Anda di halaman 1dari 31

DAMPAK PENYELENGGARAAN EVENT SPORT TOURISM ASIAN

GAMES 2018 TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI

JAKARTA PUSAT

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Wahyu Adi Saputro

19160031

Fakultas Ilmu Sosial Humaniora

Hospitaliti dan Pariwisata

Universitas Bunda Mulia

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupankan industri jasa terbesar yang mampu membantu

pertumbuhan ekonomi dengan cepat dan juga efisien. Industri pariwisata

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama

menyangkut kegiatan sosial. Perkembangan industri pariwisata dunia memberikan

dampak positif dalam menambah pemasukan devisa bagi setiap Negara yang

dikunjungi oleh wisatawan. Saat ini minat wisatawan tidak hanya ingin santai dan

menikmati sun-sea-sand dalam kegiatan wisatanya, tetapi ingin ke jenis wisata

yang lebih tinggi seperti menikmati produk dan kreasi budaya, peninggalan sejarah,

wisata berbasi olahraga, wisata berbasis kreativitas, wisata berbasis busnis dan

wisata berbasis ilmu pengetahuan (Renstra, Direktorat Pengembangan Destinasi

Pariwisata 2012 – 2014). Satu jenis pariwisata yang mendapat banyak perhatian

dewasa ini adalah wisata olahraga (sport tourism). Pengembangan wisata berbasis

olahraga merupakan salah satu hasil dari tuntutan atas perubahan minat wisatawan.

Wisata olahraga atau sport tourism merupakan salah satu tren yang sedang

berkembang dimasa sekarang. Wisata olahraga adalah jenis perjalanan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, baik sekedar rekreasi, berkompetisi,

maupun berpergian ke situs-situs olahraga. Wisata olahraga terdiri dalama dua

kategori, yaitu sports participation travel (perjalanan untuk berpartisipasi dalam

ajang olahraga, baik lomba maupun sekadar menjaga kesehatan) dan sport
spectatorial travel (perjalanan menyaksikan ajang olahraga, seperti Piala Dunia,

Sea Games, Asian Games, dan event olahraga lainya). Berdasarkan prediksi World

Tourism Organization (2001), pada 2020, akan ada 1,6 miliar orang yang

berpergian. Industri pariwisata mampu menyediakan 200 juta lapangan kerja

dengan perputaran uang mencapai 2 triliun USD. Dalam geliat industri pariwisata

tersebut, wisata olahraga menjadi salah satu yang paling pesat perkembangannya.

Berdasarkan jenis pariwisata yang terus dikembangkan menjadi sektor ini

sebagai salah satu andalan dalam perekonomian daerah dan nasional. Menurut

Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke

Indonesia April 2019 mengalami kenaikkan 0,11 persen dibandingkan jumlah

kunjungan pada April 2018. Jumlah kenaikkan wisatawan mancanegarea (wisman)

sebesar 1,303 juta kunjungan. Namun jika dibandingkan bulan sebelumnya (Maret)

wisatawan yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1,34 juta kunjungan atau

mengalami penurunan sebesar 2,74 persen. Secara kumulatif (Januari-April 2019),

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 5,12 juta

kunjungan atau naik 3,22 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara pada periode yang sama tahun 2018 yang berjumlah 4,96

juta kunjungan.

Wisatawan mancanegara datang dari ASEAN merupakan wisatawan

mancanegara yang memiliki persentase kenaikkan tertinggi dibandingkan April

2018, yaitu sebesar 13,28%. Wilayah selanjutnya yang mengalami kenaikkan

adalah Amerika (6,7%), Eropa (2,73%), dan Afrika (1,44%).


Pesta olahraga Asia yang dikenal dengan Asian Games (AG) ini mulai dirintis

keberadaannya pada paruh terakhir tahun 1940-an, ketika kekuatan ideologi

imperialism Barat mulai runtuh dan bangsa-bangsa di Asia mulai mendapatkan

kebebasan atau kemerdekaannya terhadap penjajahan bangsa Barat. Di samping itu,

pada saat itu rasa nasionalisme dan solidaritas di antara bangsa-bangsa di Asia

sedang berkembang dengan pesat. Bila Bapak pendiri pesta olahragainternasional

di dunia (Olimpiade) adalan Baron Pierre de Coubertin, maka Bapak pendiri Pesta

Olahraga Asia (Asian Games) adalah G.D Sondhi (1890-1978).

Asian Games merupakan ajang kompetisi olahraga antar Negara Asia empat

tahunan yang telah dimulai sejak 1951. Ajang kompetisi ini diikuti oleh seluruh

Negara Asia yang terdaftar dalam keanggotaan Olympic Council Of Asia (OCA).

Komite Olimpiade Asia telah menetapkan Indonesia menjadi tuan rumah Asian

Games XVIII pada tahun 2018 untuk menggantikan Vietnam yang menarik diri

karena kesulitan dana. Ditetapkannya Indonesia menjadi penyelenggara disepakati

pada sidang OCA di Korea Selatan pada 20 September 2014 lalu. Penyelenggaraan

yang semula dijadwalkan pada 2019 dimajukan menjadi tahun 2018 agar tidak

bersamaan dengan pemilihan presiden di Indonesia (Dwinarto, 2014). Presiden

Indonesia telah menandatangani Keppres No. 12 Tahun 2015 dengan nama

kepanitiaan Indonesian Asian Games Organizing Committee (INASGOC) dan

lokasi penyelenggaraan di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Sumatera Selatan,

Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten. Perkembangan pembangunan sarana dan

infrastruktur pendukung juga sudah mulai dibangun di daerah-daerah yang akan

menjadi lokasi penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia. Indonesia pernah

menjadi penyelenggara Asian Games IV 1962 dan Games of The New Emerging
Forces (GANEFO) di tahun 1963 serta menjadi tuan rumah Sea Games 2011

menunjukkan, penyelenggaraan ajang olahraga internasional belum memberikan

dampak ekonomi yang signifikan. Prestasi Indonesia terbaik yang pernah diukir

pada Asian Games IV pada tahun 1962, di Jakarta yang pada saat itu berhasil

menduduki peringkat kedua sesudah Jepang. Momentum perhelatan akbar ini

berhasil dipergunakan Presiden Soekarno untuk mengangkat semangat,

kebanggaan dan rasa percaya diri rakyat Indonesia pada saat itu (Lutan, 2005: 421-

422). Perhelatan ajang olahraga skala regional ini memiliki arti penting bagi tuan

rumah penyelenggara, karena bisa dimanfaatkan sebagai soft power diplomacy

(Collins, 2010: 164; Cha, 2013: 1181), memamerkan keberhasilan pembangunan

ekonomi (Collins, 2010: 169), hingga pembangunan citra positif negara

penyelenggara (Chen, 2012: 743).Menjadi tuan rumah merupakan kesempatan

emas untuk meraih sukses dalam banyak hal, seperti kesuksesan dalam

penyelenggaraan (sebagai tuan rumah), sukses dalam pencapaian pretasi (sebagai

peserta), dan sukses dalam pemberdayaan ekonomi (sebagai sebuah industri).

Dalam kaitannya dengan industri olahraga, harapan masyarakat Indonesia untuk

dapat meraih sukses bukan tanpa alasan karena Indonesia memiliki potensi yang

besar, tinggal bagaimana potensi yang ada dapat dikelola secara optimal sehingga

menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis.

Olahraga sebagai industri itu mempunyai makna, antara lain: (1) memiliki nilai

ekonomis (komersial) yang beroengaruh kepada kondisi sosial masyarakat lokal,

nasional, dan global, (2) menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai/manfaat

ekonomis, selain nilai sosial dan politis, (3) melibatkan industry yang lain, misalnya

perhotelan, transportasi, makanan/minuman, telekomunikasi, pariwisata dan


hiburan, perbankan, konsultasi, kesehatan, dan sarana-prasarana, (4) terjadi

mekanisme pasar, yakni adanya kebutuhan (demand) dari pelanggan dan adanya

pemenuhan (supplay) produk dari produsen, (5) memerlukan manajemen sumber

daya yang tepat dan efektif (strategi pemasaran, strategi pembiayaan) agar tujuan

penyelenggaraan olahraga tercapai.

Dalam Piala Suzuki AFF 2010, selama pertandingan berlangsung, dari fase

grup atau babak penyisihan, babak semifinal, sampai babak final, Stadion Utama

Gelora Bung Karno (SUGBK) selalu dibanjiri ribuan penonton, bahkan banyak

sekali penonton yang tidak dapat masuk ke dalam stadion. Mereka terpaksa harus

melihat pertandingan dari luar stadion melalui layar lebar yang dipasang di sekitar

SUGBK. Ini merupakan bukti bahwa Indonesia mempunyai potensi berupa event

olahraga bertaraf regional/internasional, fasilitas olahraga bertaraf internasional,

dan sumber daya manusia yang melimpah untuk membangun industri olahraga.

Menurut Lumintuarso (2005: 2), besarnya potensi pelaku olahraga dan

berbagai ruang lingkup atau dimensi keolahragaan, seperti olahraga pendidikan,

olahraga rekreasi, dan olahraga pretasi membuka peluang tumbuhnya sebuah

komoditas industri di bidang olahraga dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan

industri olahraga diharapkan sekali dapat membantu mengeleminasi persoalan

pembinaan olahraga di Indonesia terutama yang berkaitan dengan masalah

pendanaan. Dapat dimaklumi bahwa anggaran yang berasal dari pemerintah

jumlahnya sangat terbatas dan itu dirasakan sering menjadi kendala dalam proses

pembinaan olahraga. Meskipun demikian, olahraga harus mampu berdikari secara

keuangan dengan tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan pemerintah.


Industri olahraga telah memiliki landasan hokum yang sah dan sangat kuat,

sehingga bisnis atau industri olahraga dapat ditumbuhkembangkan tidak hanya di

Indonesia tetapi juga secara global “perkampungan dunia” ini. Landasan hokum

yang dimaksud adalah Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 3, Tahun 2005,

tentang Sistem Keolahragaan Nasional atau biasa disingkat UU RI No. 3 Th. 2005

(khususnya Bab XVI, Pasal 78, 79, dan 80).

Pembangunan dapat diartikan secara dinamis dari waktu ke waktu. Secara

tradisional, pembangunan hanya diartikan secara sederhana sebagai upaya-upaya

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan memanfaatkan

keterbatasan sumber daya yang ada.

Definisi yang paling umum digunakan dalam pembangunan berkelanjutan

sesuai dengan Brundtland Report dalam WCED (1987) yaitu pembangunan yang

memebuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan

generasi yang akan datang yang konsepnya terdiri dari tiga aspek yaitu ekonomi,

sosial dan lingkungan (Tanguay et al., 2009; Yang, Xu, & Shi, 2016). Pada jangka

panjang, diperlukan strategi pembangunan yang seimbang anatar aspek ekonomi,

aspek sosial dan aspek lingkungan dengan didukung oleh aspek kelembagaan yang

baik. Menurut Heal dalam Fauzi & Octavianus (2014) setidaknya terdapat dua

dimensi dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi waktu yang

menyangkut aoa yang terjadi pada masa kini dan masa yang akan datang; dan

dimensi interaksi yang menyangkut sistem ekonomi dan sistem lingkungan karena

pemenuhan kebutuhan manusia pada dasarnya selalu berhubungan dengan

ketersediaan dan keterbatasan sumber daya alam.


Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam

tentang dampak penyelenggaraan event olahraga Asian Games 2018 dalam

pembangunan yang berkelanjutan kepada masyarakat sekitar Jakarta Pusat. Adapun

penelitian ini diberikan judul ”Dampak Penyelenggaraan Event Sport Tourism

Asian Games 2018 Terhadap Pembangunan Berkelanjutan di Jakart Pusat”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disediakan dan dipaparkan

sebelumnya, penilti mengindefikasi masalah sebagai :

1. Dampak dari pembangunan berkelanjutan di Jakarta Pusat

2. Dampak dari penyelenggaraan Asian Games

3. Manfaat dari pembangunan berkelanjutan di Jakarta Pusat

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun dalam penelitian ini batasan masalah yang dipilih agar tidak keluar

dari topik sebagai berikut :

1. Hanya berfokus terhadap dampak pembangunan berkelanjutan di Jakarta

Pusat

2. Penelitian mengambil responden dari masyarakat sekitar

3. Hanya berfokus terhadap Asian Games 2018

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah dengan diselenggarakannya Event Sport

Tourism seperti Asian Games 2018 akan berdampak langsung kepada masyarakat

atas pembangunan berkelanjutan di daerah Jakarta Pusat?


1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dirasakan masyarakat terhadap

Event Asian Games 2018.

2. Untuk mengetahui dampak nyata apa saja yang terjadi atas pembangunan

berkelanjutan di daerah Jakarta Pusat atas terselenggara Event Asian

Games 2018.

3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat atas pembangunan di

daerah Jakarta Pusat.

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan atas

objek penelitian yang telah dibuat ini. Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk lulus dan memperoleh gelar

sarjana-1 di Universitas Bunda Mulia.

2. Penelitian ini sebagai referensi akademik bagi para peneliti lanjutan yang

tertarik untuk meneliti pengaruh event sport tourism terhadap

pembangunan berkelanjutan.

3. Penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar dampak

penyelenggaraan event Asian Games 2018 terhadap pembangunan di

daerah Jakarta Pusat


1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berisi paparan secara garis besar isi skripsi dari

tiap-tiap bab antara lain :

1. BAB I (PENDAHULUAN)

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari

pentingnya diadakan penelitian , identifikasi, pembatasan dan

perumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian dan

sistematika penulisan.

2. BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)

Bab ini berisi mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam

penelitian dan pemikiran dalam penelitian ini.

3. BAB III (METOLOGI PENELITIAN)

Bab ini berisi mengenai penelitian, definisi operasional dan pengukuran

variabel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, desain

pengambilan sampel, serta metode analisis data yang digunakan.

4. BAB IV (HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN)

Bab ini berisi tentang karakteristik responden, deskripsi data, analisis

data dan pembahasan.

5. BAB V (PENUTUP)

Berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan yang diperoleh dari

peneliti dan memberikan saran ataupun rekomendasi bagi pihak-pihak

terkait.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

Landasan teori merupakan salah satu yang terpenting dalam sebuah

penelitian. Peneliti tidak bisa mengembangkan ataupun peneliti masalah yang

digunakan dan ditemui di tempat penelitian jika tidak mempunyai landasan teori

yang akurat dan mendukung penelitian ini dibuat. Dalam pembahasan bab ini,berisi

mengenai teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Penyajian teori dalam sebuah

landasan teori dianggap tidak terlalu suli karena bersumber dari bacaan-bacaan.

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Berdasarkan UU no.10 Tahun 2009 bahwa pariwisata dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang ayau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi atau untuk mempelajari keunikan DTW

dalam jangka waktu tertentu.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah suatu kegiatan wisata yang didukung oleh fasilitas

serta layanan yang dilakukan oleh masyarakat, pengusaha, maupun

pemerintah.
d. Kepariwisataan ada suatu kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan

bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai

kebutuhan setiap orang, Negara serta interaksi wisatawan dengan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah daerah dan

pengusaha.

e. Daya Tarik Wisata (DTW) adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan.

f. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

2.1.2 Event Pariwisata

a. Definisi Event secara umum

penyelenggaraan event biasanya diselenggarakan dalam bentuk festival atau

karnaval yang berlangsung secara regular pada waktu-waktu tertentu. Di

Indonesia penyelenggaraan event banyak ditemui seperti perayaan-perayaan

untuk memperingati atau mengenang kejadian bersejarah, diantaranya

peringatan berdasarkan keagamaan (perayaan Galungan bagi umat Hindu.

Perayaan bersifat tradisi suatu adat atau budaya daerah).

Getz (2007: 43) mengatakan bahwa event is an occurence at a given

place and time; a special set of circumstances; a noteworthy occurence.

Dapat dikatakan bahwa event merupakan peristiwa penting yang terjadi


pada tempat dan waktu tertentu. Getz (2008: 92) juga mengkategorikan

event berdasarkan tipe menjadi :

1. Cultural Celebration

a. Festival

b. Carnival

c. Commemorations

d. Religious

2. Art and Entertaiment

a. Concert

b. Award ceremonies

3. Private Event

a. Wedding

b. Parties

c. Social

4. Sport and Competition

a. Amateur or Professional

b. Spectator or Participant

5. Political and State

a. Summit

b. Royal Occasions

c. Political Event

d. VIP Visit

6. Educational and Scientific

a. Conference
b. Seminar

c. Clinics

7. Business and Trade

a. Meeting

b. Convention

c. Consumner and Trade

d. Show, Fair, and Market

8. Recreational

a. Sport and Game for Fun

Berbeda dengan Goldblatt dalam Anny Noor (2013) event diselenggarakan

melibatkan penyelenggara, pesertra ataupun pengunjung menjadi dasar

event dikategorikan berdasarkan ukuran dan besarnya penyelenggaraan

event tersebut. Sehingga ia membagi event bersadarkan ukuran dan tipe

event yaitu :

Size of Event :

1. Mega Event

2. Hall Event

3. Major Event

Type of Event :

1. Cultural Event

2. Business Event

3. Sport Event

4. Personal Event
5. Festival

Berbeda dengan Abdullah (2009: 47) yang mengatakan bahwa event dibagi

berdasarkan ukuran dan skala hanya dalam tiga kategori yaitu megaevent,

medium event, dan mini event.

1. Megaevent merujuk kepada kriteria diikuti pengunjung internasional,

regional setidaknya lima Negara, pengunjung dalam jumlah total

keseluruhan berdasarkan total durasi kegiatan lebih dari 1 juta orang,

investasi yang lebih besar, keuntungan yang lebih besar, berdampak

lebih besar pada ekonomi masyarakat destinasi dan diliput media secara

luas.

2. Medium Event merujuk kepada kegiatan event menegah yang

dikjunjungi antara 100 ribu hingga 1 juta orang, dan berdampak secara

nasional.

3. Mini Event merujuk kepada kegiatan yang diikuti oleh kurang dari 100

ribu pengunjung dan bersifat lokal.

b. Definisi Event Pariwisata

Menurut Getz (1991: 45) bahwa gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi

penawaran. Terdapat 7 (tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan

wisata untuk dapat tidaknya sebuah daerah menyelenggarakan kegiatan

event wisata. Adapun ketujuh elemen antara lain; infrastruktur, akomodasi,

transportasi, atraksi, katering, pedagang pengecer, sarana rekreasi atau

hiburan.
Dari ketujuh elemen tersebut, wisatawan yang datang ke destinasi dapat

menikmati 3 bagian elemen atraksi, yang disebut Atraksi Multak (Ambient

Attraction), Atraksi Permanen (Permanent Attraction), dan Event.

Karakteristik dari Pariwisata event, antara lain :

1. Terbuka untuk umum.

2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memaerkan tema

tertentu.

3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang.

4. Ada acara pembukaan dan penutupan.

5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen.

6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas.

7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama

dalam satu wilayah.

Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata, Getz (1991: 5)

menyebutkan Event mempunyai peranan penting dalam pembangunan

pariwisata. Terdapat 4 (empat) hal penting perlunya pariwisata event antara

lain :

1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan

dimana kegiatan Pariwisata event merupakan daya tarik tersendiri bagi

sebuah destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang menarik untuk

dilihat/dinikmati.

2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan

event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan

kesan dan pandangan terhadap destinasi yang ditawarkan.


3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static

attractions). Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala bentuk

atraksi yang merupakan ajang aktivitas dan kreativitas pelaku event.

4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst

for other development0. Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara

tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan event yang

dilaksanakan.

c. Dampak Event

Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai pengaruh atau akibat

sedangkan dampak pariwisata dapat diartikan sebagai akibat yang

dihasilkan oleh kegiatan pariwisata. Dickman (1992) mengatakan bahwa

dampaj pariwisata adalah konsekuensi dari sebuah kegiatan pariwisata

yang berkembang sehingga menimbulkan berbagai dampak baik itu

positif maupun negatif. Berbeda dengan Dickman, menurut Fredline dkk.

(2003) dampak event adalah efek dan segala hal yang timbul yang dapat

merubah kualitas hidup masyarakat lokal serta cara pandang atau

bersikap masyarakat terhadap event tersebut. Mill (2000: 168-169)

membedakan dampak pariwisata dalam beberapa aspek yang terdiri dari

dampak terhadap kondisi lingkungan, dampak terhadap sosial budaya

dan dampak terhadap ekonomi.

Menurut Abdullah (2009: 105-116) bahwa Dampak event mampu

mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar dan durasi yang relatif

pendek, liputan media yang luas, perbaikkan fasilitas di destinasi.

Dampak lainnya dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu dampak sosial
budaya, ekonomi dan politik. Bagi sebuah negara dampak event meliputi;

peningkatan income masyarakat lokal melalui pra dan past tour,

meningkatkan penghasilan pajak komersial (took, resto, hotel),

peningkatan GDP negara, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

yang berkunjung.

Hal yang serupa juga dikatakan oleh Andersson dan Samuelson (2000)

event memberikan dampak dan menurut Turco (1995) bahwa manfaat

dari event ialah memberikan pajak. Case, Dey, Hoobs, Hoolachan dan

Wilcox (2010) bahwa dampak event memberikan rincian pengeluaran

pengunjung dengan metode yang tepat. Sedangkan menurut Davies,

Coleman, dan Ramchandani (2013) bahwa pendekatan belanja langsung

merupakan dampak dari event dalam Getz (2016:616).

2.1.3 Special Interest Tourism

Weiler dan Colin (1992) menjelaskan bahwa wisata minat khusus bertumpu

pada dua hal pokok, yakni :

a. Novelty Seeking yaitu motivasi pada pencarian terhadap objek dan daya

tarik wisata yang unik dan baru, atau pencarian/eksplorasi jenis atraksi

wisata yang diamati.

b. Quality Seeking yaitu motivasi pada pencarian terhadap bentuk-bentuk

objek dan daya tarik wisata yang mampu memberikan nilai manfaat

yang berarti bagi wisatawan, nilai pengkayaan atau pengembangan diri

(enriching), nilai tantangan atau petualangan, serta nilai pengetahuan

atau wawasan baru.


Salah satu ciri wisata minat khusus adalah adanya quality experience.

Quality experience dalam wisata minat khusus didapat dengan partisipasi aktif.

Dengan partisipasi aktif wisatawan, seluruh fisik maupun psikis akan turut

merasakan terhadap onjek-objek atau kegiatan wisata yang diikutinya.

2.1.4 Sport Tourism

Sport Tourism atau wisata olahraga merupakan jenis perjalanan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, baik sekadar rekreasi, berkompetisi,

maupun berpergian ke situs-situs olahraga seperti stadion (Kyriaki, 2006). Sport

Tourism atau pariwisata olahraga merupakan paradigma baru dalam

pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, Pasal 1 ayat 12 menyebutkan bahwa olahraga rekreasi adalah

orahragayang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,

dan kesenangan. Oleh karena itu, olahraga dan pariwisata memiliki tujuan yang

sama.

Menurut Standeven dan De Knop (1999:12) dalam Weed (2008:15),

pariwisata olahraga adalah semua bentuk keterlibatan seseorang baik aktif

maupun pasif dalam aktivitas olahraga, berpartisipasi seperti sebagai pesertra

atau dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan dengan tujuan non-komersil

hingga alasan bisnis/komersil, yang membutuhkan perjalanan dari tempat

tinggal serta tempat kerjanya.

Menurut Ismayanti (2010), kegiatan dalam wisata olahraga dapat berupa

kegiatan olahraga aktif yang mengharuskan wisatawan melakukan gerak olah


tubuh secara langsung seperti water sport dan kegiatan olahraga pasif dimana

wisatawan tidak melakukan gerak olah tubuh, melainkan hanya menjadi

penikmat dan pecinta olahraga saja seperti menonton pertandingan marathon.

Dengan demikian, olahraga dan apriwisata dapat bersinergi membentuk sebuah

pariwisata alternatif yang dapat mengembangkan keberlanjutan pariwisata

(Tourism Sustainability).

Pariwisata untuk olahraga menurut Spillane (1987:30) dapat dibagi dalam

dua kategori yaitu: (1) Big sport events yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar

seperti Olympic Game, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju duania dan olahraga

lainnya yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri tetapi

juga ribuan penonton atau penggemarnya. (2) Sporting tourism of the

practicioners yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan

mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu,

memancing dan lain sebagainya

2.1.5 Pariwisata Budaya

Penilitian Sunaryo (2013) menyebutkan bahwa pada hakikatnya

pembangunan kepariwisataan tidak bisa lepas dari sumber daya dan keunikan

komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya),

yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga

semestinya kepariwisataan dipandang sebagai kegiatan yang berbasis pada

komunitas. Menurut Ketua Umum Komite Penyelenggara Asian Games 2018

(INASGOC) Erick Thohir mengatakan bahwa event Asian Games tidak hanya

dijadikan sebagai event olahraga saja, tetapi dijadikan juga sebagai momentum
untuk mempromosikan budaya dan juga sebagai pariwisata Indonesia. Dari

mulai seremonial penyambutan api Asian Games saat tiba di Lanud Adisutipto

yang dikemas dengan aneka atraksi budaya akan menjadi sorotan dunia.

Penelitian Timothy dan Nyaupane (2009) menyebutkan bahwa pariwisata

budaya yang disebut sebagai heritage tourism biasanya bergantung kepada

elemen hidup atau terbangun dari budaya dan mengarah kepada penggunaan

masa lalu yang tangible dan intangible sebagai riset pariwisata. Hal tersebut

meliputi budaya yang ada sekarang, yang diturunkan dari masa lalu, pusaka non-

material seperti musik, tari, bahasa, agama, kuliner tradisi artistik dan festival

dan pusaka material seperti lingkungan budaya terbangun.

2.1.6 Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan dapta diartikan secara dinamis dari waktu ke

waktu. Secara tradisional, pembangunan hanya diartikan secara sederhana

sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia

dengan memanfaatkan keterbatasan sumber daya yang ada. Definisi yang paling

umum digunakan adalah definisi pemangunan berkelanjutan sesuai dengan

Brundtland Report dalam WCED (1987) yaitu pembangunan yang memenuhi

kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi

yang akan datang yang konsepnya terdiri dari tiga aspek yaitu ekonomi, sosial

dan lingkungan. (Tanguay et al., 2009; Yang, Xu, & Shi, 2016). Pembangunan

berkelanjutan merupakan salah satu tahapan pembangunan jangka panjang yang

kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu (Yang et al., 2016). Menurut

Heal dalam Fauzi & Octavianus (2014) setidaknya terdapat dua dimensi dalam
konsep pembangunan yang menyangkut aoa yang terjadi oada masa kini dan

masa yang akan datang; dan dimensi interaksi yang menyangkut sistem ekonomi

dan sistem lingkungan karena pemenuhan kebutuhan manusia pada dasarnya

selalu berhubungan dengan ketersediaan dan keterbatasan sumber daya alam.

Pembangunan berkelanjutan adalah penjajarana dua elemen utama yang penting

yaitu pembangunan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi menuju

kondisi yang lebih baik, dan berkelanjutan yang mewakili makna ketahanan dan

kelestarian (Christian, Maria, Artene, & Duran, 2015).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Daniel, Achmad, & Pengaruh Event Hasil dari Event

Ari, 2018 Pariwisata Terhadap Pariwisata

Keputusan Berjunjung Banyuwangi Festival

menunjukkan

keputusan minat
berkunjung Wisatawan

yang secara signifikan

dan dapat menciptakan

suasana yang meriah,

memberikan

pengalaman yang unik,

terdapat nilai-nilai

budaya dalam event

tersebut.

Angga, & Potensi Sport Tourism Hasil penelitian

Brillyanes,2018 Sebagai Daya Tarik menunjukkan bahwa

Wisata di Malang ada beberapa faktor

yang berpotensi

sebagai kekuatan,

kelemahan, peluang,

dan ancaman Arema

FC sebagai daya tarik

sport tourism.

Niken, Dwi, & Analisis Implementasi Penelitian ini

Khusnul,2018 Pembangunan menunjukkan

Berkelanjutan di Jawa implikasi bahwa

Timur ketimpangan masih

menjadi masalah
pembangunan di Jawa

timur dalam

hubungannya dengan

pemerataan hasil-hasil

pembangunan antar

wilayah meskipun

program/kegiatan yang

berhubungan dengan

pengentasan

kemiskinan sudah

menunjukkan hasil

positif.

Ida Rahayu,2018 Dampak Penyelenggaraan event

Penyelenggaraan pariwisata Dragon

Event Pariwisata Boat Race di Kota

Dragon Boat Race di Tanjungpinang

Kota Tanjungpinang sebagai daya tarik

wisata telah berhasil

menciptakan hiburan

baru bagi pariwisata

daerah yang selama ini

hanya terfokus pada

objek wisata pantai.


2.3 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia

nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal.

Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus

dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis

yang panjang (Mulyana, 2003).

Penyelenggaraan Pembangunan
Sport Tourism Asian Berkelanjutan di Jakarta
Games 2018 Pusat

2.4 Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “Penyelenggaraan

event Sport Tourism Asian Games 2018 diduga mempunyai dampak signifikan

terhadap pembangunan berkelanjutan di Jakarta Pusat”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Dampak Penyelenggaraan Event Sport Tourism

Asian Games 2018 Terhadap Pembangunan Berkelanjutan Di Jakarta Barat.

3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini diambil dari website resmi Kementrian PPN/Bappenas

dalam mengetahui pembangunan yang telah dilaksanakan saat pelaksanaan Asian

Games 2018. Subjek penelitian ini juga diambil dari beberapa orang yang menjadi

responden mengenai dampak yang dirasakan terhadap pembangunan saat Asian

Games 2018 di daerah sekitar Jakarta Pusat.

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah dampak penyelenggaraan event

Asian Games 2018 (X) dan Pembangunan Berkelanjutan (Y). penelitian ini

dilakukan di daerah sekitaran Jakarta Pusat sebagai salah satu daerah yang

menjadi dampak atas pembangunan berkelanjutan dalam Asian Games 2018.

3.2 Metode Pengumpulan data

3.2.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang dimana

artinya adalah peneliti menekankan pada aspek pengukuran secara objektif

terhadap fenomena sosial. Setiap komponen akan dijabarkan kedalam suatu


kelompok masalah agar dapat mengetahui pengukuran dalam penilaian terhadap

fenomena ini.

Penelitian kuantitatif menurut Robert Donmoyer (dalam Given, 2008:713)

adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan,

menganalisa, dan menampilkan data dalam berntuk numeric pada naratif.

Sedangkan menurut Cooper dan Schindler (2006:229), riset kuantitatif mencoba

melakukan pengukruan yang akurat terhadap sesuatu.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta

mengembangkan dan menguji teori. Mc Millan dan Schumacer mengutip

pendapat Walberg 1996, ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui

penelitian, yaitu: 1) mengidentifikasi masalah penelitian; 2) melakukan studi

empiris; 3) melakukan replika atau pengulangan; 4) menyatukan (sintesis) dan

meriview; 5) menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana. Melalui tahapan

itu akan didapatkan jawaban dari tujuan penelitian melalui cara-cara ilmiah yang

dituntunoleh logika, sehingga hasil yang diperolehpun dapat diterima secara

ilmiah dan logis (masuk akal) (Bachri, 2010).

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,

2017)

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara,

observasi dan kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah sempel


responden yang sesuai dengan target sasaran agar sesuai dengan

komponen-komponen dalam penelitian.

a. Wawancara

Wawancara digunakan peneliti untuk melakukan studi pendahuluan

terhadap permasalahan yang sama seusai dengan pembahasan terdahulu.

b. Kuesioner

Kuesioner yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah

disiapkan secara tertulis dengan menyebar kuisioner dan disertai dengan

alternatif jawaban yang ada.direikan kepada wisatan yang datang.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2017), menjelaskan data sekunder adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.


DAFTAR PUSTAKA

Daniel, Achmad, Ari. 2018. Pengaruh Event Pariwisata Terhadap Keputusan

Pengunjung. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 61, Nomor 3.

Niken, Dwi, Khusnul. 2018. Analisis Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di

Jawa Timur. JIEP, Vol 18, Nomor 1.

Angga, Brillyanes. 2018. Potensi Sport Tourism Sebagai Daya Tarik Wisata di

Malang Raya. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 55, Nomor 1.

Yustinus S. 2018. Asian Games dan Indutri Pariwisata

Anda mungkin juga menyukai