Anda di halaman 1dari 91

STRATEGI PENGELOLAAN DESA WISATA

BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DI DESA MUNDUK BULELENG BALI

HALAMAN JUDUL

OLEH :
GYERINDRA MAHENDRA
17103046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN


DIPLOMA IV

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2021

i
STRATEGI PENGELOLAAN DESA WISATA
BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA MUNDUK BULELENG BALI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna dapat megikuti ujian dan mencapai
gelar Diploma IV pada Program Studi Manajemen Kepariwisataan

Oleh :
GYERINDRA MAHENDRA
NIM.17103046

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2021

ii
STRATEGI PENGELOLAAN DESA WISATA
BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI DESA MUNDUK BULELENG BALI

HALAMAN PERSETUJUAN

DIAJUKAN OLEH :
GYERINDRA MAHENDRA
NIM.17103046

TELAH DISETUJUI
Nusa Dua, 15 September 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Ni Made Eka Mahadewi, M.Par., CHE., CEM Ida Bagus Gede Agung Widana, SH., Dipl. TM., M.Par.
NIP. 19711227 199603 2 001 NIP. 19660920 199303 1 001

Mengetahui,
KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK
KEMAHASISWAAN DAN KERJA SAMA

Dr. I Ketut Surata, M.Sc


NIP.196400615 199203 1 002

iii
Tim Penguji Ujian Sidang Politeknik Pariwisata Bali setelah meneliti mengetahui

proses pembuatan skripsi oleh Gyerindra Mahendra, dengan nomor induk

mahasiswa 17103046 dan telah dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan

maka penguji, dapat

HALAMAN PENGESAHAN
MENGESAHKAN
PENGUJI I

Ida Bagus Gede Agung Widana, SH., Dipl. TM., M.Par.


NIP. 19660920 199303 1 001

PENGUJI II PENGUJI III

Ni Made Tirtawati, S.Si., M.Par. Anom Hery Suasapha, S.St.Par., M.Par.


NIP. 19771030 200312 2 001 NIP. 1980081 200502 1 001

DIREKTUR POLITEKNIK PARIWISATA BALI

Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes.


NIP. 19641026 199003 1 001

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil

karya asli saya, tidak terdapat karya yang pernah diajukan dengan judul Strategi

Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Desa

Munduk Buleleng untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana sains terapan di suatu

perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila penulisan skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagisi

dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau

pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan terkait dari pihak manapun juga

Nusa Dua, 23 September 2021


Yang menyatakan
Materai 6000

GYERINDRA MAHENDRA
NIM.17103046

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul “Strategi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Munduk Buleleng Bali”. tujuan dilakukan

penelitian ini untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan program diploma

IV pada prodi Manajemen Kepariwisataan di Politeknik Pariwisata Bali.

Dengan bantuan, dorongan, dan bimbingan yang diberikan berbagai pihak

untuk penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada Yth :

1. Drs.Ida Bagus Putu Puja, M. Kes selaku Direktur Politeknik Pariwisata

Bali;

2. Dr. I Ketut Surata, M. Sc ., Selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik,

Kemahasiswaan dan Kerjasama Politeknik Pariwisata Bali;

3. Dr. Luh Yusni Wiarti, A. Par., M.Par., M.Rech , CHE, CEE,. Selaku ketua

Jurusan Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Bali;

4. Dewa Ayu Made Lily Dianasari ,ST., M.Si. selaku koordinator program

studi Manajemen Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Bali

5. Dr. Ni Made Eka Mahadewi, M. Par., CHE., CEM. Selaku dosen

pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk

membimbing penulis selama penulisan skripsi sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini ;

vi
6. Ida Bagus Gede Agung Widana, SH., Dipl. TM ., M. Par . selaku dosen

pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk

membimbing penulis selama penulisan skripsi sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini;

7. Kepada Para Dosen Penguji pada ujian sidang tugas akhir yang telah

memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi.

8. Kepada Masyarakat dan perangkat Desa Wisata Munduk terhadap

informasi yang sudah diberikan;

9. Kepada perwakilan Kasubag dan Dinas Pariwisata Buleleng terhadap

informasi yang sudah diberikan;

10. Rekan-rekan MKP-B Politeknik Pariwisata Bali yang telah memberikan

masukan kepada penulis.

11. Orangtua dan keluarga kami yang selalu memberikan dukungan

untukmenyelesaikan laporan ini.

12. Kawan RAFOS yang selalu mendukung penulis dalam penulisan skripsi

ini dan memberikan saran & kritik terhadap skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun

dari Bapak/Ibu dosen khususnya dan umumnya para pembaca demi lebih baiknya

karya-karya tulis yang akan datang.

Nusa Dua, 23 September 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI.............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xiii
ABSTRAK......................................................................................................................xiv
ABSTRACT....................................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................10
1.3 Batasan Masalah........................................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................10
1.5 Manfaat penelitian.....................................................................................10
1.6 Metode Penelitian......................................................................................11
1.6.1 Objek dan Lokasi penelitian................................................................11
1.6.2 Jenis Sumber Data...............................................................................12
1.6.3 Teknik Penentuan Informan................................................................13
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................14
1.6.5 Teknik Analisis Data...........................................................................15
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................................17
2.1 Pariwisata....................................................................................................17
2.1.1 Pengertian Pariwisata..........................................................................17
2.1.2 Jenis Pariwisata...................................................................................17
2.1.3 Fungsi Pariwisata................................................................................19
2.1.4 Destinasi parwisata..............................................................................20
2.1.5 Daya tarik wisata.................................................................................20
2.1.6 Syarat Daya tarik wisata......................................................................24
2.1.7 Desa Wisata........................................................................................25
2.2 Pengelolaan..................................................................................................26
2.2.1 Pengertian Pengelolaan.......................................................................26
2.2.2 Tujuan Pengelolaan.............................................................................26
2.2.3 Fungsi Pengelolaan.............................................................................27
2.2.4 Pengelolaan Pariwisata........................................................................29
2.2.5 Pengertian Pengelolaan Desa Wisata..................................................30
2.3 Pemberdayaan Masyarakat......................................................................30
2.3.1 Pengertian Pemberdayaan...................................................................30
2.3.2 Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat.........................................31
2.3.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat......................................................33
2.3.4 Tahap-tahap Pemberdayaan................................................................33
2.3.5 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat................................................35
BAB III GAMBARAN UMUM.....................................................................................36
3.1 Sejarah Desa Wisata Munduk..................................................................36
3.3 Kondisi Fisik Alamiah...............................................................................39
3.4 Karakteristik Sosio-Ekonomi-Budaya.....................................................40
3.5 Kondisi Prasarana Penunjang..................................................................41
3.6 Atraksi Wisata...........................................................................................41
3.7 Aksesisbilitas..............................................................................................42
3.8 Fasilitas.......................................................................................................43
3.9 Pengelola.....................................................................................................43
3.10 Aktivitas Wisata.........................................................................................44
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................46
4.1 Analisis SWOT Desa Wisata Munduk Buleleng......................................46
4.2 Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Munduk.................................50
4.3 Strategi Pengelolaan Desa Wisata Munduk berbasis Pemberdayaan
Masyarakat........................................................................................................55
BAB V PENUTUP..........................................................................................................65
5.1 Simpulan.....................................................................................................65
5.2 Saran...........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................68
LAMPIRAN...................................................................................................................70
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Jumlah Kunjungan Wisatawan Bali Tahun 2017 – 2020 .....................2

Tabel 1.2. Data Desa Wisata Kabupaten Buleleng pada tahun 2021....................4

Tabel 1.3.Jumlah Kunjungan Wisatawan Kab.Buleleng tahun 2020....................6

Tabel 1.4. Data kependudukan berdasarkan pekerjaan.........................................7

Tabel 4.1 Identifikasi Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Munduk .....................47

Tabel 4.2 Matriks SWOT .....................................................................................57

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Menuju desa wisata Munduk...............................................….39

Gambar 3.2 Peta desa wisata Munduk ...........................................................….40

Gambar 3.3 Kegiatan ekonomi masyarkat lokal ............................................….40

Gambar 3.4 Atraksi Air Terjun Munduk ........................................................….42

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan wawancara …………………………………………….... 67

Lampiran 2 Dokumentasi penelitian ………………………………………...… 69

Lampiran 3 Kartu Bimbingan Tugas Akhir …………………………………..

xiii
Strategi Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Di Desa Munduk Buleleng Bali

Gyerindra Mahendra
NIM.17103046

ABSTRAK

Desa wisata Munduk dikenal dengan wisata alam seperti pemandangan


persawahan dan perkebunan dengan suasana pedesaan yang sejuk. Desa wisata
Munduk yang memiliki akomodasi yang lengkap dan adanya fasilitas penunjang
yang baik dapat menarik wisatawan. Dengan strategi pengelolaan dan
memberdayakan masyarakat sebagai pelaku pariwisata akan membuat desa wisata
Munduk mengalami perubahan dari sisi ekonomi, budaya, dan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan desa wisata
Munduk di kabupaten Buleleng yang berbasis pemberdayaan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara
menguraikan data secara sistematik. Teknik penentuan informan yang digunakan
adalah purposive sampling. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan
beberapa metode yaitu wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data yang
diperoleh dianalisis dengaan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Desa
Wisata Munduk perlu menerapkan strategi pengelolaan dengan memberdayakan
masyarakat sebaik mungkin, agar konsep pengelolaan pada desa wisata bisa
dikenal dan direalisasikan oleh masyarakat. Perlunya kesiapan, pemberian
edukasi, dan keaktifan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan desa
wisata yang berbeda dari desa wisata lainnya di kabupaten Buleleng.
.

Kata Kunci : strategi pengelolaan, desa wisata, pemberdayaan masyarakat,


desa Munduk

xiv
Tourism Village Management Strategy Based on Community Empowerment
in Munduk Village, Buleleng Bali

Gyerindra Mahendra
NIM.17103046

ABSTRACT

The tourist village of Munduk is known for its natural attractions such as
views of rice fields and plantations with a cool rural atmosphere. Munduk tourist
village which has complete accommodation and good supporting facilities can
attract tourists. With a management strategy and empowering the community as
tourism actors, the Munduk tourist village will experience changes from the
economic, cultural and social side.
This research aims to determine the management strategy of the Munduk
tourism village in Buleleng district based on community empowerment. This
research was conducted with a qualitative descriptive method, namely by
describing the data systematically. The informant determination technique used is
purposive sampling. In collecting data, researchers used several methods, namely
interviews, documentation and literature studies. The data obtained were analyzed
using qualitative descriptive analysis techniques.
From the results of the SWOT analysis, it can be concluded that the
Munduk Tourism Village needs to implement a management strategy by
empowering the community as best as possible, so that the management concept
in the tourism village can be recognized and realized by the community. The need
for readiness, providing education, and community activity in building and
developing a tourist village that is different from other tourist villages in Buleleng
district.

Keywords: management strategy, tourism village, community empowerment,


Munduk village

xv
BAB I
PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sektor yang paling berpotensi untuk meningkatkan sumber pendapat daerah

yaitu dengan cara mengembangkan dan mengelola mengenai sektor pariwisata,

dengan peningkatan pada sektor pariwisata, pedayagunaan masyarakat dan

memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki diharapkan dapat meningkatkan dari

segi ekonomi masyarakat yang ada pada destinasi pariwisata. Perkembangan

pariwisata juga dapat mendorong percepatan pada pertumbuhan ekonomi di setiap

destinasi pariwisata.

Pariwisata juga tidak hanya berdampak kepada sektor ekonomi saja melainkan

berdampak kepada sektor sosial dan budaya yang semakin meningkat dengan

adanya pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata. Kegiatan pariwisata yang

berdampak pada sektor sosial ekonomi dan budaya ini berperan dalam proses

pengembangan dan pengelolaan pada suatu wilayah yang memiliki potensi wisata,

kegiatan pariwisata ini juga diharapkan dapat meningkatkan perkembangan

ekonomi masyarakat, sosial, pelestarian budaya dan kelangsungan dari parwisata

itu sendiri.

Menurut Pendit (2003) menyatakan bahwa, kegiatan pariwisata yang

menciptakan sebuah permintaan dari wisatawan yang melakukan kegiatan

pariwisata maupun melakukan investasi pada pariwisata yang akan membuat

peningkatan ekonomi di suatu daerah. Meningkatknya peran dalam penerimaan

ekonomi pada suatu daerah yang merupakan komponen utama dari pariwisata

1
dengan memperhatikan faktor – faktor yang ada seperti potensi wisata, jumlah

tingkat kunjungan wisata, dan daya tarik wisata. Pariwisata bergantung pada

tingkat kunjungan wisatawan menuju daya tarik wisata ataupun destinasi

pariwisata oleh karena itu daya tarik wisata harus ditingkatkan dari semua sisinya

agar wisatawan tetap berkunjung dengan aman dan nyaman sehingga pariwisata

bisa berkembang dengan baik.

Bali sebagai provinsi yang memiliki potensi pariwisata alam, budaya dan

buatan yang mendukung dan mengembangkan bagi sektor pariwisata di Indonesia.

Bali mempunyai 8 kabupaten dan 1 kota yang di setiap kabupaten dan kota

mempunyai daya tarik wisata yang berbeda – beda dan memiliki ciri khas seperti

pemandangan alam, budaya dan atraksi wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Sebagai salah satu provinsi yang miliki potensi pariwisata dan daya tarik wisata

yang menarik untuk dikunjungi dapat dilihat dari data tingkat kunjungan pada

Tabel 1.1 .

Tabel 1.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali tahun 2017 – 2020

BULAN 2017 2018 2019 2020


Total 14.433.372 15.828.464 16.820.249 4,408,537
Persentase ( % ) - 9,66 6,26 -73,7

Sumber : disparda.baliprov.go.id, 2021

Berdasarkan Tabel 1.1 tentang data tingkat kunjungan wisatawan berkunjung

ke Bali , pada tahun 2020 terjadinya penurunan tingkat kunjungan wisatawan

menuju Bali dikarenakan adanya wabah virus yang membuat para wisatawan

tidak bisa melakukan aktivitas dan kegiatan wisata .

2
Dengan potensi wisata dan aktivitas wisata yang ada di Bali pemerintah

mengeluarkan Undang - Undang Otonomi Daerah ( UU. No.22/99 ) yang

diberlakukan pada tahun 2000. Undang – undang ini menjelaskan bahwa

pembangunan akan lebih mengarah kepada pedesaan, sehingga dapat terjadinya

perubahan sosial seperti orang – orang kota yang melakukan bepergian menuju

desa untuk berekreasi yang diharapkan dapat meningkatkan sektor perokonomian

di suatu desa sehingga adanya pemerataan mengenai pembangunan dari sektor

ekonomi, budaya dan sosial.

Desa – desa yang memiliki potensi wisata dapat menarik wisatawan untuk

berkunjung menuju desa. Pembangunan desa wisata dilakukan untuk

mengoptimalkan pariwisata yang ada pada desa yang bertujuan untuk pemerataan

pembangunan agar dapat menata dan mengelola desa menuju arah yang lebih

maju. Yang diharapkan dapat lebih membangun dan membuat potensi lebih dari

sebelummnya. Desa wisata harus lebih mengoptimalkan dari sisi potensi wisata

yang ada agar desa wisata lebih dikenal dan menerima kunjungan dari wisatawan..

Menurut data Dinas Pariwisata Bali, Bali sudah memiliki 179 desa wisata

yang tersebar pada setiap kabupaten dan kota. Banyak desa wisata yang memiliki

daya tarik wisata dan potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh

wisatawan yang mendukung pariwisata Bali sebagai daerah destinasi pariwisata.

Desa wisata Munduk salah satunya yang sudah maju berdasarkan data desa wisata

yang berasal dari Dinas Pariwisata Bali. Menurut Surat Keputusan yang sudah

dikeluarkan oleh Bupati Buleleng, No: 430 / 405 / HK / 2017 tentang desa wisata

3
Kabupaten Buleleng. Pada Tabel 1.2 Memuat data desa wisata yang ada pada

Kabupaten Buleleng

Tabel 1.2 Data desa wisata Kabupaten Buleleng tahun 2021

No Nama Desa Kategori Keterangan


 
1 Sembiran Berkembang Surat
2 Les Berkembang Keputusan
3 Julah Rintisan Bupati
Buleleng, No:
4 Pacung Berkembang 430/
5 Bengkala Berkembang 405/HK/2017,
Tentang
6 Bebetin Berkembang
Desa Wisata
7 Sekumpul Berkembang Kab.
8 Sudaji Berkembang Buleleng.
 
9 Lemukih Berkembang
 
10 Menyali Rintisan  
11 Sangsit Berkembang  
 
12 Jagaraga Berkembang  
13 Sawan Berkembang  
14 Kalibukbuk Maju  
 
15 Paket Agung Berkembang  
16 Gitgit Berkembang  
17 Sambangan Berkembang  
 
18 Ambengan Berkembang  
19 Pancasari Berkembang  
 
20 Wanagiri Berkembang
 
21 Munduk Maju  
22 Kaliasem Berkembang  
 
23 Gobleg Berkembang  
24 Banjar Berkembang  
25 Sidatapa Berkembang  
 
26 Cempaga Berkembang  
27 Tigawasa Berkembang  

4
28 Pedawa Berkembang
29 Banyuseri Rintisan
30 Pemuteran Maju
31 Sumber Kima Berkembang
Sumber : disparda.goprov.go.id, 2021
Pada data desa wisata yang sudah tercantum pada Surat Keputusan Bupati

Buleleng dari 31 desa wisata, desa wisata Munduk menjadi desa wisata yang

sudah maju dibandingkan dengan desa wisata lainnya yang berada pada

Kabupaten Buleleng. Dengan hal ini desa wisata Munduk yang sudah maju harus

ditopang dengan pengelolaan yang baik dan benar agar terciptanya tujuan yang

diinginkan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat.

Pengelolaan kegiatan maupun pengelolaan desa wisata sangat diperlukan

dikarenakan meningkatkan kunjungan wisatawan menuju atraksi pada desa wisata

Munduk ini. Pengelolaan yang baik juga harus dilakukan agar peningkatan

ekonomi yang berasal dari wisatawan yang menghabiskan waktunya dengan

menginap, menggunakan fasilitas yang ada pada setiap destinasi maupun daya

tarik wisata, melakukan kegiatan wisata dan menggunakan sarana penunjang

lainnya yang harus digunakan dan dimaksimalkan oleh masyarakat.

Dengan pengelolaan yang baik seperti mengikuti atau melaksanakan

pembuatan rencana, pemberian perintah, pengawasan, pengorganisasian dan

pengkoordinasian terhadap sebuah destinasi ataupun daya tarik wisata.

Pengelolaan desa wisata merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

perkonomian, sosial dan budaya dalam suatu daerah, yang gunanya juga untuk

meningkatkan dan dikembangkan sebagai aktivitas yang dapat menghasilkan

devisa negara dan Pendapatan Asli Daerah. Dengan pengelolaan ini dapat dilihat

5
dengan tingkat kunjungan wisatawan dapat dilihat dari Tabel 1.3 jumlah

kunjungan menuju Kab. Buleleng tahun 2020.

Tabel 1.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Buleleng tahun 2020
Domestik Mancanegara
Total
No Bulan L P L P
1 Januari 6.787 7.031 13.364 11.966 39.148
2 Pebruari 6.527 6.446 8.249 8.318 29.720
3 Maret 5.584 5.934 7.509 6.774 25.801
4 April - - - - -
5 Mei - - - - -
6 Juni - - - - -
7 Juli 4.211 3.656 - - 7.867
8 Agustus 11.965 13.186 14 11 25.176
9 September 8.144 4.874 88 98 13.204
10 Oktober 4.745 6.160 88 98 11.091
11 Nopember 1.905 2.131 369 382 4.786
12 Desember 13.055 11.573 384 379 25.391
Total 123,914 58.270 182.284
Sumber: dispar.bulelengkab.go.id, 2020
Pada data jumlah kunjungan wisatawan menuju Buleleng pada tahun 2020

dengan terjadinya kenaikan dan mengalami penurunan di setiap bulannya hingga

pada bulan april – juni tidak adanya kunjungan wisatawan yang menuju

Kab.Buleleng. Dengan hal ini yang harus dilihat dan harus diperhatikan oleh

masyarakat maupun pemerintah desa dan pemerintah daerah. Pada data jumlah

kunjungan menuju kabupaten Buleleng tersebut seharusnya yang sudah menjadi

perhatian bagi pemerintah desa, pemerintah daerah dan masyarakat.

Meningkatkan kunjungan wisatawan menuju kabupaten Buleleng harus tetap

dalam perhatian oleh pihak pemerintah deaerah Kabupaten Buleleng.

6
Dengan tingkat kunjungan wisatawan yang tidak menentu maka

diperlukannya pengelolaan yang baik dengan mempromosikan, membuat rencana

dan menyusun strategi mengenai pengelolaan. Pengelolaan desa wisata Munduk

sudah sangat baik akan tetapi dengan kunjungan wisatawan yang tidak menentu

dan mengalami penurunan maka diperlukannya strategi pengelolaan yang harus

direncanakan dan digunakan oleh desa wisata Munduk. Dengan konsep desa

wisata yang harus memberdayakan masyarakat guna membuat desa wisata

Munduk lebih maju lagi.

Pemberdayaan masyarakat sangatlah diperlukan dalam membangun dan

mengembangkan desa wisata dikarenakan masyarakat adalah pelaku utama untuk

membuat , membangun dan mengembangkan desa wisata. Masyarakat yang

mengambil penuh mengenai pengelolaan yang harus dilakukan dan digunakan

pada desa wisata menjadi hal yang paling penting pada pengelolaan desa wisata.

Menurut kepala Dinas Pariwisata Buleleng yaitu I Nyoman Sutrisna pada

tahun 2017, desa wisata yang terdapat pada kabupaten Buleleng masih terkendala

dengan sumber daya manusia, infrastruktur, fasilitas, dan aksesibilitas. Hal ini

membuat desa wisata cukup kurang cepat berkembang dikarenakan masih adanya

kendala .

Pada desa wisata Munduk yang didominasi oleh mayarakat yang bekerja

pada bidang pertanian dan perkebunan yang masih kurang dalam hal pengetahuan

di bidang pariwisata. Pada Tabel 1.4 disajikan data kependudukan berdasarkan

pekerjaan, masyarakat desa wisata Munduk masih cenderung bekerja pada bidang

pertanian dan perkebunan.

7
Tabel 1.4
Data kependudukan berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase ( % )
1 Pertanian / Perkebunan 2848 36.52
2 Belum / Tidak bekerja 1532 19.64
3 Pelajar / Mahasiswa 1171 15.01
4 Karyawan Swasta 698 8.95
5 Wiraswasta 484 6.21
6 Buruh Tani / Pekerbunan 420 5.39
7 Mengurus rumah tangga 348 4.46
8 Pedagang 105 1.35
9 PNS 60 0.77
10 Buruh harian lepas 41 0.53
11 Pensiunan 14 0.18
12 Guru 12 0.015
13 Perdagangan 12 0.15
14 Nelayan / Perikanan 9 0.12
15 POLRI 7 0.09
16 Supir 5 0.06
17 TNI 4 0.05
18 Transportasi 4 0.05
19 Mekanik 3 0.04
20 Karyawan Honorer 3 0.04
21 Karyawan BUMN 2 0.03
22 Konstruksi 2 0.03
23 Pembantu rumah tangga 2 0.03
24 Tukang jahit 2 0.03
25 Pelaut 2 0.03
26 Bidan 1 0.01
27 Pengacara 1 0.01
28 Peneliti 1 0.01
29 Tukang las 1 0.01
30 Pendeta 1 0.01
31 Birawati 1 0.01
32 Seniman 1 0.01
33 Juru masak 1 0.01
34 Tukang kayu 1 0.01
Sumber: Munduk-Buleleng.desa.id, 2020

Menurut data pekerjaan pada Tabel 1.4 yang tercantum pada website desa

wisata Munduk Buleleng pada tahun 2020 masih banyaknya masyarakat yang

bekerja pada bidang pertanian dan perkebunan yang seharusnya pada konsep desa

8
wisata masyarakat juga mampu bekerja pada bidang pariwisata guna membangun

dan mengembangkan desa wisata yang dimiliki. Pada desa wisata Munduk

pemberdayaan masyarakat yang kurang merata dan masih pasifnya masyarakat

dalam bidang pariwisata menjadi kendala pada desa wisata Munduk ini.

Masyarakat desa wisata Munduk masih bergantung kepada pertanian dan

perkebunan yang seharusnya bisa dilakukan secara bersamaan dengan bidang

pariwisata.

Pemberdayaan masyarakat yang kurang merata seperti pada atraksi

pariwisata air terjun Munduk yang terkadang tidak ada yang menjaga atau

memberikan informasi untuk wisatawan yang akan datang. Pada acara – acara

tertentu atau event – event yang dilaksanakan di desa wisata Munduk, masyarakat

desa wisata Munduk baru saja bisa membantu atau melaksanakan dengan baik

pada bidang pariwisata jika tidak adanya event di desa wisata Munduk masyarakat

lokal kembali kepada pekerjaan yang biasanya mereka kerjakan.

Pengelolaan desa wisata tidak bisa berjalan dengan baik jika masyarakat lokal

itu sendiri kurang membantu dari sisi sumber daya manusia, yang seharusnya

masyarakat menngambil kewajiban untuk membangun desa wisata mereka. Pada

desa wisata Munduk masyarakat sudah membuat dan melaksanakannya dengan

baik akan tetapi masih kurangnya dari sisi promosi, pengembangan, dan

pengawasan terhadap atrasi wisata atau daya tarik wisata. Membuat daya tarik

wisata pada desa wisata Munduk ini hanya monoton dikarenakan kurangnya

pembaharuan untuk menarik wisatawan yang ingin berkunjung menuju desa

wisata Munduk. Hal yang seharusnya dilakukan oleh pengelola dan masyarakat

9
desa wisata Munduk dengan cara membuat strategi pengelolaan yang baru dan

bisa dilakukan dengan baik oleh masyarakat desa wisata itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat yang kurang cukup merata dan masih pasifnya

masyarakat desa wisata munduk dalam menata potensi wisata yang dimiliki masih

menjadi kendala. Strategi pengelolaan yang dikelola langsung oleh masyarakat

lokal menjadi sasaran pada penelitian ini. Strategi pengelolaan dengan dibantunya

dengan pemberdayaan masyarakat yang baik dan merata diharapkan dapat

membuat desa wisata Munduk lebih maju dibandingkan dengan desa wisata

lainnya yang ada pada kabupaten Buleleng.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di atas maka rumusan masalah yang akan

diteliti yaitu bagaimana strategi pengelolaan desa wisata berbasis

pemberdayaan masyarakat di desa Munduk Buleleng ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dengan merumuskan strategi pengelolaan Desa Wisata

Munduk dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses,Opportunities, Thereats)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu kepada rumusan masalah yang bertujuan

untuk mengetahui strategi pengelolaan desa wisata berbasis pemberdayaan

masyarakat pada desa wisata Munduk di kabupaten Buleleng.

1.5 Manfaat penelitian

1. Bagi mahasiswa

10
Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh selama

mengkitui dan memenuhi mata kuliah serta memenuhi salah satu syarat

dalam menempuh pendidikan di Politeknik Pariwisata Bali program studi

Manajemen Kepariwisataan (D. IV) dan menambah wawasan yang

didapatkan dari lapangan selama melakukan penelitian.

2. Bagi Politeknik Pariwisata Bali

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai

bahan referensi penelitian dan tambahan informasi yang berkaitan dengan

strategi pengelolaan desa wisata berbasis pemberdayaan masyarakat di

desa Munduk Buleleng, maupun penelitian dengan topik yang sejenis

3. Bagi Desa Wisata Munduk

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan bagi pihak pengelola Desa Wisata Munduk dalam upaya

pengelolaan pariwisata sehingga dapat menarik wisatawan untuk

berkunjung ke Desa Wisata Munduk

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Objek dan Lokasi penelitian

1. Objek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini yaitu strategi

pengelolaan desa wisata berbasis Pemberdayaan Masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten

Buleleng.

11
1.6.2 Jenis Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Menurut Kusmayadi dan Sugianto (2000:80) data kualitatif adalah

data yang tidak bernilai numerik atau nilainya bukan angka. Data

kualitatif dalam penelitian ini yaitu berupa data keadaan lokasi fisik

Desa Munduk atau gambaran umum , fasilitas yang tersedia dan

keterangan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2015:23), data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka, atau data kuantitatif yang diangkakan (scoring).

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data jumlah kunjungan

wisatawan ke Buleleng , jarak lokasi penelitian dan luas objek yang

akan diteliti

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak

pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain

Arikunto (2013: 172). Data yang primer dalam penelitian ini

merupakan data berupa fisik alamiah Desa Munduk, keadaan atraksi

wisata melalui observasi, informasi mengenai Desa Munduk yang di

dapatkan secara wawancara dengan masyarakat lokal setempat

12
maupun masyarakat yang berkecimpung di Pariwisata dengan bantuan

pedoman wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah Data yang dikumpulkan dari tangan kedua

atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan (Ulber Silalahi, 2012:82). Data Sekunder yang digunakan

pada penelitian ini diantaranya : menggunakan hasil informasi dari

website Desa Wisata Munduk , artikel , jurnal dan buku – buku

mengenai Strategi pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat yang

bisa dijadikan sebagai referensi.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive

sampling digunakan dalam penelitian ini, menurut Sugiyono (2011 : 84)

menjelaskan bahwa adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pada penentuan informan ini peniliti mejadikan tokoh atau badan

yang memiliki tugas bertanggung jawab serta mampu memberikan

informasi terkait profil desa, pengelolaan, pemasaran, produk hingga

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Munduk dengan

mengambil sampel informan seperti Kepala Dinas Pariwisata Buleleng,

Kepala Bagian Destinasi Pariwisata, Kepala Desa Munduk, Kepala

Kelompok Sadar Wisata Desa Munduk, Masyarakat lokal Desa Munduk,

dan Pemandu Wisata. Kriteria penentuan informan pada penelitian ini

adalah narasumber yang sudah berkecimpung dalam bidang pariwisata

13
selama satu tahun pada desa wisata Munduk, mengetahui permasalahan dan

merasakan dampak pariwisata. Masyarakat selaku pelaku pariwisata yang

terlibat langsung pada desa wisata yang akan menjadi narasumber dari

penelitian ini, dengan mempertimbangkan orang yang memiliki kompetensi

dan pengetahuan mengenai informasi terkait strategi pengelolaan desa

wisata yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ini merupakan suatu proses yang tersusun dari proses

biologis dan psikologis , dua diantaranya yang penting yaitu proses

pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi , 2001). Teknik observasi yaitu

kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung ke lokasi yang

ingin diteliti peniliti ingin meneliti di Desa Munduk untuk mengamati

kondisi daya tarik wisata secara langsung dengan instrumen checklist.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data ketika peneliti

langsung berdialog dengan informan untuk mencari informasi yang

dibutuhkan informan (Sangadji dan Sopiah, 2010:191). Teknik

wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara bebas terpimpin

dengan hal ini pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan tidak hanya

diperdalam maupun dikembangkan sesuai kondisi dan situasi yang ada di

lapangan, wawancara ini dilakukan kepada informan yaitu Kepala Dinas

Pariwisata Buleleng, Kepala Bagian Destinasi Pariwisata, Kepala Desa

14
Munduk, Kepala Kelompok Sadar Wisata Desa Munduk, Masyarakat

lokal Desa Munduk yang sudah dianggap berkompeten dalam

memberikan informasi mengenai strategi pengelolaan desa wisata yang

berbasis pemberdayaan masyarakat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan, pengolahan dan pemilihan

informasi di bidang pengetahuan, pengumpulan bukti seperti gambar

maupun video . metode ini diperlukan untuk mendapatkan data tertulis

meliputi dokumen – dokumen yang diperlukan oleh peneliti ynag bisa

berbentuk dalam tulisan dan gambar dari seseorang dalam hal ini seperti

foto – foto setelah melakukan wawancara atau kunjungan menuju lokasi

penelitian.

1.6.5 Teknik Analisis Data

1. Analisis data deskriptif kualitatif

Menurut Mahadewi (2018:140), analisa data diartikan sebagai upaya

pengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat - sifat

data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis SWOT

dengan pendekatan kualitatif. Seluruh data primer dan data sekunder

yang telah dianalisa dan disimpulkan akan dipertajam dengan matriks

SWOT. Analisis tersebut digunakan untuk mengidentifikasi strenghts

(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) serta threaths

15
(ancaman) dari desa wisata Munduk . Masing-masing aspek tersebut

akan dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan atau langka-langkah

menentukan strategi pengelolaan desa Munduk sebagai desa wisata yang

berbasis pemberdayaan masyarakat .

Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang akan dihadapi dari desa wisata dan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

16
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata menurut Burkat (dalam Damanik, 2006),

pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup

dan bekerja dan juga kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di suatu

tempat tujuan. Menurut Mathieson & Wall (dalam Pitana dan Gayatri

2005), bahwa pariwisata adalah kegiatan perpindahan orang untuk

sementara waktu ke destinasi di luar tempat tinggal dan tempat bekerjanya

dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan juga penyiapan-

penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora, dan fauna sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan sejarah, seni, dan juga

budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan

modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat sebagimana terkandung dalam Pancasila dan

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2.1.2 Jenis Pariwisata

17
Pada jenis – jenis pariwisata menurut Spillane (1993) berdasarkan

berdasarkan tujuan dari wisatawan untuk berkunjung dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis pariwisata antara lain:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk melakukan aktivitas berlibur, mencari suasana baru,

menikmati keindahan alam, serta menikmati hiburan dan mendapatkan

ketenangan.

2. Pariwisata untuk rekreasi

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang memanfaatkan hari

berlibur untuk beristirahat, untuk menyegarkan dari kelelahan yang

dapat dilakukan pada tempat yang menawarkan keindahan dan

kenyamanan

3. Pariwisata untuk kebudayaan

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang mempunyai motivasi atau

keinginan untuk belajar adat – istiadat, mengunjungi pusat kesenian,

festival dan budaya yang ada pada daerah tujuan wisata tersebut.

4. Pariwisata untuk olahraga

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang ingin merasakan

pengalaman dengan berolahraga, orang yang ingin berlatih dengan

sendiri dan mempraktekannya

5. Pariwisata untuk urasan dagang atau bisnis

18
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang sedang dalam perjalanan

atau melakukan kegiatan bisnis yang digunakan pada saat memiliki

waktu senggang untuk melakukan pariwisata

6. Pariwisata untuk konvensi dan perhelatan

Jenis pariwisata ini sangat sering dilakukan oleh wisatawan untuk

melakukan suatu pertemuan dan memungkinkan untuk tinggal dalam

jangka waktu tertentu

2.1.3 Fungsi Pariwisata

Bedasarkan instruksi Presiden No.9 Tahun 1969 mengenai tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek yaitu segi

ekonomi , sosial dan segi budaya. Dengan demikian fungsi pariwisat ajuga

mencangkup dari ketiga aspek tersebut. Menurut Hartono (1974:45) peranan

pariwisata dalam pembangunan Negara pada garis besarnya , berintikan tiga

segi yaitu segi ekonomi (sumber devisa dan pajak), segi sosial (pencipataan

tenaga kerja) dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kepada

wisatawan asing). Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat diperoleh dari

penerimaannya devisa, yang berupa pengeluaran wisatawan asing dan

penanaman modal industri pariwisata. Dari segi ekonomi memiliki tiga

faktor yaitu jumlah wisatawan yang datang, jumlah pengeluaran wisatawan

dan jangka waktu wisatawan dalam menghabiskan liburan seperti menginap

ataupun melakukan kegiatan parwisata.

Fungsi sosial dengan perluasan penyerapan tenaga kerja baik secara

langsung maupun tidak langsung yang mengharuskan pariwisata

19
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan yang berkompeten

sehingga dapat mengurangi mengenai pengangguran dan pengetahuan

mengenai pariwsiata. Pada fungsi segi budaya memperkenalkan dan

menggunakan kebudaayaan yang dimiliki, dapat menjadi sasaran bagi

wisatawan yang ingin dan berkunjung dan ingin tahu mengenai kebudayaan

yang ada.

2.1.4 Destinasi parwisata

Menurut Legawa (2008), destinasi pariwisata adalah suatu entitas pada

suatu wilayah geografis tertentu yang didalamnya terdapat produk pariwisata,

layanan pariwisata, pelaku industrik pariwisata, masyarakat dan instusi

pengembangan yang membentuk suatu system yang dapat menciptakan motivasi

kunjungan dan pengalaman wisatawan.

2.1.5 Daya tarik wisata

Daya tarik wisata menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan menyatakan bahwa: segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan dan

daerah tujuan wisatawan daerah yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata.

Menurut Muljadi (2012:89) sebuah destinasi wisata harus memiliki daya tarik

tersendiri untuk mendatangkan wisatawan. Dengan adanya objek daya tarik wisata

yang kuat maka menjadi magnet untuk menarik para wisatawan.

Menurut Cooper dkk. (1995) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat)

komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu: (1) Atraksi

20
(attraction), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan

seni pertunjukan; (2) Aksesibitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan

adanya terminal; (3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya

akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan; (4) Ancillary services yaitu

organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisata.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 menguraikan objek dan daya tarik

wisata sebagai segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik

wisata yang dimaksud, adalah sebagai berikut. 1) Daya tarik wisata adalah segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 2) Daerah tujuan pariwisata yang

selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, asesibilitas, serta masyarakat yang

saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Komponen Daya Tarik Wisata menurut Cooper (1995:81) mengemukakan

bahwa untuk memenuhi segala kebutuhan dan pelayanan tersebut, suatu daerah

tujuan wisata tersebut harus didukung oleh 4 (empat) komponen utama dalam

pariwisata atau biasanya dikenal dengan istilah “4A” yang harus dimiliki oleh

sebuah daya tarik wisata, yaitu: attraction, accessbility, amenities, dan ancilliary.

Adapun komponen-komponen tersebut yaitu:

1. Attraction (Atraksi)

21
Merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan.

Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk

dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan lima

menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber

kepariwisataan. Untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah

orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal

atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu 1) Natural

Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia

itu sendiri. Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi atraksi

wisata ditempat dimana modal tersebut ditemukan. Ada modal

kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga dapat menahan

wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, atau bahkan

pada kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama.

Keberadaan atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk

mengunjungi suatu daya tarik wisata (DTW).

2. Amenity (Fasilitas)

Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana

yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata.

Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan, rumah makan,

transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan prasarana yang

cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti hotel, atraksi wisata,

marina, gedung pertunjukan, dan sebagainya. Adapun prasarana yang

banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana pariwisata ialah jalan

22
raya, persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara,

pelabuhan, telepon, dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan

prasarana, sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus

mendahului sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam

rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat

berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik. Ada

hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan

syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan

prasarana

3. Accessibility (Aksesibilitas)

Aksesibilitas merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan

pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi menjadi

akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan dengan

transferabilitas, yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke

daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik

seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan

yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di daerah tersebut. Jika

suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan

aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.

4. Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda dari suatu daerah

tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata.

Pelayanan yang disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan

23
raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta

mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan segala peraturan

perundang-undangan baik di jalan raya maupun di objek wisata. Ancilliary

juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah kepariwisataan, seperti

lembaga pengelolaan, tourist information, travel agent dan stakeholder yang

berperan dalam kepariwisataan.

2.1.6 Syarat Daya tarik wisata

Menurut Maryani (dalam I Gusti Bagus Rai Utama, 2016:144) terdapat

syarat yang dapat memenuhi untuk menjadi daya tarik wisata pada tujuan

wisatawan yaitu :

1. Suatu daerah harus mempunyai daya tarik wisata yang khusus dan

atraksi yang dapat disajikan dapat berupa pemandangan alam ,

kegiatan dan atraksi wisata

2. Aktivitas wisata juga harus di dampingi dengan fasilitas rekreasi yang

membuat kenyamanan wisatawan terjamin

3. Adanya fasilitas penunjang seperti toko cinderamata yang digunakan

untuk wisatawan dalam membawa buah tangan hasil kunjungan dari

daya tarik wisata

4. Aksesibiltas yang cukup memadai dan alat transportasi untuk menuju

sebuah daya tarik wisata

5. Akomodasi dan fasilitas lainnya untuk wisatawan yang ingin

merasakan menginap pada destinasi pariwisata

24
2.1.7 Desa Wisata

Berdasarkan Panduan Desa Wisata, Kementerian Pariwisata dalam

Rakornas II Pariwisata 2017, desa wisata adalah suatu wilayah dengan luas

tertentu dan memiliki potensi keunikan daya tarik wisata yang khas dengan

komunitas masyarakatnya yang mampu menciptakan perpaduan berbagai daya

tarik wisata dan fasilitas pendukungnya untuk menarik kunjungan wisatawan

termasuk di dalamnya Kampung Wisata karena keberadaannya di daerah kota.

Dari beberapa konsep tersebut maka yang dimaksud Desa Wisata dalam

penelitian ini adalah suatu produk wisata dengan daya tarik utama budaya

tradisional masyarakat dengan melestarikan alam lingkungan serta

pengelolaan yang melibatkan masyarakat desa agar peningkatan kesejahteraan

dapat tercapai.

Hijau (GIZ, 2016:21), untuk dapat dikategorikan sebagai desa wisata

harus memenuhi beberapa syarat utama sebagai berikut: a) Memiliki

persyaratan sebagai sebuah destinasi pariwisata sebagaimana diatur dalam UU

No. 10 tahun 2009. b) Kegiatan pariwisata berbasis pada sumber daya

perdesaan. c) Kegiatan melibatkan partisipasi aktif wisatawan dalam

kehidupan perdesaan. d) Lebih berorientasi pada kegiatan rekreasi luar ruang

(outdoor recreation). e) Sebesar-besarnya mendayagunakan sumber daya

manusia lokal. f) Memberikan penghargaan besar pada budaya dan kearifan

lokal. g) Menyediakan akses yang memadai baik akses menuju ke destinasi

lain maupun internal di dalam desa wisata itu sendiri. h) Memiliki komunitas

yang peduli pada pariwisata. Berdasarkan uraian di atas, dalam mewujudkan

25
desa wisata yang ideal di suatu daerah harus memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan pemerintah dan pembinaan terhadap masyarakat desa sangat

diperlukan agar manfaat pariwisata yang dihasilkan dapat dirasakan bagi

seluruh masyarakat desa.

2.2 Pengelolaan

2.2.1 Pengertian Pengelolaan

Menurut Terry (dalam Anwar 2007: 31) menyatakan bahwa

manajemen sebagai sebuah proses yang khas, dilakukan untuk menentukan

dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

Fatah (2004:1) berpendapat bahwa dalam proses manajemen terlibat

fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan,

yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing ), pemimpin

(leading), dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen

diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan

mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan

organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

2.2.2 Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan adalah segenap sumberdaya yang ada seperti :

sumber daya manusia, sarana & prasarana yang ada pada suatu organisasi

sehingga dapat mengurangi dari pemborosan waktu, materi dan tenaga untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan sangat penting dikarenakan

tanpa adanya pengelolaan semua usaha akan tampak sia – sia dan tidak

26
mencapai tujuan yang diinginkan. Adanya beberapa tujuan pengelolaan,

yaitu:

1. Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan misi

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan – tujuan yang saling

bertentangan

3. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas

Dengan tujuan pengelolaan yang akan tercapai hingga yang diinginkan

adapun langkah – langkah dalam pelaksaan pengelolaan berdasarkan tujuan

pengelolaan , yaitu :

a. Menentukan strategi

b. Menentukan target yang mencakup kriteria hasil , batasan waktu dan

kualitas

c. Menetukan standar kerja yang mencangkup efektivitas dan efesiensi

d. Menentukan ukuran untuk menilai

e. Mengadakan pertemuan

f. Pelaksanaan

g. Evaluasi atau mengadakan penilaian

2.2.3 Fungsi Pengelolaan

Henry Fayol mengemukakan 5 fungsi pengelolaan yaitu perencanaan

(planning), perngorganisasian (organizing), pemberian perintah

(commanding), pengkoordinasian (coordinating) dan pengawasan

(controlling).

27
Sedangkan menurut Koonts dan O’Donner (dalam sukarna ,2011)

menyatakan bahwa, membagi fungsi pengelolaan menjadi lima yaitu

perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, langsung dan pengawasan.

Menurut Terry (dalam sukarna, 2011) menyatakan bahwa membagi menjadi

empat fungsi pengelolaan yaitu perencanaan, pengorganisasian,

menggerakan dan pengawasan.

Fungsi manajemen (pengelolaan) dapat disampaikan tahap-tahap

dalam melakukan manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut bersifat

universal, di mana saja dan dalam organisasi apa saja. Namun, semuanya

tergantung pada tipe organisasi, kebudayaan dan anggotanya. Pendapat

Terry (dalam The Liang Gie 2000:21) menyatakan bahwa kegiatan atau

fungsi manajemen meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).

1) Perencanaan (planning) Menurut Sutarno (2004: 109), perencanaan

diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan

dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut

tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan dan bagaimana tatacara

mencapai itu.

2) Pengorganisasian (organizing) Rue dan Byars (2006: 6) berpendapat

bahwa organizing is grouping activities, assigning activities an

providing the authority necessary to carry out the activities.

Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan

28
penugasan kegiatan-kegiatan penyediaan keperluan, wewenang untuk

melaksanakan kegiatannya.

3) Pengarahan (actuating) Pengarahan adalah keinginan untuk membuat

orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan

pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi

kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya

memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang

bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta bahkan mengancam.

Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik

4) Pengawasan (controlling) Pengawasan adalah kegiatan membandingkan

atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria,

norma-norma standar atau rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya

Sutarno (2004: 128)

2.2.4 Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan pariwisata dalam penelitian ini mengadopsi dari

konsep yang dikembangkan Pitana dan Diarta (2009) yang dimulai dar

pengelolaan sumberdaya pariwisata. Pengelolaan sumberdaya pariwisata

merupakan Untuk mencapai tujuan pariwisata yang berkelanjutan secara

sosial, ekonomi, dan lingkungan maka pengelola wajib melakukan

manajemen sumberdaya yang efektif. Manajemen sumberdaya digunakan

untuk menjamin perlindungan terhadap ekosistem dan degradasi kualitas

lingkungan.

29
2.2.5 Pengertian Pengelolaan Desa Wisata

Fatah (2004:1) berpendapat bahwa dalam proses manajemen

terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau

pimpinan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pemimpin (leading), dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu,

manajemen diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisir,

memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya

agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Terry (dalam

Anwar, 2007:31) menyatakan bahwa manajemen sebagai sebuah proses

yang khas, dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran-sasaran

yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta

sumber-sumber lain.

Berdasarkan pengertian pengelolaan dan desa wisata yang

dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian pengelolaan

desa wisata adalah serangkaian usaha atau kegiatan yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program

kerja yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat yang didukung oleh

fasilitas akomodasi untuk mencapai tujuan mengembangkan potensi seni

dan udaya unggulan suatu

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

2.3.1 Pengertian Pemberdayaan

Menurut Sulistiyani (2004:78) arti dari pemberdayaan adalah

pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti tenaga , upaya

30
kemampuang melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Selain itu

pemberdayaan juga berasal dari kata Bahasa Inggris “empower” yang

menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary mengandung

dua pengertian. Yang pertama adalah memberikan kekuasaan ,

mengalihkan kekuatan , atau mendelegasikan otoritas kepihak lain ,

sedangkan pengertian yang kedua upaya untuk memberi kemampuan atau

keberdayaan

Pemberdayaan menurut Korten (dalam Moeljarto, 1987:25)

didefinisikan sebagai tindakan untuk mengurangi ketergantungan dengan

langkah-langkah yang dapat meningkatkan potensi kaum miskin untuk

mengambil tindakan-tindakan politik yang bebas dan bermanfaat atas

nama mereka sendiri. Menurut Rusmiyati (2011: 16), pemberdayaan

adalah suatu cara rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu

menguasai kehidupanya, atau pemberdayaan dianggap sebuah proses

menjadikan orang cukup kuat untuk berpartisipasi terhadap kejadian-

kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

2.3.2 Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Najiati, dkk (2005:54) terdapat empat prinsip

pemberdayaan masyarakat yaitu:

a. Prinsip kesetaraan Prinsip utama yang harus dipegang dalam

proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya kesetaraan atau

kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang

melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik

31
perempuan maupun laki-laki. Dinamika yang dibangun adalah

kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai

pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-

masing saling mengakui kelebihan dan kekurangan sehingga

terjadi proses saling belajar.

b. Partisipasi Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi

kemandirian masyarakat adalah program sifatnya partisipatif,

direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh

masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu

waktu dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping

yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan atau kemandirian Prinsip keswadayaan adalah

menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat

daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang

miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the have not),

melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the

have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung,

pengetahuan yang mendalam tentang kendalakendala usahanya,

mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan

kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah

lama dipatuhi.

d. Berkelanjutan Program pemberdayaan perlu dirancang untuk

keberlanjutan, sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih

32
dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan

pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya

dihapus karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya

sendiri.

2.3.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Sulistiyani,

(2004:80) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi

mandiri, meliputi mandiri berpikir, bertindak dan mengendalikan yang

mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan kondisi yang

dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk

memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat

demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,

konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang

dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut

2.3.4 Tahap-tahap Pemberdayaan

Menurut Sulistiyani (2004:83), tahap-tahap yang harus dilalui

dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah meliputi:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku

sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri. Pada tahap ini pihak pemberdayaan masyarakat

berusaha menciptakan prakondisi agar memfasilitasi

berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Sehingga

33
dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya

memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih

baik. Selain itu, pada tahap ini merangsang semangat masyarakat

untuk meningkatkan kemampuan diri dan lingkungan yang

diharapkan masyarakat dapat sadar dan mau untuk belajar.

Sehingga masyarakat menjadi terbuka dan merasa membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki kondisi.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,

kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan

keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam

pembangunan. Pada tahap ini masyarakat menjalani proses belajar

tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki

relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut.

Masyarakat hanya memberikan peran partisipasi pada tingkat

yang rendah, yaitu sekedar sebagai pengikut atau obyek

pembangunan saja, belum mampu menjadi subyek dalam

pembangunan.

c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual,

kecakapanketerampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan

kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.

Kemandirian ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam

membentuk inisiatif, melahirkan kreasikreasi, dan melakukan

inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Pada tahap ini

34
masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.

Dalam konsep pembangunan masyarakat pada kondisi seperti ini

seringkali didudukkan sebagai subyek pembangunan atau

pemeran utama. Pemerintah tinggal menjadi fasilitator saja.

2.3.5 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Cahyono (2008:9) konsep pemberdayaan berkaitan

dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan

tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan

menguasai potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Pemberdayaan

masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagai

upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat

35
BAB III
GAMBARAN UMUM
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Sejarah Desa Wisata Munduk

Desa Munduk berasal dari Banjar Munduk yaitu bagian dari Desa

Gobleg. Pada Tahun 1892 oleh Pemerintah Belanda melalui Punggawa Distrik

Banjar dijadikanlah Banjar Munduk menjadi Desa Munduk  yang merupakan

Pemerintahan Desa yang dipegang oleh seorang Perbekel. Perbekel pertama

saat itu bernama Mekel Ragi,  namun baru setahun menjabat yang

bersangkutan sakit – sakitan, maka diganti oleh Mekel Ketut Djada.

Adapun wilayah pemerintahan Desa Munduk saat itu terdiri dari

Banjar Munduk Dangin Rurung, Banjar Munduk Dauh Rurung, Banjar Gesing

dan Banjar Umejero. Sedangkan palemahan yang ada saat itu adalah karang

kitri bukan ayahan tetapi merupakan tegak rumah/ tanah perumahan milik

perorangan berpipil. Lahan perkebunan dominan tanaman kopi arabica dan

robusta, di samping kebun kopi di tiap banjar terdapat juga tanah sawah antara

lain Subak Munduk dengan luas areal adalah 142 Ha, Subak Gesing seluas

adalah 27 Ha dan Subak Umejero seluas adalah 36 Ha. Ketiga subak itu

dipimpin oleh seorang Kelian Subak Munduk dan merupakan Kelian Subak

pertama yang bernama I Nyoman Dangin.

Desa Munduk saat itu adalah merupakan sentra kopi arabica nomor 1

di Bali yang dieksport ke Negara Belanda dan Jerman melalui Pelabuhan Laut

36
di Desa  -Temukus dan anggkutan barang dari Desa Munduk menuju

pelabuhan menggunakan  Gedebeg / Gerobak yang ditarik kerbau.

Sejak tahun 1905 Pesanggrahan mulai beroperasi dan sejak saat itu

Tempat tersebut sering menjadi tempat menginapnya tamu – tamu asing

( tourist ) Yang melancong ke Bali  dan dari Desa Munduk para tourist

tersebut melanjutkan per- Jalanan ke Pesanggrahan Bedugul dengan

menggunakan angkutan kuda tunggang. Pada tahun 1967 Banjar Gesing dan

Banjar Umejero melepaskan diri.

Selain keunikan-keunikan tersebut, area atau kawasan desa wisata

juga diharuskan memiliki berbagai fasilitas penunjang sebagai kawasan tujuan

wisata. Beberapa fasilitas ini akan memudahkan para wisatawan desa wisata

dalam melaksanakan kegiatan wisata. Beberapa fasilitas yang biasanya ada di

area atau kawasan desa wisata antara lain sebagai berikut: sarana transportasi,

telekomunikasi, akomodasi dan kesehatan. Untuk akomodasi, desa wisata

dapat menyediakan tempat penginapan yang berupa home stay ataupun villa

sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pedesaan yang asli. Pada Desa

Wisata Munduk ini juga memiliki banyak atraksi – atraksi yang berbeda dari

desa wisata lainnya dikarenakan sudah adanya jalur untuk Trekking antar air

terjun yang berbeda – beda dan dengan keramahan dari masyarakat Desa

Munduk ini pula akan membuat wisatawan merasakan kenyaman dalam

menghabiskan waktu mereka dalam berlibur.

3.2 Letak Geografis

37
Desa Wisata Munduk terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar,

Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Batas administrasi sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Gobleg

 Sebelah Barat : Desa Kayuputih

 Sebelah Selatan : Desa Gesing

 Sebelah Timur : Hutan Pemerintah

Sedangkan batas batas alamnya sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Perbukitan

 Sebelah Barat : Perbukitan

 Sebelah Selatan : Perbukitan

 Sebelah Timur : Hutan

Jarak objek penelitian dari:

 Ibukota kecamatan : 16,7 km dari Banjar

 Ibukota kabupaten : 32,8 km dari Buleleng

 Ibukota provinsi : 71,8 km dari Denpasar

 Bandar Udara : 82,2 km dari Bandara I Gusti Ngurah Rai

 Pelabuhan laut : 86,7 km dari Pelabuhan Gilimanuk

 Akomodasi terdekat : 0,5 km dari Villa , homestay atau cottage

Berikut jalan akses menuju desa wisata Munduk yang dapat dilihat pada Gambar

3.1

38
Sumber : Google.maps, 2021
Gambar 3.1 Peta menuju desa wisata Munduk

3.3 Kondisi Fisik Alamiah

Desa Wisata Munduk memiliki luas 19,76 KM persegi dengan luas

persawahan 40 Ha, luas hutan 122,21 Ha, luas perkbunan 888 Ha dan luas

pekarangan 28 Ha. Konfigurasi umum lahan di Desa wisata Munduk ini

berupa perbukitan dengan jenis material tanah gambut. Temperatur udara rata-

rata 20 - 25°C dengan minimum tahunan 2°C dan maksimal tahunan 18°C

serta curah hujan rata-ratanya 3.000-5.000 mm. Kondisi lingkungan dan

kebersihan di Desa Wisata Munduk sudah baik, bentang alam juga baik

dengan visibilitas yang bebas di perbukitan, tingkat kebisingannya rendah

karena dikelilingi oleh hutan, tidak ada vandalism serta pencemaran bau.

Berikut gambar peta desa wisata Munduk yang dapat dilihat pada Gambar

3.2

39
Sumber : Google.maps,2021
Gambar 3.2 Peta desa wisata Munduk

3.4 Karakteristik Sosio-Ekonomi-Budaya

Penduduk lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai Petani dan pelaku

pariwisata yang hasil utamanya hasil perkebunan itu sendiri , ada juga

pedagang yang menjual makanan, minuman, dan kebutuhan lainnya, petani

kopi, buah, dan sayur-sayuran, dan menjadi pelaku pariwisata yakni sebagai

tour guide pada desa wisata Munduk ini.

Sumber: Google.com,2021
Gambar 3.3 Kegiatan ekonomi masyarakat lokal

40
3.5 Kondisi Prasarana Penunjang

Kondisi prasarana penunjang di kawasan ini sudah cukup baik, dimana

sumber daya listrik berasal dari PLN dengan daya listrik 220 Volt, sudah

didistribusikan dengan baik dan terdapat sumber daya air berasal dari mata air

pegunungan dengan rasa air yang tawar berkualitas jernih dan tidak berbau ,

terdapat sistem telekomunikasi dan prasaran lainnya seperti terminal bus yang

sekarang sudah dilakukan dan didistribusikan untuk wisatawan yang ingin

berkunjung menuju Buleleng.

3.6 Atraksi Wisata

Desa Wisata Munduk ini banyak mempunyai atraksi wisata yang berbeda

dari desa wisata lainnya dikarenakan dengan suasana sejuk wisatawan akan

merasakan nyaman saat berada di Desa Wisata Munduk. Adapun atraksi yang

sangat menunjang dan sudah cukup dikenal wisatawan luas yaitu Air terjun

Munduk, danau Tamblingan dan budaya megangsingan yang sekarang sedang

marak dan sedang diperkenalkan kepada wisatawan yang akan datang menuju

desa wisata Munduk ini. Desa wisata Munduk ini memilik pemandangan yang

asri dengan suasana sejuk dengan didampingi dengan pepohonan, kebun

cengkeh, kebun kopi dan macam – macam pepohonan lainnya. Desa wisata

Munduk banyak memiliki potensi wisata lainnya seperti air terjun Golden

Valley yang dapat dikunjungi oleh wisatawan dan masih adanya potensi –

potensi alam yang belum dikembangkan dan dibangun oleh masyarakat desa

wisata Munduk.

41
Berikut atraksi wisata pada desa wisata Munduk yang dapat dilihat pada

Gambar 3.4

Sumber: Google.com,2021
Gambar 3.4 Atraksi air terjun Munduk

3.7 Aksesisbilitas

Untuk mencapai Desa Wisata Munduk ini wisatawan yang berasal dari

Denpasar cukup menghabiskan waktu kurang lebih 2,5 jam dari Denpasar

dengan kondisi jalan memiliki ruas yang cukup luas untuk bus dan mobil

pribadi dengan kontur jalan yang agak jalan menanjak dan menurun dan

sedikit berkelok yang sudah cukup baik untuk sebuah daya tarik wisata ,

wisatawan yang ingin menggunakan kendaraan pribadi sudah bisa dan mudah

dikarenakan jika di cari pada search engine desa Munduk ini sudah ada pada

semua media elektronik. Pada daya tarik wisata yang ada pada desa wisata

Munduk masih terkendala dari aksesibilitas yaitu jarak menuju desa wisata

Munduk yang harus menghabisan waktu 2,5 jam dari kota Denpasar maupun

Bandara I Gusti Ngurah Rai akan tetapi pada akses menuju desa wisata

42
Munduk wisatawan disuguhkan dengan pemandangan alam dan udara yang

sejuk.

3.8 Fasilitas

Pada Desa Wisata Munduk ini sudah adanya fasilitas – fasilitas penunjang

bagi wisatawan yang ingin berkunjung menuju Desa Wisata Munduk ini

seperti : villa, homestay, cottage, dan hotel yang klasifikasinya tidak jauh dari

kata buruk melainkan sudah seperti fasilitas lainnya yang ada pada Desa

Wisata lainnya yang berjumlah 300 akomodasi yang ada pada desa wisata

Munduk. Masyarakat lokal juga menjual makanan dari makanan khas Bali

hingga makanan Eropa yang mudah dijumpai di Desa Wisata Munduk ini.

Untuk wisatawan yang ingin membawa buah tangan atau soveunir untuk

kerabat maupun keluarga di Desa Wisata Munduk ini sangatlah mudah untuk

membeli sebuah Cindramata dikarenakan kebanyakan dari masyarakat lokal

menjual cindramata seperti : gelang, kain, kamen, kalung, gantungan kunci.

Untuk wisatawan yang datang menggunakan travel agent ingin menikmati

suasana desa wisata Munduk bisa menyewa motor pada masyarakat lokal yang

berada pada desa Munduk ini.

3.9 Pengelola

Desa Wisata Munduk ini sangat dikelola dengan baik oleh pemerintah

setempat dan masyarakat lokal itu sendiri, Desa Munduk kini sudah mulai

berkembang lebih baik lagi dan juga dengan sudah diberikannya Surat

Keputusan ( SK ) mengenai desa wisata oleh Bupati Buleleng. Masyarakat dan

pemerintah setempat lebih giat lagi dalam membangun desa disata Munduk.

43
Pengelolaan pada bidang pariwisata juga dibantu dengan adanya kelompok

sadar wisata pada desa wisata Munduk yang membangun dan

mengembangkan desa wisata Munduk.

3.10 Aktivitas Wisata

Para wisatawan sekarang sudah bisa merasakan pengalaman yang baru jika

sudah mengunjungi Desa Wisata Munduk ini dikarenakan dengan adanya

daya tarik wisata yang baru seperti menikmati suasana yang tenang dan

sejuk, melihat para petani mengambil atau memanen hasil perkebunannya,

melihat air terjun, menikmati hidangan dengan melihat pemandangan

perbukitan, menimati kopi khas dari Desa Munduk, banyak aktivitas yang

bisa dilakukan oleh wisatawan untuk menikmati liburan dan menghabiskan

waktu. Pada atraksi air terjun Munduk wisatawan bisa melakukan Trekking

atau perjalanan menuju air terjun lainnya yaitu air terjun Golden Valley.

Adapun wisata minat khusus yaitu wisatawan dapat melakukan kegiatan

adventure dengan menggunakan ATV, Buggy, dan mobil off-road.

Dengan adanya atraksi hingga pengelola, Desa Wisata Munduk ini dapat

dibilang dengan Desa Wisata yang cukup strategis dan nyaman untuk

wisatawan berkunjung dikarenakan dengan banyaknya atraksi yang

mendukung desa Munduk ini sebagai Desa Wisata dan adanya tempat untuk

wisatawan beristirahat akan tetapi dengan cukup jauhnya aksesibilitas

menuju desa wisata Munduk ini yang membuat wisatawan mancanegara dan

wisatawan lokal cukup jarang menuju desa wisata Munduk ini. Dengan

bantuan dan usaha dari pemerintah dan masyarakat lokal guna

44
memperkenalkan desa wisata Munduk ini untuk dikenal oleh wisatawan yang

cukup luas desa wisata Munduk ini sudah mulai dipadati oleh wisatawan

yang ingin menikmati dan mengabadikan dirinya pada atraksi wisata yang

ada pada desa Munduk ini untuk wisatawan mancanegara biasanya

menghabiskan waktu yang cukup lama, akan tetapi pada saat ini dikarenakan

sedang adanya pademi virus korona, desa wisata Munduk ini cukup terasa

oleh masyarakat lokal yang hidupnya mengandalkan pada bidang pariwisata

dikarenakan tidak adanya wisatawan yang melakukan aktivitas wisata pada

desa wisata Munduk.

45
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis SWOT Desa Wisata Munduk Buleleng

Desa wisata Munduk sudah dikenal oleh wisatawan luas , karena memiliki

potensi wisata dan daya tarik wisata yang menyuguhkan pemandangan alam.

Desa wisata Munduk juga ditunjang dengan akomodasi dan fasilitas pada

setiap daya tarik wisata yang mumpuni untuk kunjungan wisatawan. Dengan

daya tarik wisata alam yang mampu menarik wisatawan menuju desa wisata

Munduk mempunyai faktor internal dan faktor eksternal pada desa wisata

Munduk.

Analisis mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yaitu

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada desa wisata

Munduk. Dalam hal ini Desa Wisata Munduk sudah melakukannya dengan

baik dan perlunya peningkatan dalam hal pengelolaan. Diharapkan desa

wisata Munduk ini lebih maju dibandingkan dengan desa wisata lainnya yang

dilihat dari sisi jumlah kunjungan, bangunan, infrastruktur, dan aksesibilitas

yang masih harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan Desa Wisata

lainnya. Dengan adanya daya tarik wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan

dan dapat dianalisis menggunakan teknik SWOT seperti berikut pada Tabel

4.1 Identifikasi daya tarik wisata di desa wisata Munduk

46
4.1 Identifikasi daya tarik wisata di desa wisata Munduk

No Nama Strengths weakneses Opportunities Threats


DTW s
1 Danau - Pemandanga - Akses - Adanya event Tercemarny
Tambling n yang indah yang – event besar a
an - Lahan parkir kurang yang pernah lingkungan
yang luas untuk bus diadakan dan yang
tempat untuk pariwisat akan diadakan sebabkan
rekreasi a besar pada DTW ini dari
untuk - Cuaca - Wisatawan pembuanga
keluarga yang akan datang n limbah
terkadang yang ingin sampah dan
kurang mendapatkan rusaknya
menduku pengalaman alam yang
ng yang baru asri
2 Air - Air yang - Lahan - Wisatawan - Air yang
terjun jernih parkir banyak yang terkadang
Munduk - Pemandanga yang menggunakan agak keruh
n dengan air kurang untuk foto pra- dikarenaka
terjun dan - Akses wedding n adanya
suasana untuk - Salah satu rute hujan yang
hutan menuju untuk membuat
- Lingkungan air terjun wisatawan tanah pada
yang bersih yang yang area air
kurang melakukan terjun
baik tracking mengikuti
dikarena - Cuaca yang aliran air
kan terkadang
tekstur tidak menentu
tanah
gambut
3 Air - DTW yang - Akses -Adanya - Akan
terjun masih yang restaurant banyaknya
Golden tersembunyi tidak yang menjual pedagang
Valley ( tidak bising mudah minuman dan pada DTW
) untuk makanan khas yang akan
- Pemandanga dilalui dari desa membuat
n yang indah - Air yang Munduk. DTW
dengan air terkadan tidak akan
terjun yang g keruh asri seperti
berisi yang sebelumny
bebatuan. disebabk a
an oleh
lingkung
an

47
sekitar.

4 Gunung - Memiliki - Akses - Mempunyai - Akan


Lesung pemandanga yang keindahan dari banyaknya
n danau cukup segi wisatawan
- Gunung yang jauh dari pemandangan yang
masih jarang pusat kota - Untuk pendaki datang dan
di daki oleh - Beresiko pemula ini dapat
wisatawan terjadinya sangatlah membuat
Gunung yang longsor cocok kerusakan
masih asri dan dikarenakan lingkunga
terjaga hanya 1 jam n yang
kelesatarianny untuk mendaki membuat
a ke puncak terancamn
ya
kelestarian
daya tarik
wisata.
5 Pura ulun - Memiliki - Kurangny - Pura ini bisa - Air dari
danu pemandanga a dijadikan danau ini
Tambling n danau keamanan sebagai spot sering
an - Cocok untuk untuk foto , video mengelam
melakukan wisatawa clip dan i kenaikan
berfoto - Tidak instagramable
adanya dengan
penjaga mengutamana
tiket kan
masuk pemdangan
pada daya yang dimiliki
tarik
wisata
Sumber : Trip advisor & ulasan google, 2021

Dengan adanya hasil analisis SWOT mengenai daya tarik wisata Munduk

maka adanya strategi untuk masyarakat dalam membangun dan

mengembangkan desa wisata. Masyarakat sebagai pelaku pariwisata yang ada

pada desa wisata Munduk ini dapat membuat dan menggunakan strategi

pengelolaan ini dengan baik. Pada faktor internal yaitu kekuatan. Pada desa

wisata Munduk memiliki kekuatan yaitu :

48
1. Memiliki banyak potensi daya tarik wisata alam, budaya dan buatan

yang menarik

2. Memiliki banyak akomodasi dari Villa, Cottage dan Homestay

3. Beriklim yang sejuk dan nyaman

4. Atraksi wisata yang mempunyai spot Instagramable

5. Tradisi yang masih dijaga oleh masyarakat lokal

6. Mempunyai SDM yang mumpuni dari segi kuantitas

7. Adanya restaurant dan Coffee Shop yang menyuguhkan pemandangan

alam

Sedangkan pada faktor internal lainnya yaitu kelemahan pada desa wisata

munduk yaitu :

1. Jalan atau aksesibilitas yang kurang memadai

2. Media informasi yang kurang lengkap dan adanya pembaharuan

3. Jalan menuju daya tarik wisata yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4

atau lebih

4. Area parkir yang kurang pada atraksi wisata

5. Tidak adanya papan informasi mengenai atraksi yang ada

6. Masyarakat yang kurang aktif dan kurang pada pengetahuan pariwisata

Faktor eksternal pada desa wisata Munduk juga harus diperhatikan untuk

dilakukan dengan baik maupun mencegahnya. Pada faktor eksternal terdapat

yaitu peluang dan ancaman. Pada Peluang yang ada pada desa wisata Munduk

yaitu :

49
1. Adanya investor dalam mengembangkan fasilitas dan potensi wisata

2. Adanya website yang membantu dalam mempromosikan potensi wisata

3. Adanya pembangunan yang dibantu oleh pemerintah

4. Masyarakat yang mempunyai keinginan dalam membangun desa

Pada faktor eksternal lainnya yaitu ancaman dapat dianalisis seperti

berikut:

1. Adanya persaingan antar desa wisata yang ada di kabupaten Buleleng

2. Meningkatnya persaingan pada sisi SDM di bidang pariwisata

3. Adanya potensi bencana alam yang terjadi pada wilayah tersebut

4. Masyarakat hanya bergantung kepada pariwisata

Dengan adanya faktor internal dan eksternal yang harus diperhatikan

dalam mengelola sebuah desa wisata agar terciptanya desa wisata yang maju

dan mampu bersaing dengan desa wisata lainnya yang ada pada kabupaten

Buleleng.

4.2 Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Munduk

Desa wisata merupakan bentuk dari satuan dari komponen atraksi,

akomodasi dan fasilitas pendukung yang dibentuk dalam suatu struktur

kehidupan masyarakat yang menyatu pada adat, tradisi, sosial dan tata cara

dari desa wisata (Nuryanti, 1993). Menurut Joshi ( 2012) menyatakan bahwa

desa wisata merupakan pariwisata yang terdiri dari keseluruhan pengalaman

pada desa, atraksi , adat – istiadat, dan unsur – unsur yang unik untuk menarik

minat wisatawan berkunjung.

50
Dengan adanya desa wisata yang membuat lapangan pekerjaan meningkat

untuk masyarakat lokal yang berada pada desa wisata tersebut. Desa wisata

yang harus melibatkan masyarakat lokal dalam membangun dan

mengembangkan desa wisata. Pada desa Munduk yang sekarang menjadi desa

wisata yang sudah disahkan menurut Surat Keputusan Bupati Buleleng yang

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan

perekonomian pada desa wisata Munduk ini.

Desa wisata Munduk mempunyai permasalahan dari sisi sumber daya

manusia pada bidang pariwisata dikarenakan masyarakat yang masih bekerja

pada sektor pertanian dan perkebunan. Kurangnya ketaktifan dari masyarakat

lokal untuk membangun dan mengembangkan desa wisata dari sisi

peningkatan akomodasi, peningkatan atraksi dan peningkatan fasilitas

penunjang lainnya.

Pemberdayaan masyarakat yang kurang merata dan keaktifan yang kurang

dari masyarakat yang ada pada desa wisata Munduk menjadi permasalahan.

Menurut narasumber yaitu pelaku pariwisata dan masyarakat lokal desa wisata

Munduk berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Putu Ferdy selaku

masyarakat lokal

“Masih kurangnya pemberdayaan masyarakat berupa sosialisasi untuk


bidang pariwisata masih menjadi masalah yang cukup diperhatikan oleh
masyarakat lokal. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat seperti
sosialisasi pada bidang pariwisata dapat membuat pariwisata pada desa wisata
Munduk ini lebih berkembang dari semua sisinya dan dapat membuat
masyarakat itu sendiri lebih mandiri dengan pemberdayaan masyarakat”.

51
Pendapat dari Putu Ferdy selaku masyarakat lokal dan pelaku pariwisata desa

wisata Munduk yang dilakukan di kediaman masyarakat dan pada tanggal 14

Agustus 2021

Menurut Putu Ferdy selaku masyarkat lokal dan pelaku pariwisata pada

bidang fasilitas penunjang yaitu menyadiakan transportasi untuk wisatawan.

Masih kurangnya sumber daya manusia pada desa wisata Munduk yang

paham mengenai pariwisata dikarenakan masyarakat lokal masih mengacu

kepada sektor pertanian dan perkebunan.

Adapun informasi dari sisi pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh

pemilik Panorama Munduk cottage yaitu bapak Budiaman di desa wisata

Munduk

“Perlunya sosialisasi dan pemberian materi guna menambah pengetahuan


dalam penerimaan tamu , membuat paket wisata dan membuat atraksi wisasta
dalam menambah daya tarik wisata guna wisatawan untuk datang menuju desa
munduk ini. Dan disini dalam bidang pariwisata pada akomodasi seperti
homestay ,villa dan cottage itu cukup kurang dalam hal pemberian
pengetahuan dalam penerimaan dan promosi dengan hal ini saya masih belajar
sendiri dalam melakukannya”.
Menurut pemilik Panorama Munduk Cottage yaitu bapak budiaman di

Panorama Munduk Cottage pada tanggal 15 agustus 2021.

Dari penjelasan yang diberikan oleh masyarakat dan pelaku pariwisata

masih kurangnya pemberdayaan masyarakat dari sisi pemberian materi dan

pemberian pengetahuan mengenai bidang pariwisata yang membuat

keterlambatan dari masyarakat lokal menghadapi pariwisata yang berkembang

setiap tahunnya.

Dengan memberdayakan masyarakat dengan baik dan pemberian

pengetahuan mengenai pariwisata pada desa wisata Munduk ini akan

52
terjadinya kesejahteraan oleh masyarakat lokal pada desa wisata Munduk.

Perlunya bantuan oleh pemerintah desa maupun pemerintah daerah untuk

pemberian pengetahuan mengenai pariwisata dan membantu dalam

memberdayakan masyarakat pada desa wisata tersebut. Seperti informasi yang

diberikan oleh kepala bidang destinasi pariwisata kabupaten Buleleng.

Berdasarkan hasil wawacanra dengan kepala bagian destinasi dinas pariwisata

kabupaten Buleleng

“Dinas Pariwisata Buleleng disini juga sudah sering dalam hal


mengkoordinasikan dalam hal pengembangan dan melakukan bantuan dalam
hal promosi dan pembangunan dengan kepala desa , pengelola pariwisata dan
masyarakat lokal setempat seperti dibuatnya festival – festival yang bertepatan
di Desa Wisata Munduk dan untuk melakukan sosialisasi juga seperti tahun
lalu sudah diberikannya sosialisasi mengenai peraturan baru mengenai
pariwisata”.
Menurut kepala bagian destinasi dinas pariwisata kabupaten Buleleng yaitu

bapak Suteja, SE yang dilaksanakan pada ruang kepala bagian dinas

pariwisata pada tanggal 19 Agustus 2021

Desa wisata Munduk yang sudah dibantu oleh dinas pariwisata Buleleng

dalam pemberian pengetahuan mengenai bidang pariwisata. Dinas pariwisata

kabupaten Buleleng membuat event – event yang berlokasi pada desa wisata

Munduk agar desa wisata Munduk lebih dikenal dan mengalami kenaikan

jumlah kunjungan wisatawan.

Kesiapan dari masyarakat lokal desa wisata Munduk sudah cukup siap

dengan adanya pariwisata akan tetapi kurangnya pengetahuan dalam

menerima wisatawan, menjaga atraksi pariwisata, dan promosi pada desa

wisata. Seperti contoh pada daya tarik wisata Air terjun Munduk yang terlihat

53
tidak dikelola dengan baik dari lingkungan dan segi fasilitas pendukung. Pada

desa wisata Munduk jika tidak adanya wisatawan yang datang maka

masyarakat tidak melakukan kegiatan pariwisata dan strategi lainnya yang

membuat desa wisata Munduk tetap dikunjungi oleh wisatawan. Dengan hal

ini kepala desa Munduk memberikan informasi mengenai pentingnya

pariwisata untuk kesejahteraan dan kenaikan ekonomi untuk masyarakat lokal.

“Pada pemberdayaan masyarakat dalam hal sosialisasi sudah dilakukan di


desa munduk ini akan tetapi untuk pada bidang pariwisata dalam hal menjamu
wisatawan, membuat paket dan promosi cukup kurang. Sosialisasi dan
pemberian pengetahuan mengenai pariwisata untuk masyarakat lokal sudah
diberikan oleh pemerintah maupun masyarakat lokal yang cukup berkompeten
dalam hal pariwisata. Jika tidak adanya kegiatan pariwisata kebanyakan
masyarakat kembali melakukan kegiatan pertanian, perkebunan dan
perdagangan”.
Menurut kepala desa Munduk yaitu bapak Niriasa yang dilaksanakan di

ruangan kepala desa Munduk pada tanggal 15 Agustus 2021.

Masyarakat pada desa wisata Munduk yang seharusnya melakukan

kegiatan membangun dan mengembangkan pariwisata tanpa memandang

jumlah kunjungan dan adanya kegiatan wisatawan pada desa wisata secara

rutin dalam menjaga, mengembangkan dan mempromosikan desa wisata

Munduk.

Masyarakat lokal desa wisata Munduk harus mampu ikut serta dalam

melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian terhapap desa

wisata Munduk. Dengan keikutsertaan dalam membangun desa wisata

masyarakat akan mengalami hasil yang dituju dalam membangun desa wisata

seperti perokonomian yang meningkat. Keikutsertaan masyarakat lokal dalam

membangun desa wisata akan membentuk masyarakat mejadi mandiri dalam

54
bidang pariwisata tanpa perlunya bantuan dari pemerintah daerah maupun

instansi lainnya.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara merata pada bidang

pariwisata akan membuat pariwisata desa wisata Munduk lebih maju

dibandingkan dengan desa wisata lainnya pada kabupaten Buleleng. Desa

wisata Munduk harus didukung oleh pemerataan dari sisi memberdayakan

masyarakat di bidang pariwisata yang akan menjadikan desa wisata Munduk

lebih maju.

Dengan pemberdayaan masyarakat secara merata, kesiapan dan kemauan

dari masyarkat desa wisata Munduk ditambah dengan strategi pengelolaan

yang baik maka desa wisata Munduk akan mengalami kenaikan dari sisi

perkonomian dan kunjungan wisatawan.

4.3 Strategi Pengelolaan Desa Wisata Munduk berbasis Pemberdayaan


Masyarakat

Strategi adalah pemilihan cara atau teknik untuk yang dibuat oleh

pengelola atau manajemen dan dilakukan oleh organisasi maupun masyarakat

yang bertujuan untuk mencapai tujuan utama (Saigan, 2004). Sedangakan

Pengelolaan, menurut Alam (2007:17) menyatakan bahwa pengelolaan adalah

proses perencanaan, perorganisasian, dan pengendalian kegiatan proses

pengunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Strategi pengelolaan adalah cara yang dibuat oleh organisasi atau

pengelola untuk mencapai tujuan utama dengan proses perencanaan,

perorganisasian, dan pengendalia kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

55
ditetapkan dan tujuan utama. Dalam hal ini strategi pengelolaan pada desa

wisata Munduk harus menggunakan strategi pengelolaan yang dibantu oleh

masyarakat dan pemerintah desa untuk mencapai tujuan bersama dan tujuan

yang telah ditetapkan.

Pada desa wisata Munduk, strategi pengelolaan sudah dilakukan dengan

baik akan tetapi masih adanya permasalahan dari sisi keaktifan masyarakat

dalam membangun dan membantu pemerintah desa wisata Munduk.

Masyarakat pada desa wisata Munduk masih belum sepenuhnya membangun

pariwisata pada desa wisata Munduk dikarenakan masih adanya masyarakat

yang bekerja pada bidang pertanian dan perkebunan sedangkan dalam konsep

desa wisata yang mengharuskan bahwa masyarakat adalah pelaku dan

pengembang pariwisata pada desa wisata.

Maka sangat diperlukannya mengenai strategi pengelolaan untuk desa

wisata Munduk. Dengan adanya strategi pengelolaan desa wisata Munduk

yang baik maka masyarakat akan menerima hasil dari bidang pariwisata

sepenuhnya. Strategi pengelolaan desa wisata Munduk dengan

memberdayakan masyarakat secara merata yang akan membuat desa wisata

Munduk lebih dikenal dan mampu bersaing dengan desa wisata lainnya yang

ada pada kabupaten Buleleng.

Dari pengelolaan yang sudah dijalankan dengan baik dan benar maka

adapun acuan untuk penentuan dari teknik analisis SWOT dengan faktor

internal dan faktor eksternal. Dalam hal ini Desa Wisata Munduk sudah

56
melakukannya dengan baik akan tetapi masih perlunya peningkatan dalam hal

pengelolaan. Yang diharapkan desa wisata Munduk ini lebih maju

dibandingkan denga desa wisata lainnya yang dilihat dari sisi tingkat

kunjungan, bangunan, infrastruktur, dan aksesibilitas yang masih harus

ditingkatkan agar mampu bersaing dengan Desa wisata lainnya

Dengan hal ini strategi pengelolaan dapat dirumuskan dengan

menggunakan teknik analisis SWOT dan mengaplikasikannya dengan

menggunakan matriks SWOT sepert pada Tabel 4.2 Matriks SWOT Strategi

pengelolaan desa wisata Munduk

Tabel 4.2 Matriks SWOT Strategi Pengelolaan Desa Wisata Munduk

Kekuatan ( Strength Kelemahan ( Weaknesses )


)
Faktor Internal 1. Memiliki banyak 1. Jalan atau aksesibilitas
potensi daya yang kurang memadai
tarik wisata 2. Media informasi yang
alam, budaya kurang lengkap dan
dan buatan yang adanya pembaharuan
menarik 3. Jalan menuju daya tarik
2. Memiliki banyak wisata yang tidak bisa
akomodasi dari dilalui kendaraan roda 4
Villa , Cottage atau lebih
dan Homestay 4. Area parkir yang
3. Beriklim yang kurang pada atraksi
sejuk dan wisata
nyaman 5. Tidak adanya papan
4. Atraksi wisata informasi mengenai
yang atraksi yang ada
mempunyai spot 6. Masyarakat yang
Instagramable kurang aktif dan kurang
5. Tradisi yang pada pengetahuan
masih dijaga pariwisata
oleh masyarakat
lokal
6. Mempunyai
SDM yang

57
mumpuni dari
segi kuantitas
7. Adanya
restaurant dan
Coffee Shop
yang
menyuguhkan
pemandangan
alam

Faktor Eksternal
Peluang ( Opportunities ) Strategi SO Strategi WO
1. investor dalam 1. Meningkat 1. Membangun dan
mengembangkan fasilitas kan pemahaman membuat aksesibiltas
dan potensi wisata masyarakat yang mudah dan cepat.
2. Adanya website yang mengenai sadar 2. Meningkatkan kualitas
membantu dalam wisata, sapta jalan dan fasilitas
mempromosikan potensi pesona maupun penunjang pada setiap
wisata desa wisata daya tarik wisata.
3. Adanya pembangunan melalui 3. Membuat paket wisata
yang dibantu oleh pedampingan dari yang mudah dimengerti
pemerintah pemerintah dan cukup dijangkau oleh
4. Masyarakat yang 2. Melibatkan wisatawan.
mempunyai keinginan masyarakat dalam 4. Meningkatkan partisipasi
dalam membangun desa mempromosikan masyarakat untuk desa
Desa Wisata wisata Munduk
Munduk melalui
sosial media yang
dimiliki setiap
masyarakat lokal
3. Melakukan
kerjasama antar
pemerintah, agen
perjalanan dan
agen pariwisata
4. Mendorong
keterlibatan
masyarakat Desa
Munduk untuk
menyediakan
akomodasi,
fasilitas penunjang

58
lainnya yang
dibutuhkan oleh
pengunjung
5. Mengemban
gkan potensi
wisata pada desa
wisata Munduk

Ancaman ( Threats ) Strategi ST Strategi WT


1. Adanya persaingan 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan kesadaran
antar desa wisata keamanan pada dari masyarakat lokal
yang ada di setiap daya tarik untuk menjaga desa
kabupaten Buleleng wisata 2. Meningkatkan
2. Meningkatnya 2. Membangun dan pengetahuan dan
persaingan pada sisi membuat atraksi pengalaman dari bidang
SDM di bidang yang lebih pariwisata
pariwisata menarik ( ter 3. Mengikutsertakan
3. Adanya potensi update ) masyarakat mengenai
bencana alam yang 3. Memperluas program pengelolaan
terjadi pada wilayah lapangan yang sudah dibentuk
tersebut pekerjaan untuk maupun yang akan
4. Masyarakat hanya masyarakat lokal dibentuk.
bergantung kepada 4. Perlu adanya kerjasama
pariwisata antara masyarakat dengan
pemerintah desa,
pemerintah daerah dan
instansi yang bergerak
pada bidang pariwisata
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan data diatas, maka ada beberapa strategi pengelolaan yang

dapat disusun untuk perkembangan dan kemajuan desa agar mampu bersaing

dengan desa wisata yang ada di Bali khususnya di kabupaten Buleleng, antara

lain:

1. Strategi SO ( Strength – Opportunities )

Strategi SO ini merupakan strategi yang bagaimana memanfaatkan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan mampu mendapatkan

peluang – peluang yang ada pada faktor eksternal. Dalam hal ini dapat

59
dibentuk strategi pengelolaan untuk Desa Wisata Munduk yaitu: 1).

strategi meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai sadar wisata,

sapta pesona maupun desa wisata melalui pedampingan dari pemerintah

2). strategi melibatkan masyarakat dalam mempromosikan Desa Wisata

Munduk melalui sosial media yang dimiliki setiap masyarakat lokal 3).

Strategi kerjasama antar pemerintah, agen perjalanan dan agen pariwisata

4). strategi mendorong keterlibatan masyarakat Desa Munduk untuk

menyediakan akomodasi, fasilitas penunjang lainnya yang dibutuhkan oleh

pengunjung 5). strategi mengembangkan potensi wisata pada desa wisata

Munduk yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan pemerintah desa.

2. Strategi ST ( Strength – Threats )

Strategi ST ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengawasi atau mengatasi ancaman ada dalam pengelolaan

desa wisata. Dalam hal ini Desa Wisata Munduk perlu melakukan strategi

pengelolaan yaitu : 1). strategi menjaga kemanan dan kenyamanan pada

daya tarik wisata 2). strategi pembuatan atraksi yang baru atau

memperbaharui atraksi 3). strategi memperkerjakan masyarakat lokal pada

setiap potensi wisata dan daya tarik wisata.

3. Strategi WO ( Weaknesses – Opportunities )

Strategi WO ini merupakan strategi yang meminimalkan atau

memperkecil kelemehan agar terciptanya dan memanfaatkan adanya

peluang. Dengan dimilikinya kelemahan yang ada pada Desa Wisata

Munduk ini yang harus diperhatikan dan diperbaiki lebih baik lagi

60
dikemudian harinya adapun strategi yang dapat digunakan yaitu : 1).

strategi dalam membangun aksesibiltas yang cepat dan mudah menuju

daya tarik wisata 2). strategi meningkatkan fasilitas penunjang pada setiap

daya tarik wisata 3). strategi mengajak masyarakat pada setiap pengelolaan

desa wisata.

4. Strategi WT ( Weaknesses – Threats )

Strategi WT ini merupakan strategi yang digunakan untuk

meminimalisir kelemahan dari adanya ancaman yang akan datang maupun

yang sudah ada. Dalam hal ini Desa Wisata Munduk dengan adanya

ancaman dan kelemahan yang ada, adapun cara dan strategi yang dapat

digunakan untuk meminimalisir kelemahan dan acaman yang ada yaitu :

1). strategi mengenai peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan program

mengenai pengelolaan pada bidang pariwisata untuk masyarakat lokal, 2).

strategi memberdayakan masyarakat pada program yang sudah ada, 3).

strategi mengikutsertakan masyarakat pada pengelolaan desa wisata, 4).

strategi kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah desa, pemerintah

daerah dan instansi yang bergerak pada bidang pariwisata.

Bentuk strategi pengelolaan desa wisata Munduk ini pada dasarnya

adalah milik masyarakat yang dikelola dengan baik, dengan

mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam pengelolaan yaitu 1).

Aspek SDM, 2). Aspek Pendanaan, 3). Aspek Material , 4). Aspek

Pengelolaan dan 5). Aspek Pasar. Pada aspek – aspek yang dapat

61
membangun dan menunjang pada strategi pengelolaan ini dapat di jelaskan

pada hasil analisis diatas antara lain:

1). Aspek SDM: Strategi meningkatkan kualitas pada fasilitas dan

kinerja dari masyarakat desa wisata Munduk, Strategi untuk

Masyarakat dapat membuat restaurant dengan pemandangan

alam, Strategi memperkerjakan masyarakat lokal pada setiap

potensi wisata dan daya tarik wisata, Strategi mengajak

masyarakat pada setiap pengelolaan desa wisata, Strategi

memberdayakan masyarakat pada program yang sudah ada

2). Aspek Pendanaan: Strategi Mengembangkan potensi wisata pada

desa wisata Munduk yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan

pemerintah desa, Strategi pembuatan atraksi yang baru atau

memperbaharui atraksi, Strategi meningkatkan fasilitas penunjang

pada setiap daya tarik wisata

3). Aspek Material: Strategi dalam membangun aksesibiltas yang

cepat dan mudah menuju daya tarik wisata.

4) Aspek pengelolaan: Strategi mengenai peningkatan kesadaran,

pengetahuan, dan program mengenai pengelolaan pada bidang

pariwisata untuk masyarakat lokal, Strategi mengikutsertakan

masyarakat pada pengelolaan desa wisata.

5). Aspek Pasar: Strategi membuat paket ataupun bekerjasama

dengan pemerintah dan travel agent dalam pemasaran dan

62
Strategi menjalin kerjasama dan menambah hubungan kerja antar

travel agent dan instansi yang bergerak pada bidang pariwisata.

Dengan memperhatikan aspek – aspek penting dalam strategi

pengelolaan yaitu aspek SDM, menggunakan Strategi meningkatkan

kualitas pada SDM dalam bidang pariwisata , dengan adanya strategi ini

SDM pada desa wisata Munduk ini dapat lebih berkembang dari sisi SDM.

Agar mampu bersaing dengan desa wisata yang berada di Bali khususnya

yang ada pada kabupaten Buleleng dan juga mampu mengatasi atau

melayani wisatawan yang datang menuju desa wisata Munduk.

Aspek Pendanaan dapat menggunakan Strategi dalam peningkatan

kualitas dari setiap atraksi pariwisata, dengan menbuat atraksi yang lebih

menarik lagi dan berkualitas. Perokonomian yang dihasilkan pada atrasi

dan daya tarik wisata yang ada lebih meningkat lagi dan keuntungan

tersebut dapat diberikan kepada desa wisata Munduk agar dapat

mengembangkan potensi lainnya.

Aspek Material dengan menggunakan strategi dalam membangun

aksesibiltas yang cepat dan mudah menuju daya tarik wisata.,

menggunakan strategi ini dapat juga membuat ketertarikan dan kunjungan

wisatawan bertambah. Strategi ini harus diperhatikan dikarenakan dengan

pembangunan akses menuju daya tarik wisata yang mudah dapat membuat

desa wisata Munduk mengalami kenaikan kunjungan wisatawan dan segi

ekonomi.

63
Aspek Pengelolaan sangat penting bagi keberlangsungan dan

perkembangan pada desa wisata Munduk dengan menggunakan strategi

mengenai peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan program mengenai

pengelolaan pada bidang pariwisata untuk masyarakat lokal dan strategi

memberdayakan masyarakat pada program yang sudah ada. Dengan

kesadaran dan pengetahuan program mengenai pariwisata, masyarakat

lokal mampu melakukan program secara mandiri dari sisi pengelolaan

yang akan dibuat oleh personal atau individu.

Pada aspek pasar perlunya strategi dalam promosi di bidang

pariwisata dikarenakan jika kurangnya promosi mengenai desa wisata dan

akomodasi yang dimiliki oleh desa wisata Munduk ini akan mengalami

kecenderungan tidak mengalami kenaikan atau perkembangan dari sisi

tingkat kunjungan wisatawan.

Strategi pengelolaan desa wisata harus didukung oleh masyarakat

sebagai pelaku pariwisata dan pengelola pariwisata. Pada desa wisata

Munduk pengelolaan yang sudah baik dan harus dikembangkan lagi dari

sisi pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Munduk yang masih belum

bisa membagi waktu untuk berkebun dan bertani dengan melakukan

kegiatan pembangunan dan pengelolaan pariwisata yang membuat desa

wisata Munduk ini cukup kurang dari sisi pengelolaannya. Maka dari itu

peneliti merancang strategi pengelolaan untuk desa wisata yang

diharapkan bisa membantu desa wisata untuk mengajak masyarakat desa

64
untuk lebih membangun desa wisata dan tidak adanya kepasifan dari

masyarakat dalam membangun dan mengembangkan desa wisata.

65
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai strategi

pengelolaan desa wisata Munduk di kabupaten buleleng yang berbasis

pemberdayaan masyarakat, yang telah dipaparkan, maka diperoleh simpulan

sebagai berikut:

1. Strategi Pengelolaan desa wisata Munduk dapat melihat tentang

beberapa aspek dan strategi yang mengacu kepada matriks SWOT.

Strategi pengelolaan yang belum berjalan dengan baik dikarenakan

kurangnya ke aktifan dari masyarakat dalam membangun dan

mengembangkan desa wisata, pemberdayaan masyarakat yang

kurang merata dan masyarakat lokal yang masih memilih bekerja

pada sektor pertanian dan perkebunan dibandingkan dengan sektor

pariwisata. Pengelolaan yang tegas dari sisi pemberdayaan

masyarakat yang dibuat oleh pemerintah desa dan masyarakat desa

wisata Munduk itu sendiri seperti adanya peraturan yang mengikat

dan membuat para masyarakat lebih giat dalam membangun desa

wisata. Dengan hal ini strategi pengelolaan sangatlah penting bagi

desa wisata untuk membangun dan mengembangkan desa wisata.

2. Pemberdayaan masyarakat yang dapat mencangkup keseluruhan dari

pihak – pihak yang ada pada desa wisata Munduk yang diharapkan

dapat membantu dalam pembangunan desa wisata. Pemberdayaan

66
masyarakat tidak hanya dilakukan oleh para pelaku pariwisata yang

ada pada desa wisata melainkan dilakukan oleh semua masyarakat

yang ada pada desa wisata Munduk seperti kesiapan dalam

membangun pariwisata.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan dilapangan pada desa wisata

Munduk ini dari sisi faktor internal dan faktor eksternal yaitu kelemehan,

kekurangan, peluang dan ancaman yang ada pada desa wisata Munduk,

diantaranya :

1. Dalam menerapkan strategi pengelolaan diharapkan kepada desa

wisata Munduk untuk lebih baik dalam melakukan strategi – strategi

yaitu: peningkatan dari tatanan pengelolaan yang seharusnya

dikembangkan dan dibangun secara berkala, mempromosikan desa

wisata Munduk, bekerjasama dengan biro perjalanan wisata ataupun

instasi lainnya yang bergerak pada bidang pariwisata dan menjaga

adat – istiadat pada desa wisata Munduk.

2. Untuk Peneliti yang ingin meneliti pengelolaan pada desa wisata

munduk dengan berbasis pemberdayaan masyarakat ini bisa dijadikan

sebagai refrensi, tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya dan

peneliti selanjutnya juga dapat membuat penelitian yang lebih terbaru

atau update mengenai strategi pengelolaan desa wisata Munduk yang

berbasis pemberdayaan masyarakat.

67
3. Masyarakat lokal agar dapat berpartisipasi dalam pengembangan dan

pengelolaan pada desa wisata Munduk

4. Pemerintah membantu dan harus lebih memperhatikan dalam sisi

pengelolaan desa wisata agar mampu menarik wisatawan untuk

berkunjung menuju desa wisata Munduk.

5. Pada setiap pengelola atraksi maupun akomodasi pariwisata yang ada

diharapkan mampu menjaga lingkungan pada desa, memberikan

harga dan akses yang mudah untuk wisatawan dan memperbaharui

(update) secara berkala.

68
DAFTAR PUSTAKA

Admin, Desa Munduk (2017) Statistik data pekerjaan diakses dari http://munduk-
buleleng.desa.id/index.php/first/statistik/pekerjaan/0
Admin, Dispar (2017 September 2017) Keputusan Bupati Buleleng Nomor:
430/405/HK/2017 tentang desa wisata Kabupaten Buleleng diakses dari
https://dispar.bulelengkab.go.id
Andy Ibrahim. Y, 2018, Partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek
wisata Topejawa di Kabupaten Takalar
Dewata News, (2019, April 04) Desa Wisata Munduk makin diperhitungkan di
Bali utara. Diakses dari https://www.dewatanews.com/2019/04/desa-
wisata-munduk-makin-diperhitungkan.html
Dimas Kurnia Purmada, Wilopo, dan Luchman Hakim,2016, pengelolaan desa
wisata dalam prespektif community based tourism.
Dinas Pariwisata Bali, (2020), Tingkat Kunjungan wisatawan di akses dari
www.dispar.go.id
Dinas Pariwisata Bali, (2021), Nama desa Wisata yang sudah ditetapkan
keputusan Walikota/Bupati Se-Bali diakses dari www.dispar.go.id
Dini Puspita, Susi Sulandari,2016,strategi pengelolaan desa wisaya giyanti,
kabupaten Wonosobo.
Fransiska Roslila Eva Purnama Pardede, Ida Bagus Suryawan, 2016, Strategi
Pengelolaan Kabupaten Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam di
provinsi Sumatra Utara.
Gumelar S.Sastrayuda, 2010, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan
Leisure
I Nengah Arya Wibowo, 2019, Strategi Pengelolaan Desa Wisata Pengelipuran
Kabupaten Bangli
Kadek Hary Mahendra (2020 februari 12) Sosialisasi Perda 9 tahun 2019 diakses
dari http://munduk-buleleng.desa.id/index.php/first/artikel/220
Koontz, Cyril O’Donnell. 1964. Principles of management: New York
Koontz, Harold. 1989. Manajemen. Jakarta: erlangga
Lestari, Susi. 2009. Pengembangan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan
Masyaraka Studi di Desa Wisata Kembang Arum. 2009. Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta2
Made antara, Sukma arida, 2015, pengelolaan desa wisata berbasis potensi lokal

69
Ni Putu Eka Mahadewi, dan I Putu Sudana,2017,Model Strategi Pengembangan
Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Desa Kenderan, Gianyar, Bali
Novie Istoria Hidayah, 2017, pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
desa wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon progo, Daerah istimewa
Yogyakarta
Nur Rika Puspita Sari, 2012, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Objek Wisata oleh kelompok sadar wisata Dewabejo di Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
NV. (2017, Mei 08) Desa Wisata terganjal infrastruktur dan SDM. Diakses dari
https://www.nusabali.com/berita/12899/desa-wisata-terganjal-
infrastruktur-dan-sdm
Parta Setiawan (2021, Agustus 17) Strategi analisis SWOT diakses
darihttps://www.gurupendidikan.co.id/strategi-analisis-swot/
Rangkuti, 2009, SWOT analysis
Safa Putri Wulan Sari dan Achmad rifai, 2020, Pengelolaan Desa Wisata Hutan
Mangrove Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
Sukarna.2011. Dasar-dasar manajemen. Bandung: Mandar maju
Tyas Arma Rindi, 2019, Pemberdayaan masyarkat melalui pengembangan desa
wisata desa Wonokarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung
Timur.
Zaenal Arifi,S.Pd, 2017, Pemberdayaan masyarakat berbasis Pariwisata Di Desa
Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah – Nusa Tenggara
Barat.

70
LAMPIRAN

71
Daftar wawancara kepala desa Munduk
Nama responden :
Jabatan / instansi :
Umur :
1. Apakah program strategi pengelolaan yang dilakukan untuk desa wisata

Munduk sudah berjalan dengan baik ?

2. Apakah adanya bantuan sosialisasi dari instansi / pihak –pihak yang

sedang berkerja sama dengan desa wisata Munduk ?

3. Apakah ada pembuatan strategi pengelolaan ?

4. Apakah semua strategi pengelolaan yang dirancang dilakukan dengan

baik?

5. Apakah sosialisasi yang sudah diberikan sudah dilakukan dan

dilaksanakan dengan baik?

6. Bagaimana cara mengembangkan potensi yang ada pada desa wisata

Munduk ?

7. Bagaimana keterlibatan pemerintahan desa dengan masyarakat ?

8. Bagaimana koordinasi pemerintah desa dengan pokdarwis ?

9. Apakah ada kegiatan dalam pembinaan pariwisata untuk pokdarwis dan

masyarakat ?

72
Daftar wawancara masyarakat yang berkecimpung pada bidang pariwisata (

PemilikiCottage / Villa )

Nama Responden :

Jabatan :

Umur :

1. Apakah adanya bantuan dari sisi pengelolaan dari pemerintah desa ?

2. Apakah adanya sosialisasi mengenai Pariwisata ?

3. Apakah pemberdayaan masyarakat dilakukan secara merata ?

4. Bagaimana tanggapan Anda selaku pelaku pariwisata mengenai desa

wisata Munduk?

73
LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi wawancara dengan pedagang souvenir pada desa wisata


Munduk

Dokumentasi akomodasi villa yang ada pada desa wisata Munduk

74
Dokumentasi wawancara dengan sekretaris desa wisata Munduk

Dokumentasi wawancara dengan bapak niriasa selaku kepala desa wisata


Munduk

75
Dokumentasi kantor kepala desa wisata Munduk

Dokumentasi area parkir pada daya tarik wisata Air terjun Munduk

Dokumentasi menuju daya tarik wisata air terjun Munduk

76
Dokumentasi dengan kepala bidang destinasi Dinas Pariwisata kab.
Buleleng

77

Anda mungkin juga menyukai