Anda di halaman 1dari 11

RIVIEW JURNAL DAN CONTOH PENELITIAN

KUALITATIF DAN KUANTITATIF


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan Semester Genap Tahun
Akademik 2021/2022

Oleh:

LULIK FULLELA RAKHMAN


10070319095
KELAS C

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M / 1442
Judul Jurnal Peremajaan Permukiman Kumuh Dengan Penerapan Konsep Ecovillage
Penulis Wardana Wibawa dan Alwin
Publikasi Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol.3, No.1 Januari 2019.
Riviewer Lulik Fullela R (10070319095)
Review Jurnal Latar belakang pada jurnal ini menjelaskan bahwa permukiman kumuh merupakan
salah satu masalah yang dapat tmbul dalam suatu kota atau kabupaten. Salah satu
contoh permukiman kumuh penduduk yaitu di Desa Bojongsiang Kabupaten Bandung.
Dari kumuhnya permukiman di desa tersebut ialah akibat dari aktifitas yang terlalu
berlebihan sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak
nyaman untuk ditinggali. Maka hal tersebut yang perlu dilakukan ialah dengan
peremajaan terhadap permukiman kumuh untuk meningkatkan kualitas permukiman
menjadi berkembang. Pada jurnal tersebut model yang akan direncanakan dalam
permukiman kumuh ialah ecovillage yang berbasis ekologis.
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai upaya untuk mengurangi tata kelola
ruang perdesaan yang salah serta menerapkan 5 karakteristik ecovillage di Kabupaten
Bandung dan mengoptimalkan potensi di Desa Bojongsoang untuk menerapkan
ecovillage di Kabupaten Bandung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan studi literatur, studi banding, dan observasi obyek permukiman.
Data primer yang dilakukan dengan cara observasi dan data sekunder didapat dari
metode kepustakaan, peraturam, penelitian terdahulu.
Hasil penelitian dalam jurnal ini menyatakan bahwa peningkatan nilai tambah
produk pertanian primer di ebberapa negara dipercaya berhasil mengurangi kemiskinan
terutama kemiskinan di pedesaan dan sektor pertanian. Dan bangunan rumah dibuat
menjadi permanen yang layak huni dengan disediakan ventilasi buatan, kemudian
penataan kembali terhadap pola jalan, kemudian diperlukan ruang komunal untuk
bersosialisasi dan juga teras yang cukup luas sebagai ruang bersama kemudian
disediakan MCK dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Serta menyediaan
tempat sampah kering dan basah.
Kesimpulan Berdasarkan uraian fakta yang telah dianalisis diatas, dapat diketahui bahwa
agar permukiman tidak menjadi bertambah padat dan kumuh solusi yang dapat
ditawarkan adalah dengan cara peremajaan permukiman. Peremajaan
permukiman kumuh merupakan kegiatan untuk memperbaiki dan untuk
memperbaharui suatu kawasan kota yang memiliki mutu lingkungannya rendah.
Tambora terletak di lokasi strategis sehingga warga tidak ingin pindah dari
Tambora. Proyek peremajaan permukiman melalui penerapan konsep ecovillage
dengan membangun permukiman yang berkelanjutan dan ekologis, yang
menggunakan prinsip berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dan
berintegrasi dengan dimensi sosial, ekonomi, dan budaya.

Komentar Kesesuaian judul jurnal denga isi jurnal sudah cukup baik dimana dari setiap
permasalahan yang ada di Desa Bojongsoang ini mencantumkan foto eksisting sehingga
para pembaca mudah mengenali kawasan tersebut. Dan pembahasan dalam jurnal ini
sudah tepat dalam rumusan masalah yang ada. Dan juga dilampirkan dasar hukum UU
terkait dengan lingkungan hidup.
Daftar Pustaka Aulia, D. N. (2005). Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan
Tinjauan. Jurnal Sistem Teknik Industri, 6, 35-39.
Dawson, J. (2007). Ecovillages: New Frontiers for
Sustainability.Canada.
Jackson, H. (2005). Integrated Ecovillage Design: A New
Planning Tool for Sustainable Settlements. Journal of
Resources and Ecology, 1-8.
Musthofa, Z. (2011). Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi
Permukiman Kumuh. 2(1), 137-141.
Puspita, A. A. (2013). Analisis Upaya Masyarakat Dalam
Mewujudkan Kampung Hijau (Studi Kasus: Kelurahan
Gayamsari, Kota Semarang). Jurnal Lingkungan, 36-40.
Judul Jurnal Analisis Kearifan Lokal dan Pengembangannya Terhadap Pariwisata di Kecamatan
Sukakarya Kota Sabang
Penulis Muhammad Khalis, T. Fauzi, Azhar
Publikasi Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 3, Nomor 4, November 2018
Riviewer Lulik Fullela R (1007319095)
Review Jurnal Latar belakang pada jurnal ini menjelaskan bahwa Kota Sabang memiliki
beragam adat istiadat yang dilahirkan oleh multietnik. Penyebabnya itu tidak lepas
dari masa konflik yang pernah melanda Aceh beberapa waktu lalu. Keinginan
masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata tentunya membuat
masyarakat lokal harus mengikuti perkembangan global dan tanpa disadari
masyarakat lokal telah meninggalkan budaya khasnya karena dari sektor pariwisata
sehingga banyak menimbulkan permasalahan baik itu dari sektor ekonomi, sosial
budaya, dan lingkungan yang ada di tempat tujuan wisata tersebut.
Tujuan penelitian pada jurnal ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk kearifan
lokal masyarakat dan mengetahui pengaruh kearifan lokal terhadap perekonomian
masyarat Kecamatan Sukakarya Kota Sabang.
Metode penelitian yang digunakan pada jurnal ini yaitu model analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran umum mengenai
kearifan lokal dan pengembangannya terhadap pariwisata di Kecamatan Sukakarya
Kota Sabang. Pemilihan metode kualitatif untuk memperoleh informasi dan
menggali wawasan masyarakat dalam memahami keberadaan kearifan lokal
tersebut.
Hasil penelitian pada jurnal ini ialah bahwa Kecamata Sukakarya belum
sepenuhnya mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan sehinga menimbulkan
permasalahan sehingga menjadi ancaman ditempat wisata apabila tidak
dikembangkan secara berkelanjutan, maka upaya yang dilakukan menyelenggarakan
festival-festival yang berskala nasional dan internasional. Tujuan di selenggarakan
festival-festival tersebut adalah untuk menambah minat dari wisatawan yang
berkunjung ke Sabang, karena selama ini wisatawan domestik dan mancanegara
hanya menikmati wisata bahari
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sukakarya Kota
Sabang dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Kearifan lokal yang terdapat di Kecamatan Sukakarya dari segi nonfisik berupa
(norma qanun dan budaya) masih terjaga dengan baik. Selain itu kearifan lokal
budaya dari adat dan istiadat akan dikembangkan dalam sektor pariwisata
melalui festival-festival budaya salah satunya acara pernikahan yang
menyediakan adat semapa (berbalas pantun) ketika hantaran pernikahan (intat
linto dan tung dara baro). Kearifan lokal dari segi fisik seperti makanan
tradisonal sudah mulai hilang dikalangan masyarakat, hal ini dipengaruhi oleh
bahan baku yang sulit didapat untuk membuat makanan tradisonal. Selain itu
warga yang memahami tentang proses pembuatan makanan tradisional sudah
mulai jarang yang mengerti sepenuhnya, sehingga tidak ada generasi
penerusnya. Sedangkan untuk permainan tradisional juga tidak lagi dimainka
2. Pengaruh dari wisatawan asing yang berkunjung di Kecamatan Sukakarya dilihat
dari segi budaya lokal tidak berdampak buruk, ini dikarenakan masyarakat tidak
mempermasalahkan budaya luar yang hadir ketika turis berkunjung, masyarakat
lokal hanya melihat dampak pariwisata dari segi perekonomian, dengan
hadirnya wisatawan lokal maupun mancanegara tentunya membuka lahan
pekerjaan untuk masyaraka sekitar. Dari segi ekonomi kearifan lokal yang ada di
pantai Iboih berperan dengan baik, karena masyarakat Gampong Iboih dapat di
berdayakan dengan memanfaatkan lahan usaha yang ada di pantai Iboih,
masyarakat Gampong Iboih sudah 97% terlibat langsung dalam kegiatan wisata
sedangkan 3% terlibat secara tidak langsung. Sedangkan peran kearifan lokal
dari segi lingkungan juga sudah baik karena telah menciptakan tim pahlawan
lingkungan yang bertugas menjaga kebersihan dan melapor jika terdapat
masyarakat atau wisatawan yang merusak lingkungan ataupun yang membuang
sampah sembarangan sehingga berdampak buruk untuk lingkungan wisata. n
oleh warga lokal karena mereka lebih tertarik dalam kegiatan pariwisata yang
menghasilkan uang dan dapat menambah pendapatan mereka.
Komentar Kesesuian judul jurnal dengan isi jurnal sudah cukup baik, dan menggunakan
teknik analisis yang tepat dimana menggunakan data primer dengan metode
wawancara dan FGD. Selain itu data yang dilampirkan sudah cukup lengkap
sehingga pembaca lebih paham akan kearifan lokal yang berada di Kota Sabang.
Namun kurangnya visualisasi dimana hanya teks saja yang dilampirkan tidak adanya
gambar-gambar terkait kearifan lokal yang ada.
Daftar Pustaka Adiwarman A. Karim. 2008. Ekonomi Makro Islam. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Adirozal, 2001. “Budaya Lokal dalam Konteks Budaya Global: Eksistensi
Kesenian Tradisional dalam Industri Pariwisata” dalam Jurnal Eksperisi
Seni, 1 September, STSI Padang panjang.
Aini Mufidah, 2017, “Pengembangan Integrasi Sosial Melalui Kearifan Lokal
(Suku Jawa dan Suku Bali di Kampung Rama Utama Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten Lampung Tengah”, Jurnal Kearifan Lokal 5 (9) : 17.
Anita Sulistyaning Gunawan, dkk. 2016. “Analisis Pengembangan Parawisata
Sosial Ekonomi Masyarakat (studi pada wisata religi gereja pusarang
kediri)”, Jurnal Administrasi Bisnis. 32 (1) : 10.
Ardi Surwiyanta. 2003. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial
Budaya dan Ekonomi. Jurnal Media Wisata 2 (1) : 20.
Busron A. Karim. 2010. Pariwisata; Antara Tuntunan Industri Dan Kearifan
Lokal. Jurnal KARSA, 18(2) : 157
Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata dan WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
dan WWF Indonesia.
Djamhur Hamid. 2016. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kawasan Wisata Studi Pada Masyarakat
Sekitar Wisata Wendit, Kabupaten Malang. Jurnal Adminitrasi Bisnis (JAB)
30 (1) : 16.
Fatmawati, Malik. 2016. Peranan Kabudayaan Dalam Pencitraan Kebudayaan
Bali. Jurnal Kepariwisataan Indonesia 11(1) : 19.
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. PT. Grasindo, Jakarta
I Gusti Made Wendri. 2016. Kajian Motivasi: Penawaran Pariwisata Spiritual
Bali Ke Depan. Jurusan Pariwisata Negeri Bali. Jurnal Sosial dan
Humaniora, 6(1) : 19.
I Putu Gede Parma. 2010. Kontribusi Pariwisata Alternatif Dalam Kaitannya
Dengan Kearifan Lokal Dan Keberlansungan Lingkungan Alam. Diterbitkan
Pada Jurnal Media Komunikasi FIS Universitas Pendidikan Ganesha Edisi
Khusus Perhotelan 9(2) :45-57.
Jessy, Tiara Apriani Putri. “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Balikpapan Melalui Pajak Daerah Sektor Pariwisata”. Journal
Administrasi Negara. 5 (3) : 45-60.
Karisma, Widya & Abiding lating. ”Analisis Peran Industri Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo. Jurnal Ilmiah FEB Unibraw
Kharisma. 1 (3) : 34-40 Khairani. 2009. Analisis Variabel Yang Berpengaruh
Terhadap Pembentukan Citra Daerah Tujuan Wisata : Studi Kasus
Wisatawan Nusantara Yang Berwisata Ke Yogyakarta Periode 2007-2009.
Skripsi. Universitas Indonesia.
Lilian Sarah.” Dampak Pariwisata Terhadap Pendapatan Dan Tingkat
Kesejahteraan Pelaku Usaha Di Kawasan Wisata Pantai Natseda, Pulau
Ambon”. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 9 (1) :87-105.
Luthfi, Muhammad. “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosial Ekonomi
di Bandar Lampung”.Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen. Vol.2 No.1.
(Juni, 2013).
Mohd Jirey Kumalah. 2015, “Kearifan Tempatan Dan Potensinya Sebagai
Tarikan Pelancongan Berasaskan Komuniti: Kajian Kes Komuniti Bajau
Ubian Di Pulau Mantanani, Sabah”, Malaysian Journal of Society and space
11 (12) : 112-128.
Moleong, 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Nurhadi, Febrianti Dwi Cahya.el. “Strategi Pengembangan Pariwisata Oleh
Pemerintah Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah“ (Studi Pada Dinas
Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto).
Jurnal Administrasi Publik (JAP). 2 (2) : 27-40.
Pawarti, A., H. 2012. “Nilai pelestarian lingkungan dalam kearifan lokal lubuk
larangan ngalau agung di kampuang surau kabupaten dharmaraya provinsi
sumatera barat”. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan.
Judul Jurnal Place, Space and Identity Through Greening in Kampung Kota
Penulis Bagas Dwipantara Putra , Ralph Horne , and Joe Hurley
Publikasi Journal of Regional and City Planning vol. 30, no. 3, page. 211-223, 2019
Riviewer Lulik Fullela R (1007319095)
Review Jurnal Latar belakang pada jurnal ini menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu arti
ruang hijau dapat berubah sehingga jurnal ini memberikan gambaran singkat dari
generasi proses perkotaan yang dinamis. Morfologi kampung kota dapat dikenali
dari karakteristiknya yang berbeda dari sejumlah besar tempat tinggal yang
dibangun dari bahan seadanya, biasanya secara bertahap, dimulai dari unit yang
sangat sederhana, yang kemudian berkembang menjadi rumah permanen.
Keberadaan ruang hijau di kampung kota tidak lepas dari peran ingatan manusia
dalam proses pembuatan tempat, dimana ingatan individu dan kolektif merupakan
alat penting dalam penciptaan identitas tempat dan karakter ruang kota. Signifikansi
mereka dalam proses pembuatan tempat sangat diperdebatkan dalam bidang
penelitian sosial. Namun demikian, beberapa studi telah dilakukan dalam konteks
Global South yang membahas fenomena ini.
Tujuan penelitian pada jurnal ini adalah untuk mengandaikan bahwa tempat dan
identitas menghadirkan pertimbangan yang menarik dalam konteks permukiman
padat di kota-kota besar Asia yang sedang berkembang.
Metodologi yang digunakan pada jurnal ini dalam proses pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam semi-terstruktur
untuk mendapatkan narasi dan memperoleh informasi kualitatif tertentu dengan
menggunakan pendekatan partisipatif masyarakat
Hasil penelitian pada jurnal ini Di RW 003 Cilandak, identitas direproduksi dan
diciptakan oleh anggota masyarakat melalui berbagai cara eksplisit, salah satunya
melalui ikon tanaman yang mewakili lingkungan. Penciptaan identitas di lingkungan
membantu menciptakan rasa keterikatan antara penghuni dan lingkungannya.
Dalam membuat lampiran ke suatu tempat, warga berupaya menjaga dan
melestarikan kualitas lingkungannya. Dan kampong kota menunjukkan bahwa
banyak penghuni kampung mencoba meniru suasana alam yang pernah mereka
alami di kampung dan buat ulang di lingkungan mereka.

Kesimpulan Wacana ruang hijau dalam ranah ruang publik dan tata kota dalam konteksnya
Dunia Selatan relatif baru. Berdasarkan temuan dari studi kasus di terpilih
lingkungan di Jakarta Selatan, tempat dan identitas saling terkait dan berhubungan
satu sama lain. Selain itu, citra, identitas, dan memori merupakan variabel penting
yang membangun maknaruang hijau dalam konteks kampung kota dan memainkan
peran penting dalam memperkuat rasa tempat komunitas. Menurut data empiris,
penciptaan identitas melalui Inisiatif hijau membantu memperkuat modal sosial
masyarakat, yang mengarah pada penguatan rasa memiliki dan keterikatan tempat.
Identitas dan citra penciptaan ruang hijau di kampung kota bisa dilakukan
terinspirasi oleh kenangan individu atau komunal dalam bentuk kenangan masa
kecil atau kampung halaman. Memori sebagai instrumen informal dalam proses
pembuatan tempat hijau sangat penting bagi banyak anggota komunitas, di mana
ingatan yang jelas tentang masa lalu dapat diperankan kembali dan dihidupkan
kembali untuk memunculkan momen-momen nostalgia di sekitarnya. Memori
dalam identitas dan citra penciptaan ruang hijau merupakan salah satu pendorong
informal utama kekuatan dalam konteks Global Selatan. Namun, penelitian tentang
identitas dan memori di Global Konteks selatan terbatas, karena pengetahuan yang
ada tentang topik ini terutama berakar di kota-kota di negara maju. Makalah ini
pionir dalam menggambar teori barat dan studi empiris, dan menerapkannya ke
konteks Global Selatan. Dengan demikian, temuan ini memiliki kesamaan dengan
pekerjaan sebelumnya, tetapi juga membangunnya dan memberikan wawasan
baru.
Komentar Isi dari jurnal tersebut cukup informative, jelas dan juga dilengkapi dengan gambar-
gambar observasi
Daftar Pustaka Aravot, I. (2002) Back to Phenomenological Placemaking. Journal of Urban Design
7(2), 201- 212.
Arnberger, A. and R. Eder (2012) The Influence of Green Space on Community
Attachment of Urban and Suburban Residents. Urban Forestry & Urban
Greening 11(1), 41-49.
Bahasa, P.P.P. (2001) Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Barnett, J. and B.L. Jones (1982) An Introduction to Urban Design. New York: Harper
& Row.
Barthel, S., J. Parker, and H. Ernstson (2015) Food and Green Space in Cities: A
Resilience Lens on Gardens and Urban Environmental Movements. Urban
Studies 52(7), 1321-1338.
Behdad, A. (1994) Belated Travelers: Orientalism in the Age of Colonial Dissolution.
Duke University Press. Boyer, M.C. (1996) The City of Collective Memory: Its
Historical Imagery and Architectural Entertainments. MIT Press.
Buta, N., S.M. Holland, and K. Kaplanidou (2014) Local Communities and Protected
Areas: The Mediating Role of Place Attachment for Pro-environmental Civic
Engagement. Journal of Outdoor Recreation and Tourism 5, 1-10.
Carmona, M. (2015). Re-theorising Contemporary Public Space: a New Narrative
and a New Normative. Journal of Urbanism: International Research on
Placemaking and Urban Sustainability 8(4), 373-405.
Carr, S., M. Francis, L.G. Rivlin, and A.M. Stone (1992) Public Space, Vol. 40.
Cambridge University Press.
Crang, M., and P.S. Travlou (2001) The City and Topologies of Memory.
Environment and Planning D: Society and Space 19(2), 161–177.
Crinson, M. (Ed.) (2005) Urban Memory: History and Amnesia in The Modern City.
Routledge.
Davis, M. (2006) Planet of Slums. New Perspectives Quarterly 23(2), 6-11.
De Sousa, C.A. (2003) Turning Brownfields Into Green Space in the City of Toronto.
Landscape And Urban Planning 62(4), 181-198.
Dovey, K. and R. King (2011) Forms of Informality: Morphology and Visibility of
Informal Settlements. Built Environment 37(1), 11-29.
Gross, D. (2000) Lost time: On Remembering and Forgetting in Late Modern
Culture. Univ of Massachusetts Press.
Gunder, M. (2011) Commentary: Is Urban Design Still Urban Planning? An
Exploration and Response. Journal of Planning Education and Research 31(2),
184-195.
Hubbard, P. (1996) Urban Design and City Regeneration: Social Representations of
Entrepreneurial Landscapes. Urban Studies 33(8), 1441-1461.
Huyssen, A. (2003) Present Pasts: Urban Palimpsests and the Politics of Memory.
Stanford University Press.
Jones, P. (2017) Formalizing the Informal: Understanding the Position of Informal
Settlements and Slums in Sustainable Urbanization Policies and Strategies in
Bandung, Indonesia. Sustainability 9(8), 1436.
Jones, P. (2019) The Shaping of Form and Structure in Informal Settlements: A Case
Study of Order and Rules in Lebak Siliwangi, Bandung, Indonesia. Journal of
Regional and City Planning 30(1), 43-61.
Jordan, J.A. (2006) Structures of Memory: Understanding Urban Change in Berlin
and Beyond. Stanford University Press.
Kimpton, A., R. Wickes, and J. Corcoran (2014) Greenspace and Place Attachment:
Do Greener Suburbs Lead to Greater Residential Place Attachment?. Urban
Policy and Research 32(4), 477-497.
Ladd, B. (2008) The Ghosts of Berlin: Confronting German History in the Urban
Landscape. University of Chicago Press.
Lang, J. (1994) Urban Design: the American Experience. John Wiley & Sons.
Lees, L.H. (1994) Urban Public Space and Imagined Communities in the 1980s and
1990s. Journal of Urban History 20(4), 443-465.
Legg, S. (2005) Sites of Counter-memory: The Refusal to Forget and the Nationalist
Struggle in Colonial Delhi. Historical Geography 33, 180-201.
Lilburne, G.R. (1989) A Sense of Place: A Christian Theology of the Land. Abingdon
Pr. Lowenthal, D. (1998) The Heritage Crusade and the Spoils of History.
Cambridge University Press.
Lynch, K. (1960) The Image of the City, Vol. 11. MIT press.
Norberg-Schulz, C. (1984) L’abitare L’insediamento, lo spazio urbano, la casa.
Relph, E. (1976) Place and Placelessness, Vol. 67. London: Pion.
Rose-Redwood, R., D. Alderman, and M. Azaryahu (2008) Collective Memory and
the Politics of Urban Space: an Introduction. GeoJournal 73(3), 161-164.
Roy, A. (2005) Urban Informality: Toward an Epistemology of Planning. Journal of
the American Planning Association 71(2), 147-158.
Roy, A. (2011) Slumdog Cities: Rethinking Subaltern Urbanism. International Journal
of Urban and Regional Research 35(2), 223-238. Safiera, A.
(2013) Melihat Kampung Hijau di Cilandak yang Jadi Contoh Dunia. Detik.com
Schneekloth, L.H., and R.G. Shibley
(1995) Placemaking: The art and practice of building communities.
Silas, J. (1992) Government-community Partnerships in Kampung Improvement
Programmes in Surabaya. Environment and Urbanization 4(2), 33-41.
Srinivas, S. (2004) Landscapes of Urban Memeory: The Sacred and the Civic in
India’s Hightech City. Orient Blackswan.
Thomas, G. (2011) A Typology for the Case Study in Social Science Following a
Review of Definition, Discourse, and Structure. Qualitative Inquiry 17(6), 511-
521.
Till, K.E. (2005) The New Berlin: Memory, Politics, Place. U of Minnesota Press.
Tunas, D. and A. Peresthu (2010) The Self-help Housing in Indonesia: The Only
Option for the Poor?. Habitat International 34(3), 315-322.
Winarso, H. (2011) Urban Dualism in the Jakarta Metropolitan Area. In Megacities
(pp. 163- 191). Springer, Tokyo.
PENGGUNAAN METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF SESUAI SUBJEK PENELITIAN PADA JURNAL
SEBELUMNYA.

1. “Peremajaan Permukiman Kumuh Dengan Penerapan Konsep Ecovillage”


- Penggunaan metode kualitatif
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi literatur, studi banding, dan observasi obyek permukiman. Data
primer yang dilakukan dengan cara observasi dan data sekunder didapat dari metode
kepustakaan, peraturam, penelitian terdahulu yang nantinya pada penelitian ini
membuktikan bahwa untuk mengatur kawasan permukiman kumuh dapat dilakukan
dengan cara peremajaan permukiman melalui penerapan lima konsep karakteristik
ecovillage sehingga dapat menghasilkan permukiman yang bersifat berkelanjutan dan
ekologis. Pada 5 karakteristik tersebut diantaranya proye ecovillage tidak dimulai oleh
pemerintah dalam atau perusahaan, tetapi berasal dari inisiatif partisipasi masyarakat,
knilai kehidupan sosial ecovillage berasal dari komunitas masyarakatnya, masyaraat
ecovillage mencari control atas sumber daya mereka sendiri didalam komunitas,
masyarakat ecovillage memiliki rasa yang kuat dari nilai-nilai bersama, yang sering
mereka cirikan dalam spiritual, dan ecovillage berfungsi sebagai lokasi penelitian dan
sebagai lingkungan percontohan. Dimana dalam penelitian ini akan diteliti seperti
kondisi eksisting permukiman, kondisi jalan lingkungan yang terbentuk, pola jalan
lingkungan eksisting, interaksi sosial masyarakat, kondisi drainase dan sumur timba di
permukiman sekitar. Sehingga pada kesimpulan bahwa agar permukiman tidak menjadi
bertambah padat dan kumuh solusi yang dapat ditawarkan dengan cara peremajaan
permukiman.
- Penggunaan metode kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan adalah mengkaji stratgei dalam penataan
dan peningkatan kualitas permukiman yang lebih baik adapun variabel yang digunakan
ialah diantaranya banyaknya permukiman kumuh, laju kebutuhan sarana dan prasarana
lingkungan dengan kemampuan penyediannya, kepadatan penduduk, jarak bangunan,
KDB bangunan, ruang terbuka hijau, kesenjangan lingkungan, sehingga nantinya dapat
diambil kesimpulan untuk mencari pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai