Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

IMPLEMENTASI MANAJEMEM PROYEK PADA KONSULTAN


PERENCANAAN (Studi Kasus meeting Room Hotel Bintang 4)
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Proyek

Disusun Oleh:
Andi Alifda Apridayani 1603160037
Azimi Faqqihuddin A 1603154079
Friska Esterlina T 1603164103
Safira Dirayati 1603160187
Kelas: DI-40-01
Dosen:
Dr. Ir. YUDA WASTU., MT

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
TELKOM UNIVERSITY
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Dalam rangka meningkatkan tingkat fungsionalitas dari meeting room hotel
bintang 4 yang berkualitas dengan berbagai fasilitas yang diperlukan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, peran Konsultan Perencana untuk melaksanakan
perencanaan teknis terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan, maka kami dari
kelompok Konsultan Perencana telah melaksanakan survei dan pencarian
referensi terdahulu sehingga kami mendapat data primer berupa kebutuhan ruang
pada sarana meeting room hotel bintang 4, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sound system standar
2) Mikrofon nirkabel
3) Papan tulis & spidol
4) Flip-chart
5) Perlengkapan rapat (kertas dan pensil)
6) Air mineral & permen
7) Layar LCD / proyektor LCD
8) Pemutar DVD / VCD
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, tentunya diperlukan adanya
perencanaan dan kajian tata letak bangunan (Master Plan) dalam menempatkan
dan mendesain komposisi yang optimal terhadap segala fasilitas yang diperlukan
agar keinginan tersebut dapat dilaksanakan. Meskipun nantinya pembangunan
fasilitas tersebut bertahap namun Masterplan sangat diperlukan dalam upaya
memberikan gambaran tahapan-tahapan pembangunan fasilitas tersebut agar lebih
terencana sesuai dengan kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam penahapannya.

1.2. Maksud dan Tujuan


Tujuan dari Pekerjaan Renovasi Sarana meeting Room Hotel Bintang 4 ini
adalah memberikan gambaran yang jelas terhadap komposisi dan fasilitas
pendukung sesuai dengan kaidah perencanaan dan teknis serta kebutuhan yang
diinginkan dalam upaya meningkatkan fungsional sarana meet i ng room.
Adapun sasaran dari kegiatan Renovasi Sarana meeting Room Hotel
Bintang 4 ini adalah :
1) Memberikan gambaran yang jelas terhadap peletakan bangunan dan
fasilitas pendukung yang akan dibangun.
2) Analisis terhadap kenyamanan akses lingkungan dari kemungkinan
yang tidak diinginkan.
3) Estimasi terhadap kebutuhan ruang dan fasilitas yang diperlukan
dalam upaya penyelenggaraan meeting dengan baik.
4) Menyusun Estimasi terhadap kebutuhan anggaran yang diperlukan
dalam renovasi fasilitas yang direncanakan dalam Kegiatan tersebut.
5) Menyusun Laporan-Laporan hasil penyusunan Perencanaan
Renovasi meeting Room Hotel Bintang 4 tersebut.
6) Mempresentasikan hasil perencanaan kepada owner dalam upaya
memberikan pemahaman terhadap hasil desain.
7) Menyusun dokumentasi dari hasil perencanaan Master Plan tersebut.
BAB II KAJIAN TEORI & DEFINISI

2.1. Pengertian Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
ketrampilan, yang bertujuan agar dapat tercapai secara efisien dan efektif. Dengan
teknis terbaik serta sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran atau tujuan
yang sudah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja,
waktu, mutu dan keselamatan kerja. Efektif dalam hal ini adalah dimana hasil
penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang meliputi
kualitas, biaya, waktu dan lain-lainnya. Sedangkan efisien diartikan penggunaan
sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang meliputi jumlah, jenis,
saat penggunaan sumber lain dan lain-lain. Oleh sebab itu manajemen proyek pada
suatu proyek merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
tanpa manajemen suatu proyek akan sulit berjalan sesuai dengan harapan baik
berupa biaya, waktu maupun kualitas.
Terdapat 3 (tiga) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya suatu
proyek, diantaranya meliputi:
1) Perencanaan (Planning)
Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan suatu
perencanaan yang benar- bebar matang. Yaitu dengan meletakkan dasar dari
tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan semua program
teknis dan menyiapkan administrasi supaya dapat diimplementasikan.
Tujuannya yaitu supaya memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan
dalam batasan waktu, mutu, biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan
suatu proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai,
perencanaan area dari manajemen proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu,
kesehatan, lingkungan, keselamatan kerja, sumber daya, risiko dan sistem
informasi).
2) Penjadwalan (Organizing)
Merupakan implementasi dari perencanaan yang bisa memberikan
informasi mengenai jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi
sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material), durasi dan juga
progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek yang
mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai macam permasalahannya.
Proses monitoring dan juga updating selalu dilakukan untuk
mendapatkan penjadwalan yang realistis supaya sesuai dengan tujuan
proyek tersebut. Terdapat beberapa metode untuk mengelola penjadwalan
proyek, diantaranya yaitu Kurva S (Hanuman Curve), Barchart,
Penjadwalan Linear (Diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan
durasi kegiatannya. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka
dilakukanlah evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap berada di
jalur yang diharapkan.
3) Pengendalian Proyek (Controlling)
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir dari suatu proyek. Tujuan
utamanya yaitu untuk meminimalisasi segala penyimpangan yang mungkin
terjadi selama berlangsungnya proyek. Tujuan dari pengendalian proyek
ialah optimasi kinerja biaya, waktu, mutu dan juga keselamatan kerja harus
memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam proses pengendalian ialah berupa pengawasan, pemeriksaan, dan juga
koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.

2.2. Definisi Hotel


Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha
akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan
minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan
bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun
mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu.
Pengertian hotel ini dapat disimpulkan dari beberapa definisi hotel seperti tersebut
di bawah ini :
1. Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan
bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman
serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial
(Keputusan Menteri Parpostel No. Km 94/HK103/MPPT 1987)
2. Bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas
penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut :
1) Jasa penginapan
2) Pelayanan makanan dan minuman
3) Pelayanan barang bawaan
4) Pencucian pakaian
5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.
(Endar Sri,1996:8)
3. Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan
pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi
dengan syarat pembayaran (Lawson, 1976:27)

2.2.1. Fungsi dan Peranan Hotel


Dalam buku Hotel Management; Pengelolaan Hotel, Sihite (2000:63)
mengatakan "Hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan
tamu (wisatawan atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada
jauh dari tempat asalnya.
Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan bangsa
dan negara antara lain:
1) Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat.
2) Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi.

2.2.2. Karakteristik Hotel


Perhotelan merupakan salah satu industri dalam bidang pariwisata. Namun
tak seperti jenis industri lainnya, hotel memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakannya dengan yang lain, yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya yang
artinya dalam pengelolaannya memerlukan modal usaha yang besar
dengan tenaga pekerja yang banyak pula.
2) Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan lingkungan di mana hotel
tersebut berada.
3) Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat di
mana jasa pelayanannya dihasilkan.
4) Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam
pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat umum.
5) Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan
pelanggan sebagai partner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel sangat
tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel
tersebut.

2.2.3. Penggolongan dan Klasifikasi Hotel


Menurut keputusan direktorat Jendral Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
N o . 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni 1978, klasifikasi hotel dibedakan dengan
menggunakan simbol bintang antara 1-5. Semakin banyak bintang yang dimiliki
suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama 3
tahun sekali dengan tata cara serta penetapannya dilakukan oleh Direktorat Jendral
Pariwisata.
Sistem Klasifikasi Hotel berdasarkan rating bintang adalah cara paling
akurat untuk mengetahui mutu dan kualitas dari sebuah hotel. Perlu diketahui,
pemberian rating untuk hotel tidak hanya berdasarkan besar dan luasnya bangunan.
Fasilitas yang obyektif dan jasa yang disediakan oleh masing-masing hotel menjadi
variabel yang akan dinilai. Hotel berbintang adalah usaha yang menggunakan suatu
bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang
dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan
pembayaran dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang
telah ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda). Ciri khusus dari hotel
adalah mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel tersebut.
Hotel berbintang memiliki persyaratan sebagai berikut:
1) Fisik, meliputi lokasi, kondisi, dsb
2) Bentuk pelayanan (service)
3) Kualifikasi tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan
4) Fasilitas olah raga dan fasilitas lainnya
5) Jumlah kamar yang tersedia
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Komunikasi
No. KM.37/PW.305/MPPT-90 tentang usaha dan klasifikasi, hotel digolongkan
ke dalam 5 kelas hotel yaitu hotel dengan kelas bintang satu sampai dengan
bintang lima. Hotel dengan kelas tertinggi dinyatakan dengan tanda. bintang lima
dan hotel dengan golongan kelas terendah dinyatakan dengan tanda bintang satu.
Hotel yang tidak memenuhi standar kelima kelas tersebut atau yang berada di
bawah standar minimum disebut hotel non bintang atau di Indonesia lebih dikenal
dengan "hotel melati".
Hotel bintang yang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu :
1) Kelas Bintang I
2) Kelas Bintang II
3) Kelas Bintang III
4) Kelas Bintang IV
5) Kelas Bintang V
Selain menentukan tingkat hunian dan pelayanan, tingkatan bintang juga
menentukan fasilitas hotel tersebut. Berikut tabel mengenai fasilitas hotel
berdasarkan klasifikasi bintang.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW.301-
/Phb-77, hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan standar hotel
1) Hotel Internasional
2) Hotel Semi Internasional
3) Hotel Nasional
2. Penentuan standar hotel tersebut didasarkan pada :
1) Management (pengelolaan)
2) Room Capacity (kapasitas kamar)
3) Facilities (fasilitas)
4) Employment (penempatan tenaga kerja)
5) Administration (administrasi)
3. Berdasarkan ukuran (size)
1) Hotel Kecil (small hotel), yaitu hotel yang memiliki 25-99 kamar.
2) Hotel Menengah (medium hotel), yaitu hotel yang memiliki 100-299
kamar.
3) Hotel Besar (large hotel), yaitu hotel yang memiliki 300 kamar atau
lebih.

2.2.4. Ruang Rapat ( meeting Room)


meeting room mempunyai pengertian yang berbeda dengan conference hall
maupun banquet hall, meskipun kadang-kadang istilah-istilah tersebut sering
diartikan sama, karena ketiganya sama-sama menunjuk pada ruang pertemuan.
Sebenarnya antara meeting room dengan conference hall ada perbedaan. kata
meeting mengandung pengertian yang lebih sempit, dengan jumlah peserta yang
lebih sedikit, ruangan dan peralatan yang digunakannya pun lebih sederhana dan
waktu yang digunakan lebih pendek.
meeting Room memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kapasitas ruangan di bawah 50 orang
2. Peralatan yang digunakan relatif sedikit dan sederhana
3. Penanganan di dalam pelayanannya tidak memerlukan tenaga yang
banyak namun juga profesional. Untuk menjaga kebersihannya meeting
room di bawah tanggung jawab housekeeping departement, yaitu di
bawah public area section, dan orang yang bertugas di sini disebut
public area attendant/houseman.
Fasilitas ruang meeting:
1. Sound system standar
2. Mikrofon nirkabel
3. Papan tulis & spidol
4. Flip chart
5. Perlengkapan rapat (kertas dan pensil)
6. Air mineral & permen
7. Layar LCD / proyektor LCD
8. Pemutar DVD / VCD
2.2.5. Ruang Perjamuan (Banquet Room/hall)

Banquet room atau dikenal juga dengan istilah function room adalah
merupakan ruangan besar yang interiornya didesain sedemikian rupa, digunakan
untuk acara pertemuan besar, seperti seminar, kongres, pesta dan acara-acara besar
lainnya. Beberapa hotel besar ruang perjamuan ini pengelolaannya di bawah
departemen penjualan dan pemasaran (sales and marketing department) bahkan di
hotel lain bagian banquet berdiri sendiri dalam satu departemen .
Banquet room mempunyai kapasitas yang cukup banyak, umumnya
memiliki kapasitas kursi di atas 50 kursi, 100 kursi, 200 kursi bahkan bisa 1000
kursi., peralatan dan dekorasi yang digunakan akan sesuai dengan permintaan tamu
dan event/function yang akan berlangsung oleh sebab itu tenaga yang menanganinya
lebih banyak dan profesional, jika acara yang berlangsung sangat besar, hotel akan
memerlukan tenaga tambahan untuk kelancaran acara dengan cara menggunakan
tenaga kerja harian (daily worker).

2.2.6. Jenis-Jenis Ruang rapat :


1) U-Shape
Sesuai dengan namanya yakni U-Shape berarti baris seperti huruf U.
Maksimal peserta ruang meeting ini agar nyaman adalah 36 peserta dengan
perincian @15 peserta di sisi kiri dan kanan dan 6 peserta di bagian tengah.
U-Shape sangat tepat untuk internal meeting di mana pimpinan utama
duduk di bagian tengah diapit oleh petinggi kantor pusat dan disisi kiri dan
kanan di isi oleh para kepala cabang.
Peralatan yang dibutuhkan untuk ruang meeting jenis U-Shape ini
antara lain: microphone, projector beserta laptop dan internet akses.

2) Block Table
Block table style adalah tipe ruang/style ruang meeting yang cocok
untuk membahas suatu project antar kolega bisnis. Maksimal peserta
meeting block table agar nyaman adalah 10 dengan perincian @5 disisi kiri
dan kanan tanpa head table jika membahas suatu project dengan kolega
bisnis untuk menghormati kolega bisnis dan dengan head table untuk
internal meeting perusahaan.

3) Double U-Shape
Double U -Shape sama seperti U-shape tapi terdapat tambahan
beberapa meja di belakang meja bagian tengah untuk keperluan
dokumentasi dan observer meeting.
2.3. Pengertian Konsultan Perencanaan
2.3.1. Pengertian Konsultan Perencanaan Menurut Para Ahli
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa
konsultasi (jasa konsultasi) di daerah tertentu keahlian, seperti akuntansi, pajak,
lingkungan, biologi, hukum, koperasi dan lain-lain.
Perbedaan antara seorang konsultan dengan konsultan ahli biasa bukan
karyawan perusahaan pengguna layan (klien), tetapi seseorang yang menjalankan
bisnis mereka sendiri atau bekerja di sebuah perusahaan penasihat, serta berurusan
dengan berbagai pengguna layan pada satu waktu.
1) Indra Bastian
Perencanaan adalah proses yang tidak pernah berakhir jika rencana yang
telah ditetapkan, maka dekumen kekhawatiran perencanaan terkait harus
dilaksanakan.
2) Deacon
Perencanaan merupakan upaya untuk mempersiapkan keputusan yang
dianggap subjek yang paling penting dan akan dilaksanakan sesuai dengan urutan
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
3) Ir. Sulistyo Wicaksono, IAI
Berdasarkan Kep. Dir. Jen Cipta Karya Dep. PU no. 023/KPT S/CK/1992,
Konsultan perencanaan/Perencanaan adalah perorangan atau badan hukum yang
melaksanakan tugas- tugas di bidang perencanaan konstruksi bangunan atau
lingkungan perencanaan kerja bersama dengan aksesoris.

2.3.2. Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau
badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Konsultan perencana bertugas
merencanakan struktur, mechanical electrical, arsitektur, landscape, rencana
anggaran biaya (RAB) serta dokumen-dokumen pelengkap lainnya. Konsultan
perencana mendapatkan proyek melalui proses lelang yang diadakan panitia tender
pekerjaan konstruksi. Berikut ini untuk lebih jelasnya mengenai tugas dan
wewenang konsultan perencana dalam pelaksanaan proyek konstruksi.

2.3.3. Tugas Konsultan Perencanaan


1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek /klien.
2. Membuat skema / konsep pemikiran awal (maksud dan tujuan).
3. Desain dari pra-direncanakan (situasi, denah, elevasi dan pemotongan).
Termasuk data lapangan kerja investigasi / kondisi lokal / lingkungan,
bekerja untuk menyiapkan proposal (deskripsi dari kebutuhan lokal).
4. Membuat gambar kerja pelaksanaan atau detail engineering design
(DED).
5. Buat sebuah implementasi dari kolom foto, detail gambar dan bestek
(deskripsi dari Rencana Kerja dan Syarat).
6. Berikut penjelasan menggambar rencana dan bestek pekerjaan
(Aanwijsing).
7. Membuat Rencana kerja dan syarat–syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman bagi pelaksana proyek.
8. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) proyek.
9. Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek
ke dalam desain bangunan.
10. Melakukan penyesuaian desain bila terjadi kesalahan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
11. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.

2.3.4. Wewenang Konsultan Perencanaan


1. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak–pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
2. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2.3.5. Hak Dan Kewajiban Konsultan Perencanaan
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur dan RAB.
2. Memberikan usulan dan pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal- hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-
syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan rencana.
5. Menghindari rapat koordinasi pengelola proyek.

2.3.6. Syarat Sebagai Konsultan Perencana


Sesuai dengan keputusan yang tercantum pada KEPRES No. 29 Tahun 1984
untuk disebut sebagai pihak konsultan perencana, maka harus memenuhi syarat-
syarat administratif dan teknis.
Syarat administratif tersebut antara lain:
1. Memiliki akta notaris yang berisi tentang kepemilikan modal, bentuk
hukum dan organisasi.
2. Izin Jasa Konstruksi (SIUJK).
3. Wajib Pajak memiliki sejumlah (TIN).
4. Terdaftar di panitia pengadilan atau departemen keadilan (tergantung
pada bentuk bisnis).
5. Tercatat di papan perencanaan.
Dan syarat teknis sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan pekerja di bidang teknik konstruksi yang dapat
dibuktikan dalam ijazah keahlian, pengalaman, dan referensi dari para
ahli perusahaan.
2. Memiliki nama perusahaan, terdaftar pada persyaratan dari Direktur
Jenderal Cipta Karya, umumnya hanya untuk bangunan pribadi
biasanya pada kepercayaan pemberi tugas dan diperkuat dengan bukti:
SIUJK, referensi Bank, pengalaman kerja Referensi.
2.3.7. Jenis-Jenis Konsultan Perencanaan
1. Konsultan arsitektur
2. Konsultan struktur
3. Konsultan Mechanical Electrical/MEP
4. Konsultan estimasi biaya/estimator
Konsultan arsitek bertugas menjadi kepala koordinator konsultan-konsultan
lainnya. Konsultan arsitek bertugas mendesain bangunan yang berkaitan dengan
arsitektur. Sedangkan konsultan struktur bertugas untuk merencanakan konstruksi
bangunan yang di rancang oleh konsultan arsitek.

2.3.8. Personil Konsultan Perencanaan


1. Site Manager
Tugas :
1.1. Mengelola proyek sedemikian rupa sehingga pelaksanaan proyek
dapat selesai tepat pada waktunya dengan kualitas sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
1.2. Mengelola tugas–tugas perencanaan teknis, pengendalian
operasional, pengawasan mutu dan keselamatan kerja ada proyek.
1.3. Mengelola tugas–tugas pembelian material, pergudangan, dan
peralatan yang diperlukan proyek sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
1.4. Mengelola pelaksanaan pekerjaan fisik secara efisien dan efektif
sesuai dengan spesifikasi dan
 RAB yang telah ditentukan.
1.5. Mengelola administrasi, pembukuan, dan keuangan proyek sesuai
dengan ketentuan yang ada.
1.6. Membuat laporan–laporan yang telah ditentukan dan laporan lain
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek.
1.7. Menyelesaikan masalah dengan pemberi tugas maupun dengan
pihak lain, termasuk kontrak kerja, SPK, berita acara maupun tagihan.
1.8. Mengatur hubungan elemen-elemen di bawahnya dengan elemen
lain maupun dengan pihak luar.
1.9. Mengkoordinasikan jalannya pelaksanaan pembangunan proyek
agar sesuai Bestek.
Wewenang :
1.10. Menetapkan harga satuan bahan, upah, alat, dan biaya tak langsung
lainnya.
1.11. Bersama-sama dengan owner menentukan dan membuat langkah-
langkah perencanaan.
1.12. Berhubungan dengan pihak luar perusahaan dalam rangka
pelaksanaan tugasnya.
1.13. Menunjuk supplier dan pihak terkait lainnya dalam rangka
menyelesaikan pekerjaan. Tanggung jawab :
1.14. Tercapainya tujuan proyek yaitu bahwa proyek dapat selesai tepat
pada waktunya, mutu sesuai dengan spesifikasi yang yelah ditentukan
serta biaya pelaksanaan tidak melampaui RAB.
1.15. Mendata semua biaya yang menyimpang dari RAB.
1.16. Membuat pelaksanaan proyek agar tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Administrasi
Tugas :
1.17. Melakukan pembukuan keuangan, berkas-berkas transaksi, tagihan
dan surat-surat proyek secara benar, periodik dan tepat waktu.
1.18. Secara periodik membuat laporan secara yang telah di tetapkan,
dimintakan pengesahannya kepada pejabat yang berwenang, dan
mengirimkan pihak-pihak yang memerlukan sesuai prosedur yang
berlaku.
1.19. Mengendalikan dan mengelola cek, uang tunai surat berharga,
melaksanakan pembayaran, mengurus perpajakan dan perbankan.
1.20. Bersama dengan pihak lain yang terlibat menyiapkan,
mengevaluasi, mengikuti realitas, dan meng-update rencana penerimaan
dan pengeluaran proyek.
• Mengesahkan dokumen yang berhubungan dengan unitnya, dengan
persetujuan masing-masing elemen yang terkait.
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Fungsi Manajemen Proyek


Implementasi manajemen proyek pada konsultan perencanaan dalam studi
kasus perencanaan meeting room di hotel bintang 4 memiliki fungsi sebagai
berikut:
3.1.1. Goal Setting
Dalam laporan ini kami akan menciptakan suasana ruang meeting yang
nyaman untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Poin pertama yang menjadi syarat
nyamannya sebuah ruang meeting ialah adanya bukaan untuk melihat pemandangan.
Dalam brainstorming inspirasi bisa datang dari mana saja salah satunya dari
pemandangan di luar sana. Secara tidak langsung juga pemandangan memberikan
kenyamanan dan dapat menghilangkan user yang sedang melakukan
brainstorming. Poin selanjutnya ialah sebuah ruang meeting harus memiliki privasi
yang ekstra. Di mana ruangan harus tertutup agar tidak merusak konsentrasi dari
user dan rekan kerjanya yang sedang melakukan brainstorming.
Ruangan juga akan dibuat hangat dan tidak terlalu cerah, agar para pengguna
dapat merasa cozy untuk berpikir dan berdiskusi dengan rekan kerjanya. Karena
tanpa sadar ruangan yang warm akan membuat pengguna merasa feels like home
dan nyaman untuk berpikir. Menggunakan desain yang minimalis namun modern,
bentukan ruangan seperti ini dapat membantu pengguna untuk berpikir kreatif dan
juga berinovasi dalam berdiskusi. Salah satu sifat ruangan yang minimalis ialah
dapat memberikan kesan yang fresh dan bersemangat untuk berdiskusi. Dan suasana
dari ruang meeting juga harus hening dan diletakan di daerah pojok atau ujung suatu
area. Agar konsentrasi tidak terpecahkan oleh hal-hal yang dapat mengganggu
tingkat kefokusan pengguna dan rekan kerjanya.

3.1.2. Planning
Perencanaan yang akan kami jalankan ialah perencanaan dalam bidang
interior yang di mana berjalan pada bidang interior. Maka ruang meeting yang akan
diaplikasikan pada perencanaan kali ini akan memiliki nilai desain juga
memberikan kenyamanan pada penggunanya. Karena ruang meeting di era sekarang
lebih mengedepankan fungsinya daripada kenyamanan dari para penggunanya.
Dengan adanya 5 poin di atas diharapkan ruang meeting ini dapat memberikan
produktivitas dari pengguna- penggunanya.

3.1.3. Organizing
Pembangunan dan pengoperasian proyek sukses melibatkan orang-orang
yang terampil sehingga diperlukan latihan yang berkesinambungan guna
menyiapkan orang-orang yang siap pakai untuk menggarap proyek tersebut dan
mengoperasikannya. Perusahaan yang besar dapat mengadakan program latihan ini
dalam perusahaannya sendiri dengan cara in company training/ on the job training
atau dikirim ke lembaga latihan dan pendidikan di luar perusahaan.
Persiapan personil harus sudah dipikirkan untuk tahapan operasional
(tenaga manajemen) bilamana proyek sudah selesai dan mulai dioperasikan. Proyek
tak dapat beroperasi dengan sukses tanpa dukungan dari tenaga manajemen yang
mampu dan terampil, berdedikasi tinggi dan memiliki motivasi kerja yang baik.

3.1.4. Staffing
Staffing adalah salah satu fungsi manajemen yang melakukan penarikan,
penyeleksian, pengembangan dan penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM)
untuk pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Ketika manajer
melaksanakan fungsi staffing, hal itu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pencapaian tujuan (kinerja organisasi).
Proses staffing:
1) Perencanaan kebutuhan SDM
2) Recruitment (penarikan tenaga kerja)
3) Pelatihan dan Pengembangan
4) Pemberian kompensasi
5) Pemeliharaan
6) Integrasi pengusaha dan karyawan untuk menjadi partner kerja
7) PHK
3.1.5. Directing
Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara,
menjaga atau mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil,
baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah-langkah operasionalnya
tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi. Sementara menurut Handoko
(2000), pada dasarnya fungsi pengarahan adalah membuat atau mendapatkan para
karyawan melakukan apa saja diinginkan dan harus mereka lakukan.
Pada perencanaan ini akan dilakukan pengarahan secara bertahap dan
dilakukan oleh pihak yang memiliki wewenang seperti project manager. Agar
perencanaan pada perancangan ini dapat tersampaikan dengan jelas tanpa adanya
miss communication.

3.1.6. Supervising
Menurut Terry (1974), supervisi berasal dari kata super yang berarti dari
atas dan visi yang berarti seni untuk melihat objek tertentu. Sementara Siagian
(1993) mengemukakan, bahwa supervisi adalah suatu proses pengamatan dari pada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
Pembinaan adalah suatu upaya pengarahan dengan memberikan petunjuk
serta saran, setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksanaan dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Sedangkan pengertian supervisi berdasarkan Total
Quality Management (TQM) adalah proses pengendalian untuk menemukan
kesenjangan terhadap standar dan melakukan koreksi atau perbaikan.
Supervisi adalah kegiatan mengamati, menilai dan membantu sumber daya
manusia (SDM) agar bekerja secara efektif dan efisien, merupakan salah satu
kegiatan perilaku organisasi, yang bertujuan untuk terus menerus memperbaiki,
meningkatkan dan menyempurnakan keterampilan dalam bekerja. Sesuai dengan
pengertiannya, kegiatan supervisi yang baik harus dijalankan dengan cara yang
tidak menekan dan tidak bersifat mencari kesalahan (Nawawi, 2000).
Menurut Depkes RI (2002), tujuan dari pembinaan atau supervisi adalah
untuk meningkatkan kinerja petugas melalui suatu proses yang sistematis dengan
peningkatan pengetahuan petugas, peningkatan keterampilan petugas, perbaikan
sikap petugas dalam bekerja dan peningkatan motivasi petugas. Di samping tujuan
tersebut, pembinaan atau supervisi juga mempunyai tujuan untuk memotivasi
petugas dan mengendalikan suatu kegiatan agar sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kegiatan di atas dilakukan sebagai upaya untuk menemukan penyimpangan
dalam pelaksanaan kegiatan, memberikan bimbingan teknis untuk meluruskan
apabila terdapat penyimpangan, memberikan semangat dan umpan balik kepada
petugas pelaksana.

3.1.7. Controlling
Pada tahap ini akan digunakan empat elemen dasar dalam pengendalian
agar dapat menjaga hubungan yang konsisten satu sama lain dalam setiap sistem.
1) Karakteristik atau kondisi dari sistem operasi yang akan diukur. Karakteristik
dapat berupa output dari sistem dalam tahap pemrosesan atau mungkin
suatu kondisi yang merupakan hasil dari sistem. Sebagai contoh dalam
sistem sekolah dasar para jam kerja guru atau keunggulan pengetahuan yang
ditunjukkan oleh siswa pada ujian nasional adalah contoh karakteristik yang
dapat dipilih untuk pengukuran atau kontrol.
2) Sensor, merupakan sarana untuk mengukur karakteristik atau kondisi.
Sebagai contoh dalam sistem kontrol pengukuran kualitas dapat diandaikan
oleh inspeksi visual dari produk.
3) Komparator, menentukan kebutuhan koreksi dengan membandingkan apa
yang terjadi dengan apa yang telah direncanakan. Beberapa penyimpangan
dari rencana adalah biasa dan diharapkan, tetapi ketika berada di luar variasi
yang dapat diterima tindakan korektif diperlukan. Ini melibatkan semacam
tindakan pencegahan yang menunjukkan bahwa kontrol yang baik sedang
dicapai.
4) Aktivator, adalah tindakan korektif diambil untuk mengembalikan sistem
ke output yang diharapkan. Contohnya adalah seorang karyawan diarahkan
ulang untuk bagian-bagian yang gagal lulus pemeriksaan mutu atau kepala
sekolah yang memutuskan untuk membeli buku-buku tambahan untuk
meningkatkan kualitas siswa. Selama rencana dilakukan dalam batas-batas
yang diizinkan tindakan korektif tidak diperlukan.

3.1.8. Coordinanting
Koordinasi dalam perencanaan akan menggunakan teknik-teknik yang
mendasar dalam coordinating agar pengerjaan dalam perencanaan akan berjalan
dengan lancar tanpa adanya gangguan.
1) Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Proses Manajemen
Karena peranannya sebagai fungsi yang mengintegrasikan seluruh
proses organisasi maka koordinasi perlu dilakukan dalam setiap tahapan
proses manajemen. Hal ini diperlukan karena setiap tahapan proses
manajemen tentu memerlukan keterpaduan peran para pemangku
kepentingan (stakeholders) dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena
itu, koordinasi dianggap sebagai salah satu kunci sukses dalam proses
manajemen. Dengan kata lain, koordinasi merupakan esensi manajemen dan
secara implisit terkandung dalam fungsi-fungsi manajemen. Teknik
koordinasi dalam tahapan proses manajemen dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Koordinasi dalam Perencanaan.
Koordinasi dalam perencanaan merupakan upaya untuk
mengintegrasikan berbagai perencanaan melalui diskusi yang saling
menguntungkan, tukar pikiran. Contoh, koordinasi antara unit kelitbangan
dan unit kesekretariatan untuk mengoptimalkan peran kelitbangan yang
didukung kesekretariatan yang handal.
2. Koordinasi dalam Pengorganisasian.
Koordinasi merupakan esensi organisasi. Koordinasi dalam
pengorganisasian sangat diperlukan manajemen antara lain dalam distribusi
tugas. Misalnya, untuk kegiatan reformasi birokrasi dalam suatu instansi
maka dibentuk satu tim reformasi yang bertugas menyusun konsep
reformasi birokrasi. Dalam tim tersebut ditetapkan beberapa sub-tim yang
diberi tugas untuk mempersiapkan konsep spesifik, misalnya: sub-tim
keuangan, sub-tim sumber daya manusia, sub-tim grand-design dan
sebagainya.
3. Koordinasi dalam staffing.
Dalam penempatan pegawai perlu dilakukan koordinasi untuk
menjamin pegawai yang tepat di tempat yang tepat (the right man on the
right place). Misalnya, untuk menghasilkan keputusan promosi jabatan pada
beberapa jabatan tertentu maka dilakukan rapat Baperjakat yang terdiri dari
unsur pimpinan dan unsur kesekretariatan khususnya kepegawaian.
4. Koordinasi dalam directing.
Efektivitas arahan, instruksi dan pedoman sangat bergantung pada
harmonisasi atasan dan bawahan. Misalnya, dalam satu unit tertentu,
pimpinan memberikan arahan ke mana unit tersebut diarahkan untuk
mendukung tugas, pokok dan fungsi organisasi.
5. Koordinasi dalam pengawasan
Koordinasi melalui pengawasan diperlukan untuk menjamin
sinkronisasi antara kinerja aktual dengan kinerja yang distandarkan.
Misalnya suatu organisasi berdasarkan rencana strateginya menetapkan
beberapa performance indicators dari beberapa kegiatan yang dilakukan.
Berdasarkan performance indicators tersebut dilakukan evaluasi triwulanan
atau tahunan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja tersebut.
Dengan demikian, koordinasi perlu dilakukan dalam setiap proses
manajemen sebagai upaya mengintegrasikan upaya berbagai pemangku
kepentingan dalam mencapai tujuan organisasi. Kalau langkah tersebut tidak
dilakukan maka sangat sulit bagi para manajer untuk memastikan bahwa seluruh
pemangku kepentingan dapat bekerja sama secara terpadu.
2) Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Pasar
Koordinasi secara prinsip diturunkan dari teori organisasi. Dalam organisasi
yang kompleks terdiri dari beberapa divisi tenaga kerja (division of labour). Masing-
masing divisi tenaga kerja tersebut memiliki spesialisasi kompetensi dan bidang
pekerjaan tertentu. Untuk memadukan berbagai divisi dan spesialisasi tersebut
dalam pencapaian tujuan organisasi maka dilakukan koordinasi. Koordinasi dapat
dilakukan dalam kerangka outward dan inward looking. Dalam kerangka outward
looking, koordinasi dilakukan dalam arena lingkungan eksternal organisasi. Salah
satu lingkungan yang sangat berpengaruh adalah lingkungan pasar (market).
Instrumen koordinasi dalam pasar adalah harga (price). Melalui mekanisme harga
ini seluruh stakeholder saling terhubung dalam suatu kegiatan ekonomi.
Mekanisme ini juga sering disebut sebagai ”invisible hand” (tangan tidak terlihat).
Melalui tangan tidak terlihat ini semua pihak diatur untuk menghasilkan
kesepakatan harga dan kuantitas yang ditawarkan dan diminta.
3) Teknik Koordinasi dengan pendekatan Organisasi
Secara organisatoris, koordinasi terjadi melalui mekanisme non-harga.
Mekanisme koordinasi ini tidak terancang secara otomatis tetapi harus dirancang
oleh pihak yang memiliki otoritas dalam organisasi. Mekanisme koordinasi tersebut
menurut Mintzberg (1989) terdiri dari:
1) Mutual Adjustment;
2) Direct Supervision;
3) Standardization of Work;
4) Standardization of Output;
5) Standardization of Skills;
6) Standardization of Norms

3.2.1 Aspek Perencanaan


1. Tinjauan Aspek Pasar dan Permintaan
2. Tinjauan Aspek Teknis
3. Tinjauan Aspek Manajemen dan Koordinasi Pelaksanaan Proyek.
4. Aspek Sosial dan Ekonomi.
5. Tinjauan Aspek Finansial.
6. Tinjauan Aspek Hukum .

3.2.2 Tahapan
1. Programming (Design Brief)
2. Survey Lapangan
3. Gambar Kerja Pelaksanaan (Detailed Engineering Design)
4. Rencana Kerja dan Syarat Pelaksanaan Bangunan (RKS)
5. Rencana Anggaran Biaya
6. Proyeksi Desain
7. Revisi (Penyesuaian)
8. Rekalkulasi

3.3 Studi Kasus


Studi Kasus Perencanaan Ruang Meeting hotel bintang 4, luas 5 m x 10 m

3.3.1 Tahapan Kegiatan Konsultan Perencana


3.3.2 Programming
1. Wawancara
2. Pengumpulan Data Prasyarat
3. Survei Lapangan
4. Visioning
5. Penyususnan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

3.3.3 Gambar Kerja Pelaksanaan (Detailed Engineering Design)


1. Layout
2. Ceilling plan
3. Floor Plan
4. Wall plan
5. Mechanical, Electrical, and Plumbing Plan
6. Technical Details (Detail Interior, Detail Mebel)

3.3.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


3.3.5 Rencana Kerja dan Syarat Pelaksanaan Bangunan (RKS)
1. Detail pelaksanaan pembangunan
2. Spesifikasi teknis

3.3.6 Proyeksi Desain


Mempresentasikan desain kepada klien dan menjelaskan beberapa detail
pelaksanaan.

3.3.7 Revisi
Melakukan penyesuaian ulang desain setelah proyeksi desain

3.3.8 Rekalkulasi
Memperhitungkan dan memverifikasi data-data perencanaan sebagai
pertanggungjawaban desain
Lampiran
Metoda Jalur Kritis

Daftar Kegiatan
Aktivitas
No. Aktivitas Sebelumnya Durasi
1 A Programming - 9
2 B Pembuatan Detailed Engineering Drawing A 13
3 C Rencana Kerja dan Syarat A 4
4 D Penyusunan Rencana Anggaran Biaya B,C 2
5 E Proyeksi Desain D 1
6 F Revisi E 6

Diagram Jaringan

2
2 2
B=13 2 D=2
2
0 A=9 9 2 E=1 25 F=6 3
0 1 4 4 5 6 1
0 9 24 2 31
C=4 5
1 dumm
3 3 y
2
4
Jaringan Jalur
Kritis

Total Durasi = 31
Jalur Jaringan Durasi Jaringan
9 + 13 + 2 + 1 + 6 = Jalur
A>B>D>E>F 31 Kritis
A>C>E>F 9 + 4 + 1 + 6 = 20

Slack/Float Jalur Kritis


Kegiata
Jalur Jaringan Durasi Jaringan Float Durasi
Jalur n
A 31 0 A 1 9
B 31 0 B 2 13
C 20 11 C 3 4
D 31 0 D 4 2
E 31 0 E 5 1
F 31 0 F 6 6

Anda mungkin juga menyukai