UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
● Kerjakan semua soal sampai dengan tenggat waktu 9 Januari 2024 23:59 WIB.
● Mahasiswa dapat mengerjakan soal dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
● Setiap jawaban wajib memiliki sitasi dan melampirkan daftar referensi ilmiah di
setiap nomor dengan ketentuan sebagai berikut,
o Jurnal: penulis, judul artikel, nama jurnal, tahun terbit, nomor volume, nomor issue, dan
DOI
o Buku ilmiah: penulis, judul buku, nomor edisi (apabila ada), dan penerbit
o Bunga rampai: penulis, judul bab, judul buku, editor, nomor edisi (apabila ada),
penerbit, dan ISBN
● Teknik sitasi pada jawaban wajib menggunakan gaya selingkung APA edisi ke-7
dengan diberi halaman.
● Tidak diperkenankan mengutip dari sumber literatur sekunder.
● Bagi mahasiswa yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu menjawab
soal, wajib mendeklarasikan sejauh mana pemanfaatannya. Contoh deklarasi penggunaan AI
dapat dilihat di sini.
● Setiap naskah akan dipindai di Turnitin dengan tingkat toleransi similaritas sebanyak maksimal
30%.
● Segala bentuk pelanggaran yang ditemukan pengawas ujian akan berakibat pada gagalnya
ujian.
Soal-
1. Ulas beberapa dokumen Smart City dari berbagai negara berikut.
• Hong Kong Smart City Blueprint
• The making of a smart city: best practices across Europe
• Managing smart city governance
Dari sudut pandang smart urban governance, apa kira-kira komponen yang belum optimal
atau pendekatan belum tersedia di pengembangan smart city di Indonesia? Jawab
berdasarkan salah satu kasus pengembangan kota pintar di daerah Anda.
JAWABAN
Dokumen Hong Kong Smart City Blueprint merupakan sebuah strategi yang
disusun oleh Pemerintah Hongkong untuk membangun kota pintar yang inovatif dan berkelas
dunia. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat
ekonomi melalui penerapan teknologi pintar di sektor-sektor seperti transportasi, energi, dan
layanan publik. Dokumen ini terdiri dari empat pilar utama, yaitu "Smart Mobility", "Smart
Living", "Smart Environment", dan "Smart Government", yang masing-masing memiliki
tujuan dan strategi yang spesifik. Beberapa inisiatif yang diusulkan dalam dokumen ini
meliputi pengembangan sistem transportasi pintar, penggunaan energi terbarukan, dan
penerapan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik. Dokumen ini
memberikan gambaran yang jelas tentang visi dan strategi Hong Kong dalam membangun
kota pintar yang berkelanjutan dan inovatif.
The Making of a Smart City: Best Practices Across Europe" adalah sebuah
dokumen yang disusun oleh GOPA Com pada tahun 2017. Dokumen ini berisi tentang praktik
terbaik dalam membangun kota pintar di Eropa. Dokumen ini mencakup proyek-proyek kota
pintar di berbagai negara Eropa, seperti Barcelona, Bristol, Cologne, Eindhoven, Florence,
Lisbon, London, Lyon, Manchester, dan Munich. Dokumen ini juga membahas tentang
berbagai aspek penting dalam membangun kota pintar, seperti transportasi, energi,
lingkungan, dan pemerintahan. Dokumen ini memberikan gambaran yang jelas tentang
praktik terbaik dalam membangun kota pintar di Eropa dan dapat menjadi referensi bagi
negara-negara lain yang ingin membangun kota pintar.
Dari perspektif tata kelola Smart City di Indonesia khususnya di kota Surabaya, satu
aspek krusial yang menunjukkan tantangan adalah infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) serta konektivitas, khususnya dalam konteks penerapan Internet of Things
(IoT). Tantangan ini mencakup beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan secara mendalam.
Pertama, infrastruktur TIK yang memadai menjadi pondasi utama dalam pengembangan
smart city. Hal ini melibatkan pembangunan jaringan komunikasi yang handal, termasuk jaringan
internet berkecepatan tinggi, untuk mendukung penggunaan teknologi pintar di berbagai sektor
seperti transportasi, energi, dan layanan publik. Keberhasilan implementasi solusi pintar sangat
bergantung pada ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Kedua, konektivitas menjadi elemen penting terutama dalam era IoT, di mana perangkat-
perangkat saling terhubung untuk mengumpulkan dan berbagi data secara efisien. Keterbatasan
konektivitas dapat menghambat pertukaran informasi antar perangkat, mengurangi efektivitas
sistem, dan membatasi potensi pengembangan smart city.
Peningkatan infrastruktur dan konektivitas juga memerlukan investasi yang signifikan, baik dari
sektor publik maupun swasta. Diperlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, perusahaan
teknologi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan infrastruktur pintar.
Pentingnya infrastruktur TIK dan konektivitas dalam konteks smart city tidak hanya
terbatas pada efisiensi operasional, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh
karena itu, pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendorong investasi dalam infrastruktur
tersebut, sekaligus mempertimbangkan aspek keamanan data dan privasi dalam pengembangan
ekosistem smart city.
Dengan mengatasi tantangan ini, Kota Surabaya dapat membangun fondasi yang kuat
untuk mewujudkan visi smart city, yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat signifikan
bagi keberlanjutan, efisiensi, dan kesejahteraan masyarakat di Kota Surabaya
Sumber:
Kumar, T.V., 2020. Smart living for smart cities. Smart living for smart cities, pp.3-
70.
Leung, K.Y. and Lee, H.Y., 2023. Implementing the smart city: Who has a say?
Some insights from Hong Kong.International Journal of Urban Sciences,
27(sup1), pp.124-148.
Kusumastuti, R. D., & Rouli, J. (2021). Smart City Implementation and Citizen
Engagement in Indonesia. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci., 940(1), 012076.
doi:10.1088/1755-1315/940/1/012076.
2. Negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara tropis, dimana dalam hal ini memiliki
sumber hijau yang baik. Namun lambat laun, ruang hijau semakin lama semakin terkikis oleh
berbagai keperluan manusia. Dapat dirasakan juga dengan kualitas udara yang semakin
buruk. Hal ini tentu dilandasi dengan merosotnya kualitas lingkungan. Pemerintah Indonesia
juga mengupayakan dalam menerapkan Ruang Terbuka Hijau. RTH sendiri memiliki peran
penting dalam mendukung keseimbangan lingkungan, menyejahterakan rakyat, dan
mendukung keberlanjutan ekosistem.
Pada hal ini pembangunan diperlukan dengan baik dan disertai dengan kerjasama dari
pemerintah dan masyarakat. Pada konteks Ruang Terbuka Hijau yang ada di Indonesia
mencakup pengelolaan limbah, pemeliharaan ruang hijau, serta pemahaman perihal
kesadaran lingkungan. Hal ini yang sudah semestinya dikembangkan untuk dapat mencapai
implementasi SDGs yang signifikan. Selain itu, saat ini jika diperhatikan banyak lahan hijau
yang semakin lama semakin hilang. Hal ini karena adanya pembangunan dalam penggunaan
tanah dari adanya urbanisasi. Hal ini tentu dapat mengurangi lahan hijau dan akan
berdampak terhadap lingkungan dan keberlanjutan ekosistem..
Beberapa contoh Jurnal Ilmiah Praktik Baik pengembangan RTH di luar negeri :
Pada artikel ini dibahas bahwasanya kepadatan yang terjadi di kota menjadikan
sebuah Ruang Terbuka Hijau sebagai bahan yang eksklusif. Penelitian ini diambil
dari dua negara yaitu Belanda (Utrecht) dan Swiss (Biel). Kedua negara tersebut
memiliki sebuah kesamaan dalam kurangnya lahan hijau. Hal ini karena seiring
bertambahnya lahan yang digunakan dalam pembangunan, menjadi menipisnya ruang
hijau. Ruang terbuka hijau dianggap sangat penting untuk dapat menstabilkan
ekosistem. Hal ini dijadikan sebagai lahan untuk dapat meningkatkan sebuah
kebutuhan, dan dimanfaatkan oleh swasta. Dimana para anggota eksklusif dapat
menikmati dengan syarat hal ini tentu akan meningkatkan sebuah kualitas dan
aksesibilitas bagi beberapa anggota dimana yang bersedia membayar fasilitas
lingkungan yang disediakan. Kebijakan publik pada dua negara tersebut memberikan
sebuah akses dalam ruang terbuka hijau, untuk dapat memenuhi kebutuhan dan dapat
memberikan keseimbangan ekosistem yang baik.
● Value of urban green spaces in promoting healthy living and wellbeing: prospects
for planning
Pakistan merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keenam di dunia. Hal
ini juga didukung dengan besarnya tingkat urbanisasi di Pakistan. Hal ini menjadi
sebuah tantangan dalam menyediakan ruang terbuka hijau. Peshawar merupakan kota
metropolitan yang merupakan pusat administrasi politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Penyebaran ruang hijau di kota peshawar dapat dikatakan cukup menyeluruh
dan dapat memenuhi kebutuhan. Peningkatan populasi yang melesat di kota
Peshawar juga mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau, Hal ini memiliki
tantangan dalam berkurangnya kuantitas, terbatasnya ketersediaan, dan tidak dapat
memadai pemeliharaan. Namun dalam hal ini, memiliki sebuah tantangan akibat
meningkatnya jumlah populasi, serta bagaimana buruknya pemeliharaan ruang hijau.
Pemerintah dalam hal ini berupaya dalam menyusun dan mengembangkan ruang
terbuka hijau di wilayah tersebut.
Sumber :
Ibrahim, M., & Ahmad, N. (2023). Quantitative evaluation and challenges confronting
dedicated green spaces in cities: a case study of Peshawar, Pakistan. Geology, Ecology, and
Landscapes.
Lee, A. C. K., Jordan, H. C., & Horsley, J. (2015). Value of urban green spaces in promoting
healthy living and wellbeing: prospects for planning. Risk Management and Healthcare
Policy, 131-137.
Verheij, J., Gerber, J. D., & Nahrath, S. (2023). Ensuring Public Access to Green Spaces in
Urban Densification: The Role of Planning and Property Rights. Planning Theory &