Anda di halaman 1dari 46

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai kajian kepustakaan yang bersifat teoritik, empiris, dan
relevan terhadap perancangan tugas akhir serta membahas mengenai preseden objek rancang
bangun terkait perancangan tugas akhir yang menjadi pedoman dalam merancang sebuah
konsep desain Pusat Eksibisi dan Konvensi

A. Pusat Konvensi dan Eksibisi

1. Pengertian Pusat
Pusat adalah pokok pangkal dari berbagai hal, urusan, kegiatan dan
sebagainya. Pusat juga dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk
melakukan berbagai aktivitas yang keberadaannya dapat menarik perhatian di
daerah sekitarnya (Poerdarminto, W.J.S :2003). Pusat atau centre diartikan
sebagai sumbu atau titik tengah dari berbagai tempat atau bangunan sehingga
titik tengah tersebut membentuk poin inti dari sebuah jalan atau area kemudian
digunakan untuk beraktifitas dan dijadikan sebagai pusat konsentrasi atau titik
dari penyebaran (Oxford Learner’s Dictionary :1991).

2. Pengertian Konvensi
Bedasarkan studi literature yang telah dilakukan terdapat beberapa
pengertian konvensi dari berbagai sumber. Pertama, convention atau konvensi
didefinisikan sebagai tempat untuk menyewakan ruang pertemuan seperti
konferensi, konser, pameran, dan hiburan yang digunakan oleh sekelompok
orang atau individu untuk melakukan sebuah tujuan, berpendapat, bertukar
pikiran, dan bertukar informasi mengenai sesuatu hal yang sedang menjadi
perbincangan atau permasalahan bersama (Lawson, 1981:2). Kedua, pengertian
konvensi (convention) menurut Dirjen Pariwisata adalah kegiatan pertemuan
yang dihadiri oleh beberapa kelompok seperti (negarawan, cendikiawan,
usahawan, dan sebagainya) yang memiliki maksud dan tujuan untuk membahas
berbagai masalah yang menyangkut kepentingan bersama dan juga bertukar
informasi mengenai suatu hal tertentu (Keputusan Direktorat Jendral Pariwisata
Nomor : Kep-06/U/IV/1992; pasal 1 : pelaksanaan usaha jasa konvensi,
perjalanan insentif dan pameran).

28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Pengertian Eksibisi
Eksibisi (exhibition) adalah pameran atau pertunjukan suatu karya atau
produk yang dilakukan secara umum dan dapat disaksikan oleh banyak orang
(Oxford Learner’s Dictionary, 1991). Sedangkan menurut Direktorat Jendral
Pariwisata No. Kep. KM. 108/HM.703/MPPT-91 pasal 1 yaitu exhibition
merupakan suatu kegiatan menyebar luaskan informasi atau promosi.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pusat konvensi


dan eksibisi merupakan tempat yang menyediakan jasa persewaan ruang untuk
melakukan berbagai aktivitas konvensi seperti konferensi, konser, dan hiburan
lainnya serta kegiatan eksibisi atau pameran dalam satu lokasi terpilih.

B. Fungsi dan Tujuan Pusat Konvensi dan Eksibisi


Kegiatan konvensi dan eksibisi pada bangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi
memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda sehingga akan dijabarkan secara terpisah.
Fungsi dari bangunan konvensi yang pertama adalah sebagai sarana untuk
menyediakan area yang cukup untuk mengakomodasi ribuan pengunjung dan sebagai
sarana media komunikasi individu dan kelompok untuk membahas suatu
permasalahan, memprensentasikan suatu karya/ produk dan saling bertukar pikiran
dan informasi. Kedua Sebagai sarana media komunikasi antar kelompok untuk
memabahas dan menyelesaikan masalah bersama, mempresentasikan karya/produk,
untuk saling bertukar ide, pandangan dan informasi dari kepentingan bersama
(common interest) kedalam kelompok. Ketiga memberi kemudahan dalam segala
pihak dalam melakukan kegiatan konvensi dengan memberikan wadah untuk kegiatan
konvensi. Kemudian tujuan dari bangunan konvensi adalah sebagai berikut:
1. Memecahkan suatu permasalahan dalam organisasi pada suatu pertemuan.
2. Sebagai tempat berkomunikasi sekelompok atau pelaku yang membutuhkannya.
3. Sebagai sarana belajar dan berbagi ilmu dalam kegiatan workshop atau seminar.
4. Meningkatkan kualitas jasa pariwisata di suatu daerah dengan cara
meningkatkan jumlah pengunjung dari luar kota.
Fungsi dari bangunan eksibisi Sebagai sarana untuk mempresentasikan,
mempertontonkan dan menawarkan suatu produk atau jasa baik dari bidang kesenian,
budaya, teknologi, industri, akademis, dan sebagainya dengan tujuan menarik

29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perhatian pengunjung untuk memberikan nilai apresiasi pada suatu produk tersebut
dengan berbagai cara yang ditawarkan dan untuk menunjang kegiatan promosi bagi
pelaku perusahaan produksi. Kemudian tujuan dari bangunan eksibisi adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan tempat kegiatan promosi atau pameran di sebuah kota.
2. Meningkatkan hubungan antara produsen dan konsumen melalui interaksi yang
terjadi secara langsung dalam ajang pameran atau promosi.
3. Meningkatkan kualitas sektor pariwisata dengan cara meningkakan daya tarik
pengunjung dari luar kota atau negeri.
Berdasarkan point – poin penjelasan mengenai tujuan dan fungsi pusat konvensi
dan eksibisi dapat disimpulkan bahwa pusat konvensi dan eksibisi adalah tempat
untuk menyelenggarakan kegiatan konvensi dan eksibisi, dimana orang – orang
berkumpul untuk mempromosikan sesuatu atau membahas kepentingan bersama.

C. Kegiatan pada Pusat Konvensi dan Eksibisi


1. Kegiatan Pusat Konvensi
Menurut Lawson 1981 acara konvensi mempunyai beberapa tipe
kegiatan konvensi yaitu:

a. Konferensi: kegiatan pertemuan yang bersifat formal antara suatu


kelompok organisasi/profesi yang memiliki tujuan sama untuk berdiskusi,
bertukar pikiran/ pendapat, mendapatkan informasi hingga membahas
suatu kasus atau fakta. Kegiatan pertemuan ini dilakukan minimal 6 jam
dan acara bersifta interaktif.
b. Kongres : merupakan kegiatan pertemuan besar yang dihadiri oleh para
wakil organisasi atau pihak tertentu untuk melakukan diskusi dalam
menyelesaikan beberapa permasalahan.
c. Seminar : yaitu kegiatan pertemuan berkala yang dipandu oleh seseorang
yang memiliki keahlian di bindang tertentu untuk memberikan ilmu yang
dimilikinya dan biasanya kegiatan bersifat interaktif.
d. Workshop : merupakan pertemuan sekelompok orang yang memiliki
minat, keahlian ataupun profesi pada bidang yang sama dan melakukan
interaksi diskusi dalam kegiatan intensif pada suatu proyek tertentu yang
bertujuan untuk melatih para pemula untuk dapat saling bertukar ilmu

30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sesuai dengan bidang profesinya. Dalam proses pelaksanaannya, kegiatan


workshop biasanya disertai dengan kegiatan pelatihan.
e. Simposium : Pidato atau diskusi panel oleh pembicara/ para ahli yang
disaksikan dan di dengarkan oleh para pendengar yang berjumlah besar.
f. Panel : Kegiatan diskusi yang dilakukan oleh 2 atau lebih pembicara dan
dipimpin oleh moderator.
g. Forum : Suatu diskusi panel yang mempertemukan antara 2 kelompok
atau kubu yang berbeda pendapat, dan dipimpin oleh seorang moderator.
h. Ceramah : Seorang pembicara atau seorang ahli yang menjelaskan
tentang materinya di muka umum.
i. Institusi : Terdiri dari kursus dan kegiatan tatap muka antar kelompok
untuk membahas suatu masalah atau materi.
j. Kolokium : Sebuah program di mana peserta menentukan sendiri topik
diskusi yang dikehendaki, kemudian pembimbing akan memberi gagasan
mengenai topik tersebut.
k. Lokakarya : merupakan pertemuan sekelompok orang untuk mengadakan
pembahasan, penelitian, dan bertukar pendapat mengenai masalah
tertentu.

2. Kegiatan Pusat Eksibisi


Menurut Lawson 1981, pusat eksibisi ditinjau berdasarkan kategori, jenis,
persyaratan, bentuk kegiatan, persyaratan, objek, skala pelayanan dan tempat,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kategori Pusat Eksibisi
1) Hotel Exhibition, dalam hotel terdapat sebuah hall atau ballroom
untuk kegiatan exhibition atau eksibisi.
2) Consumer Exhibition dan Pameran berskala besar, acara yang
biasanya dilakukan di area khusus pada pusat konvensi dna eksibisi.
3) Peluncuran Produk, yaitu pameran mengenai launching/
peluncuran/ pebukaan produk baru.
4) Stand Display dengan konsep acara gabungan dengan acara lain
seperti talkshow, seminar dan lain sebagainya.
Kemudian jenis Exhibition Center adalah seperti pada tabel berikut:

31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2. 1 Jenis Exhibition Center


Peran Jenis Pusat Jenis Pameran
Kultural Pusat pengunjung Koleksi nasional
Museum Koleksi daerah
Galeri seni Koleksi lokal
Pusat Sains Koleksi pribadi
Komersial- Kultural Pusat pengunjung Disponsori perusahaan
Koleksi pribadi Dioperasikan secara pribadi
Pameran yang dirancang
Komersial Pusat desain Tampilan perusahaan
Pusat perdagangan Kasus Ruang yang disewakan
tampilan Pameran unggulan
Sumber: Congress, Convention, and Exhibition Facilities, Lawson, 1981.
Sedangkan persyaratan fasilitas ekhibition center adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Persyaratan Fasilitas Exhibition Center


Aspek Ceklist
Akses publik Sarana transportasi, fasilitas parkir, ruang tunggu.
Area sensitif Perlindungan terhadap kerusakan dan pengrusakan (pagar,
parit).
Penggabungan dalam susunan (halaman, konservatori kaca)
Keamanan secara umum Pengendalian jalur aksesibilitas, sistem pengawasan
Pencahayaan banjir pencahayaan bangunan
Pemeliharaan Perawatan tanah, kain bangunan, pembersihan jendela
Akses darurat dan jalan Lokasi jalur keluar darurat dan tempat berkumpul. Akses
keluar kendaraan, hidran air, pencahayaan darurat
Pabrik teknis Persyaratan ruang pabrik, lokasi, batasan kebisingan,
getaran; effuvia, penyimpanan dan persyaratan keamanan
Pameran dan pengiriman Persyaratan dermaga pemuatan, jarak bebas dimensi,
lainnya peralatan penanganan, kontrol keamanan, perlindungan
cuaca
Sumber: Congress, Convention, and Exhibition Facilities, Lawson, 1981.

b. Bentuk Kegiatan Eksibisi


1) Consumer Show or Fair

Pameran dengan sifat kegiatannya terbuka untuk masyarakat umum,


di dalamnya menjual berbagai produk maupun jasa.

2) Private Exhibitions
Pameran yang diselenggarakan oleh masing-masing lembaga atau
perusahaan tertentu untuk memamerkan produk yang mereka
ciptakan untuk masyarakat luas.

3) Trade Show and Fair

32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pameran yang bertujuan untuk kegiatan transaksi dengan cara


mengumpulkan penjual dan pembeli berdasarkan suatu produk,
barang dan jasa bersama-sama dalam sektor industri tertentu.

4) Product Launching

Pameran yang memperkenalkan baran g baru dan layanan yang


mungkin ditampilkan dalam perdagangan, pameran pribadi atau
keduanya.

c. Objek Eksibisi

1) General Exhibition

Kegiatan pameran yang memamerkan berbagai jenis barang/produk


dalam waktu yang bersamaan.

2) Solo Exhibition

Kegiatan pameran yang memamerkan satu atau beberapa jenis


barang/produk dari satu perusahaan saja.

3) Specialized Exhibition

Kegiatan pameran yang memamerkan satu jenis barang/produk dan


diikuti oleh beberapa perusahaan lain.

d. Skala Pelayanan

1) Pameran Internasional

Penyelenggaraan pameran untuk komunikasi dan hubungan


internasional yang strategis serta memiliki sarana dan prasarana
yang lengkap.

2) Pameran Nasional

Penyelenggaraan pameran untuk komunikasi nasional yang strategis


dengan mempertimbangkan keikutsertaan negara asing, memiliki
sarana serta prasarana yang cukup lengkap.

3) Pameran Regional

33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyelenggaraan pameran yang strategis untuk komunikasi antar


daerah, biasanya memiliki ciri kedaerahan.

e. Tempat/Setting
1) Pameran Terbuka (Open Air Exhibition)

Pameran outdoor yang diselenggarakan di luar ruangan atau di


tempat terbuka. Obyek atau produk pameran biasanya berupa
berbagai barang yang dipakai untuk kepentingan di luar bangunan,
seperti peralatan transportasi, konstruksi dan alat-alat pertanian.

2) Pameran Tertutup (Indoor Exhibition)

Pameran yang diselenggarakan di dalam ruangan (indoor) dan


bersifat tertutup. Pameran tertutp dinilai lebih praktis dan aman
karena dilakukan di dalam ruangan.

3. Kegiatan Konvensi dan Eksibisi secara Hybrid


Hybrid merupakan sebuah persilangan atau penggabungan dua unsur
yang berbeda, hybrid terjadi pada aspek fisik dan non fisik namun biasanya
hybrid lebih dapat dirasakan pada aspek fisik yang dapat terlihat oleh kasat mata.
Konsep hybrid pada masing – masing kegiatan konvensi dan eksibisi adalah
perpaduan antara kegiatan pertemuan dan pameran yang dilakukan secara
langsung pada lokasi dan secara maya atau virtual melalui teknologi digital
(Anisa, 2019).

a. Konvensi Hybrid

Konsep kegiatan konvensi hybrid adalah dengan membagi


pelaksanaan kegiatan pertemuan menjadi 2 yaitu secara virtual melalui
ruang virtual yang terjadi dalam sebuah aplikasi komunikasi seperti
google meet, zoom, weback dan lain sebagainya. Kemudian dengan cara
langsung dengan kapasitas sesuai standar protokol kesehatan.
Pelaksanaannya juga menerapkan peraturan protokol kesehatan seperti
meminimalisir penggunaan sistem pembayaran non-tunai (cashless
payment system), tiket masuk menggunakan Near Field
Communications (NFC) system, dokumen kepesertaan disajikan dan
dikoordinasikan melalui sistem yang terintegrasi antara peserta dan

34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyelenggara, penggunaan mobile apps, e-directory atau e-


catalogue, serta menayangkan live streaming pameran dan konser
yang sedang berlangsung. Sehingga diperlukan strategi desain
khusus berdasarkan kebutuhan di kenormalan yang baru.

Gambar 2. 1 Kegiatan Muktamar PPP secara Hybrid


Sumber: https://news.detik.com/ diakses pada 8 Juli 2021

b. Eksibisi/ Pameran Hybrid

Konsep pameran hybrid mulai banyak dilakukan sejak terjadi


pandemi covid-19 yang tidak memungkinkan interaksi fisik secara
langsung yang beresiko besar dalam penyebaran virus covid-19. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut, solusi permasalahan kegiatan eksibisi
sebagai ruang pamer karya adalah dengan memanfaatkan ruang virtual.

Gambar 2. 2 Pembukaan Kegiatan Pameran Otomotif Indonesia International


Motor Show (IIMS) Hybrid 2021
Sumber: Republika/Edwin Dwi Putranto, 2021

Salah satu pelaksanaan pameran hybrid yang telah dilaksanakan


adalah kegiatan Pameran otomotif Indonesia International Motor Show
(IIMS) Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, yang berlangsung
pada 15-25 April 2021. Kegiatan pameran digelar secara daring (online)
dan kunjungan langsung dengan pembatasan kapasitas dan penerapan

35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

protokol kesehatan Covid-19. Hal yang harus diperhatikan pada pameran


hybrid adalah penerapan gangway dengan ukuran minimal 3 m,
menyiapkan Crowd Controller, membatasi jumlah individu yang ada
dalam booth, menggunakan seragam yang lengkap dan aman saat
pre-install dan dismantling, penyemprotan disinfektan secara
berkala, dan pada food area harus menggunakan kemasan food grade
dan disposable atau sekali pakai.

4. Kesimpulan
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pusat Konvensi dan
Eksibisi adalah suatu pusat tempat penyelenggaraan kegiatan pertemuan dan
pameran yang dapat mengakomodir pengunjung dengan kapasitas tertentu
dengan berbagai kegiatan khusus yang ditinjau berdasarkan kategori, jenis,
persyaratan, bentuk kegiatan, persyaratan protokol kesehatan, objek, skala
pelayanan dan tempat. Sehingga menghasilkan berbagai kegiatan konvensi dan
eksibisi yang sesuai dengan tujuan dan fungsi bangunan di dalamnya.

D. Pengertian MICE
MICE (Meeting, Incentive, Perjalanan Intensif dan Exhibition) dalam industri
pariwisata diartikan sebagai wisata konvensi dengan kegiatan memberi jasa pelayanan
bagi sekelempok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan dan lainnya) untuk
tujuan membahas permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Dan
pada umumnya kegiatan konvensi diadakan untuk saling mendukung kegiatan
pariwisata lainnya seperti perjalanan pra dan pasca konferensi, transportasi,
akomodasi, dan hiburan. (Noel, 2010). MICE adalah cara untuk meningkatkan
perekonomian dari bisnis wisata dari suatu kota melalui jumlah wisatawan yang
berkunjung dan lama tinggal wisatawan selama menetap di dalam suatu kota tujuan
terutama bagi wisatawan nusantara. Batasan kegiatan dalam MICE adalah sebagai
berikut:

1. Meeting
Meeting berarti rapat, pertemuan atau persidangan. Menurut Kesrul
(2004:8), Meeting merupakan suatu pertemuan atau persidangan yang

36
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam perkumpulan,


perserikatan, atau asosiasi, dengan tujuan tertentu seperti peningkatan sumber
daya manusia, mengembangkan profesionalisme, menggalang kerjasama
anggota dan pengurus, publikasi atau menyebarluaskan informasi terbaru dan
menjalin hubungan kemasyarakatan.

2. Incentive
Menurut undang – undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
Istilah incentif diartikan sebagai perjalanan intensif. Kegiatan perjalanan intensif
telah ditentukan kegiatan usahanya dalam surat keputusan mentri pariwisata, pos
dan telekomunikasi (Menparpostel) nomor KM.108/HM.703/MPT-91, bab 1
pasal 1 ayat b, perjalanan intensif merupakan suatu perjalanan secara berkala
yang di adakan suatu perusahaan untuk para mitra usaha dan karyawan sebagai
imbalan atas prestasi yang telah diraih selama berada di perusahaan tersebut dan
imbalan tersebut dapat berupa uang tunai maupun paket wisata.

3. Conference
Menurut Menparpostel keputusan nomor: KM108/HM.703/MPPT-91,
Conference atau konperensi, konvensi atau kongres merupakan kegiatan
pertemuan yang dilakukan oleh sekelompok orang (negarawan, cendekiawan,
usahawan dan sebagainya) dengan tujuan membahasan hal – hal yang berkaitan
dengan kepentingan bersama.

4. Exhibition
Menurut Menparpostel keputusan nomor: KM108/HM.703/MPPT-91
Exhibition berarti pameran yang merupakan kegiatan untuk menyebarluaskan
informasi dan promosi dalam industri pariwisata pameran termasuk dalam bisnis
wisata konvensi. Berikut adalah tabel fasilitas penunjang pada MICE.

Tabel 2. 3 Fasilitas Penunjang MICE


Rapat / Pertemuan Pameran / Pameran

Dirancang Pusat konferensi eksekutif, pusat kongres Pusat pengunjung, galeri seni,
khusus / konvensi / konferensi, auditoria multi museum, pusat sciece / kehidupan,
guna pusat pameran, pusat konvensi

Penggunaan Hotel Konvensi, ruang serbaguna, teater, Ruang olahraga, ruang bola hotel,
yang dapat ruang konser, ruang publik, universitas, tempat umum, foyer
disesuaikan perguruan tinggi, arena

37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penggunaan Perpustakaan, galeri seni, museum, Ground udara terbuka


Sesekali stadion
(Sumber: Congress, Convention, and Exhibition Facilities, Fred Lawson hal. 1)

Tidak terdapat standar yang berlaku dalam penentuan perlengkapan fasilitas dan
pelayanan kesekretariatan dari pertemuan atau konferensi, yang perlu diperhatikan
hanya dalam menentukan perlengkapan suatu pertemuan seperti Jenis dan lama
pertemuan, Jumlah peserta, Jumlah ruangan yang dibutuhkan, Jenis dan jumlah
equipment yang diperlukan, akomodasi peserta MICE serta bentuk pengaturan tempat
duduk, Kesrul (2004:90). Sehingga dari berbagai definisi diatas disimpulkan bahwa
pengertian MICE adalah wisata konvensi dengan kegiatan pelayanan jasa bagi
sekelempok orang atau pengunjung yang memiliki tujuan yang sama. Dalam industri
pariwisata MICE memiliki batasan kegiatan yaitu Meeting, Incentive, Perjalanan
Intensif dan Exhibition. Dan pada umumnya kegiatan ini diadakan untuk saling
mendukung kegiatan pariwisata lain dan untuk meningkatkan perekonomian pada kota
dari bisnis wisata yang ditawarkan.

E. Perencanaan Pusat Konvensi dan Eksibisi


1. Persyaratan Lokasi dan Pencapaian Pusat Konvensi dan Eksibisi
Dalam buku yang ditulis oleh Fred Lawson (1981) Perencanaan lokasi dan
pencapaian bangunan konvensi dan eksibisi sebaiknya mempertimbangkan :
a. Lokasi terpilih dekat dengan jalan utama dengan kondisi lalu lintas
kendaraan lancar
b. Lokasi terpilih dekat dengan fasilitas penginapan seperti hotel berbintang
dan perkantoran
c. Lokasi terpilih terletak di pusat kota atau pada sistem lalu lintas dengan
jalan yang cukup lebar dan besar
d. Area masuk menuju bangunan harus strategis, terlihat jelas dan mudah
dikenali.
2. Persyaratan Elemen Ruang Pusat Konvensi dan Eksibisi
Persyaratan ruang untuk elemen-elemen ruang pada bangunan konvensi dan eksibisi
menurut Fred Lawson (1981) adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan Convention Hall

Convention hall adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk


kegiatan konvensi, seminar, pertunjukan, dan acara lain yang dapat
38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menampung banyak peserta. Beberapa faktor yang harus diperhatikan


dalam mendesain convention hall adalah:

1) Jumlah maksimal kapasitas pengguna.

2) Jenis kegiatan yang fleksibel dan sesuai dengan convention hall.

3) Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; cofee bar,
perjamuan, dan service.

4) Konfigurasi dan hubungan antar ruang di sekitarnya.

5) Perencanaan bentuk aula konvensi. Menurut Roderick Ham (1974;


hal. 17-23) hubungan panggung dengan bentuk aula konvensi adalah
sebagai berikut:

a) 360º Encirclement
Pada jenis 360º Encirclement, letak panggung dikelilingi oleh
audiensi di semua sisi. Pintu masuk terletak di bawah atau sejajar
dengan panggung. Jenis 360º Encirclement ini di Indonesia biasanya
diaplikasikan pada panggung tradisional seperti pendopo yang
berada di tengah.

Gambar 2. 3 Bentuk 360º Encirclement


Sumber : Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

b) 210 - 220º Encirclement


Posisi tempat duduk audiensi mengelilingi 2/3 dari panggung.

Gambar 2. 4 Bentuk 210-220º Encirclement


Sumber : Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

c) 180º Encirclement

39
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bentuk ini dikenal dengan sebutan “thrust stages”. Biasanya


digunakan pada jaman romawi kuno, yaitu posisi audiensi berada
tepat di depan panggung.

d) 90º Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, fleksibel dengan back ground
screen, pandangan seluruh audiensi fokus pada panggung.

e) Zero Encirclement
Bentuk ini biasa disebut “End Stages” yang memiliki stages
dikelilingi posisi audience. Bentuk ini muncul karena pilihan
struktur shell.

Gambar 2. 5 Bentuk Zero Encirclement


Sumber : Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

6) Penataan tempat duduk aula konvensi


Penataan tempat duduk aula konvensi yang direncanakan.
Menurut Lawson (1981; hal. 142) hal yang perlu diperhatikan adalah
jarak pandang, kapasitas, estetika pengaturan tempat duduk,
pembersihan, orientasi pada audio visual, perawatan dan lamanya
evakuasi ketika terjadi bencana. Terdapat 2 sistem penataan tempat
duduk yaitu:

a) Sistem Conventional
Sistem conventional memiliki layout susunan tempat duduk
yang terbagi menjadi beberapa baris dan terdapat jalur sirkulasi
diantara pemisahan baris tempat duduk.

Gambar 2. 6 Sistem Penataan Tempat Duduk Conventional


Sumber : Conference, Convention, and Exhibition Facilities,
Fred Lawson, 1981

40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Sistem Kontinental
Layout susunan tempat duduk pada Sistem Kontinental
memuat lebih banyak pengunjung karena dapat mengefisiensikan
ruang sehingga memuat lebih banyak pengunjung dari pada
penggunaan sistem conventional.

Gambar 2. 7 Sistem Penataan Tempat Duduk Kontinental

Sumber : Conference, Convention, and Exhibition Facilities,


Fred Lawson, 1981

b. Persyaratan Exhibition Hall

Menurut Fred Lawson (1981) dalam bukunya terdapat beberapa persyaratan yang
harus dilakukan dalam perencanaan Exhibition Hall, antara lain :

1) Persyaratan Ruang
Luas satu stand pameran membutuhkan 12 m²/stand dengan
sirkulasi 40%. Pada perencanaan Eksibisi tentunya membutuhkan ruang
yang sangat besar. Sebagai contoh pada area ruangan eksibisi di dalam
Convention Center seluas 20.000 m² mampu menampung sekitar 1500 –
2000 orang dalam satu bangunan gedung.

2) Lantai
Lantai pada gedung eksibisi harus menggunakan karpet sebagai
penutup rangkaian dan sebagai isolator, sehingga mengurangi bahaya
tersetrum. Muatan spesifik untuk lantai permanen berkisar antara 14
sampai 17 KN/m² ( 300-350 LBS/FT² .

3) Dinding
Beberapa tipe bahan dinding yang direkomendasikan untuk ruangan eksibisi
antara lain :

a) Beton bertekstur.
b) Beton datar dengan dinding plester yang di finishing cat atau
vynil. Dilapisi dengan lembaran-lembarang logam yang

41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dikombinasikan dengan balok-balok, struktur beton, atau


dengan pangisian tembok.

c) Tembok dengan peredam suara dan hiasan lampu.

d) Ketinggian minimal pada langit-langit aula atau hall eksibisi


adalah 6 meter, hal ini bertujuan untuk mengurangi
kepengapan ruang karena kapasitas pengunjung di dalam
gedung yang banyak sehingga dibutuhkan sirkulasi udara yang
baik.

c. Persyaratan Banquet Hall

Dalam buku Fred Lawson, Banquet Hall merupakan ruangan yang


digunakan untuk kepentingan lain dalam acara seperti ruang untuk menjamu tamu
penting dalam suatu event atau ruang VIP. Banquet Hall merupakan fasilitas yang
harus ada dalam perencanaan bangunan Konvensi dan Eksibisi. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Banquet Hall, antara lain :

1) Lokasi
Letak Banquet Hall harus dekat dengan dapur serta dapat dilalui
kegiatan service untuk pelayanan loby. Tujuannya untuk mengurangi
kerumunan dalam Banquet Hall selain itu untuk mendukung pelayanan
kebutuhan makanan dan minuman. Bentuk koridor dari area service harus
memanjang hal ini untuk memudahkan akses.

2) Desain Banquet Hall

Desain dalam perencanaan Banquet Hall dapat disesuaikan dengan


kebutuhan. Namun yang harus diperhatikan adalah desain Banquet Hall
harus menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Ketinggian
langit-langit minimal 5 meter agar penghawaan di dalam ruangan sejuk
selain itu desain pada dinding dan lantai menyesesuaikan dengan tema.

d. Persyaratan Setting LayOut Exhibition

Setting LayOut Exhibition harus fleksibel dengan memperhatikan


komponen ruang didalamnya seperti tata lighting, sistem elektrikal, akustik
ruang, dan faktor lain yang menetukkan ruang pamer agar dapat fleksibel
memfasilitasi berbagai kegiatan pameran. Menurut James Gardner dalam bukunya

42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang berjudul Exhibition and Displaying (1960) ada 4 pola penerapan layout
untuk kegiatan pameran diantaranya :

1) Counter Selling
Ruang yang dapat menampung stand-stand dengan model stand
counter, antara stand dibatasi dengan sekat pembatas. Penataan layout
counter selling dapat diterapkan pada kegiatan event; Pameran Buku,
Pameran kerajinan dan industri, Pameran filateli, Pameran Komputer,
Pameran Perumahan, Pameran Furniture dan Pameran Tekstil dan garment.
Standar ruang pamer yang dibutuhkan dalam penerapan pola counter
selling yaitu :

a) Untuk menerangi objek pamer dan pengunjung dibutuhkan


penerangan yang merata didalam keseluruhan ruangan,
b) Stand-stand pameran dapat ditampung dalam ruangan luas
maupun ruangan dalam kapasitas minimum.

Gambar 2. 8 Pola Layout Counter Selling


Sumber : Exhibition and Displaying, James Gadner, 1960

2) Parially Enclosed
Ruang yang dapat menampung stand pameran dengan setting
layout parially enclosed sebagain stand dapat menggunakan
penyekat partisi, dengan perpaduan model stand counter dan stand
bebas tanpa counter. Biasanya digunakan dalam pameran karya
arsitektur, komputer dan produk otomotif. Standar ruang pamer yang
dibutuhkan dalam penerapan pola parially Enclosed yaitu :

a) Penerangan yang optimal dan merata baik dari keseluruhan

43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

maupun sebagian pada objek dan ruangan pameran yang


dilengkapi spotlight
b) Stand-stand pameran dapat ditampung dalam satu ruang luas.
c) Membutuhkan sistem elektrikal yang cukup dan pencapaian
suppaly listrik yang mudah bagi seluruh stand.
d) Stand-stand pameran dapat ditampung dalam ruangan dengan
ketinggian plafond 4 – 9m.
e) Akustik ruang diabaikan
f) Sumber sirkulasi udara dapat berupa AC maupun non AC.

Gambar 2. 9 Pola Layout Parially Enclosed


Sumber : Exhibition and Displaying, James Gadner, 1960

3) Open Plan

Ruang pameran yang bersifat open plan atau terbuka di desain


dengan menghindari sirkulasi pengunjung yang bebas. Penataan layout
open plan dapat diterapkan pada kegiatan event: Pameran Otomotif,
Pameran Furniture, Pameran Elektronik, Pameran IPTEK dan Industri
Sanitary dan Pameran Produk Sport. Standar ruang pamer yang dibutuhkan
dalam penerapan pola open plan yaitu :

a) Penerangan yang optimal dan merata keseuluruh ruang dengan


dilengkapi dengan spotlight.
b) Stand-stand pameran dapat ditampung dalam ruang yang luas.
c) Membutuhkan sistem eletrikal yang cukup memberi listrik
bagi seluruh stand, dengan kemudahan pencapaian supplay
listrik.
d) Stand-stand pameran dapat ditampung dalam ketinggian
palfond 9m.
44
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e) Akustik ruang diabaikan


f) Sirkulasi udara didalam ruangan memiliki tingkat kenyamanan
yang baik.

Gambar 2. 10 Pola Layout Open Plan


Sumber : Exhibition and Displaying, James Gadner, 1960

4) Display Squence

Pola display squence dapat difasilitasi oleh ruang dengan pola


counter selling, partially enclosed dan open plan. Pola ini diterapkan
dalam ruang yang tidak terlalu luas sehingga pengunjung dapat
menjangkau seluruh objek pameran. Layout stand dapat seperti pola
counter selling yang statis maupun uncounter selling yang dinamin.
Penataan layout display squence dapat diterapkan pada kegiatan event
sebagai berikut:

a) Pameran Khusus Objek 2 Dimensi


Dalam penataan obyek pamer 2D dibutuhkan ruang stand
dengan model selling, namun tidak menggunakan counter. Event
pameran dalam obyek 2D meliputi pameran lukisan dan pameran
fotografi.

Gambar 2. 11 Pola Stand dan Sirkulasi Pameran 2D


Sumber : Exhibition and Displaying, James Gadner, 1960

45
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Pameran Khusus Obyek 3 Dimensi


Dalam penataan obyek pamer 3D dibutuhkan stand dengan ruang
terbuka.

Gambar 2. 12. Pola Layout Display Squence


Sumber : Exhibition and Displaying, James Gadner, 1960

Standar ruang pamer yang dibutuhkan dalam penerapan pola display


squence yaitu :

i. Ruang dengan penerangan yang merata keseluruh bagian


ruang dengan dilengkapi spotlight pada objek pameran.
ii. Ruang dengan tingkat konsentrasi tinggi, sehingga akustik
ruang benar-benar diperhatikan.
iii. Objek pamer dita mpung didalam ruang yang tidak terlalu
besar dengan squence terarah.
iv. Disetiap ruangan membutuhkan sistem elektrikal dengan
kapasitas yang cukup.
v. Ketinggian plafond cukup 4m.
vi. Ruangan dilengkap dengan AC.

3. Kesimpulan Perencanaan Pusat Konvensi dan Eksibisi


Dalam perencanaan Pusat Konvensi dan Eksibisi didasarkan pada teori
Fred Lawson (1981) mengenai beberapa aspek, yang pertama adalah persyaratan
lokasi dan pencapaian Pusat Konvensi dan Eksibisi yaitu dengan
mempertimbangkan jarak lokasi terpilih harus strategis yaitu dekat dengan jalan
utama yang lebar, fasilitas penginapan, kantor, dan fasilitas transportasi.
kemudian persyaratan elemen ruang Pusat Konvensi dan Eksibisi ditinjau
berdasarkan persyaratan convention hall, Persyaratan exhibition hall,

46
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

persyaratan banquet hall dan persyaratan setting layout exhibition. Lalu


pada persyaratan tata akustik ruang konvensi diselesaikan berdasarkan
penyelesaian kebisingan secara outdoor, penyelesaian kebisingan pada selubung
bangunan dan penyelesaian rancangan secara interior.

F. Pelaku Kegiatan Pusat Konvensi dan Eksibisi


1. Pengelola
Pengelola adalah orang yang bertugas untuk mengelola suatu gedung
sesuai fungsinya. Pada pusat konvensi dan eksibisi pengelola bertugas untuk
mengelola, memasarkan dan melayani kepada masyarakat yang ingin menyewa
jasa nya. Bidang pengelolaan yaitu perawatan bangunan, kelancaran
operasional, dan administrasi. Susunan organisasi pengelola adalah sebagai
berikut:
2. Penyelenggara
Penyelenggara adalah kelompok orang yang tergabung dalam sebuah
organisasi / instansi serta memiliki jabatannya masing – masing untuk mengatur
jalannya acara konvensi atau eksibisi sesuai dengan tugasnya. Penyelenggara
atau Organizing Comitee merupakan induk atau sponsor dari penyelenggara
acara beserta kepanitiaannya.
3. Pihak Terkait
Pihak terkait adalah pihak – pihak eksternal yang memiliki kepentingan dalam
penyelenggaraan kegiatan konvensi maupun eksibisi pada hari H pelaksanaan. Biasanya
pihak terkait terdiri dari pihak sponsor dan kelompok media massa.
4. Pengunjung Konvensi dan Eksibisi
Pengunjung yang datang ke Kota Surakarta merupakan wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestic. Peserta Konvensi dan eksibisi adalah
orang yang datang dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan konferensi, seminar
atau sejenisnya atau menikmati kegiatan konser, pameran dan sejenisnya.
terdapat beberapa kelompok orang yang menjadi peserta antara lain:

a. Pejabat Pemerintah
Pejabat pemerintah yaitu delegasi pemerintah baik dalam negeri
maupun luar negeri yang mendatangi suatu konvensi dan pameran
untuk membahas seatu hal yang berkaitan dengan masalah negara. Untuk
tujuan di eksibisi biasanya untuk membuka atau meresmikan jalannya
suatu acara atau menilai dan melihat – lihat hasil karya seperti produk

47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pameran sayembara arsitektur dan lain – lain.

b. Usahawan

Dalam bidang konvensi biasanya usahawan datang untuk mengikuti


seminar produk. Dalam bidang eksibisi usahawan datang untuk mengikuti
pameran promosi produk. Tujuannya adalah untuk memperluas koneksi
antar pengusaha dengan konsumen dan masyarakat umum serta
mempromosikan produk yang dimilikinya.

c. Cendekiawan dan profesional


Cendekiawan dan profesional seperti ilmuan tyang datang dalam
acara konvensi untuk membahas suatu permasalah sains dan atau membagi
ilmu mereka dalam kegiatan seminar, workshop dan sejenisnya. Dalam
kegiatan pameran biasanya yang dipamerkan adalah karyanya seperti
pameran desain arsitektur
d. Peserta umum
peserta ini biasanya datang untuk menikmati jalannya acara berupa
konser pertunjukan musik maupun kebudayaan. Dalam bidang eksibisi,
mereka datang untuk sekedar menikmati dan melihat pameran karya.

Berdasarkan penjelasan poin – poin diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku kegiatan
pada pusat konvensi dan eksibisi terdiri dari pengelola, penyelenggara, pihak terkait
dan pengunjung yang merupakan seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
tujuan atau kepentingan tertentu dalam bidang konvensi maupun eksibisi.

G. Peraturan, Kriteria dan Indikator Tempat Penyelenggaraan Kegiatan (Venue)


Pembangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi
Pedoman Tempat Penyelenggaraan Kegiatan (Venue) Pertemuan, Perjalanan
Insentif, Konvensi dan Pameran yang diatur dalam Peraturan Menteri Pariwisata No :
2, Tahun 2017. Tepatnya pada halaman 8 sampai 18, tentang Pedoman Tempat
Penyelenggaraan Kegiatan (Venue) Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan
Eksibisi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada tanggal 31
Januari 2017 dan mulai berlaku setelah diundangkan oleh Widodo Ekatjahjana,
Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan. Dijelaskan bahwa Venue Konvensi
dan Eksibisi Mandiri (stand-alone venue) yaitu sebuah tempat khusus yang dibangun

48
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan ditujukan sebagai pusat penyelenggaraan kegiatan gabungan konvensi dan


eksibisi. Tempat tersebut menyediakan berbagai ruangan yang dirancang untuk sidang
paripurna, ruang rapat, ruang pertemuan, ruang pameran dan dilengkapi dengan
fasilitas makanan dan minuman, ruang administrasi dan business centre (Jogloabang,
2019). Venue Konvensi dan Eksibisi Mandiri (stand-alone venue) memiliki beberapa
kriteria sebagai berikut :

1. Fasilitas Minimum Venue, merupakan kapasitas sebuah Venue Konvensi dan


Eksibisi Mandiri (stand-alone venue) dengan kelengkapan area/ruangan yang
harus dimiliki.

2. Spesifikasi Standar Ruangan, merupakan fasilitas ruangan yang mampu


menunjang aktivitas operasional Venue Konvensi dan Eksibisi Mandiri (stand-
alone venue) dan mempermudah kegiatan bagi pelaksana dan peserta kegiatan
(event).

3. Peralatan Ruangan Konvensi, merupakan fasilitas dan peralatan Ruang


Konvensi yang mampu menunjang aktivitas operasional Venue Konvensi dan
Eksibisi Mandiri (stand-alone venue) dan mempermudah kegiatan bagi pelaksana
dan peserta kegiatan (event).

4. Area Khusus Pameran, merupakan fasilitas pameran yang mampu menunjang


aktivitas operasional Venue Konvensi dan Eksibisi Mandiri (stand-alone venue)
dan mempermudah kegiatan bagi pelaksana dan peserta kegiatan (event).

5. Standar Operasional Venue, merupakan fasilitas dan infrastruktur operasional


Venue Konvensi dan Eksibisi Mandiri (stand-alone venue) yang mampu
menunjang aktivitas dan mempermudah kegiatan (event).

Berdasarkan paparan mengenai Peraturan, Kriteria dan Indikator Tempat


Penyelenggaraan Kegiatan (Venue) Pembangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi diatas
digunakan sebagai acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah, biro konvensi dan
pameran, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menyiapkan dan menyediakan tempat
penyelenggaraan kegiatan (venue) pertemuan, perjalanan insentif, konvensi dan
pameran dengan klasifikasi venue mandiri (stand-alone venue).

49
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H. Arsitektur Neo – Vernakular


1. Pengertian Arsitektur Neo Vernakular
Arsitektur neo vernakular merupakan salah satu paham dari aliran
arsitektur Post Modern yaitu aliran arsitektur pada pertengahan tahun 1960-an.
Post modern lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang
mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi industri. Prinsip arsitektur neo vernakular adalah
mempertimbangkan kaidah kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya
lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam dan
lingkungan (Charles Jenks, 1986). Charles Jenks adalah seorang tokoh pencetus
lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era
Post Modern, yaitu :
a. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
b. Perkembangan teknologi yang canggih dan pesat menghasilkan produk-
produk yang bersifat pribadi.
c. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau
daerah, perumpamaannya sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh
ke belakang.
Menurut Charles A. Jenck terdapat 6 (enam) aliran yang muncul pada era
Post Modern diantaranya, Neo Vernakular, Contextualism, Straight Revivalism,
Methapor, Historiscism dan Post Modern Space. Dimana, menurut (Budi A
Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini
memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur dan sebuah karya arsitektur yang
memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri tersebut sudah dapat dikategorikan ke
dalam arsitektur Post Modern (Neo-Vernakular). Ciri – ciri itu adalah sebagai
berikut:
a. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
b. Membangkitkan kembali kenangan historik.
c. Berkonteks urban.
d. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
e. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).

50
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).


g. Dihasilkan dari partisipasi.
h. Mencerminkan aspirasi umum.
i. Bersifat plural.
j. Bersifat ekletik.
Arsitektur vernakular yang ada pada zaman arsitektur modern awal
selanjutnya berkembang menjadi arsitektur neo vernakular pada masa modern
akhir setelah adanya kritikan terhadap arsitektur modern (Zikri, 2012), maka
muncul kriteria yang mempengaruhi arsitektur neo vernakular yaitu sebagai
berikut:
a. Bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya dan lingkungan, termasuk
iklim setempat, yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata
letak denah, detail, struktur dan ornamen)
b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen nonfisik seperti budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya.
c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan menghasilkan karya yang baru
(mengutamakan penampilan visualnya).
Sedangkan menurut pernyataan charles jencks dalam bukunya leaguage of
post modern architecture (1986) dapat dipaparkan ciri ciri neo vernakular
architecture adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya menerapkan penggunaan atap bumbungan
b. Menggunakan elemen konstruksi lokal seperti batu - bata
c. Mengembalikan bentuk – bentuk tradisional
d. Terdapat kesatuan antara interior yang bersifat terbuka melalui elemen
yang modern dengan ruang terbuka di luar banguann
e. Penggunaan warna yang kontras dan kuat
Kemudian beberapa Prinsip Desain dalam arsitektur Neo Vernakular
secara terperinci adalah sebagai berikut:
b. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang adaptif dan kreatif
terhadap arsitektur setempat yang disesuaikan dengan fungsi atau nilai-
nilai dari bangunan sekarang.

51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Hubungan Abstrak, merupakan interprestasi ke dalam bentuk bangunan


yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan
arsitektur.
d. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
e. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur
f. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan dalam mengantisipasi
kondisi yang akan datang.

2. Rumah Tradisional Jawa


Dalam arsitektur tradisional Jawa terdapat sebuah karya seni arsitektur
berupa rumah tradisional Jawa yang pada segala aspek bangunannya memiliki
filosofi dan makna yang kuat terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Masyarakat
Jawa berprinsip bahwa di dalam kehidupan ini merupakan sebuah proses
keselarasan antara manusia dengan alam dan semesta (Brian, 2017). Sehingga
denah rumah tradisional jawa dipilih sebagai acuan dalam menata letak masa
pada bangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi. Rumah tradisional Jawa yang akan
di gunakan dalam analisis ini adalah Rumah Joglo Bangsawan. Rumah tersebut
biasanya meiliki bentuk denah segi empat, atap di keempat sisi dengan
bubungan atap yang tinggi. Kemudian elemen penyusun rumah tradisional
masyarakat Jawa pada umunya hanya terbagi dalam dua bagian yaitu ruang yang
bersifat publik dan pribadi. Bagian yang bersifat publik dinamakan njaba yang
berarti halaman atau bagian luar dan bagian yang disebut pribadi
dinamakan dalem (Mangunwijaya 1995, 107-111). Berikut susunan ruang
secara lengkap pada rumah tradisional Jawa:

Gambar 2. 13 Denah Rumah Jawa


Sumber: Filosofi Rumah Tradisional Jawa

52
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penjelasan mengenai ruang-ruang pada denah rumah tradisional masyarakat


Jawa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendhapa, merupakan bangunan bagian depan, bersifat terbuka dengan
atap joglo sebagai tempat untuk penerima tamu, melakukan kegiatan yang
bersifat umum dan sebagai tempat berkumpul.
b. Pringgitan, ruang terbuka berbetuk persegi panjang seperti serambi,
sebagai penghubung antara pendhapa dan dalem dan biasanya digunakan
sebagai tempat pertunjukan wayang. Pringgitan merupakan satu kesatuan
dengan dalem dan biasanya terdapat kamar pringgitan.
c. Dalem ageng, merupakan ruangan inti atau pusat ruangan dari rumah
tradisional jawa, fungsi dari dalem agung sebagai ruang keluarga yang
bersifat pribadi.
d. Senthong, merupakan 3 buah ruang yang terjajar dengan lantai yang
ditinggikan. Senthong tengen dan senthong kiwa sebagai tempat tidur dan
tempat menyimpan harta benda. Senthong tengah merupakan bagian
paling disakralkan
e. Bale Rata Kuncung, terletak di depan pendhapa. Bale rata kuncung
merupakan tempat untuk menurukan penumpang/tamu untuk ke
pendhapa.
Adapun rumah tambahan, terletak disamping dan belakang rumah induk. Terdiri
dari gandhok, gandri, pawon atau pekiwan.
a. Gandhok, atau ruang serbaguna. Dalam kosakata Jawa berarti
bergandengan, merupakan bangunan di samping kiri dan kanan delem
ageng.
b. Gadri atau ruang makan, gadri memiliki lay out seperti emper dan bersifat
terbuka sehingga memberikan kenyamanan dan suasana santai
c. Pawon atau Pekiwan merupakan ruang dapur atau ruang pelayanan.
Rumah tradisional Jawa disusun berdasarkan pengaturan linier dan
sentripetal yang bermuara pada prinsip dualitas dan pemusatan.
Pengorganisasian linier tampak pada dominasi sumbu memanjang rumah yang
berujung pada senthong tengah. Susunan sentripetal tampak pada pendhapa
yang merupakan satu-satunya ruang lapang dengan saka guru untuk menandai
pusatnya (Santosa 2000, 27). Dualitas tersebut merupakan sebuah perlambang
kehidupan yang memiliki dua sisi berlawanan namun juga saling melengkapi

53
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Priatmodjo 2004, 220). Kedua unsur tersebut diseimbangkan oleh unsur ketiga
yaitu pusat. Secara kosmologis Jawa pusat merupakan inti dari kosmos
(semesta). Dalam pemahaman ini, pusat merupakan simbol dari proses
penyelarasan dunia manusia dan penting bagi masyarakat Jawa.
Pada era saat ini biasanya dalam rumah tradisional jawa sudah mengalami
berbagai transformasi bagi dari segi material, fungsi ruang maupun bangunan –
bangunan tambahan. Bangunan tambahan tersebut biasa disebut
paviliun. Paviliun atau bangsal adalah sebuah bangunan atau struktur yang
terpisah tidak jauh dari bangunan utama. Biasanya paviliun dibangun untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk mendapatkan kesenangan dengan
memfungsikannya sebagai tempat menyalurkan hobi atau fungsi kegiatan
lainnya.

Berdasarkan penjelasan pengertian dan ciri – ciri arsitektur neo vernakular yang
telah dibahas didapatkan kesimpulan berupa penerapan arsitektur neo vernakular pada
bangunan sesuai dengan pendapat (Zikri, 2012) yaitu pada bangunan dengan konsep
arsitektur neo vernakular biasanya selalu menggunakan atap bubungan. Atap
bubungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih
banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada
tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan
permusuhan. Kemudian pemilihan material Batu bata sebagai elemen konstruksi lokal
pada bangunan dengan tujuan mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah
lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. Kesatuan antara interior yang terbuka
melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan dan warna-warna
yang kuat dan kontras pada bangunan. Aspek arsitektur neo vernakular di surakarta
yang akan diambil dalam pendekatan ini adalah prinsip – prinsip pada rumah
tradisional jawa.

I. Penyebaran Virus Covid-19


Pembangunan di Era New Normal dalam perencanaan dan perancangan Pusat
Konvensi dan Eksibisi memerlukan penyesuaian bangunan terhadap anjuran
pemerintah terkait protokol kesehatan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) seperti
jaga jarak, pembatasan kapasitas dalam satu ruangan dan cuci tangan dengan sabun.
Berdasarkan laporan WHO yang di beritakan dalam kompas.com, Mode transmisi
virus corona atau covid-19 yaitu Kontak Dan Transmisi Tetesan (Droplets), Transmisi

54
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Melalui Udara, Penyebaran virus corona COVID-19 pada benda mati seperti dudukan
toilet, pegangan pintu, dan tombol lift serta benda mati lainnya.
WHO juga menyarankan beberapa cara pencegahan penularan virus yaitu
dengan selalu mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan tisu atau kain lap
saat bersin atau batauk, membuang tisu pada tempatnya, membiasakan menjaga jarak
dengan orang lain minimal satu meter, menggunakan masker dan tidak memegang area
wajah saat bepergian diluar.

Gambar 2. 14 Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19


Sumber: WHO

J. Persyaratan Penyelenggaraan MICE di Era New Normal


Dalam webinar “The Comebak Plan of MICE For 2021”, Ndang Mawardi
selaku Deputi Hubungan Pemerintahan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia
(Asperapi) telah melakukan simulasi pameran dengan menerapkan protokol
kesehatan dengan tujuan untuk mempersiapkan kegiatan pertemuan, insentif,
konvensi, dan pameran di Indonesia dapat berlangsung kembali selama era new
normal. Selain itu Ndang juga menambahkan pernyataan bahwa terdapat 3 faktor
yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam melakukan MICE selama new
normal (Kompas.com, 2020).

Yang pertama adalah faktor risiko yang dalam pelaksanaan MICE di era
new normal dibagi menjadi tiga bagian dan masing-masing dikategorikan
berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan oleh kegiatan yang diselenggarakan.
Tiga bagian tersebut adalah; Stage 1: Low Risk Activity, kegiatan yang masuk
dalam bagian tersebut adalah pertemuan, seminar, dan pelatihan. Kedua Stage 2:
Medium Risk Activity terdapat pameran, konvensi, insentif, dan bazar. Dan
terakhir Stage 3: High Risk Activity yaitu konser, festival, dan acara musik.

55
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kemudian ketiga bagian tersebut dalam pelaksanaannya harus


mempertimbangkan faktor resiko. Kehadiran para peserta harus terorganisasi,
terstruktur dan terjadwal. Serta harus ada koordinasi dengan satgas covid-19 dan
juga kepolisian. Sehingga dalam perencanaan dan perancangan Pusat Konvensi
dan Eksibisi diperlukan ruang penunjang protokol kesehatan seperti ruang
khusus untuk petugas satgas covid-19 dan kepolisian.

Faktor yang kedua adalah faktor dimensi merupakan jumlah, waktu, dan
ukuran ruang yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan kegiatan MICE yang
sudah terbagi menjadi tiga bagian dalam faktor risiko. Seperti kapasitas
maksimum peserta dibatasi dan waktu berkunjung dijadwalkan di beberapa sesi
waktu sehingga tidak menyebabkan kerumunan dalam waktu yang bersamaan
sehingga pengunjung yang datang harus sudah terdaftar sebelumnya. Dalam hal
ini pada perencanaan dan perancangan Pusat Konvensi dan Eksibisi diperlukan
ruang penunjang faktor dimensi yaitu ruang pendaftaran dan ruang jaga.

Faktor yang ketiga merupakan faktor kontrol berfungsi sebagai


pengontrol kegiatan konvensi dan eksibisi dan memiliki kaitan dengan penegasan
penerapan protokol kesehatan oleh pengunjung saat berada di lokasi
kegiatan,selain itu fungsi kontrol juga untuk mengontrol berapa banyak
pengunjung yang masuk dan keluar dalam kegiatan pameran. penyelenggara
MICE harus memperhatikan faktor yang sudah diterapkan oleh WHO dan
Kemenkes seperti jaga jarak, kebersihan, pelacakan, dan tanggung jawab sosial.
Dalam hal ini, Bhima Yudhistira Adhinegara, Peneliti Institute for Development
of Economics and Finance (INDEF) mengamini bahwa faktor kontrol pada
protokol kesehatan berlaku pada seluruh area kegiatan MICE. Dalam hal ini pada
perencanaan dan perancangan Pusat Konvensi dan Eksibisi diperlukan ruang
penunjang faktor kontrol yaitu ruang kontrol dan ruang jaga.
Dari penjelasan ketiga faktor yang harus dilakukan dan diperhatikan
dalam melakukan MICE selama new normal diatas dapat dilihat bahwa
perubahan perilaku manusia di era new normal tentunya mempengaruhi disain
dalam perencanaan dan perancangan arsitektur. Sehingga konsep pembangunan
di Era New Normal dapat ditinjau berdasarkan ruang, material arsitektur,
Shoftscape, dan fisika bangunan. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

56
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tinjauan Pembangunan di Era New Normal Berdasarkan Ruang


Ruang yang dimaksud disini adalah ruang – ruang dalam pusat konvensi
dan eksibisi yang berhubungan langsung dengan kerumunan atau berkumpulnya
orang-orang seperti ruang utama yaitu convention hall, exsibition hall, dan ruang
pendukung seperti outdoor space, dan fasilitas umum lainnya. Disain tempat
baru dimungkinkan untuk mengantisipasi yaitu dengan membuat lebar jalan
sesuai aturan jaga jarak yaitu 1 meter. Jika lebar dasar 1 orang adalah 60 cm, 2
orang menjadi 120 cm + 100 m (sosial distancing) maka lebarnya menjadi 220
cm. Sehingga ruang yang dibutuhkan per orang juga menjadi bertambah, sebagai
contoh, jika ditetapkan sesuai standar sebelum kehidupan baru, per orang 4 m²,
setelah adanya sosial distancing maka dimungkinkan ukurannya menjadi 2 x
yaitu 8 m², sehingga kebutuhan ruang secara keseluruhan menjadi bertambah.

Physical
distancing

0.6 m ≥1m 0.6 m

Gambar 2. 15 Konsep Jaga Jarak


Sumber: Rudi Purwono, 2020

untuk mengantisipasi terjadinya kerumuman pada tempat umum maka


respon desain terhadap kondisi saat ini adalah dengan membuat lebar jalan
sesuai aturan jaga jarak seperti yang sudah dijelaskan di atas. Berikut adalah
gambaran layout pada ruang baru di era new normal.

Pola
ruang
baru

Sebelum pandemi corona Setelah pandemi corona dengan


masih dapat berjejal pola kehidupan sosial
baru
57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 16 Perubahan Ruang Setelah Pandemi dengan Konsep Jaga Jarak


Sumber: Rudi Purwono, 2020
Untuk menghindari penumpukan pengunjung perlu diingatkan dengan membuat
sinage-sinage agar selalu waspada dan teringat akan pentingnya jarak, sehingga
ruang publik menjadi aman digunakan untuk beraktifitas.

2. Tinjauan Pembangunan di Era New Normal Berdasarkan Material


Arsitektur
Sebuah penelitian dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan
bahwa daya tahan virus corona (SARS-CoV-2) dapat bertahan lama pada
beragam material yaitu virus ini mampu bertahan selama 48 jam pada plastik
dan stainless steel, 24 jam pada kardus serta 4 jam pada permukaan tembaga.
Pemilihan material menjadi suatu hal yang sangat penting dalam rangka
kehidupan sosial baru khususnya pada permukaan benda yang sering disentuh,
seperti railing, meja, gagang pintu, dan toilet. Lamanya virus bertahan pada
material logam beresiko untuk kawasan dengan tingkat okupansi yang tinggi
atau pada masa-masa liburan, oleh sebab itu dalam perencanaan dan
perancangan perlu dipertimbangkan terkait pemilihan material dengan
pertimbangan virus tidak dapat bertahan lebih lama pada material bangunan.
Oleh skarena itu perlu diperhatikan dalam disain elemen mana saja yang sering
disentuh oleh pengguna sehingga berdasarkan inventarisasi tersebut maka akan
ditentukan jenis material yang dipilih serta dilakukan metode finishing yang
tepat agar virus tidak bertahan lama (Lidwina, 2020).

3. Tinjauan Pembangunan di Era New Normal Berdasarkan Shoftscape


Softscape merupakan unsur tanaman, dalam perencanaan dan perancangan
dalam menuju kehidupan baru hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena
virus dapat bertahan lama pada lingkungan yang lembab, sejuk dan nyaman, oleh
karena itu tempat berkumpul di bawah pohon akan menimbulkan suasana yang
sejuk, kondisi ini beresiko tinggi dalam penyebaran virus, dimana dimungkinkan
virus dapat bertahan lebih lama. Sehingga diperlukan pendalaman desain
mengenai peletakan tempat berkumpulnya orang yang tidak pada suasana yang
rimbun karena dimungkinkan virus akan bertahan lebih lama, dalam hal ini
analisis yang sangat diperlukan adalah pemahaman dan pendalaman mengenai
arah matahari, yang dapat mematikan virus. Selain itu perencanaan dan

58
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perancangan softscape sangat diperlukan untuk mempertimbangkan jenis


tumbuhan yang tepat dalam bangunan sehingga tidak menimbulkan suasana
yang lembab, yang sangat berisiko terhadap pengguna/pengunjung. Disarankan
kombinasi tanaman peneduh/pelindung, semak dan penutup tanah dapat
dikombinasikan dalam kawasan sehingga matahari masih dapat menyinari
dengan sangat baik sehingga virus tidak bertahan lama. Zonasi dari penempatan
jenis softscape harus sesuai dengan penempatan kegiatan oleh pengguna (Rudi

Purwono, 2020).
4. Tinjauan berdasarkan Fisika Bangunan
Hal yang yang perlu di perhatikan dalam bangunan di era new normal
adalah pencahayaan, penghawaan atau pengkondisian udara dan pengolahan
limbah.
a. Pencahayaan
Dalam disain arsitektur penempatan jendela-jendela untuk mendapatkan
cahaya matahari yang cukup dan sebagai sirkulasi udara sangat dibutuhkan
untuk kesehatan manusia, buruknya sirkulasi udara dan kurangnya cahaya
alamiah akan mengakibatkan penyakit, apalagi dengan adanya virus covid-
19, sangat dimungkinkan jika kurangnya pencahayaan dan sirkulasi udara
yang baik akan menjadi lama dalam menempel pada material bangunan di
dalam bangunan, untuk itu disain aristektur perlu untuk menerapkan
pencahayaan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik
b. Penggunaan AC,
Dengan adanya covid-19 dimana dengan kondisi ruangan dengan AC akan
menghasilkan penghawaan yang dingin, hal ini mengakibatkan virus
covid-19 tahan lama dan akan mudah menyebar. Oleh sebab itu diperlukan
strategi khusus untuk ruang yang menggunakan AC yaitu dengan cara
mengharuskan menjaga sterilisasi dan kebersihannya sehingga tidak
menjadi sumber penularan dalam ruang. Penggunaan AC sentral mungkin
untuk ruang-ruang publik menjadi berbahaya, oleh sebab itu ada baiknya
penggunaan AC secara parsial, yang di kombinasikan atau di gabungkan
dengan pengudaraan dan pencahayaan alami, sehingga pengkondisian
udara dalam ruang akan dapat diatur sesuai kebutuhan saja, namun jika
diharuskan menggunakan AC sentral hal yang perlu dilakukan adalah rutin

59
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam melakukan sterilisasi ruang dan membersihkan ruang sehingga


virus tidak hidup lama di material yang sering disentuh oleh manusia
seperti, railling tangga, pegangan pintu, absen sidik jari, tombil tombol lift,
railing eskalator, travelator dan sebagainya.
c. Sanitasi dan pengelolaan limbah,
Dengan adanya pandemi covid-19 ini menghasilkan permasalahan baru
terkait limbah masker dan limbah APD. Karena limbah tersebut sangat
mungkin untuk menjadi media penularan. Oleh karena itu dalam
pengolahan limbah perlu dilakukan berdasarkan acuan dari pedoman
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam hal ini perlakuannya
sesuai dengan pengolahan limbah domestik menurut Undang – Undang
No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah. Terdapat 4 alternatif
dalam pengelolaan sampah masker yaitu dengan cara:
1) Masker dipotong-potong atau dirusak terlebih dahulu sebelum
dibuang
2) Tempat penampungan sementara (TPS) atau depo transit
3) Metoda penguapan atau autoklaf
4) Pembakaran atau insinerasi
5. Kesimpulan
Dalam era kehidupan sosial baru pada masa pandemi covid-19, kedepan
sampai ditemukannya obat penawar corona, sangat diperlukan pengembangan
disain yaitu dengan mempetimbangan jaga jarak, melalui keruangan, material,
dan untur softscape. Konsep desain pada bangunan dapat dilakukan dengan
mendisain pintu gerbang otomatis dan menyiapkan tempat cuci tangan dengan
jarak antar orang minimal 1,5 meter, sehingga pengguna sebelum masuk
bangunan sudah bersih dari kotoran dari luar bangunan. Selain itu konsep
pencahayaan, pengkondisian udara secara alamiah dan buatan perlu dicermati
untuk menjaga kesehatan pengguna, konsep penghawaan yang lebih lebar dari
standarisasi yang ada dalam ruang tertutup dengan tujuan agar sirkulasi udara di
dalam ruangan bisa berjalan lancar bergantian dengan udara segar dari luar
ruangan sehingga dapat mengurangi penyebaran virus, lalu diperlukan adanya
penempatan tempat sampah khusus untuk masker dan tisue penutup bersin, lap
mulut dipertimangkan berdasarkan standar limbah berbahaya dan standar

60
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kesehatan. Juga konsistensi penyemprotan sterilisasi kawasan dan kendaraan


baik dari atas maupun bawah sehingga lingkungan dapat steril pada pintu utama
kawasan.

K. Preseden
1. Indonesia Convention Exhibition (ICE BSD) Tanggerang

Gambar 2. 17 Indonesia Convention Exhibition (ICE)


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021
Indonesia Convention Exhibition (ICE) merupakan pusat konvensi dak
eksibisi terbesar dan terluas di Indonesia dengan luas lahan 220.000 meter
persegi dan terletak strategis di tengah kota BSD tepatnya di Jl. BSD Grand
Boulevard Raya No.1, Pagedangan, Kec. Pagedangan, Tangerang, Banten. ICE
adalah bisnis properti yang dikembangkan dibawah nanungan perusahaan
patungan antara Sinarmas Land dan Kompas Gramedia, PT. Indonesia
Internasional Expo. ICE mampu menampung berbagai acara di kancah nasional
hingga internasional. ICE juga menawarkan fasilitas MICE serta acara bisnis
secara bersamaan dari berbagai penjuru. ICE menawarkan fasilitas konvensi dan
eksibisi berupa exhibition hall, nusantara hall, small meeting room, wedding,
dan Outdoor Space (About us: ICE Indonesia Convention Exhibition , 2021).
Penjelasan secara spesifiknya adalah sebagai berikut:
a. Exhibition Hall
Exhibition Hall pada ICE terdiri dari 10 ruang pameran tertutup
dan terbuka dengan masing- masing luasan 50.000 meter persegi. Balai
pameran ICE ini menyediakan ruang yang fleksibel dengan beragam
layanan yang efisien dan diisesuaikan dengan kebituhan setiap event
organizer. Berikut adalah denah ruang yang disediakan pada Exhibition
Hall ICE serta portofolio kegiatan pada ruangan tersebut.

1) Denah pada Exhibition Hall ICE

61
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 18 Classroom Layout dan Banquet Layout


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 19 Exhibition Layout dan Concert Layout


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 20 Tennis & Basketball Layout


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

2) Portofolio Kegiatan pada Exhibition Hall ICE


Kegiatan - kegiatan yang diselenggarakan pada Exhibition
Hall ICE diantaranya adalah berbagai pameran perdagangan
internasional berskala besar, konser, korporasi, keagamaan,
seminar, acara olahraga dan berbagai acara perusahaan dengan
skala besar. Berikut adalah beberapa kegiatan pada Exhibition Hall
ICE.

62
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 21 Kegiatan China-Indonesia Commodities Exhibition 2017


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 22 Kegiatan Keagamaan Malam Puji - Pujian dan KKR Natal GRI
BSD
Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 23 Kegiatan Konser Raisa


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 24 Kegiatan Korporate Bincang – Bincang Panglima TNI dengan


Pahlawan Ekonomi
Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021
b. Nusantara Convention Hall ICE
Nusantara Convention Hall merupakan ‘Permata di Mahkota’ di
ICE yang berpusat di seluruh kompleks. Merupakan sebuah ruang
konvensi dengan 3 tingkat untuk mengakomodasi 10.000 orang, luasan

63
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.000 meter persegi yang dapat dibagi menjadi 4 ruangan, 7.500 meter
persegi area pra fungsi, terdapat ruang ibadah, VIP, medis dan pusat bisnis.
Balai konvensi ini fleksibel dapat disesuaikan untuk digunakan secara
tunggal dengan fasilitas standar atau sebagai ruang terintegrasi penuh
dengan ruang pameran melalui pra fungsi dengan pintu – pintu yang saling
terhubung. Interiornya dirancang dengan standart yang tinggi seperti
karpet mewah. Berikut adalah denah ruang yang disediakan pada
Nusantara Convention Hall ICE serta portofolio kegiatan pada ruangan
tersebut.
1) Denah pada Nusantara Convention Hall ICE

Gambar 2. 25 Classroom Layout 1 dan 2


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 26 Banquet Layout 1,2 dan 3


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 27 Theater Layout 1,2 dan 3


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

2) Portofolio Kegiatan pada Nusantara Convention Hall ICE

64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Balai konvensi ini dapat mengakomodasi semua jenis


konvensi, pertemuan, wisuda, pernikahan, korporasi, seminar,
kongres, dan pertunjukan. Berikut adalah beberapa kegiatan pada
Nusantara Convention Hall ICE.

Gambar 2. 28 Kegiatan Korporate pada Nusantara Convention Hall ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 29 Kegiatan Gathering Honda


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 30 Kegiatan Wisuda Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah


Jakarta
Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 31 Kegiatan Resepsi Pernikahan


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 32 Kegiatan 10 th Bali Democracy Forum


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

65
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Meeting Room ICE


ICE menyediakan 33 fleksibilitas ruang pertemuan serta lobi pra-
fungsi dengan luasan 12.000 meter persegi dengan berbagai pelayanan
didalamnya seperti katering, akomodasi, pengaturan ruangan hingga
pelayanan jadwal klien korporatnya. Terdapat 3 ruang utama pada
Meeting Room ICE yaitu Garuda Room, Kaliyama Room dan Cendana
Room. Berikut adalah denah ruang yang disediakan pada Nusantara
Convention Hall ICE serta portofolio kegiatan pada ruangan tersebut.
1) Denah ruang pada Meeting Room ICE

Gambar 2. 33 First Floor Meeting Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 34 Ground Floor Meeting Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 35 Lower Ground Floor Meeting Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 36 Mezzanine Floor Meeting Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 37 Garuda Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 38 Kalimaya Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 39 Cendana Room ICE


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021
d. Outdoor Space ICE
ICE memanfaatkan suasanan di siang hari dan malam hari dengan
menyediakan fasilitas Outdoor Space. Outdoor Space atau ruang terbuka
ini memiliki luas 35.000 meter persegi dilengkapi dengan kebun, pahatan

67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan air mancur. Pada Otdoor Space ini kegiatan yang diselanggarakan
adalah acara diluar ruangan seperti festival, konser, sport event,
automotive event, video dan pemotretan serta acara – acara lain. Berikut
adalah gambar kegiatan – kegiatan di Outdoor Space ICE.

Gambar 2. 40 Sport Event


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021

Gambar 2. 41 Automotif Event


Sumber: ice-indonesia.com diakses pada 20 Februari 2021
2. Jakarta Convention Center (JCC)

Gambar 2. 42 Jakarta Convention Center (JCC)


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020
Jakarta Convention Center atau yang sering dikenal dengan JCC dikelola
oleh PT. Graha Sidang Pratama dibawah manajemen Singgasana Hotels &
Resorts. Luas seluruh area Balai Sidang JCC yaitu 120.000 meter persegi.
Berlokasi strategis di jantung kota Jakarta, tepatnya di Jl. Jendral Gatot Subroto,
Senayan dengan kapasitas 13.400 orang (konvensi), 11.000 m² (ekshibisi). JCC
biasanya menyelenggarakan acara untuk para pemimpin politik, pebisnis, dan

68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

segala macam hiburan dunia. Dalam 27 tahun terakhir JCC telah mengadakan
lebih dari 10.000 acara mencakup konferensi regional, konvensi dunia,
pertunjukan teater, festival jazz, konser, peluncuran produk, peragaan busana,
pertemuan bisnis, dan jamuan makan. Kami sangat senang bekerja dengan
presiden, CEO, dan musisi internasional, serta perusahaan dari hampir semua
industri. Terletak di bawah satu atap, fasilitas kami meliputi ruang pameran,
acara, dan pertemuan yang luas; dengan fasilitas suara, pencahayaan, dan
komunikasi yang canggih, dan akses Ethernet di seluruh area (Jakarta-
tourism.go.id, 2020).
JCC sering digunakan sebagai tempat pameran, pertemuan dan tempat
penyelenggaraan event berskala internasional. Gedung ini memiliki 13 ruangan
dan 4 diantaranya tersedia untuk berbagai acara dalam beragam ukuran dan
kapasitas yaitu Plenary Hall yang berfungsi sebagai ruang pertunjukan,
berukuran bundar dan dapat mengakomodasi hingga 5.000 orang dan dapat
diakses langsung melalui lobi utama, kemudian disampingnya terdapat sebuah
aula yang dapat mengakomodasi 2.500 orang untuk jamuan makan malam
(dinner) kemudian ruang Assembly Hall seluas 3,921 meter dengan kapasitas
4.500 orang untuk acara prasmanan serta ruang pameran berukuran besar yang
memiliki luas total 11.000 m2. Cendrawasih Room memiliki area seluas 2,109
meter yang dapat di partisi untuk acara yang lebih kecil. 9 Meeting Room dapat
diakses langsung melalui Lower Lobby dan dapat menampung sekitar 20-100
pengunjung, dua diantaranya dapat diperluas sesuai kebutuhan acara (Jakarta-
tourism.go.id, 2020).

Gambar 2. 43 Denah Balai Sidang Jakarta Convention Center


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020
Balai Sidang Jakarta Convention Center memiliki luas area 1000 meter,
dilengkapi dengan dua buah Exhibition Hall, sebuah Round Theater-style Hall,

69
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebuah Banqueting Hall, sebuah Lobby yang luas, Lower Lobby, 10 Meeting
Room serta VIP Room and Loung. Pada dua buah Exhibition Hall yang
berfungsi sebagai ruang pameran serta dilengkapi dengan Lobby serta Access
Point pada masing-masing hall. Kedua Exhibition Hall tersebut memiliki langit-
langit setinggi 9 meter dan dilengkapi dengan audio visual, saluran komunikasi,
sambungan listrik, telephone, saluran air dan saluran pembuangan. JCC juga
menyediakan gudang sementara dengan akses truk langsung ke kedua aula untuk
memudahkan pemuatan dan menampung barang-barang impor dengan area
parkir yang dapat menampung hingga 6,000 mobil sekaligus.

Gambar 2. 44 Exhibition Hall JCC


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020

Exhibition Hall A memiliki area seluas 3,060 meter dengan fasilitas pemuatan
sebesar 1,200 kg/m dan kerangka distribusi yang mampu menangani 450 pasang saluran
telepon. Terhubung dengan Ruang Pameran B melalui koridor seluas 450 meter persegi,
memberikan ruang pameran gabungan seluas 9.585 meter persegi. Sementara itu
Exhibition Hall B memiliki area seluas 6,075 meter dengan fasilitas pemuatan sebesar
1,500 kg/m dan kerangka distribusi mampu menampung hingga 500 pasang saluran
telepon.. Keduanya Hall dapat digabung menjadi satu Hall besar seluas 9,585 meter
dengan koridor sepanjang 450 meter dan setup ruangan terdiri dari banquet, classroom,
teathre dan reception (Jakarta-tourism.go.id, 2020).

Gambar 2. 45 Set Up Exhibition Hall JCC


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020

70
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

JCC juga menyediakan jasa desain panggung serta team khusus yang dapat
melayani penataan tanaman dan bunga serta fasilitas lain berupa layanan katering. Di
sekitar area gedung juga terdapat berbagai hotel bertaraf internasional yang dapat
diakses dengan berjalan kaki maupun ditempuh dengan kendaraan dalam jarak yang
sangat dekat. Sehingga keberadaan JCC ini dapat dikatakan sangat strategis karena
terletak di jantung Senayang dan dekat dengan fasilitas hotel (Jakarta-tourism.go.id,
2020). Di dalam Convention Center, kami memiliki area dapur modern seluas 1,500
meter yang dapat melayani hingga 10,000 tamu sekaligus dengan Executive Chef dan
team yang mampu menyediakan beragam makanan Indonesia dan Internasional. Berikut
adalah denah siteplan dari JCC dan berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan di
JCC

Gambar 2. 46 Siteplan Balai Sidang Jakarta Convention Center


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020

Gambar 2. 47 Denah Ruang Cendrawasih dan Assembly Hall JCC


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020

Gambar 2. 48 Denah Fasilitas Penunjang Ruang Plenary Hall JCC


Sumber: www.jcc.ci.id diakses pada 16 Februari 2020

71
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 49 Even Asian Games 2018 pada Plenary Hall JCC


Sumber: indosport.com diakses pada 17 Februari 2020

Gambar 2. 50 Grand Final Putri Indonesia Pageant 2018 pada Plenary Hall JCC
Sumber: indosport.com diakses pada 17 Februari 2020
3. Kesimpulan Preseden
Berdasarkan pemaparan preseden bangunan JCC dan ICE diatas di
dapatkan hasil studi berupa perbandingan antara dua preseden tersebut. Berikut
adalah tabel data perbandingan hasil studi preseden.

Tabel 2. 4 Data Hasil Studi Preseden


Jakarta Convention Indonesia Convention

Aspek Center (JCC) Exhibition

Lokasi Berada di pusat Kota Jakarta, Berada di kawasan Bumi Serpong Dama
Senayan. Berdekatan dengan yang berdekatan dengan banyak fasilitas
komplek Gelora Bung Karno, Hotel, pendukung seperti Hotel, Mall, Universitas,
Perkantoran dan Mall Perumahan Elite dan Perkantoran seperti
Unilever.

Luas Lahan 120.000 m² 220.000 m²

Massa Single building Single building


Bangunan

Kapasitas ± 10.000 ± 15.000


Orang/Tempat Duduk Orang/Tempat Duduk

Skala Acara Lokal - Nasional - Internasional Lokal - Nasional - Internasional

Fasilitas 1 hall convention berbentuk 1 hall convention, 10 exhibition hall, 33 meeting


Utama lingkaran, 2 exhibition hall, 15 room dan bonded warehouse.
meeting room dan bonded
warehouse.

Sirkulasi Linier Linier

72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengunjung

Struktur 90 % Beton 60 % Beton


Bangunan dan 10 % Baja dan 40 % Baja

Struktur Truss Space Frame


Atap

Kapasitas 6.000 mobil memanfaatkan area luar. 1.300 mobil di basement dan 3.700 mobil berada di
Parkir area
luar bangunan.

Fungsi Exhibiton, convention dan meeting Exhibiton, convention dan meeting


Bangunan
Konsep Modern Modern
Bangunan

4. Kesimpulan Antara Teori Dengan Preseden


Dari dua preseden yang telah di jelaskan diatas, dalam konsep
perencanaan dan perancangan Pusat Konvensi dan Eksibisi di Surakarta akan
direncanakan di lokasi yang strategis yaitu ditengah Kota Surakarta, yang dapat
mengakomodasi sekitar 1.500 sampai 2.500 pengunjung. Kemudian Pusat
Konvensi dan Eksibisi ini difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan acara
lokal, nasional hingga internasional serta mampu menunjang kegiatan MICE
yang ada di Surakarta seperti kebutuhan ruang pertemuan, kongres, rapat,
pameran, festival dan lain sebagainya. Lalu dalam penyelenggaran Tempat
Penyelenggaraan Kegiatan (Venue) Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi
dan Pameran berpedoman pada Peraturan Menteri Pariwisata No : 2, Tahun
2017. Dalam perencanaan perancangan mengenai persyaratan fasilitas yang ada
pada Pusat Konvensi dan Eksibisi akan berpedoman pada teori Fred Lawson,
1981 dalam bukunya berjudul ‘Congress, Convention, and Exhibition
Facilities’. Kemudian dalam penyediaan kelengkapan fasilitas pada Pusat
Konvensi dan Eksibisi akan mengadopsi fasilitas – fasilitas yang ada dari 2
preseden yang telah dijabarkan diatas dan disesuaikan dengan kondisi di era new
normal dengan standar protokol kesehatan yang ada di Kota Surakarta. dan yang
terakhir sebagai pemunculan kharasteristik Kota Surakarta pada bangunan Pusat
Konvensi dan Eksibisi yang akan direncanakan akan menggunakan pendekatan
arsitektur neo vernakular sesuai teori Charles Jenks, 1986 khususnya penerapan
arsitektur neo vernakular pada interior dan eksterior bangunannya.

73

Anda mungkin juga menyukai