0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan8 halaman
Paragraf pertama menjelaskan latar belakang sport tourism dan definisi konsepnya menurut para ahli. Paragraf berikutnya menjelaskan perkembangan sport tourism di Indonesia khususnya melalui event lomba lari maraton. Borobudur Marathon diidentifikasi sebagai salah satu event tahunan besar yang mampu memperkenalkan budaya sejarah Indonesia kepada peserta dalam dan luar negeri.
Paragraf pertama menjelaskan latar belakang sport tourism dan definisi konsepnya menurut para ahli. Paragraf berikutnya menjelaskan perkembangan sport tourism di Indonesia khususnya melalui event lomba lari maraton. Borobudur Marathon diidentifikasi sebagai salah satu event tahunan besar yang mampu memperkenalkan budaya sejarah Indonesia kepada peserta dalam dan luar negeri.
Paragraf pertama menjelaskan latar belakang sport tourism dan definisi konsepnya menurut para ahli. Paragraf berikutnya menjelaskan perkembangan sport tourism di Indonesia khususnya melalui event lomba lari maraton. Borobudur Marathon diidentifikasi sebagai salah satu event tahunan besar yang mampu memperkenalkan budaya sejarah Indonesia kepada peserta dalam dan luar negeri.
Istilah sport tourism menurut Sofield (2000) terbentuk dari kata “sport” dan “tourism”, dimana aktivitas olahraga (sport) menarik pengunjung dan wisatawan adalah faktor yang membentuk adanya suatu pariwisata (tourism). Sedangkan definisi konseptual dari sport tourism menurut Standevan dan De Knop (1999) adalah segala bentuk keterlibatan pasif maupun aktif dalam aktivitas olahraga yang disusun secara santai atau teratur tujuan alasan non-komersial maupun bisnis/ komersial yang dimana harus untuk melakukan perjalanan dari rumah atau lingkungan normalnya sehari – hari. Para ahli menambahkan bahwa suatu event dapat menjadi sport tourism apabila mempunyai unsur aktif dan kompetitif di dalamnya (Mitchner, 1976 dan Zauhar, 1996). Absennya unsur kompetitif di dalam suatu sport tourism dapat mengubah tujuan event tersebut menjadi recreational tourism. Contohnya olahraga seperti memancing, golf dan balap kuda. Di sisi lain, dapat menjadi adventure tourism untuk aktivitas seperti parasailing, panjat tebing dan sky surfing. Untuk melakukan aktivitas - aktivitas olahraga tersebut memang membutuhkan kemampuan khusus, namun dapat bersifat insidentil dan bukan menjadi tujuan utama dari perjalanan wisata seseorang (Australian Federal Government, 2000). Dari terdapat beberapa kunci elemen penting dalam sport tourism yaitu: merupakan aktivitas olahraga yang kompetitif; mempunyai motivasi yang disengaja untuk menghadiri event tersebut; adanya perjalanan yang dilakukan untuk mencapai ke tempat destinasi (Australian Federal Government, 2000), berhubungan dengan event; acara dapat memberikan dampak terhadap individu, komunitas dan negara; dan partisipan merupakan tim ofisial, pengunjung dan peserta (Faulkner et al, 2000). Di Indonesia istilah sport tourism masih belum populer. Meskipun begitu, menurut Astuti (2015), sport tourism merupakan paradigma yang baru dalam pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia, dimana pariwisata olahraga mampu menunjukan potensinya sebagai sesuatu yang menarik, sehingga dapat menciptakan sebuah atraksi wisata yang dapat menjadikan multicultural tourism.
Universitas Kristen Petra
Multicultural tourism sendiri berasal dari cultural tourism yang berarti bahwa sifat dari kegiatan pariwisata (tourism) dalam sport tourism memiliki unsur – unsur kebudayaan daerah tersebut. Dalam cultural toursim, kebudayaan yang dimaksud dapat mencangkup hal – hal yang intagible seperti adat istiadat dan perilaku, tangible seperti tempat – tempat bersejarah dan artefak (Richards, 1996, p.25) Perkembangan sport tourism di Indonesia saat ini sedang bertumbuh kearah yang positif sebagaimana dilihat dari PDB Nasional 2016 dimana sport tourism telah berhasil memberikan sumbangan terhadap sektor pariwisata nasional sebesar 3% (www.kemenpar.go.id). Pada bulan Juli 2017, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Wisata Olahraga dan Rekreasi dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai destinasi sport tourism dengan mengoptimalkan event dan potensi secara terintegrasi (www.kemenpar.go.id). Kedua hal ini menjadi salah satu bukti bahwa sport tourism nantinya akan dijadikan salah satu sektor pariwisata utama di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pada negara secara sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi. Olahraga dalam wisata seperti sport tourism tidak hanya ditujukan bagi para profesional, tetapi dapat juga dinikmati oleh para kelompok amatir atau masyarakat awam. Diantara sekian banyak aktivitas olah raga yang berkembang di Indonesia, lari maraton adalah yang paling populer. Ada sangat banyak event lomba lari maraton yang diadakan tiap tahunnya di Indonesia, mulai dari yang berskala regional hingga internasional. Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2016 setidaknya telah digelar lebih dari 191 event lomba lari maraton di seluruh Indonesia (www.dunialari.com). Event lomba lari maraton ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori, berdasarkan waktu dan skala penyelenggaraan event. Dari 191 event tersebut terdapat kurang lebih terdapat 15 hingga 20 event yang bersifat tahunan dan sisanya merupakan one time event yang diselenggarakan oleh berbagai institusi. Mulai dari perusahaan minuman seperti Tanobel yang mengadakan Cleo Smart Run Night Fest 2017 hingga institusi pendidikan seperti Universitas Bhayangkara yang mengadakan Bhayangkara Run (www.dunialari.com) Untuk event tahunan didominasi dengan event yang mempunyai tema dan ciri khas dari tempat lomba diadakan. Contohnya seperti Jakarta Marathon, Bromo
Universitas Kristen Petra
Marathon dan Borobudur Marathon, dimana ketiga event diatas telah berhasil dicatat di dalam kalender event pariwisata Indonesia. (www.indonesia.travel) Setiap dari event tersebut mengusung tema spesial yang dapat memperlihatkan kepada pengujung sisi Indonesia yang berbeda – beda. Jakarta Marathon misalnya, event dimulai dari tahun 2013 dan pada tahun 2016 lalu berhasil menggati 16 ribu peserta (www.thejakartamarathon.com) dengan mengusung urban development kota Jakarta yang modern dan mengikuti tren gaya hidup masyarakat global saat ini. Borobudur Marathon merupakan event maraton yang bertujuan selain untuk olahraga, juga memberikan pengunjung pengetahuan tentang sejarah dan budaya Indonesia lewat Candi Borobudur yang merupakan atraksi utama event tersebut. Event ini cukup menarik karena tidak hanya mengadakan perlombaan maraton tetapi juga mempunyai beberapa rangkaian acara sampingan yang menarik perhatian para turis untuk menjelajahi Indonesia selama kunjungan mereka (www.borobudurmarathon.co.id). Terakhir, event Bromo Marathon menonjolkan landscape keindahan alam Indonesia yang dapat dinikmati sepanjang track pelari dan juga sebagai pemandangan yang indah bagi bagi penontonnya. Seluruh partisipan dapat secara langsung merasakan budaya lokal Indonesia yang autentik dengan melihat dan merasakan interaksi langsung yang dapat dilakukan di seluruh daerah tempat event di langsungkan. Banyaknya event yang telah terselenggara ini menunjukkan animo masyarakat Indonesia yang besar terhadap aktivitas olahraga ini. Menurut Astuti (2015), lari maraton telah menjadi induk wisata olahraga. Ini didasari fakta dimana penonton dan peserta setiap lomba maraton yang dapat mencapai ratusan ribu orang. Akibatnya, aktivitas ekonomi masyarakat setempat dapat meningkat karena kunjungan para wisatawan tersebut. Kegiatan sport tourism maraton dapat mencapai tahap bisnis yang menggairahkan pariwisata dan diharapkan menguntungkan masyarakat bangsa dan negara. Salah satu sport tourism event yang patut untuk diperhitungkan adalah Borobudur Marathon. Sport tourism event ini telah ada sejak 1990 dan tahun 2017 ini merupakan ke lima kalinya event ini digelar. Pada tahun 2017, tema utama yang diusung adalah “Reborn Harmony”, dimana tujuan utama dari event ini adalah untuk menyegarkan kembali rasa kebersamaan para pelari dan penduduk Jawa
Universitas Kristen Petra
Tengah. Tema sampingan yang juga dipaparkan adalah cultural immersion. Berarti bahwa dengan mengangkat nilai historikal dan kultural dari Candi Borobudur, Borobudur Marathon diharapkan dapat memberikan dampak signifikan yang positif kepada masyarakat dan komunitas di Jawa Tengah. Menurut Menpora Iman Narawi, Borobudur Marathon telah menjadi salah satu event agenda tahunan Indonesia yang mengangkat nilai-nilai sejarah bangsa. Salah satunya adalah Candi Borobudur yang merupakan warisan leluhur. Dengan adanya event ini, Candi Borobudur yang merupakan keajaiban dunia juga dapat memberikan manfaat untuk olahraga dan merupakan tempat wisata yang pas untuk dikunjungi turis (www.kemenpora.go.id). Iman Narawi juga menambahkan bahwa pemerintahan mendukung adanya sport tourism seperti ini karena menyokong pariwisata Indonesia dengan sangat baik. Tidak hanya sektor pariwisata, namun event Borobudur Marathon ini dianggap dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia khususnya pada UMKM masyarakat Jawa Tengah (www.jateng.merdeka.com) Pihak penyelenggara Borobudur Marathon melihat adanya peluang untuk menjadikan sport tourism event ini berkesan bagi para partisipan, terutama bagi peserta asing. Dapat dilihat dari website event yang memberikan informasi tentang point of interest di kota – kota wisata Jawa Tengah, kesenian dan budaya, hingga kuliner yang menjadi ciri khas daerah Jawa Tengah. Dapat dilihat bahwa sport tourism event ini telah dipersiapkan dengan baik. Bahkan rute transportasi dan referensi akomodasi juga telah diberikan di website sehingga seluruh partisipan dapat dengan mudah mengaksesnya (www.borobudurmarathon.co.id). Euforia ajang sport tourism ini sangat dirasakan, terbukti pada tahun 2016 Borobudur Marathon diikuti oleh 29 ribu peserta. Peserta yang berpartisipasi tidak hanya dari Indonesia namun juga oleh peserta mancanegara. Ini menunjukkan bahwa adanya motivasi yang besar dan persepsi yang positif dari para peserta. Dibuktikan dari banyaknya peserta dari dalam dan luar negeri yang rela melakukan perjalanan jauh dari tempat asalnya. Secara umum, motivasi seorang peserta dalam mengikuti lomba lari maraton adalah untuk menjaga kesehatan, mencapai goal pribadi dan untuk memperluas komunitas (Astuti, 2015). Namun dari kajian literatur yang penulis lakukan, penulis belum menemukan adanya penelitian yang mengkaji tentang
Universitas Kristen Petra
motivasi dan persepsi para pelari di sport tourism event di Indonesia, khususnya pada sport tourism event Borobudur Marathon. Dalam konteks maraton, salah satu teori motivasi self-determination theory (SDT) sebagai dasar skala pengukuran untuk mengidentifikasi motivasi dari peserta. Dimana SDT adalah teori makro tentang motivasi manusia yang ditujukan untuk membahas hal – hal penting yang berhubungan dengan ”pertumbuhan pribadi, regulasi diri, kebutuhan psikologis universal tujuan hidup dan aspirasi, energi dan vitalitas, proses alam bawah sadar, hubungan budaya dengan motivasi dan dampak lingkungan sosial pada motivasi” seseorang. (Deci & Ryan, 2008b, 182). Skala pengukuran Motivation Marathon Scale (MOMS) pada awalnya dicetuskan oleh Masters (1993) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Zach, Xia, Zeev, Arnon, Choresh & Tenenbaum pada tahun 2015. Selain motivasi, hal menarik lain dari partisipan sport event tourism yang dapat digali adalah persepsi partisipan setelah mengikuti atau hadir dalam sebuah event. Sebuah event dapat dikatakan berhasil apabila peserta di dalamnya dapat memiliki persepsi positif mengenai event yang dihadiri atau diikuti. Adanya perspektif baik atau buruk dapat diketahui pula dari makna (meaning) yang dilekatkan peserta kepada event tersebut. Definisi persepsi merupakan “proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman” (Asrori 2009, p.214). Sedangkan menurut Sudarsono (1997), persepsi merupakan kemampuan dalam menanggapi, memahami, mengamat, memandang, serta proses lainnya untuk mengingat dan mengidentifikasi seuatu hal dengan menggunakan kemampuan diri untuk mengorganisasikan pengamatan yang telah ditangkap oleh indera yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai apakah sebenarnya motivasi para peserta untuk mengkuti lomba lari maraton dengan menggunakan Self-Determination Theory (SDT) dan persepsi para pelari yang dimiliki terhadap event tersebut. Mengingat penelitian dengan topik ini masih sangat jarang ditemui di Indonesia. Oleh karena
Universitas Kristen Petra
itu penulis berharap hasil dari penelitian ini akan memberikan kontribusi secara konseptual dalam bidang pengelolaan event tourism, khususnya sport tourism. Motivasi dan peserta akan diteliti dan diukur menggunakan Motivation of Marathon Scale (MOMS). Skala ini akan mengukur dan membagi motivasi pelari menjadi 4 kategori utama, yaitu: motif psikologis, motif sosial, motif fisik dan motif pencapaian (Masters et al, 1993). Sedangkan persepsi peserta akan diukur dengan menggunakan sport event evaluation scale yang dikembangkan oleh Kaplanidou dan Vogt (2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dapat dirumuskan hal – hal berikut yang menjadi permasalahan. 1. Faktor manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan dalam memotivasi peserta untuk mengikuti sport event tourism Borobudur Marathon 2017? 2. Apakah terdapat perbedaan motivasi yang signifikan antara peserta maraton domestik dan asing dalam event Borobudur Marathon 2017? 3. Bagaimana persepsi peserta domestik dan asing terhadap event Borobudur Marathon 2017? 4. Apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara peserta domestik dengan asing pada event Borobudur Marathon 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor pembentuk manakah yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap motivasi peserta dalam mengikuti sport event tourism Borobudur Marathon 2017. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi yang signifikan antara peserta maraton domestik dan asing dalam event Borobudur Marathon 2017. 3. Untuk mengetahui persepsi peserta domestik dan asing terhadap event Borobudur Marathon 2017.
Universitas Kristen Petra
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara peserta domestik dengan asing pada event Borobudur Marathon 2017
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini dapat dirasakan pihak, antara lain: 1. Manfaat Akademis Penulis dapat mengaplikasikan seluruh pengetahuan yang telah diterima selama menempuh pendidikan di Universitas Kristen Petra, terutama dalam topik manajamen event khususnya event tourism dan sport tourism. Penelitian ini juga akan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan dalam hal akademik di Universitas Kristen Petra, khusunya dalam topik manajemen even dan motivasi. 2. Manfaat Praktis a. Pihak penyelenggara event dapat mengetahui motivasi dan persepsi yang dimiliki oleh peserta Borobudur Marathon 2017. b. Pihak penyelenggara juga dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi dan persepsi antara peserta domestik dan internasional. Dengan mengetahui perbedaan motivasi dan persepsi peserta, pihak penyelenggara dapat melakukan niche marketing. Hasil penelitian ini nantinnya akan menunjukkan apakah penyelenggara harus melakukan pembedaan dalam strategi marketing terhadap peserta domestik dan internasional untuk mendapatkan hasil yang paling optimal dan menguntungkan.
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti memberi batasan penelitian dengan melakukan reduksi pada faktor motivasi. Menurut Zach et al. (2010), terdapat 11 faktor dengan 56 indikator dan 4 dimensi motivasi yang menjadi pembentuk motivasi peserta domestik dan asing dalam mengikuti sport tourism event Borobudur Marathon 2017. Dari 11 faktor tersebut, 5 diantaranya lebih sesuai dengan keadaan responden dan event di Indonesia. Sehingga untuk
Universitas Kristen Petra
penelitian ini akan hanya akan digunakan 5 faktor saja dengan total 22 indikator. Kelima faktor tersebut adalah pyschological coping (PC), general health orientation (GHO1), competition (COM), recognition (REC) dan weight concern (WC). Meskipun begitu, kelima faktor tersebut sudah merupakan representatif dari 4 dimensi pembentuk motivasi.