Anda di halaman 1dari 11

Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 55

COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN


KAMPUNG NELAYAN KEDUNG COWEK DI SURABAYA

Annisa Nur Ramadhani1


Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
annisanur@itats.ac.id

Abstrak
Paper ini berfokus pada analisa pengaturan permukiman nelayan dan eksplorasi konsep pembangunan pemukiman nelayan berkelanjutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pemukiman nelayan berkelanjutan berdasarkan konsep community based tourism.
Penelitian ini dilakukan di kampung nelayan Kedung Cowek yang terletak di wilayah pesisir Surabaya. Mayoritas masyarakat kampung
bekerja sebagai nelayan dan masih mempertahankan budaya dan kegiatan nelayan tradisional dalam gaya hidup lokal masyarakat.
Kampung ini memiliki potensi besar untuk menjadi situs pariwisata berbasis CBT (Community Based Tourism). Namun, kondisi saat ini
menunjukkan bahwa pemukiman nelayan di daerah ini tidak berkembang secara signifikan. Rekomendasi pengembangan di kampung
nelayan Kedung Cowek ini harus memperhatikan budaya dan tradisi setempat dengan menerapkan unsur teknologi untuk
pengembangannya. Dalam hal ini, dukungan peran berbagai stakeholder seperti pemerintah, akademisi, LSM, CSR, dan penduduk setempat
sangat vital diperlukan untuk pengembangan kampung menuju kampung nelayan berbasis community based tourism. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai masukan untuk perencanaan kota dan desain perkotaan wilayah pesisir Surabaya menuju konsep Pariwisata
Berbasis Masyarakat.

Kata Kunci: Kampung Nelayan Berkelanjutan, Community Based Tourism, Sustainable Development

Abstract
This paper mainly focused on fisherman settlement setting's analysis and explore the development concept toward sustainable fisherman
settlement. The purpose of the study was to develop sustainable fisherman settlement based on community based tourism concept. This
research was conducted in fisherman settlement named Kampung Kedung Cowek which is located at the coastal area of Surabaya - the
capital of East Java Province. The fisherman settlement located in coastal areas and has long existed in Surabaya. The majority of society
work as fisherman and we could see almost all of traditional fisherman activity and local way of life there. The fisherman culture still be
preserved there. This Kampung have a big potential to being tourism site based on CBT (Community Based Tourism). However, the reality
indicates that the fisherman settlement in this area didn’t well developed and the setting does not change significantly. Recommendations
for the development in Kampung Kedung Cowek must pay attention to local culture and traditions by applying technological elements. In this
case, the role support of various stakeholders such as the government, academics, NGOs, CSR, and the local population is necessary for
implementing community based tourism development. The results of this study can be used as input for urban planning and urban design of
Surabaya's coastal areas towards Community Based Tourism concept.

Key words: Sustainable Fisherman Settlement, Community Based Tourism, Sustainable Development
_____________________________________________________

PENDAHULUAN kondisinya tergolong kumuh, kotor, padat, dan


Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar penduduk dengan berpenghasilan rendah. Hal ini
di dunia dengan 17.504 pulau dan 5,8 juta km2 lautan mengindikasikan kampung nelayan di Indonesia dapat
(UNCLOS, 1982). Karena tipologinya sebagai negara berpotensi menjadi kantong-kantong kemiskinan
kepulauan, Indonesia juga kaya akan daerah pesisir (Kusnadi, 2006).
pantai serta biodiversitas flora dan fauna nya. Namun,
potensi tersebut belum seluruhnya dikembangkan Surabaya merupakan salah satu kota dengan potensi
secara baik menjadi coastal tourism yang dapat pesisir yang besar, mulai dari daerah Gunung Anyar
berkontribusi memperbaiki perekonomian warga dan sampai Kenjeran. Menyadari potensi besar tersebut,
lingkungan binaan. Keterbatasan ini yang Pemerintah Kota Surabaya memiliki program-program
menyebabkan warga di daerah pesisir yang mayoritas khusus untuk melakukan penataan ulang kawasan
adalah nelayan memiliki tingkat ekonomi rendah. Hal pesisir pantai Surabaya melalui pendekatan pariwisata
yang sama juga terjadi pada lingkungannya, dimana pesisir. Bukan hanya wilayah pantai yang menjadi
kampung nelayan di Indonesia mayoritas kumuh. fokus pembangunan, namun juga permukiman nelayan
(Fandeli, 2000). Di tahun 2012, jumlah permukiman yang dapat menjadi penunjang wisata. Salah satu
nelayan mencapai 8090 permukiman, dan 1084 prioritas daerahnya adalah kampung Kedung Cowek
diantaranya merupakan kampung nelayan yang (surabaya.go.id, 2016). Namun belum semua bagian
56 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 55-65, ISSN 1411-7193

kampung merasakan dampak positif dari penghasilan baru untuk para nelayan. Hal ini dapat
pembangunan tersebut. Salah satunya RW 3 Kampung menguntungkan nelayan secara ekonomi dan
Nambangan Perak, Kelurahan Kedung Cowek, keberlanjutan lingkungan (Cahyadi,2012). Pendekatan
Kecamatan Bulak, Surabaya. partisipasi komunitas sudah lama dikemukakan dan
menjadi salah satu aspek integral sustainable
Kondisi permukiman nelayan di kampung tersebut development. Partisipasi komunitas dapat
masih jauh dari kodisi ideal. Kondisi permukiman yang meningkatkan kapasitas komunitas untuk mengurangi
padat, kumuh, kotor, dan kurangnya public space dampak negatif tourism development dan
menjadi permasalahan utama. Perekonomian warga memperkuat kelebihannya. (Haywood, 1988; Jamal &
pun tergolong lemah. Hal ini tidak sejalan dengan 4 Getz,1995)
pilar dalam sustainable development yang menjelaskan
bahwa terdapat 4 faktor yang mempengaruhi yakni Paper ini akan mendiskusikan konsep pengembangan
faktor lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. kampung nelayan berbasis community based tourism
Dimana permukiman seharusnya memiliki untuk mengembangkan potensi kampung nelayan di
keseimbangan ekologis dari aspek lingkungan, Indonesia sehingga dapat berkontribusi untuk
keseimbangan sosial dan keadilan dari aspek sosial, memperbaiki lingkungan dan perekonomian warganya.
material prosperity dari segi ekonomi, dan vitalitas Karena 2/3 warga Indonesia hidup di Kampung,
budaya yang dapat dilihat dari keragaman dan social dengan berbagai level standart, mayoritas adalah warga
space yang tersedia di kampung (Hawkes,2011). berpenghasilan menengah ke bawah (Setijanti,2006).

RUMUSAN PERMASALAHAN Studi Kasus


Wilayah studi yang dipilih adalah RW 3 Kampung
Berbagai program perbaikan kampung nelayan yang
Nambangan Perak, Kelurahan Kedung Cowek,
telah dilaksanakan dapat menjadi salah satu alternatif
Kecamatan Bulak, Surabaya. Wilayah ini dipilih karena
yang berdampak baik pada perkembangan kampung
pembangunannya tergolong masih tertinggal
nelayan di Indonesia. Integrasi kampung nelayan
dibandingkan dengan wilayah Kedung Cowek lainnya
dengan Community-Based Tourism dapat menjadi solusi
yang telah mendapat program perbaikan dari
untuk menemukan konsep alternatif peluang
Pemerintah Kota Surabaya.

Gambar 1. Peta Kampung Kedung Cowek RW 3


(Sumber: Google Maps)

METODE PENELITIAN dengan ketua RW 3 Kampung Nambangan Perak,


Metode penelitian yang dipakai di paper ini adalah Kedung Cowek dan penduduk setempat.
deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan elaborasi
data. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah
observasi, kajian literatur dan in depth interview
Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 57

LITERATURE REVIEW (viable), sedangkan faktor sosial mencakup aspek


bearable dan equitable.
Pembangunan Berkelanjutan dalam Konteks
Empat Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Global
Dalam Perkembangannya, tiga pilar pembangunan
Sejarah pembangunan berkelanjutan diawali dari
berkelanjutan dikembangkan menjadi 4 pilar pada
Conference on the Human Environment (Konferensi
the dan the United Cities and Local
mengenai lingkungan manusia) yang diadakan oleh
Governments (UCLG) pada tahun 2010, dimana
Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada tahun 1972
terdapat satu variabel tambahan yakni faktor culture
di Stockholm. Dalam konferensi yang dihadiri oleh
yang dipengaruhi budaya kontekstual lingkungan
delegasi negara maju maupun negara berkembang
binaan. Hal ini menjadi lebih kompleks dimana faktor
termasuk Indonesia tersebut menghasilkan
budaya sendiri mencakup beberapa aspek yani
kesepakatan bahwa perlu adanya pertimbangan
wellbeing, creativity, diversity dan innovation.
masalah lingkungan dalam program–program
pembangunan yang selama ini dijalankan. Berangkat
New Urban Agenda
dari konferensi di Stockholm, PBB melalui World
New Urban Agenda merupakan cara untuk mengatur
Conference on Environment and Development
dan mengarahkan urbanisasi global agar dapat
(WCED) pada tahun 1987 mempublikasikan sebuah
mencapai pembangunan berkelanjutan. New Urban
laporan yang berjudul our comman future atau
Agenda itu penting karena mencakup beberapa hal
Brundtland report yang didalamnya memuat mengenai
yaitu :
konsep pembangunan yang berkelanjutan. Menurut
laporan tersebut pembangunan berkelanjutan - Mencakup lingkungan urbanisasi di semua
didefinisikan sebagai proses pembangunan untuk tingkat pemukiman manusia
memenuhi kebutuhan pada masa sekarang dengan - Merupakan kebijakan yang lebih tepat untuk
tidak mengorbankan kemampuan generasi yang akan dapat meliputi keseluruhan lingkungan fisik
datang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak urbanisasi. (menjembatani daerah perkotaan,
dipublikasikan oleh WCED mulai banyak para ahli dari pinggiran kota dan pedesaan)
berbagai disiplin ilmu mendefinisikan mengenai - Dan membantu pemerintah dalam mengatasi
pembangunan berkelanjutan. Tidak berhenti sampai di tantangan melalui kerangka kebijakan
pertemuan WCED, pembahasan mengenai pembangunan nasional dan daerah.
pembangunan berkelanjutan dilanjutkan dengan - Mengintegrasikan kesetaraan untuk agenda
United Nations’ Earth Summit atau Konferensi Bumi pembangunan. Kesetaraan menjadi masalah
PBB pada tahun 1992 di Rio Janerio yang keadilan sosial, menjamin akses ke ruang publik,
menghasilkan Agenda 21 dan disambung dengan perluasan peluang dan meningkatkan
pertemuan di Johannesburg yang dilaksanakan Majelis kepentingan bersama.
Umum PBB yang mengadopsi Millenium - Mengedepankan perencanaan perkotaan
Development Goals pada tahun 2000 dan Konferensi nasional dan perluasan kota yang direncanakan.
Tingkat Tinggi (KTT) Dunia pada tahun 2002. Dari - Memutuskan seberapa relevan tujuan
berbagai pertemuan yang diadakan menunjukkan pembangunan yang didukung melalui urbanisasi
bahwa betapa pentingnya pembangunan berkelanjutan.
berkelanjutan. - Menyelaraskan dan memperkuat pengaturan
kelembagaan dengan hasil substantif Habitat III
Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Terdapat 3 pilar utama dalam sustainable development Sustainable Fisherman Settlement Development
seperti pada diagram di samping (IUCN 2006) yang Dalam Fishermans Bend Urban Renewal Area Draft
menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor yang Vision and Interim Design Guidelines (Port Philip,
mempengaruhi sustainable development yakni faktor 2013), terdapat 10 konsep strategi perkembangan
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Dari tiga pilar permukiman nelayan:
tersebut, faktor lingkungan mencakup aspek layak 1. The creation of 21st century jobs
(viable) dan dapat dipertahankan (bearable), faktor 2. The timely provision of infrastructure
ekonomi mencakup aspek adil (equitable) dan layak 3. A place that is easy to get around
4. A vibrant, mix of uses and activities
58 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 55-65, ISSN 1411-7193

5. Distinctive and diverse neighborhoods  Fostering a shared learning process between


6. A great place for families hosts and guests
7. A high quality built environment  Educating and building understanding of
8. Smart environmental solutions diverse cultures and ways of life
9. Environmental constraints addressed  Raising awareness of natural and cultural
10. Strong partnerships and effective governance. conservation among tourist and the local
community
Konsep Pengembangan Community Based
Tourism Selain itu, Community Based Tourism juga bisa
a. Definisi Community Based Tourism menjadi alat untuk mewujudkan Sustainable
Menurut Suansri 2003, Community Based Tourism Development (Suansri 2003), yakni dengan breakdown
merupakan pembangunan pariwisata yang sebagai berikut:
mengedepankan aspek lingkungan, sosial, ekonomi,
Tabel 1. Indikator Community Based Tourism
dan budaya. Pembangunan dikelola dan dimiliki oleh
dan untuk kepentingan masyarakat/komunitas, Dimensi Indikator Community Based
Tourism
dengan tujuan untuk menarik minat turis/wisatawan
untuk ikut belajar bersama masyarakat dan merasakan Lingkungan • Studi kapasitas area
local way of life. sebagai penunjang wisata
• Memanajemen waste
disposal atau limbah
b. Aspek Community Based Tourism
• Memiliki social space atau
Menurut (Suansri 2003), aspek community based public space yang dapat
tourism antara lain: digunakan masyarakat
1. Natural and Cultural Resources setempat maupun
 Natural resources are well preserved wisatawan
 Local economy and modes of production Sosial • Komunitas memiliki sense of
depend on the sustainable use of natural ownership dan mau
resources berpartisipasi dalam
 Customs and culture are unique to the pembangunan
destination • Membangun/memperkuat
organisasi masyarakat
2. Community Organizations
• Komunitas memiliki tetua
 The community shares consciousness, norms yang memegang teguh
and ideology norma dan adat
 The community has elders who hold local Ekonomi • Kegiatan ekonomi lokal
traditional knowledge and wisdom yang memanfaatkan potensi
 The community has a sense of ownership and alami daerah
wants to participate in its own development • Meningkatkan pendapatan
3. Management masyarakat
• Menciptakan lapangan
 The community has rules and regulations for
pekerjaan baru melalui
environmental, cultural, and tourism tourism
management
 A local organization or mechanism exists to Budaya • Memiliki budaya (local way
of life) yang menarik sebagai
manage tourism with the ability to link tourism
destinasi wisata
and community development • Menghargai
 Benefits are fairly distributed to all keanekaragaman budaya
 A precentage of profits from tourism is • Menanamkan
contributed to a community fund for economic pembangunan dalam
budaya lokal
and social development of the community
4.Learning Sumber: Suansri (2003)
Tourism activities and services aim at:
Hal ini juga selaras dengan pendapat Ramadhani
(2017) dimana pengembangan sustainable tourism dapat
Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 59

diwujudkan dengan berdasarkan pada analisis HASIL DAN PEMBAHASAN


lingkungan dan sosial budaya yang meliputi perbaikan
lingkungan fisik; pemangku kepentingan kerja sama; Dari hasil observasi dan in depth interview dengan
memperkuat organisasi masyarakat dan pembentukan masyarakat pada area studi kasus, didapatkan beberapa
organisasi pariwisata; membangun ruang terbuka hijau, analisis terkait dengan aspek sustainable development,
area parkir, papan nama, dan fasilitas pariwisata; itu antara lain sebagai berikut:
peningkatan perusahaan berbasis rumah dan
perusahaan local untuk mendukung kegiatan 1. Aspek Lingkungan
pariwisata; pembentukan pariwisata budaya khusus Dari hasil observasi dan in depth interview,
program; dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui didapatkan data terkait analisa aspek lingkungan
pelatihan dan pemantauan. sebagai berikut:

Tabel 2. Analisa Kondisi Eksisting dan Rekomendasi pada Aspek Lingkungan


Indikator Kondisi Eksisting Rekomendasi
Studi Studi Kapasitas Lingkungan
Kapasitas
Lingkungan a) Pola Tata Ruang Lingkungan Dalam segi lingkungan, perlu adanya perbaikan kualitas
Lingkungan kampung nelayan terkesan padat dan kurang rumah penduduk dengan pengecatan dan perbaikan
tertata, hal ini disebabkan banyaknya penduduk yang mendiami struktur yang melibatkan partisipasi masyarakat. Atau
kampung nelayan kedung cowek. Polanya pun tidak teratur, berupa mural yang menggambarkan budaya nelayan di
sehingga menyebabkan kondisi permukiman terkesan kumuh. sekitar kampung. Hal ini akan menjadi salah satu faktor
Namun pola eksisting yang ada merupakan salah satu bentuk penarik wisatawan untuk berkunjung, terutama untuk
keaslian budaya khas nelayan yang harus dipertahankan. Pola fotografi.
permukiman yang ada di kampung ini memiliki nilai sejarah dan
kesesuaian dengan karakteristik nelayan Kedung Cowek.

Gambar 2. Kondisi Pola Pemukiman


Gambar 3. Rekomendasi Perbaikan
60 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 55-65, ISSN 1411-7193

b) Aksesibilitas Rekomendasi perbaikan kondisi jalan kampung,


Aksesibilitas cukup terjangkau karena terletak di area Pantai dimana kondisi eksisting yang masih berlubang dapat
Kenjeran dan lokasi yang berdekatan dengan sentra ikan Bulak. diperbaiki dengan diberi paving dan dilukis untuk
Namun jalan yang ada kondisinya kurang layak, karena sudah menambah estetika
rusak dan berlubuang. Perlu adanya perbaikan jalan dengan di
aspal ataupun di paving

Gambar 4. Kondisi Jalan Pemukiman Gambar 5. Rekomendasi Paving

c) Ketersediaan Infrastruktur Rekomendasi perbaikan infrastruktur selokan agar


Infrastruktur jalan sudah cukup memadai, namun saluran air dapat mengalirkan debit air hujan sehingga
hujan masih tradisional dan belum ada perbaikan. Sebelumnya permukiman tidak banjir.
saluran ini masih bisa menampung debit air hujan dengan baik
dan mengalirkannya langsung ke laut. Namun karena adanya
pembangunan perumahan modern di sekitar kampung,
menyebabkan terjadi banjir kiriman di kampung ini. Saluran
drainase ini tidak dapat mengalirkan dengan baik debit air hujan
kiriman berlebih.

Gambar 7. Rekomendasi Selokan

Gambar 6. Selokan eksisting yang tradisional

d) Tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di area ini Pembuatan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) akhir
merupakan permasalahan utama yang terjadi. Hal ini lokal untuk masyarakat.
menyebabkan banyak sampah yang berserakan di sekitar
lingkungan. Mulai dari sampah anorganik yang terbawa arus ke
tepi pantai sampai sampah hasil rumah tangga warga.

Gambar 8. Sampah pada Kampung Kedung Cowek Gambar 9. Rekomendasi TPS Kampung
Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 61

Manajemen Dalam hal manajemen pengelolaan limbah, baik rumah tangga atau • Pembuatan saluran drainase baru untuk mencegah
Water hasil tangkapan ikan, kampung ini masih kurang dalam banjir kiriman
Disposal implementasinya. Belum adanya teknologi seperti komposter, IPAL, • Pembuatan sistem pengolahan air hujan
dan semacamnya. Karena untuk kebutuhan primer yakni tempat • Mengelola limbah kulit kerang menjadi barang atau
pembuangan sampah saja masih belum ada. Pembangunan harus bahan yang bermanfaat
bertahap, dimana jika telah disediakan tempat pembuangan sampah,
maka selanjutnya sampah sampah tersebut dapat diolah menjadi
barang-barang yang lebih bermanfaat kedepannya

Gambar 10. Rekomendasi IPAL

Memiliki Satu hal penting lain yang masih kurang dalam penyediaan sarana Pembuatan public space atau social space secara
social space kampung adalah social space atau public space. Masyarakat partisipatif untuk kegiatan sosial warga dan wisatawan.
atau public kampung belum memiliki social space sebagai tempat berkumpul dan
space yang mengadakan kegiatan bersama, baik itu untuk nelayan dan ibu-ibu
dapat dalam hal pengolahan ikan (mencuci, membersihkan, pengasapan,
digunakan dan pengeringan) dan anak-anak yang kurang diwadahi tempat
masyarakat bermainnya.
setempat Kalau dulu sebelum terjadinya abrasi di pantai, social space terletak
maupun di sepanjang pantai. Dimana anak-anak bisa bermain bola dan ibu-
wisatawan ibu serta bapak-bapak dapat bersosialisasi sembari membersihkan
ikan-ikan hasil tangkapan melaut.

Gambar 11. Rekomendasi Desain Balai Warga


Sumber: Penulis (2019)

Aspek Sosial
Dari hasil observasi dan in depth interview, didapatkan data terkait analisa aspek sosial sebagai berikut:

Tabel 3. Analisa Kondisi Eksisting dan Rekomendasi pada Aspek Sosial


Indikator Kondisi Eksisting Rekomendasi
Sense of Kedung Cowek memiliki 3613 jiwa yang 677 jiwa diantaranya adalah Meningkatkan sense of ownership dengan
Ownership nelayan. Dan RW 3, adalah wilayah yang prosentasi nelayannya paling memperbanyak program bersama warga
Masyarakat besar dari wilayah lain. Mayoritas pekerjaan warga adalah nelayan. seperti kerja bakti, senam pagi, dan lainnya
Hal ini disebabkan karena RW 3 berbatasan langsung dengan laut.
Aktifitas nelayan yang terjadi di kampung ini juga masih terjaga.
Sehingga ada keterikatan budaya dan mata pencaharian dari
masyarakatnya. Hal ini tentunya mempengaruhi sense of ownership
dari masyarakatnya, walaupun belum maksimal karena terkadang
warga sudah terlalu sibuk dengan kegiatan nelayan sepanjang
harinya, sehingga kurang dapat bekerjasama dalam program-program
tertentu.
62 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 55-65, ISSN 1411-7193

Gambar 12. Monografi Jumlah Nelayan di Kedung Cowek tahun


2013

Membangun/ Lembaga yang ada di kampung kedung cowek cukup beragam, mulai Meningkatkan kapasitas lembaga
Memperkuat dari pengurus RT, RW, sampai organisasi kepemudaan seperti karang masyarakat yang ada
Organisasi taruna. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai potensi lembaga masyarakat
Masyarakat yang dapat dikembangkan untuk pengelola pariwisata kelak

Gambar 13. Acara Masyarakat

Komunitas Memiliki Komunitas memiliki ketua RW yang dianggap tetua di kampung ini. Tetua menjaga tradisi dan harus selalu
Tetua yang Ketua RW ini merupakan penduduk asli kampung sejak dia lahir, dan dilibatkan dalam merumuskan konsep
Berpegang Teguh paham betul tentang kondisi dan sejarah kampung. pembangunan kampung
Menjaga Budaya
Kampung

Gambar 14. Ketua RW sebagai Tetua di Kampung ini

Sumber: Penulis (2019)

Aspek Ekonomi
Dari hasil observasi dan in depth interview, didapatkan data terkait analisa aspek ekonomi sebagai berikut:

Tabel 3. Analisa Kondisi Eksisting dan Rekomendasi pada Aspek Ekonomi


Indikator Kondisi Eksisting Rekomendasi
Kegiatan Ekonomi Karena mayoritas warga adalah nelayan, kegiatan ekonomi Peningkatan kualitas teknologi nelayan
Lokal yang masyarakat kampung ini cenderung homogen. Kegiatan melaut (namun yang tradisional tetap
Memanfaatkan setiap hari terjadi di kampung ini, mulai dari melaut dan mencari ikan, dipertahankan beberapa sebagai
Potensi Daerah mencuci dan membersihkan ikan, pengasapan, pengeringan, sampai pendukung fator budaya)
pengolahan ikan.
Namun yang disayangkan adalah, kegiatan pengolahan tidak bisa
bersaing dengan wilayah luar bahkan Kelurahan Sukolilo dikarenakan
kurangnya sarana prasarana pengelolahan ikan yang baik kurangnya
Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 63

sarana prasarana dalam mengelola hasil laut secara higienis,


pengolahan,pengasapan ikan masih tradisional.

Gambar 15. Kegiatan Nelayan di Kampung ini

Meningkatkan Apabila kedepannya kampung ini dikembangkan sebagai area wisata Pembangunan wisata edukasi kampung
Pendapatan & edukasi nelayan, tentunya akan berdampak pada peningkatan nelayan yang dapat meningkatkan
Menciptakan pendapatan masyarakat setempat. Mengingat pendapatan pendapatan dan lapang pekerjaan baru
Lapangan Kerja Baru masyarakat yang masih dibawah UMR, yakni sebagai berikut: bagi masyrakat.
bagi Masyarakat
Sumber: Penulis (2019)

Aspek Budaya
Dari hasil observasi dan in depth interview, didapatkan data terkait analisa aspek budaya sebagai berikut:

Tabel 4. Analisa Kondisi Eksisting dan Rekomendasi pada Aspek Budaya


Indikator Kondisi Eksisting Rekomendasi
Memiliki budaya lokal Budaya lokal yang masih terjaga di lingkungan kampung adalah Pengembangan kawasan wisata edukasi
(local way of life) yang budaya aktifitas nelayan. Hal ini terjjadi karena mayoritas warga RW kampung nelayan berbasis aktifitas
menarik sebagai 3 ini bermatapencaharian sebagai nelayan. Kegiatan yang dapat nelayang yang ada. Karena kampung
destinasi wisata disaksikan di kampung ini antara lain : kedung cowek RW 3 ini sangat
berpotensi sebagai representasi
1. Kegiatan Melaut kehidupan nelayan tradisional Surabaya.
Dan nantinya wisatawan diajak untuk
merasakan langsung menjadi nelayan
dengan mengikuti kegiatan yang ada,
yakni melaut, membersihkan ikan,
pengasapan ikan, pengeringan, sampai
pengolahan ikan.

Gambar 16. Kegiatan Melaut di Kampung Kedung Cowek

2. Kegiatan Pembersihan Ikan


64 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 55-65, ISSN 1411-7193

Gambar 17. Kegiatan Pembersihan Ikan

3. Kegiatan Pengeringan Ikan

Gambar 18. Kegiatan Pengeringan Ikan

4. Kegiatan Pengasapan Ikan

Gambar 19. Kegiatan Pengasapan Ikan Tradisional

5. Kegiatan Pengolahan Ikan

Gambar 20. Kegiatan Pengolahan Ikan


Menghargai Dalam hal menghargai keanekaragaman budaya, kampung ini Masyarakat harus dikenalkan untuk
keanekaragaman sudah cukup familiar dengan berbagai kegiatan dari pihak luar, mulai mengenal dan terbuka pada dunia luar,
budaya dan dari bakti sosial, pengabdian masyarakat, sampai program-program tanpa mengurangi faktor budaya lokal
pemerintah. Mulai dari mahasiswa ITS, Unair, peneliti, dan yang harus dipertahankan
Menanamkan
Annisa Nur Ramadhani, Community Based Tourism dalam Pengembangan Kampung Nelayan Kedung Cowek di Surabaya 65

pembangunan dalam pemerintah sudah banyak berkomunikasi dengan warga setempat.


budaya lokal Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah cuku siap dengan
perubahan dan perkembangan karena telah terbiasa berkomunikasi
dengan pihak luar
Sumber: Penulis (2019)

KESIMPULAN Kusnadi, (2006). Filosofi Pemberdayaan Masyarakat


Pesisir. Bandug: Humaniora.
Kampung Kedung Cowek merupakan salah satu P Setijanti. 2, 2006. Maritime Living Museum:
kampung yang memiliki potensi besar dalam Eksplorasi Ruang Ekspose Pesisir. U
pengembangan wisata edukasi budaya kampung Syafrudin, P Setijanti. Jurnal Sains dan Seni
nelayan berbasis community based tourism. Di ITS 6 (2), G407-G411, 2017.
kampung Kedung Cowek ini, mayoritas masyarakatnya Port Philip. 2013. Fishermans Bend Urban Renewal
bermata pencaharian sebagai nelayan. Aktifitas budaya Area Draft Vision and Interim Design
nelayan mulai dari melaut, pembersihan ikan, Guidelines. Melbourne: City of Port Phillip
pengeringan, pengasapan, dan pengolahan ikan masih Submission.
terjaga di Kampung ini. Sehingga kampung nelayan Ramadhani, A.N. 2017. Development Concept Of
Kedung Cowek ini memiliki potensi yang besar untuk Urban Housing Renewal Based On
dikembangkan sebagai salah satu area wisata berbasis Sustainable Tourism: A Case Study Of
edukasi budaya dan aktifitas nelayan. Kampung Tambak Bayan, Surabaya.
Namun dengan banyaknya potensi di atas, kondisi di International journal of scientific & technology
lapangan masih sangat jauh dari kondisi ideal sebuah research. Volume 6, issue 06, june 2017, pp
sustainable development. Banyak aspek mulai dari 266-274. ISSN 2277-8616.
kurangnya kualitas lingkungan binaan, sosial, tingkat Suansri, P. 2003. Community Based Tourism
ekonomi yang masih rendah, sampai faktor budaya Handbook. Thailand: Rest Project. ISBN :
yang masih belum dikembangkan secara maksimal. 974-91433-7-X
Rekomendasi pengembangan di kampung nelayan
Kedung Cowek ini harus memperhatikan budaya dan
tradisi setempat dengan menerapkan unsur teknologi
untuk pengembangannya. Dalam hal ini, dukungan
peran berbagai stakeholder seperti pemerintah,
akademisi, LSM, CSR, dan penduduk setempat sangat
vital diperlukan untuk pengembangan kampung
menuju kampung nelayan berbasis community based
tourism.

REFERENCES

Cahyadi, R. 2012. Nelayan dan Pertarungan terhadap


Sumber Daya Laut. Jurnal Kependudukan
Indonesia. Vol 7 No 2 Page: 127-145
D. Getz, T. Jamal. 1995. Collaboration theory and
community tourism planning. Journal Annals
of Tourism Research. Volume 22, Issue
1, 1995, Pages 186-204.
Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan
Ekowisata.UGM.Yogyakarta.
Haywood‐Farmer, J. (1988), "A Conceptual Model of
Service Quality", International Journal of
Operations & Production Management, Vol. 8
No. 6, pp. 19-29.

Anda mungkin juga menyukai