini Daerah
Tertinggal tahun 2015-2019. https://news.detik.com. Diakses tanggal 22
Februari 2017

Zakaria, Faris dan Suprihardjo, Rima Dewi. 2014. Konsep Pengembangan


Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten
Pamekasan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya.
LAMPIRAN

Lampiran 1
Instrument Penelitian

Daftar Periksa

OBJEK DESKRIPSI
NO. ADA/TIDAK JUMLAH KETERANGAN
PENELITIAN SINGKAT
Kegiatan wisata
berbasis sumber
1.
daya perdesaan

Pelibatan aktif
wisatawan dalam
2. kehidupan
perdesaan setempat

Kegiatan yang
berlangsung di luar
3.
ruang

Pendayagunaan
4. SDM lokal

Akses menuju dan


5. di dalam desa

Daya tarik Desa


6.
Blimbing
Produk berbasis
7. pelestarian

84
85

Pedoman Wawancara (in depth interview)

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso

1. Bagaimana upaya dinas dalam mendayagunakan masyarakat lokal untuk

mengembangkan serta mengelola desa wisata di Desa Blimbing?

2. Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa Blimbing

berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa wisata ?

3. Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan

kepariwisataan di Desa Blimbing ?

4. Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong

keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa Blimbing

sebagai desa wisata ?

6. Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata (tingkat

kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta tanggapan

masyarakat setempat) ?

7. Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau dalam

pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?

8. Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk membahas

pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di Desa Blimbing

secara berkala ?

9. Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk wisata di

Desa Blimbing ?
86

Kepala Desa dan Masyarakat Desa Blimbing

1. Bagaimana upaya stakeholder dalam mendorong keterlibatan wisatawan

untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan masyarakat ?

2. Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola terhadap

budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks pengembangan desa

wisata di Desa Blimbing ?

3. Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan dengan

kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan desa wisata di

Desa Blimbing ?

4. Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam pengembangan

desa wisata ?

5. Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam

pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?

6. Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata (tingkat

kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta tanggapan

masyarakat setempat) ?

7. Bagaimana komitmen stakeholders terhadap penerapan prinsip hijau

dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?

8. Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk membahas

pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di Desa Blimbing

secara berkala ?

9. Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk wisata di

Desa Blimbing ?
87

Lampiran 2
Transkrip

Date : 29 Mei 2017

Location : Kedai kopi “Photokopi”

Interviewee : Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten


Bondowoso

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan


masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KADIS : Kami sudah melakukan pertemuan untuk membahas potensi-
potensi yang ada dan terus membuka pandangan masyarakat
bahwa dengan pariwisata itu dampak ekonomi yang dihasilkan
sangat besar, sebagai contoh desa Alas Sumur sudah mulai maju,
sudah ramai pengunjung.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KADIS : Di Desa Blimbing yang keunggulannya pada kebudayaan
otomatis yang paham betul adalah masyarakat, dan yang mengerti
juga masyarakat sehingga kami memberikan kuasa penuh kepada
masyarakat, kami hanya mengarahkan. Dan menurut saya jika
kebudayaan terus dilestarikan secara langsung maupun tidak juga
akan baik dampaknya untuk pembangunan pariwisata di Desa
Blimbing.
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KADIS : Kalo untuk komunitas seperti POKDARWIS belum ada, tapi
pemuda dan masyarakat punya karang taruna yang juga menjadi
bagian dari masyarakat yang mempersiapkan upacara bersih desa.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADIS : Dari dinas itu mengusulkan desa-desa yang punya potensi untuk
dikembangkan menjadi Desa Wisata. Kami juga melihat
wisatawan sudah mulai datang berkunjung. Dan pihak desa juga
setuju.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong
keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa
Blimbing sebagai desa wisata ?
KADIS : Kami sebagai pemerintah hanya bisa memberi arahan karena
masyarakat setempat sebagai tuan rumah juga harus memiliki
kesadaran dan kemauan. Kami sudah beberapa kali mengadakan
pertemuan dengan masyarakat dan memberikan bantuan dalam
88

hal promosi. Kalau desanya terkenal juga kan masyarakat juga


senang.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KADIS : kalau dari tingkat kunjungan belum ada data resmi yang masuk
dari pihak desa, tapi setiap upacara bersih desa itu selalu ramai,
kadang ada turis mancanegara juga yang datang.
Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau
dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KADIS : Kalo di Desa Blimbing kami dari dinas sangat mendukung,
soalnya Singo Ulung, Ojung, Topeng Konah itu kan khas
Bondowoso, tidak ada di daerah lain dan Desa Blimbing sebagai
lahirnya kesenian tersebut harus aktif untuk melestarikan. Saat ini
sudah ada beberapa sanggar kesenian yang mulai mengajarkan
tarian Singo Ulung. Salah satunya yang di Prajekkan. Kalo di
Desa Blimbing sendiri memang belum ada sanggar sepertinya tapi
masyarakat sudah rutin latihan ya buat upacara bersih desa itu
salah satunya.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KADIS : Kalo forum secara berkala dan benar-benar membahas sudah ada
meskipun tidak sering tapi setiap tahun pasti ada agendanya.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KADIS : Di desa Blimbing itu produknya kan budaya, semakin
berkembang pariwisata disana pasti juga dampaknya ke budaya
secara langsung.
89

Date : 31 Mei 2017

Location : Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Bondowoso

Interviewee : Kepala Seksi ODTW dan Usaha Jasa Pariwisata DISPARPORA

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan


masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kami sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dan selalu
mendorong masyarakat untuk terus mengembangkan pariwisata di
Desa Blimbing, tetapi permasalahannya masyarakat belum yakin
kalau pariwisata ini bisa memberikan manfaat nanti ke depan.
Contohnya saja sudah ada Glingseran dan Alas Somor itu baru
setahun mereka tingkat kunjungannya sudah tinggi.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KASI : Setiap ada acara di sana, contohnya upacara bersih desa, acara-
acara kesenian itu juga masyarakat langsung yang terlibat. Kami
dari dinas cuma membantu memberikan arahan
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KASI : Sudah ada, Pak Sugeng itu sering kesana ngurusin. Kalau
POKDARWIS memang belum, kami lebih fokus untuk destinasi
yang alam dulu untuk POKDARWIS.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kalau berbicara inisiator ya kami dari dinas sangat mendorong,
kami melihat masyarakat budayanya sangat kuat, kami dan
masyarakat sama-sama ingin Desa Blimbing jadi tujuan wisata,
makanya sampe di buat perda itu karena karakter Desa Blimbing
ini sudah sangat kuat, kalau berbicara Singo Ulung pasti ya Desa
Blimbing yang disebut.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah beserta pengelola
dalam mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam
mengembangkan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Disini dinas sudah memberikan berbagai macam bantuan,
meskipun belum maksimal karena kita harus menetapkan
prioritas. Mana yang tren kunjungan dan penguatan embrionya
naik ya kami prioritaskan.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KASI : Desa Blimbing ini tergolong yang perkembangannya lambat
kaitannya dengan data kunjungan.
90

Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau


dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Hingga saat ini kebudayaan di Desa Blimbing ini sudah cukup
kuat, sampai saat ini juga masyarakat masih rutin mengadakan
Upacara Bersih Desa. Kami juga membantu kegiatan latihan seni
di Desa Blimbing.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KASI : ya setiap tahun kami selalu memfasilitasi, mengadakan
pertemuan, utamanya untuk membahas pengembangan pariwisata
di Desa Blimbing.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KASI : Masyarakat itu sudah sadar bahwa kegiatan mereka itu selalu
mengundang wisatawan, makanya kami terus mendukung tradisi
ini supaya terus dilestarikan.
91

Date : 31 Mei 2017

Location : Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Bondowoso

Interviewee : Kepala Seksi Pembinaan SDM, Pertunjukkan dan Atraksi Seni


Budaya

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan


masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kami sudah memberikan bantuan berupa peralatan, dan dana
supaya dikelola oleh masyarakat untuk mengembangkan seni
budaya di Desa Blimbing sebagai daya tarik untuk wisatawan.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KASI : Masyarakat semuanya kami dorong sama-sama untuk
melestarikan kebudayaan yang ada. Singo Ulung ini identitas
Desa Blimbing, mulai dari latihan hingga bantuan berupa materi
sudah kami berikan.
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KASI : Kalo POKDARWIS belum ada. Akan tetapi ada karang taruna dan
kelompok seni pimpinan Pak Tikno yang rutin latihan di sana.
Mereka juga yang selalu terlibat waktu acara Upacara Bersih
Desa.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Sebagai inisiator kami hanya mendorong serta memfasilitasi.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan dinas beserta pengelola dalam
mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan
Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Kami telah melakukan pertemuan dengan masyarakat. Kami juga
sudah memfasilitasi dan diharapkan masyarakat sadar dan
tergerak bahwa pariwisata jika dikembangkan dengan baik di
Desa Blimbing akan memberikan manfaat, pendapatan asli desa
juga naik, nanti juga yang merasakan masyarakat. Tapi memang
cukup susah untuk meyakinkan masyarakat dan mendorong
masyarakat disana. Makanya Desa Blimbing ini bisa dibilang
cukup lambat.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KASI : Perkembangannya kalau dibandingkan dengan desa wisata yang
lain seperti Lombok Kulon, Alas Somor, Glingseran itu ya masih
lambat. Data kunjungan belum ada sampai sekarang.
92

Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau


dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Ya otomatis jika pariwisata itu dikembangkan dengan baik,
kebudayaan juga pasti lestari. Budaya di Desa Blimbing itu sudah
cukup kuat. Tinggal bagaimana masyarakat bisa mengelola seni
dan tradisi disana supaya bisa jadi daya tarik kegiatan pariwisata
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KASI : Hingga saat ini kami masih rutin kesana diskusi dengan
masyarakat dan perangkat desa untuk membahas pengembangan
desa kaitannya dengan pariwisata.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KASI : ya budaya di Blimbing itu memang harus dilestarikan. Dengan
terus mendorong masyarakat untuk mengembangkan pariwisata,
kami berharap masyarakat semakin tergerak dan aktif terlibat
secara langsung untuk melestarikan apa yang menjadi daya tarik
di Desa Blimbing.
93

Date : 2 Juni 2017

Location : Rumah Kepala Desa

Interviewee : Kepala Desa Blimbing

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya pengelola (desa) dalam mendorong keterlibatan


wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
KADES : wisatawan yang datang itu biasanya pada saat acara desa saja,
seperti saat upacara bersih desa. Pernah ada wisatawan yang
kesini ikutan nyoba main Ojung, ada yang belajar Topeng Konah,
dan Singo Ulung
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : Disini masyarakatnya masih sangat kental budaya dan adatnya.
Apapun kegiatan disini masih berdasarkan ajaran orang tua dulu.
Tradisi disini belum ada yang berubah.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : ada disini punya kelompok hadrah dan ada komunitas seni Singo
Ulung.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
KADES : semua masyarakat terlibat, ada yang kerja itu kadang sampe cuti
atau libur. Yang biasanya ke sawah itu libur dulu.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : hampir 100 persen masyarakat terlibat. Biasanya ada orang dari
desa lain juga ikut datang. Ada yang nonton, ada yang juga ikut
bantu.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KADES : kalo disini belum banyak kegiatan, ya paling yang datang itu yang
penelitian kaya adek ini, ada juga yang datang waktu acara-acara
desa. Yang keluar justru banyak, ada yang sekolah di luar kota.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
KADES : ya kalo dari pihak desa terus sampai kapanpun akan mendorong
pelestarian, salah satunya dengan membuat kelompok-kelompok
seni.
94

Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk


membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KADES : Di sini sering diadakan forum tapi lebih membahas kepentingan
desa secara umum. Tidak hanya pariwisata, tetapi juga budaya,
pembangunan desa.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KADES : dari desa selalu mengingatkan kepada masyarakat, sampai kapan
dan pembangunan seperti apapun yang dilakukan jangan sampai
desa ini lupa dengan tradisi dan buday yang ada.
95

Date : 2 Juni 2017

Location : Rumah Pemangku Adat (komangkoh)

Interviewee : Pemangku Adat (komangkoh)

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya pengelola (desa) dalam mendorong keterlibatan


wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Komangkoh : Ya kalau disini itu kan Singo Ulung yang asli datangnya dari sini.
Kalau orang yang datang kesini itu rata-rata ya pengen tahu, nanti
janjian sama saya ikut latihan. Kalau pas upacara yang di hari
terakhir 15 sya’ban itu ada permainan tradisional desa, siapapun
yang mau ikut main itu silahkan, tidak ada larangan, Cuma untuk
kegiatan yang sakral seperti yang masak-masak itu memang harus
masyarakat sini.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : kalau kita disini tidak hanya menghargai, tetapi juga sangat
hormat dengan budaya yang ada, bangga dan senang punya
banyak kesenian. Karna budaya itu saya bisa jalan-jalan ke
Kalimantan, ke Jakarta juga sudah beberapa kali. Kita juga ingin
lebih banyak orang Bondowoso yang belajar kesenian disini.
Makin banyak turis yang datang.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : Di sini ada perkumpulan Seni Singo Ulung Bintang Pusaka. Itu
saya langsung yang melatih. Banyak juga orang dari luar yang
datang belajar, ada yang cuma nonton pas waktu latihan
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Komangkoh : seluruh masyarakat wajib terlibat kalo tentang tradisi dan
membangun desa, tapi untuk pembangunan desa wisata belum
tahu, mungkin hanya yang bekerja di desa saja. Kalo untuk
pembangunan Desa itu kewenangan Pak tenggi (Kepala Desa)
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : Ya harus 100 persen terlibat, dan untuk pembangunan di sini saya
rasa masyarakat sudah terlibat, tetapi juga butuh bimbingan dari
orang-orang yang lebih paham dengan pariwisata.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
96

komangkoh : kalo disini itu turis datang hanya pas bersih desa saja, kalau hari
lain mungkin hanya datang waktu mau ikut latihan saja. Kalau
data kunjungan mungkin bisa ditanyakan di kantor desa.
Masyarakat pasti senang kalau desanya jadi tempat wisata tetapi
kan untuk menjadi seperti itu butuh proses yang panjang.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
komangkoh : ya karena tradisi disini itu kan sangat sacral, jadi harus tetap
dilaksanakan. Contohnya seperti Ojung itu kan penarinya harus
sampai mengeluarkan darah. Pernah dulu Ojung itu tidak
diadakan dan pernah penarinya itu tidak sampai keluar darah dan
pasti langsung datang bencana, kekeringan, gagal panen, selalu
ada bencana kalau tidak sesuai dengan tradisi.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
komangkoh : Kalau saya pribadi sering bertemu Pak Sugeng dari dinas, beliau
juga sering kesini. Tapi biasanya lebih sering membahas tentang
kesenian, beliau kan juga punya Padepokkan Seni di Prajekkan.
Kadang juga membahas bagaimana pariwisata yang melibatkan
Kesenian Bondowoso
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
komangkoh : Kalau di Desa Blimbing kan kesenian dan bersih desa itu yang
jadi unggulan jadi otomatis kalau mau jadi pariwisata ya kita
harus mempertahankan kesenian dan tradisi itu sampai kapanpun.
Seperti sekarang ini kan tradisi itu masih ada, masih
dipertahankan jangan sampai nanti beberapa tahun lagi tradisi itu
sudah hilang.
97

Date : 5 Juni 2017

Location : Rumah Bapak Suharto

Interviewee : Pak Suharto (Masyarakat)

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya masyarakat dalam mendorong keterlibatan


wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Suharto : ya kalau ada turis itu kaya kemarin kesini itu diajak buat ikutan
permainan desa, ada juga yang nyoba buat main Ojung, ada yang
belajar Topeng Konah. Tapi ya memang disini belum ada yang
buat penginapan, homestay hotel gitu belum ada. Paling ya kalo
ada yang mau nginep disini bisa dirumah sini, di Pak Kades atau
Pak Tikno. Biasanya gitu.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : disini itu masyarakat rela libur kerja, keluar uang ataupun bahan-
bahan masakkan itu yang enting acara-acara adat seperti Bersih
Desa itu tetap berlangsung
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : kalau tidak salah itu ada kelompok seni Singo Ulung, ada hadrah
juga. Kalau di depan itu tim voli desa.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Suharto : Kalo jumlahnya saya kurang tau, tapi setiap ada kegiatan apapun
masyarakat disini selalu terlibat, apalagi kalo acaranya berkaitan
dengan adat tradisi disini.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : ya mungkin hampir 100 persen masyarakat
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
Suharto : Kalau lagi ada acara bersih desa itu ramai mas. saaya juga ingin
Blimbing itu bisa terkenal seninya dan pariwisatanya seperti yang
di Prajekkan itu.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
Suharto : masyarakat itu hidupnya disini sebagian besar tani, bergantung
sama alam mas. Ya dengan kaya gitu juga masyarakat pasti sadar
98

jangan sampe disini itu rusak. Kalo budayanya memang sudah


kental dari dulu, dan masyarakat juga sampe sekarang masih
mempertahankan.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
Suharto : saya ndak tau mas kalau itu, tapi disini memang pak tenggih
sering mengadakan pertemuan. Banyak hal yang dibahas. Kadang
ya tentang tani, tentang bersih desa, tentang masyarakat dan
permasalahan desa.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
Suharto : ya semuanya yang dilakukan disini selalu berusaha
mempertahankan semuanya biar tidak hilang mas. Kalo kesenian
itu disini mulai dari anak kecil sampe bapak-bapak itu ikut
latihan. Jadi kalo budaya disini terus dipertahankan Insyallah
dampaknya juga bagus buat pariwisatanya.
99

Date : 5 Juni 2017

Location : Rumah Bapak Suharto

Interviewee : Pak Imam (Masyarakat)

Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)

Peneliti : Bagaimana upaya masyarakat dalam mendorong keterlibatan


wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Imam : masyarakat itu selalu terbuka kalau ada yang mau ikut kesenian
disini, kemarin itu ada turis dari luar pengen coba Ojung ya
dipersilahkan. Cuma memang kalau untukpenginapan disini
belum ada, mungkin kalau mau ya bisa nginep dirumah saya, atau
nginep di rumah Pak Tikno biasanya.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : Budaya disini itu sacral mas, jadi masyarakat sendiri pasti
menjaga tradisi di sini. Jadi kalaupun nanti semakin banyak
wisatawan yang datang kesini ya Insyallah masyarakat juga tetep
menjaga, melestarikan, jangan sampe hilang.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : kalau sesuai di profil desa disini itu ada kelompok seni yang Pak
Tikno itu, ada hadrah, ada juga tim voli.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Imam : semua pasti terlibat mas. Mulai dari yang muda sampe bapak-
bapak disini itu kalau kegiatan desa pasti ikut. Sama seperti kerja
bakti disini juga ramai pasti.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : ya 100 % masyarakat disini terlibat. Kadang dari desa lain juga
datang kesini.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
Imam : kalau kunjungan setau saya memang musiman mas. soalnya
memang hanya pas bersih desa itu, setelah itu ya sepi lagi.
Masyarakat juga inginnya desa ini bisa jadi tempat wisata, tapi
bingung juga mas disini tempa wisatanya sedikit. Orang sini itu
kan juga pengetahuannya masih kurang kalo buat pariwisata.
Butuh bimbingan lagi.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
100

penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing


sebagai desa wisata ?
Imam : kalau menurut saya di desa ini yang masih memegang teguh
budayanya. Karna memang kan Siingo Ulung itu juga kan
lahirnya disini. Pemerintah juga sudah menetapkan kalau disini
itu desa wisata. Kalau memang nanti desa ini maju, masyarakat
pasti tetap menjadikan budaya disini sebagai aturan mas.
Insyallah tidak berubah
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
Imam : kalau acara bersama masyarakat disini sering mas. Tapi untuk
yang membahas pariwisata itu masih jarang. Kalau saya sendiri
itu inginnya ada bantuan buat membangun gapura di makam Juk
Sengah situ mas. Terus di jalan itu di kasih penunjuk jalan kalau
disini itu Desa tempat lahirnya Singo Ulung.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
Imam : kalau alam disini memang masih asri gini mas. Masyarakat yang
tani juga kan bergantungnya sama alam. Kalau sampe kekeringan
kan ndak bisa panen juga. Kalau kaitannya dengan budaya sampai
saat ini masih dijaga terus. Bersih Desa itu saja kan sudah 500
tahun lebih mas. Jadi kalaupun jadi tempat wisata pasti ya budaya
itu lagi yang dicari wisatawan.
101

Lampiran 3
Axial Coding

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso

No Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3


(KADIS) (KABAG) (KASI)
1. Pendaya Kami sudah Kami sudah Kami sudah
gunaan melakukan beberapa kali memberikan bantuan
masyarakat pertemuan untuk mengadakan berupa peralatan,
membahas pertemuan dan selalu dan dana supaya
potensi-potensi mendorong dikelola oleh
yang ada dan masyarakat untuk masyarakat untuk
terus membuka terus mengembangkan
pandangan mengembangkan seni budaya di Desa
masyarakat pariwisata di Desa Blimbing sebagai
bahwa dengan Blimbing, tetapi daya tarik untuk
pariwisata itu permasalahannya wisatawan.
dampak ekonomi masyarakat belum
yang dihasilkan yakin kalau
sangat besar, pariwisata ini bisa
sebagai contoh memberikan manfaat
desa Alas Sumur nanti ke depan.
sudah mulai maju, Contohnya saja
sudah ramai sudah ada
pengunjung. Glingseran dan Alas
Somor itu baru
setahun mereka
tingkat
kunjungannya sudah
tinggi.
2. Bentuk Di Desa Blimbing Setiap ada acara di Masyarakat
pendayagunaan yang sana, contohnya semuanya kami
masyarakat keunggulannya upacara bersih desa, dorong sama-sama
pada kebudayaan acara-acara kesenian untuk melestarikan
otomatis yang itu juga masyarakat kebudayaan yang
paham betul langsung yang ada. Singo Ulung ini
adalah terlibat. Kami dari identitas Desa
masyarakat, dan dinas cuma Blimbing, mulai dari
yang mengerti membantu latihan hingga
juga masyarakat memberikan arahan bantuan berupa
sehingga kami materi sudah kami
memberikan berikan.
kuasa penuh
kepada
masyarakat, kami
hanya
102

mengarahkan.
Dan menurut saya
jika kebudayaan
terus dilestarikan
secara langsung
maupun tidak
juga akan baik
dampaknya untuk
pembangunan
pariwisata di
Desa Blimbing.

3. Komunitas Kalo untuk Sudah ada, Pak Kalo POKDARWIS


Lokal dalam komunitas seperti Sugeng itu sering belum ada. Akan
pembangunan POKDARWIS kesana ngurusin. tetapi ada karang
dan belum ada, tapi Kalau taruna dan kelompok
pengembangan pemuda dan POKDARWIS seni pimpinan Pak
desa wisata masyarakat punya memang belum, Tikno yang rutin
karang taruna kami lebih fokus latihan di sana.
yang juga untuk destinasi yang Mereka juga yang
menjadi bagian alam dulu untuk selalu terlibat waktu
dari masyarakat POKDARWIS. acara Upacara Bersih
yang Desa.
mempersiapkan
upacara bersih
desa.
4. Inisitor Dari dinas itu Kalau berbicara Sebagai inisiator
pengembangan mengusulkan inisiator ya kami dari kami hanya
desa wisata desa-desa yang dinas sangat mendorong serta
punya potensi mendorong, kami memfasilitasi.
untuk melihat masyarakat
dikembangkan budayanya sangat
menjadi Desa kuat, kami dan
Wisata. Kami masyarakat sama-
juga melihat sama ingin Desa
wisatawan sudah Blimbing jadi tujuan
mulai datang wisata, makanya
berkunjung. Dan sampe di buat perda
pihak desa juga itu karena karakter
setuju. Desa Blimbing ini
sudah sangat kuat,
kalau berbicara
Singo Ulung pasti ya
Desa Blimbing yang
disebut
103

5. Upaya dalam Kami sebagai Disini dinas sudah Kami telah


mendorong pemerintah hanya memberikan melakukan
keterlibatan bisa memberi berbagai macam pertemuan dengan
masyarakat arahan karena bantuan, meskipun masyarakat. Kami
masyarakat belum maksimal juga sudah
setempat sebagai karena kita harus memfasilitasi dan
tuan rumah juga menetapkan diharapkan
harus memiliki prioritas. Mana yang masyarakat sadar
kesadaran dan tren kunjungan dan dan tergerak bahwa
kemauan. Kami penguatan pariwisata jika
sudah beberapa embrionya naik ya dikembangkan
kali mengadakan kami prioritaskan dengan baik di Desa
pertemuan dengan Blimbing akan
masyarakat dan memberikan
memberikan manfaat, pendapatan
bantuan dalam hal asli desa juga naik,
promosi. Kalau nanti juga yang
desanya terkenal merasakan
juga kan masyarakat. Tapi
masyarakat juga memang cukup
senang. susah untuk
meyakinkan
masyarakat dan
mendorong
masyarakat disana.
Makanya Desa
Blimbing ini bisa
dibilang cukup
lambat.
6. Perkembangan kalau dari tingkat Desa Blimbing ini Perkembangannya
Desa Blimbing kunjungan belum tergolong yang kalau dibandingkan
sebagai desa ada data resmi perkembangannya dengan desa wisata
wisata yang masuk dari lambat kaitannya yang lain seperti
pihak desa, tapi dengan data Lombok Kulon, Alas
setiap upacara kunjungan. Somor, Glingseran
bersih desa itu itu ya masih lambat.
selalu ramai, Data kunjungan
kadang ada turis belum ada sampai
mancanegara juga sekarang.
yang datang
7. Komitmen Kalo di Desa Hingga saat ini Ya otomatis jika
dalam Blimbing kami kebudayaan di Desa pariwisata itu
penerapan dari dinas sangat Blimbing ini sudah dikembangkan
prinsip mendukung, cukup kuat, sampai dengan baik,
ekonomi hijau soalnya Singo saat ini juga kebudayaan juga
Ulung, Ojung, masyarakat masih pasti lestari. Budaya
Topeng Konah itu rutin mengadakan di Desa Blimbing itu
kan khas Upacara Bersih sudah cukup kuat.
104

Bondowoso, tidak Desa. Kami juga Tinggal bagaimana


ada di daerah lain membantu kegiatan masyarakat bisa
dan Desa latihan seni di Desa mengelola seni dan
Blimbing sebagai Blimbing. tradisi disana supaya
lahirnya kesenian bisa jadi daya tarik
tersebut harus kegiatan pariwisata
aktif untuk
melestarikan. Saat
ini sudah ada
beberapa sanggar
kesenian yang
mulai
mengajarkan
tarian Singo
Ulung. Salah
satunya yang di
Prajekkan. Kalo
di Desa Blimbing
sendiri memang
belum ada
sanggar
sepertinya tapi
masyarakat sudah
rutin latihan ya
buat upacara
bersih desa itu
salah satunya.
8. Forum Kalo forum ya setiap tahun kami Hingga saat ini kami
komunikasi secara berkala selalu memfasilitasi, masih rutin kesana
dan benar-benar mengadakan diskusi dengan
membahas sudah pertemuan, masyarakat dan
ada meskipun utamanya untuk perangkat desa untuk
tidak sering tapi membahas membahas
setiap tahun pasti pengembangan pengembangan desa
ada agendanya. pariwisata di Desa kaitannya dengan
Blimbing. pariwisata.
9. Penerapan Di desa Blimbing Masyarakat itu ya budaya di
prinsip itu produknya kan sudah sadar bahwa Blimbing itu
kelestarian budaya, semakin kegiatan mereka itu memang harus
berkembang selalu mengundang dilestarikan. Dengan
pariwisata disana wisatawan, makanya terus mendorong
pasti juga kami terus masyarakat untuk
dampaknya ke mendukung tradisi mengembangkan
budaya secara ini supaya terus pariwisata, kami
langsung dilestarikan. berharap masyarakat
semakin tergerak
dan aktif terlibat
secara langsung
105

untuk melestarikan
apa yang menjadi
daya tarik di Desa
Blimbing.
106

Pejabat Desa dan Masyarakat Desa Blimbing

No Kata Kunci Wawancara 1 Wawancara 2 Wawancara 3 Wawancara 4


(KADES) (Pemangku Adat) (Masyarakat) (Masyarakat)
1. Keterlibatan wisatawan yang Ya kalau disini itu ya kalau ada masyarakat itu
Aktif datang itu kan Singo Ulung turis itu kaya selalu terbuka
wisatawan biasanya pada yang asli datangnya kemarin kesini kalau ada yang
dalam saat acara desa dari sini. Kalau itu diajak buat mau ikut
kehidupan saja, seperti saat orang yang datang ikutan kesenian disini,
perdesaan upacara bersih kesini itu rata-rata permainan kemarin itu ada
desa. Pernah ada ya pengen tahu, desa, ada juga turis dari luar
wisatawan yang nanti janjian sama yang nyoba pengen coba
kesini ikutan saya ikut latihan. buat main Ojung ya
nyoba main Kalau pas upacara Ojung, ada dipersilahkan.
Ojung, ada yang yang di hari yang belajar Cuma memang
belajar Topeng terakhir 15 sya’ban Topeng kalau
Konah, dan itu ada permainan Konah. Tapi untukpenginapan
Singo Ulung tradisional desa, ya memang disini belum ada,
siapapun yang mau disini belum mungkin kalau
ikut main itu ada yang buat mau ya bisa
silahkan, tidak ada penginapan, nginep dirumah
larangan, Cuma homestay hotel saya, atau nginep
untuk kegiatan gitu belum di rumah Pak
yang sakral seperti ada. Paling ya Tikno biasanya
yang masak-masak kalo ada yang
itu memang harus mau nginep
masyarakat sini disini bisa
dirumah sini,
di Pak Kades
atau Pak
Tikno.
Biasanya gitu.
2. Bentuk Disini kalau kita disini disini itu Budaya disini itu
penghargaa masyarakatnya tidak hanya masyarakat sakral mas, jadi
n terhadap masih sangat menghargai, tetapi rela libur kerja, masyarakat
budaya dan kental budaya juga sangat hormat keluar uang sendiri pasti
kearifan dan adatnya. dengan budaya ataupun bahan- menjaga tradisi
lokal Apapun yang ada, bangga bahan di sini. Jadi
kegiatan disini dan senang punya masakkan itu kalaupun nanti
masih banyak kesenian. yang penting semakin banyak
berdasarkan Karna budaya itu acara-acara wisatawan yang
ajaran orang tua saya bisa jalan- adat seperti datang kesini ya
dulu. Tradisi jalan ke Bersih Desa itu Insyallah
disini belum ada Kalimantan, ke tetap masyarakat juga
yang berubah Jakarta juga sudah berlangsung tetep menjaga,
beberapa kali. Kita melestarikan,
107

juga ingin lebih jangan sampe


banyak orang hilang
Bondowoso yang
belajar kesenian
disini. Makin
banyak turis yang
datang.
3. Komunitas ada disini punya Di sini ada kalau tidak kalau sesuai di
lokal yang kelompok perkumpulan Seni salah itu ada profil desa disini
ada di Desa hadrah dan ada Singo Ulung kelompok seni itu ada
Blimbing komunitas seni Bintang Pusaka. Itu Singo Ulung, kelompok seni
Singo Ulung saya langsung yang ada hadrah yang Pak Tikno
melatih. Banyak juga. Kalau di itu, ada hadrah,
juga orang dari luar depan itu tim ada juga tim
yang datang voli desa voli.
belajar, ada yang
cuma nonton pas
waktu latihan
4. jumlah semua seluruh masyarakat Kalo semua pasti
masyarakat masyarakat wajib terlibat kalo jumlahnya terlibat mas.
lokal yang terlibat, ada tentang tradisi dan saya kurang Mulai dari yang
terlibat yang kerja itu membangun desa, tau, tapi setiap muda sampe
dalam kadang sampe tapi untuk ada kegiatan bapak-bapak
pengemban cuti atau libur. pembangunan desa apapun disini itu kalau
gan desa Yang biasanya wisata belum tahu, masyarakat kegiatan desa
wisata ke sawah itu mungkin hanya disini selalu pasti ikut. Sama
libur dulu. yang bekerja di terlibat, seperti kerja
desa saja. Kalo apalagi kalo bakti disini juga
untuk acaranya ramai pasti
pembangunan Desa berkaitan
itu kewenangan dengan adat
Pak tenggi (Kepala tradisi disini
Desa)
5. Presentase hampir 100 Ya harus 100 ya mungkin ya 100 %
masyarakat persen persen terlibat, dan hampir 100 masyarakat
yang terlibat masyarakat untuk persen disini terlibat.
dalam terlibat. pembangunan di masyarakat Kadang dari
pengemban Biasanya ada sini saya rasa desa lain juga
gan desa orang dari desa masyarakat sudah datang kesini.
wisata lain juga ikut terlibat, tetapi juga
datang. Ada butuh bimbingan
yang nonton, dari orang-orang
ada yang juga yang lebih paham
ikut bantu dengan pariwisata
6. Perkembang kalo disini kalau disini itu Kalau lagi ada kalau kunjungan
an Desa belum banyak turis datang hanya acara bersih setau saya
Blimbing kegiatan, ya pas bersih desa desa itu ramai memang
sebagai desa paling yang saja, kalau hari lain mas. Saya juga musiman mas.
108

wisata datang itu yang mungkin hanya ingin Blimbing soalnya memang
penelitian kaya datang waktu mau itu bisa hanya pas bersih
adek ini, ada ikut latihan saja. terkenal desa itu, setelah
juga yang Kalau data seninya seperti itu ya sepi lagi.
datang waktu kunjungan yang di Masyarakat juga
acara-acara mungkin bisa Prajekkan itu inginnya desa ini
desa. Yang ditanyakan di bisa jadi tempat
keluar justru kantor desa. wisata, tapi
banyak, ada Masyarakat pasti bingung juga
yang sekolah di senang kalau mas disini tempa
luar kota desanya jadi tempat wisatanya
wisata tetapi kan sedikit. Orang
untuk menjadi sini itu kan juga
seperti itu butuh pengetahuannya
proses yang masih kurang
panjang kalo buat
pariwisata.
Butuh
bimbingan lagi
7. Komitmen ya kalo dari ya karena tradisi masyarakat itu kalau menurut
dalam pihak desa terus disini itu kan hidupnya saya di desa ini
penerapan sampai sangat sacral, jadi disini sebagian yang masih
prinsip kapanpun akan harus tetap besar tani, memegang teguh
ekonomi mendorong dilaksanakan. bergantung budayanya.
hijau pelestarian, Contohnya seperti sama alam Karna memang
salah satunya Ojung itu kan mas. Ya kan Singo Ulung
dengan penarinya harus dengan kaya itu juga kan
membuat sampai gitu juga lahirnya disini.
kelompok- mengeluarkan masyarakat Pemerintah juga
kelompok seni. darah. Pernah dulu pasti sadar sudah
Ojung itu tidak jangan sampe menetapkan
diadakan dan disini itu kalau disini itu
pernah penarinya rusak. Kalo desa wisata.
itu tidak sampai budayanya Kalau memang
keluar darah dan memang sudah nanti desa ini
pasti langsung kental dari maju,
datang bencana, dulu, dan masyarakat pasti
kekeringan, gagal masyarakat tetap menjadikan
panen, selalu ada juga sampe budaya disini
bencana kalau tidak sekarang sebagai aturan
sesuai dengan masih mas. Insyallah
tradisi mempertahank tidak berubah
an.
8. Forum Di sini sering Kalau saya pribadi saya ndak tau kalau acara
komunikasi diadakan forum sering bertemu Pak mas kalau itu, bersama
tapi lebih Sugeng dari dinas, tapi disini masyarakat
membahas beliau juga sering memang pak disini sering
kepentingan kesini. Tapi tenggih sering mas. Tapi untuk
109

desa secara biasanya lebih mengadakan yang membahas


umum. Tidak sering membahas pertemuan. pariwisata itu
hanya tentang kesenian, Banyak hal masih jarang.
pariwisata, beliau kan juga yang dibahas. Kalau saya
tetapi juga punya Padepokkan Kadang ya sendiri itu
budaya, Seni di Prajekkan. tentang tani, inginnya ada
pembangunan Kadang juga tentang bersih bantuan buat
desa membahas desa, tentang membangun
bagaimana masyarakat gapura di
pariwisata yang dan makam Juk
melibatkan permasalahan Sengah itu mas.
Kesenian desa. Terus di jalan itu
Bondowoso di kasih
penunjuk jalan
kalau disini itu
Desa tempat
lahirnya Singo
Ulung.
9. Penerapan dari desa selalu Kalau di Desa ya semuanya kalau alam disini
prinsip mengingatkan Blimbing kan yang dilakukan memang masih
kelestarian kepada kesenian dan bersih disini selalu asri gini mas.
masyarakat, desa itu yang jadi berusaha Masyarakat yang
sampai kapan unggulan jadi mempertahank tani juga kan
dan otomatis kalau mau an semuanya bergantungnya
pembangunan jadi pariwisata ya biar tidak sama alam.
seperti apapun kita harus hilang mas. Kalau sampe
yang dilakukan mempertahankan Kalo kesenian kekeringan kan
jangan sampai kesenian dan tradisi itu disini mulai ndak bisa panen
desa ini lupa itu sampai dari anak kecil juga. Kalau
dengan tradisi kapanpun. Seperti sampe bapak- kaitannya
dan budaya yang sekarang ini kan bapak itu ikut dengan budaya
ada. tradisi itu masih latihan. Jadi sampai saat ini
ada, masih kalo budaya masih dijaga
dipertahankan disini terus terus. Bersih
jangan sampai dipertahankan Desa itu saja kan
nanti beberapa Insyallah sudah 500 tahun
tahun lagi tradisi dampaknya lebih mas. Jadi
itu sudah hilang. juga bagus kalaupun jadi
buat tempat wisata
pariwisatanya pasti ya budaya
itu lagi yang
dicari wisatawan
110

Lampiran 4

Selective Coding

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso

No Kata Kunci Story line Quotes


1. Pendaya Pihak dinas telah Dalam hal mendorong
gunaan melakukan beberapaa pendayagunaan masyarakat di Desa
masyarakat kali pertemuan dengan Blimbing, pemerintah melalui Dinas
pihak desa beserta Pariwisata telah melakukan
masyarakat dan pertemuan dengan warga serta
mendorong masyarakat memberikan himbauan utnuk terus
untuk terus menggarap mengembangkan dan mengelola
dan mengelola Desa Desa Blimbing. selain itu Dinas
Blimbing. Beberapa Pariwisata Pemuda dan Olahraga
bantuan juga telah juga telah memberikan beberapa
diberikan kepada bantuan untuk dapat menjadi
masyarakat untuk stimulan supaya masyarakat sadar
pengembangan kegiatan akan potensi desa Blimbing dalam
di Desa Blimbing. hal pariwisata.
2. Bentuk Hingga saat ini Dinas Pihak dinas mendorong masyarakat
pendayaguna Pariwisata Pemuda dan secara penuh untuk mengelola
an Olahraga mendorong seluruh aspek dalam pengembangan
masyarakat masyarakat secara desa wisata di Desa Blimbing. hal ini
langsung untuk didasari karakteristik masyarakat
membangun pariwisata yang hingga saat ini masih
khususnya melalui memegang teguh tradisi dan lebih
potensi kebudayaan mengerti akan perkembangan
yang dimiiki. Sebagai kebudayaan lokal setempat yang
salah satu identitas menjadi sumber daya dalam
Kabupaten Bondowoso, mengembangkan produk wisata di
kebudayaan di Desa Desa Blimbing
Blimbing harus tetap
dijaga dan pihak dinas
berkeyakinan bahwa
masyarakat Desa
Belimbing sendiri yang
lebih mengerti
bagaimana cara untuk
tetap menjaga
kelestarian. Sehingga
dengan kelestarian yang
tetap terjaga sektor
pariwisata akan dapat
terus berkembang
3. Komunitas Di Desa Blimbing Hingga saat ini belum ada komunitas
Lokal dalam terdapat beberapa lokal atau kelompok-kelompok
pembanguna komunitas lokal masyarakat yang khusus dibentuk
111

n dan diantaranya kelompok untuk menangani kepariwisataan di


pengembang seni dan belum ada Desa Blimbing. akan tetapi ada satu
an desa POKDARWIS sebagai kelompok seni lokal yang dipimpin
wisata kelompok masyarakat oleh pemangku dat yang juga turut
yang bergerak pada terlibat dalam kegiatan-kegiatan
pengembangan yang berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan Kepariwisataan di Dea Blimbing
4. Inisitor Inisiator dari Pemerintah melalui Dinas Pariwisata
pengembang pembangunan serta Pemuda dan Olahraga Kabupaten
an desa pengembangan Desa Bondowoso menjadi inisiator dalam
wisata Blimbing sebagai desa pembangunan serta pengembangan
wisata adalah desa wisata di Desa Blimbing.
pemerintah melalui Pemerintah yakin dengan karakter
Dinas Pariwisata Desa Blimbing yang unik dan
Pemuda dan Olahraga memiliki kekhasan dalam segi
Kabupaten Bondowoso. budaya dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat melalui
pembangunan serta pengembangan
desa wisata dengan produk berupa
kebudayaan lokal setempat.
5. Upaya dalam Pemerintah selalu Upaya yang dilakukan pemerintah
mendorong memberikan dorongan untuk mendorong keterlibatan
keterlibatan dan memfasilitasi masyarakat diantaranya adalah
masyarakat masyarakat untuk terus memberikan pemahaman, bimbingan
terlibat secara aktif secara langsung kepada masyarkat
dalam mengembangkan serta beberapa bantuan berupa
Desa Blimbing sebagai peralatan kesenian untuk memancing
desa wisata. kesadaran atau sebagai stimulant
agar masyarakat setempat tergerak
dan yakin bahwa dengan pariwisata
akan memberikan manfaat yang
positif salah satunya dalam hal
perekonomian desa.
6. Perkembanga Desa Blimbing Sebagai desa wisata, Desa Blimbing
n Desa termasuk dalam salah menjadi salah satu desa yang
Blimbing satu desa wisata di tergolong lambat perkembangannya.
sebagai desa Kabupaten Bondowoso Belum ada upaya untuk melakukan
wisata yang perkembangannya pencatatan data kunjungan serta
lambat. Belum ada data belum tumbuhnya keyakinan serta
kunjungan yang tercatat kesadaran masyarakat terhadap
hingga saat ini. Hal manfaat yang dihasilkan jika
tersebut didasari oleh masyarakat mengembankan Desa
kondisi masyarakat Bimbing sebagai desa wisata.
yang belum terlalu
yakin dengan manfaat
yang akan diperoleh
jika mereka
mengembangkan
112

kepariwisataan di Desa
Blimbing.
7. Komitmen Pemerintah terus Pemerintah terus berkomitmen
dalam menjaga komitmen dengan cara terus mendorong
penerapan dalam menjaga keterlibatan masyarkat agar semakin
prinsip kelestarian budaya dan aktif dalam mengembangkan
ekonomi alam yang ada di Desa kepariwisataan di Desa Blimbing.
hijau Blimbing, untuk itu Dari upaya tersebut pemerintah terus
pemerintah terus meyakinkan masyarakat akan
mendorong masyarakat muncul manfaat terutama dalam hal
untuk terus ekonomi yang secara langsung dapat
mengembangkan dirasakan oleh masyarkat.
kepariwisataan di Desa
Blimbing. Dengan terus
mendorong masyarakat
untuk terus terlibat
secara aktif dalam
pembangunan serta
pengembangan desa
wisata di Desa
Blimbing, pemerintah
yakin aka nada manfaat
yang didapat oleh
masyarakat setempat
terutama dari segi
perekonomian.
8. Forum Sudah beberapa kali Sudah beberapa kali diadakan forum
komunikasi dilakukan pertemuan komunikasi bersama masyarakat
dan diskusi bersama namun belum bisa dikatakan sering
masyarakat terkait
pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata.
9. Penerapan Dari pihak dinas Penerapan prinsip kesalahlestarian
prinsip sebagai pemegang yang dilakukan di Desa Blimbing
kelestarian kebijakkan selalu saat ini baru bersifat himbauan dan
menghimbau kepada arahan kepada masyarakat. Belum
masyarakat bahwa adanya aturan tegas yang dibuat.
kebudayaan yang
menjadi asset desa
harus dijaga dan
dilestarikan.
113

Pejabat Desa dan Masyarakat Desa Blimbing

No Kata Kunci Story Line Quotes

1. Keterlibatan Wisatawan yang datang Wisatawan terlibat dalam


aktif biasanya ingin belajar kegiatan kebudayaan khususnya
wisatawan secara langsung pada kegiatan-kegiatan kesenian
dalam kegiatan kesenian yang terutama dalam acara Upacara
kehidupan ada di Desa Blimbing. Bersih Desa
perdesaan
2. Bentuk Masyarakat akan terus Masyarakat menganggap
penghargaan menjaga kebudayaan kebudayaan di Desa Blimbing
terhadap yang lahir dan merupakan identitas yang terus
budaya dan berkembang di Desa dijaga. Masyarakat juga
kearifan lokal Blimbing serta meyakini dengan adanya
menjadikan kebudayaan pariwisata, kebudayaan yang
hal mutlak yang harus ada tidak akan hilang atau
dijaga. Beberapa tradisi terganggu. Hingga saat ini
yang sakral serta loyalitas masyarakat terhadap
karakter masyarakat kebudayaan setempat masih
yang masih peduli dan sangat tinggi. Hal ini dapat
memegang teguh dibuktikkan dengan perilaku
kebudayaan diharapkan masyarakat yang rela
dapat menjaga eksistensi mengutamakan kegiatan tradisi
kebudayaan. setempat dibandingkan
pekerjaan sehari-hari.
3. Komunitas Komunitas Seni Singo Di Desa Blimbing terdapat
lokal yang ada Ulung, seni hadrah, Komunitas Seni Singo Ulung
di Desa namun belum ada Bintang Pusaka, Kelompok
Blimbing komunitas khusus yang Kesenian Hadrah, akan tetapi
dibuat untuk belum dibentuk komunitas lokal
pengelolaan pariwisata. yang khusus untuk mengelola
kegiatan kepariwisataan di Desa
Blimbing.
4. Jumlah Seluruh masyarakat Dalam pengembangan desa
masyarakat selalu terlibat dalam wisata di Desa Blimbing,
lokal yang setiap kegiatan Desa masyarakat terlibat sepnuhnya.
terlibat dalam Blimbing, terutama Hal ini di dasari juga oleh
pengembangan dalam hal kegiatan yang bentuk pengembangan produk
desa wisata bersifat tradisi dan wisata di Desa Blimbing yang
berkaitan dengan berorientasi terhadap
kebudayaan. kebudayaan setempat, dimana
kebudayaan merupakan hal yang
sangat dijaga dan di cintai oleh
masyarakat setempat.
5. Presentase 100 persen masyarakat 100 persen masyarkaat terlibat
masyarakat terlibat namun masih dan harus ada bimbingan dan
114

yang terlibat membutuuhkan arahan yang jelas dari pihak-


dalam bimbingan dari pihak- pihak lain terutama dinas
pengembangan pihak yang lebih setempat.
desa wisata mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan
pariwisata.
6. Perkembangan Wisatawan datang pada Wisatawan yang berkunjung
Desa Blimbing saat ada acara-acara sifatnya musiman terutama pada
sebagai desa desa seperti Upacara saat ada upacara bersih desa.
wisata bersih desa. Adapula Dan masyarakat juga berharap
yang datang untuk pariwisata di Desa Blimbing
melakukan penelitian dapat berkembang seperti desa
serta belajar kesenian wisata lain yang sudah
setepat. Masyarakat berkembang pesat.
sangat menerima dan
senang apabila Desa
Blimbing semakin ramai
dikunjungi wisatawan.
7. Komitmen Pihak desa beserta Masyarakat bersama pihak desa
dalam masyarakat akan terus sebagai pengelola telah
penerapan mendorong upaya-upaya berkomitmen untuk terus
prinsip pelestarian karena menjaga kelestarian budaya dan
ekonomi hijau kehidupan masyarakat alam di Desa Blimbing. hal ini
sebagian besar didasari oleh kehidupan
bergantung pada alam masyarakat yang sangat
dan budaya sekitar. bergantung dengan alam dan
budaya setempat. Masyarakat
juga yakin jika alam dan budaya
tetap dijaga kelestariannya maka
aka nada manfaat yang
dihasilkan.
8. Forum Pihak desa telah
Forum komunikasi di Desa
komunikasi melakukan beberapa Blimbing yang membahas
kali pertemuan bersama kegiatan kepariwisataan dalam
masyarakat. Akan tetapi hal ini pengembangan desa
pembahasan yangwisata bisa dikatakan sangat
dilakukan tidak hanya jarang.
berkaitan dengan
kepariwisataan di Desa
Blimbing tetapi
menyangkut hal yang
lain. Untuk forum yang
dilakukan antara
masyaraat dan
masyarakat desa bisa
dikatakan sangat jarang.
9. Penerapan Untuk penerapan Masyarakat bersama pihak desa
prinsip prinsip-prinsip yang menekankan bahwa
115

kelestarian berkaitan dengan bagaimanapun bentuk


kelestarian lingkungan pembangunan dan
pihak desa dan pengembangan yang dilakukan
masyarakat meyakini harus tetap menjunjung tingi
jika budaya dan alam adat istiadat serta kelestarian di
lestari akan memberikan Desa Blimbing. Jika dilihat dari
manfaat bagi kehidupan keseharian masyarakat, dalam
masyarakat, maka dari hal ini masyarakat sudah
itu pihak desa menerapkan prinsip kelestarian
menghimbau seperti budaya dan adat yang berlaku.
apapun bentuk
pembangunan dan
pengembangan di desa
harus tetap menjunjung
tinggi kelestarian alam
dan budaya setempat.
116

Lampiran 5

Turnitin
117

Lampiran 6

Surat Penelitian
118

Lampiran 7

Formulir Bimbingan
119
120
121
122

BIODATA

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Dadika Faisal Pradana
Alamat : Perumahan Griya Kembang Permai
Blok N6
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur
Tempat dan Tanggal Lahir : Banyuwangi, 1 Maret 1994
Telepon : 081221424905
e-mail : dadikafaisalpradana@gmail.com
Kewarganegaraan : Indonesia

DATA ORANG TUA


Nama Ayah : Didik Cahyono
Nama Ibu : Eny Yuliati
Alamat Orang Tua : Perumahan Griya Kembang Permai
Blok N6
Kabupaten Bondowoso, Jawa

PENDIDIKAN FORMAL
1999-2000 : TK Kemala Bhayangkari Bondowoso
2001-2007 : SD Negeri Dabasah Bondowoso
2007-2010 : SMP Negeri 1 Bondowoso
2010-2013 : SMA Negeri 2 Bondowoso
2013-sekarang : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Anda mungkin juga menyukai