Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul
dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan
rasa manusia tersebut.Seni dan karyanya dapat terlahir dan berkembang,
karena pada intinya manusia senang pada kesenian.Seperti yang diungkapkan
oleh (koenjtaraningrat, 1985) kesenian adalah kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktifitas dan
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat biasanya berwujud benda-
benda hasil dari manusia.
Abraham Maslow dalam teori Hierarchy of Needs, membagi kebutuhan
manusia kedalam lima kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis atau dasar,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan
untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Di dalam kebutuhan
aktualisasi diri, terdapat tujuh belas mata kebutuhan dimana salah satunya
adalah keindahan atau kecantikan. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
setiap hasil karya seni itu mempunyai "keindahan" (Mangemba,1995), maka
dapat dikatakan bahwa kesenian merupakan salah satu kebutuhan manusia.
Di Negara-negara berkembang fungsi seni pertunjukan sebagai presentasi
estesis yang berkembang dengan pesat adalah seni pertunjukan yang
dipresentasikan kepada para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. J.
Maquet dalam (Soedarsono, 1998), mengajukan sebuah konsep seni
pertunjukan wisata sebagai art by metamorphosis. Agar produk seni yang
dihasilkan oleh seniman setempat itu laku dijual kepada para wisatawan, ia
harus berupaya untuk mengubah produksinya itu agar enak dinikmati oleh
wisatawan yang memerlukan. Maquet juga menyebutkan art by
metamorphosis sebagai seni akulturasi (art of acculturation) atau seni pseudo-
tradisional (pseudo-traditional art).

1
Brandon dalam bukunya Theatre in Southeast Asia (1967)
mengestimasikan bahwa tiga-perempat dari seni pertunjukan Asia Tenggara
adalah milik bangsa Indonesia.Sejalan dengan pendapat Maquet, maka
kekayaan seni pertunjukan ini perlu suatu metamorfosa agar dapat menarik
minat wisatawan mancanegara.Salah satu bentuk pertunjukan yang dapat
berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia adalah opera, karena dalam opera
terdapat beberapa seni yang lazim dalam kebudayaan masyarakat Indonesia,
seperti tari dan musik.
Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan dan juga pintu
gerbang utama ke wilayah timur Indonesia.Dengan demikian Makassar telah
mengalami banyak perkembangan.Salah satunya adalah jumlah penduduk
asing yang berkunjung baik sebagai wisatawan maupun tenaga keija.Mereka
tentunya membutuhkan hiburan yang sesuai dengan minat mereka, salah
satunya dengan pertunjukan seni atau pertunjukan opera.
Selain itu data menunjukkan bahwa, penduduk Kota Makassar tahun 2009
tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan
662.079 perempuan (Bapeda, 2010). Dengan semakin banyaknya jumlah
penduduk makaperlu diperbanyak bentuk fasilitas khususnya fasilitas hiburan
ditengah-tengah masyarakat.Menurut Neufert (Data Arsitek Jilid 2 Edisi
33), suatu daerah dengan jumlah penduduk > 1 juta orang membutuhkan suatu
gedung opera besar dengan jumlah tempat duduk sebanyak 1400-2000.
Perkembangan kesenian di Kota Makassar juga mengalami pertumbuhan
yang cukup baik.Terbukti dengan hadirnya sejumlah sanggar seni, baik yang
telah profesional maupun yang masih dalam lingkungan pendidikan.Halini
tentunya perlu suatu wadah untuk mengekspresikan hasil karya
mereka.Ditambah lagi bahwa kondisi wadah pertunjukan seni yang khusus
untuk pertunjukan kesenian belum terdapat di Makassar.
Beberapa alas an diatas merupakan suatu titik tolak yang
melatarbelakangi munculnya gagasan mengenai pengadaan Gedung Kesenian
Makassar.Dalam perencanaan nantinya, wadah ini diharapkan tidak hanya
berfungsi sebagai suatu tempat pertunjukan kesenian ataupun pengembangan

2
kesenian itu sendiri, tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu objek wisata
yang timbul karena adanya bentuk dan penampilan bangunan yang
menarik.Seperti halnya dengan beberapa gedung kesenian yang telah ada.
B. Rumusan Masalah
1.Non Arsitektural
a.Menganalisis kebutuhan gedung kesenian di Kota Makassar
b. Bagaiamana jenis aktivitas pada gedung kesenian.
2. Arsitektural
a.Bagaimana menentukan lokasi dan tapak bangunan gedung kesenian yang
sesuai dengan RUTRK Kota Makassar ?
b. Bagaimana merencanakan tata lingkungan pengaturan sirkulasi
pengendara dan pejalan kaki yang nyaman, aman dan teratur ?
c.Bagaimana merencanakan lansekap bangunan untuk kegiatan
outdoor/ruang terbuka?
d. Bagaimana merencanakan sarana pertunjukan yang sesuai dan
dapat melayani kebutuhan masyarakat ?
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan adalah mengumpulkan, mendeskripsikan serta
merumuskan segala potensi dan masalah-malasah yang nantinya akan di
jadikan sebagai acuan perancangan Gedung Kesenian Makassar.
2. Sasaran Pembahasan
a.Non arsitektural
1) Menganalisis kebutuhan gedung kesenian di Kota Makassar
2) Mengidentifikasi jenis aktivitas yang ada pada gedung kesenian.
b. Aristektural
1) Mengadakan studi tentang tata fisik makro meliputi:
a) Analisis lokasi
b) Penentuan site
c) Pola tata lingkungan
2) Mengadakan studi tentang tata fisik mikro meliputi:

3
a) Pengelompokan tata ruang
b) Kebutuhan dan besaran ruang
c) Pola organisasi ruang dan tata fisik bangunan
d) Sistem struktur
e) Akustik dalam gedung
D. Lingkup Pembahasan
1. Batasan masalah
Batasan masalah meliputi disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin
ilmu lain hanya sebatas pendukung, yang akan dibahas secara garis besar
dan diselaraskan dengan tujuan dan sasarannya.
2. Lingkup pembahasan
Lingkup pembahasan difokuskan pada proses kegiatan pada gedung
kesenian meliputi pembuatan, pelatihan, dan pameran karya seni.
Pembahasan masalah ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu
lain yang menunjang perencanaan dan perancangan.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
3. Metode pembahasan
a. Menggunakan analisa sintesa yaitu menguraikan masalah kedalam
komponen-komponen masalah, melihat kaitan-kaitannya berdasarkan
studi perpustakaan, wawancara serta peninjauan lapangan kemudian
hasilnya disimpulkan titik tolak menuju konsep dasar perancangan.
b. Studi literatur Mengumpulkan informasi melalui studi kepustakaan dan
mengkaji buku-buku serta referensi-referensi dari sumber lain
mengenaiseni dan kegiatannya atau yang memiliki kegiatan dengan
judul yang bersangkutan.
4. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahsan dibagi beberapa tahapan penulisan,
diantaranya:
a. Pertama :Mengemukakan tentang latar belakang
masalah,pengertian, batasan dan lingkup pembahasan,

4
tujuan dan sasaran serta metode dan sistimatika
pembahasan.
b. Kedua : Melakukan studi literatur dan studi banding untuk
mendapatkan wawasan tentang fasilitas Gedung
Kesenian Makassar, dan analisa pelaku kegiatan, analisa
kegiatan di Gedung Kesenian Makassar.
c. Ketiga : Mengemukakan mengenai pengungkapan Gedung
Kesenian Makassar yang direncanakan sebagai wadah/
fasilitas dan aktivitas yang ada sesuai dengan fungsi dan
potensi objek.
d. Keempat :Membuat kesimpulan dari pembahasan yang sebelumnya
menyangkut tentang arsitektural sebagai dasar kearah
program perancangan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Gedung Kesenian Makassar


Secara garis besar Gedung Kesenian Makassar merupakan sebuah
bangunan yang diperuntukkan untuk menaungi kegiatan-kegiatan kesenian,
baik itu pertunjukan, pelatihan, pengembangan dan lain sebagainya.

1. Pengertian Judul
Pengertian judul dari "Gedung Kesenian Makassar" adalah:

a. Gedung
1) Gedung atau bangunan adalah struktur buatan manusiayang terdiri
atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen disuatutempat.
(https://id.wikipedia.org/) (Doelle, 1985)
2) Gedung adalah suatu bangunan yang mempunyai elemen lantai,
dinding, atap, yang bersifat permanen dan berfungsi sebagai wadah
kegiatan manusia. Gedung adalah rumah besar yang berdinding batu.
(Poerwadarminta, 1976)

b. Kesenian
1) Kesenian atau seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat dapat
menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena
itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat
menimbulkan perasaan indah itulah seni. (Ki HajarDewantara)
2) Kesenian adalah aktivitas manusia secara sadar dengan pertolongan
symbol-simbol ekstern tertentu, menyatakan perasaan yang pernah

6
dialaminya ke orang lain tersebut lalu kejangkitan oleh perasaan ini
kemudian turut mengalaminya. (Tolstoy, 1982)

7
c. Makassar
Makassar atau Kota Makassar merupakan Ibu Kota Provensi
Sulawesi selatan, Kota Makassar terletak di pesisisr pantai barat bagian
selatan sulawesi selatan, pada koordinat antara 119° 18' 27 97"sampai
119° 32'31,03" bujur timur dan 5° 3018" - 5° 14' 49" lintang selatan.
Ketinggian kota ini bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut,
suhu udara antara 20°c - 32°c, memiliki garis pantai sepanjang 32 km
dan areal seluas 175,77 kilometer persegi, serta terdiri dari 14 kecamatan
dan 143 kelurahan.
Jadi Gedung Kesenian Makassar dapat diartikan sebagai, suatu
bangunan untuk mempertunjukkan hasil karya seni. Dimana nantinya
gedung ini akan menjadi tempat bagi semua kalangan yang
berkecimpung dalam dunia seni berkumpul, berkembang dan
meningkatkan kemajuan seni khususnya di Kota Makassar.

2. Komponen Gedung Kesenian Makassar


Komponen atau fasilitas yang terdapat pada Gedung Kesenian
Makassar ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.Fasilitas utama, terdiri dari:
1) Ruang pertunjukan
Ruang pertunjukan merupakan tempat pertunjukan dalam
tuang tertutup yang berfungsi sebagai tempat pementasan seni opera
(drama musical/Operette) dan juga pertunjukan lainnya dan ditunjang
oleh ruang-ruang pelengkap lainnya.
2) Ruang pertunjukan terbuka
Pertunjukan terbuka merupakan tempat pertunjukan pada
ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat pementasan seni teater,
musik, tari, deklamasi puisi, dan juga pementasan seni lainnya dan
ditunjang oleh ruang-ruang pelengkap lainnya.
b. Fasilitas penunjang

8
Fasilitas penunjang pada bangunan gedung kesenian ini adalah
fasilitas-fasilitas yang berfungsi sebagai wadah untuk menunjang
kegiatan-kegiatan pertunjukan antara lain.
1) Fasilitas ruang administrasi pengelola gedung
Fasilitas pengelola gedung merupakan wadah untuk
menjalankan segala administrasi pengelolaan gedung yang terpisah
dari fasilitas pertunjukan.
2) Fasilitas pembinaan atau pendidikan non formal
Fasilitas ini merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap
perkembangan seni pada umumnya di Kota Makassar.
3) Fasilitas public
Fasilitas public adalah wadah yang berfungsi untuk melengkapi
dan menunjang wadah lain yang telah ada. Wadah dalam fasilitas ini
antara lain ruang-ruang perantara/ peralihan serta yang berhubungan
dengan kegiatan peristirahatan dan kunsumsi.
F. Tinjauan Umum Seni

1. Pengertian Seni
Secara umum pengertian yang dikandung dalam kata seni atau
kesenian berasal dari kata art yang mempunyai arti yang luas, di antaranya
adalah suatu hasil kegiatan manusia yang indah secara individu atau
kelompok, berkualitas tinggi dalam konsep dan pembuatannya dalam
menghasilkan sesuatu yang indah, sesuatu yang bemilai estetis, suatu
keterampilan khusus dalam penampilan. Dengan demikian yang mutlak
harus ada dalam seni adalah keahlian, kecakapan, ketangkasan dan
kemahiran.Di samping perihal yang indah, serba indah, yaitu berarti elok,
bagus, benar, penting, bernilai dan berharga.Seni merupakan berbagai jenis
dari karya manusia yang dapat dijumpai di manapun, sehingga
mengundang beragam definisi. (Rizali, 2003)

9
Dalam bukunya yang berjudul Islam dan Kesenian (Gazalba, 1998)
Menyimpulkan seni kedalam lima hakikat, yaitu:

a. Seni sebagai kemahiran


Seni sebagai kemahiran sesuai dengan kata latin art (yang berasal dan
ars yang berarti kemahira). Seni sebagai kemahiran sesuai dengan
etimologi kata art, yaitu membuat barang-barang atau mengerjakan
sesaitu. Kata ini masih terpakai sekarang dalam ungkapan seni atau
pertukangan kayu (the art of carpentry), seni masak (the art ofcooking).
b. Seni sebagai kegiatan manusia
Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai kegiatan manusia terdiri atas
perkara seseorang yang secara sadar menyampaikan perasaanya yang
telah dihayatinya kepada orang lain, dengan perantaraan tanda-tanda
lahir, sehingga ia kejangkitan perasaan itu dan juga mengalaminya.
Erich Kahler mendefinisikan seni sebagai kegiatan manusia yang
menjelajahi dan dengan demikian menciptakan realitas baru dengan
carasuprarasional, berdasarkan pandangan dan menyajikan realitas itu
secara perlambang atau kiasan sebagai suatu kebulatan dunia kecil, yang
mencerminkan kebulatan dunia besar.
Definisi Rymond Piper mendefinisikan bahwa seni adalah sebuah
kegiatan yang direncanakan untuk mengubah bahan alamiah menjadi
benda-benda yang berguna atau indah, atau kedua-duanya adalah seni.
c. Seni sebagai karya
Seni sebagai kegiatan bisa pula diartikan sebagai produk kegiatan itu,
yaitu karya seni. Pengertian ini terjadi karena orang mengacaukan proses
dan produk dari proses itu. Misalnya JhonHorpers dalam Nazaruddin
(2006) mengartikan seni adalah setiap benda yang dibuat manusia,
sebagai lawan dari benda-benda alarn.
d. Pengertian seni terbatas pada seni halus (fine art)
Pengertian ini dianut anataralain oleh YervantKrikorian dalam
Nazaruddin (2006) yang menguraikan bahwa seni berhubungan dengan

10
benda-benda untuk kepentingan estetik, berbeda dari seni guna atau seni
terapan yang maksudnya untuk egunaan. Seni untuk kepentingan estetik
itu adalah seni halus (fine art).
e. Pengertian seni yang dibatasi untung dipandang (visual art) Dewasa ini
banyak orang memaknakan seni sebagai hubungan dengan pandangan
mata. Ahli estetika, Eughene Johnson dalam Nazaruddin (2006)
menyatakan seni bermakna seni pandang (visual art% yaitu bidang-
bidang daya cipta seni yang mengadakan saluran terutama melalui mata.
2. Macam-Macam Seni
Seni secara garis besar terbagi atas empat bagian, yaitu:
a. Seni Rupa
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu
cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis,
bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut
tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu.Bentuk karya seni rupa
merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna. (Herbert, 1959)
Seni rupa adalah sebuah konsep atau nama salah satu cabang seni
yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang,
bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun
menjadi satu dalam sebuah pola tertentu.Bentuk karya seni rupa
merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna.
Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Karya seni rupa dua dimensi
Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya
memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat
dilihat dari satu arah pandang saja.Contohnya, seni lukis, seni gratis,
seni ilustrasi, relief dan sebagainva.
2) Seni rupa tiga dimensi
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya yang memiliki dimensi
panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan

11
menempati ruang. Contoh: seni patung, seni kriya, seni keramik, seni
arsitektur dan berbagai desain produk

Gambar2.1 Karya seni dua dimensi dan tiga dimensi

b. Seni Teater
Teater berasal dari kata Yunani,"theatron" (bahasa Inggris, Seeing
Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam
perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkandi depan orang banyak. Dengan
demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya
ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, j anger, mamanda,
dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan
sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak
bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain
sebagainya. Selain itu, teater
merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan
yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat
maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal

12
dan bermakna filosofis.Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan
perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater
dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: "tidak ada teater tanpa
aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar
maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di
dalamnya merupakan realitas fiktif', (Harymawan, 1993).

c. Seni Musik
Gambar2.2 Seni Pertunjukan

Sumber :Irmawar dalam https://shamawar.wordpress.com/2013/06/

Seni musik salah satu cabang seni yang penggunaannya


menggunakan vocal, ritme, harmoni, serta tempo sebagai sarana dalam
menuangkan perasaan atau emosi penciptanya.Seni music pada saat ini
telah menjadi salah satu sarana hiburan yang sangat popular seiring
perkembangan teknologi saat ini.Seni music terdiri dari alunan music
dan beberapa ada yang menggunakan olah vocal. Menurut (Sunarko,
1985). Musik adalah penghayatan isi hati yang diungkapkan dalam
bentuk bunyi yang teratur dalam melodi atau ritme serta mempunyai
unsur atau keselarasan yang indah.

13
Gambar2.3 Seni musik

d. Seni Sastra

Definisi seni sastra menjadi penting karena definisi atau pengertian


merupakan langkah awal untuk mengetahui sesuatu.Seni sastra adalah
karya tulis yang memiliki keindahan dan arti tertentu.Kata sastra sendiri
berasal dari bahasa sanskerta yang memilki arti tulisan atau
pedoman.Menurut (Eagleton, 1987) Kesusastraan adalah karya tulis
yang bersifat imajinatif.Kesusastraan adalah sejenis karya tulis yang
mewakili keganasan yang teratur terhadap pertuturan biasa.Kesusastraan
mengubah dan memadatkan bahasa harian.
3. Kesenian di Kota Makassar
Membahas tentang kesenian di Kota Makassar tentunya tak bisa
terlepas dari kebudayaan yang ada, dalam hal ini kesenian tradisonal. Kota
Makassar yang dinominasi oleh dua suku besar yaitu suku Makassar dan
suku Bugis telah memberi warna pada karya-karya seni yang lahir dari kota
ini. Beberapa kesenian khas yang ada di Kota Makassar sesuai dengan
(Travel Maps & South Sulawesi, 2011)
a.Alat Musik Tradisonal:
1) Sinrili alat musik yang menyerupai biola cuma kalau biola di mainkan
dengan membaringkan di pundak sedangkan sinrili dimainkan dalam

14
keadaan pemain duduk dan alat diletakkan tegak berdiri didpean
pemain.
2) Kecapi salah satu alat musik tradisional Sulawesi selatan khususnya
suku Bugis, bugis Makassar, dan Bugis Mandar.
3) Gendang adalah alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar
yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.
4) Suling. Alat musik ini terdiri dari dua jenis yaitu suling panjang
(suling Lampe), memiliki lima lubang nada dan suling Calabai (suling
Ponco) sering di padukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama
penyanyi.
b. Tarian Tradisional
1) Tari Pelangi: Tarian PakbakkannaLajina atau biasa disebut dengan tari
meminta hujan.
2) Tari inninawa tarian yang menggambarkan sikap tabah dan sabar
sorang wanita Bugis Makassar dalam menghadapi berbagai macam
tantangan dan cobaan.
3) Tari Ma'dendang. Tarian adat yang menggambarkan kegembiraan dan
rasa syukur atas keberhasilan panen dan harapan semoga hasil panen
yang akan dating lebih berlimpah.
4) Tari Pakarena adalah tarian tradisional Sulawesi selatan yang diiringi
oleh dua pemain gendang (gandrang) dan sepasang alat musik yang
semacam sending (pui'-pui').
5) Tari GandrangBulo adalah kesenian rakyat yang menggabungkan
unsur music, tarian dan dialog krisis nankocak merupakan sebuah
tarian yang terkenal dengan gerak dinamis dan seringkali dipentaskn
dalam acara-acara perhelatan besar di Makassar.
6) Tari Paraga adalah tari Tradisional yang berasal dari kota Makassar,
Sulawesi selatan, Indonesia yang beranggitakan sebelas orang, tari
sepak raga (tari Paraga) sudah ada pada zaman kerajaan Gowa dan
dilestarikan sampai sekarang. Tari ini biasa di mainkan pada acara
penjemputan, peresmian, festival, dan acara-acara adat lainnya.

15
Kesenian di Kota Makassar tentu tidak hanya soal kekayaan seni
tradisional saja, kesenian-kesenian yang sifatnya kontemporer turut
menghiasi dunia seni di kota ini. Kota Makassar memiliki seniman yang
karyanya mampu menembus dunia seni internasional, dan telah dikukuhkan
sebagai pelukis tanah liat pertama di dunia oleh university of California.
Selain itu banyak kegiatan seni yang diadakan oleh baik itu oleh
pemerintah maupun organisasi yang ada di Kota Makassar yang tingkatnya
internasional, seperti yang baru-baru ini terlaksana yaitu "Internasional
Eight Makassar Festival dan Forum 2016", dan event seperti "Makassar
Internasional Writer Fest" yang tiap tahun di laksanakan oleh salah satu
organisasi/komunitas "Rumahta". Namun antusiasme masyarakat dalam
dunia seni tak akan mampu berkembang lebih baik lagi tanpa dukungan
penuh dari pemerintah kota, dalam perkembangannya Kota Makassar yang
saat ini yang memiliki tujuan menjadi Kota Dunia seharusnya telah
mempersiapkan diri untuk melengkapi segala fasilitas yang tentunya
menunjang terwujudnya Makassar sebagai Kota Dunia. Salah satunya
pengadaan gedung kesenian sebagai sarana pengembangan dan
pembelajaran seni bagi seluruh lapisan masyarakat kota yang
berkecimpung dalam dunia seni.
4. Studi Banding dan Studi Literatur
a. Studi Banding
1) Pusat Kesenian Jakarta "Taman Ismail Marzuki"
Taman Ismail Marsuki adalah pusat kesenian di Jakarta yang
berlokasi di Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat.Taman Ismail
Marzuki merupakan pusat kesenian dan kebudayaan terlengkap dan
terbesar di Indonesia. Taman ini memakai nama Ismail Marzuki,
komponis terkenal asal Jakarta, sebagai penghargaan atas jasa-
jasanya.
Gagasan mendirikan taman Ismail Marzuki bermula dari gagasan
para seniman senen untuk mendirikan pusat kesenian. Ide tersebut

16
kemudian disetujui oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta saat itu,
yang menunjuk lokasi saat ini.
Taman Ismail Marzuki berdiri diatas tanah seluas 8,3 hektar, di
atas tanah bekas Kebun Binatang Cikini yang telah dipindahkan ke
Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di dalam kompleks Taman
Ismail Marzuki ini tersedia berbagai gedung untuk menampung
berbagai kegiatan kesenian, baik tradisional maupun modern, yang
meliputi berbagai jenis bidang kesenian seperti seni teater, musik,
sastra, seni rupa, serta apresiasi seni budaya

Gambar2.4 Pusat Kesenian Jakarta "Taman Ismail Marzuki"

Sumber: (https://ww^ .expedia.co.th/en/Ismail-Marzuki-Park- Jakarta.)


Taman Ismail Marzukimengusung konsep gabungan vernacular
di Indonesia yang berdasarkan ide bentuk struktur bangunan Toraja
yang juga merupakan bangunan Joglo sebagai potongan melintang
dari bangunan teater ini. Disajikan dalam tatanan modernisme, namun
masih mempunyai nafas indonesia bentuk simetris yang
memperlihatkan kesederhanaan bentuk, fungsional dan estetis.
b. Studi Literatur

Gambar2.5 Interior Taman Ismail Marzuki

Sumber: https://ramdhany578.files.wordpress.eom/2016/02/8.png

17
1. Sydney Opera House (New South Wales, Australia)
Sydney Opera House terletak di Sydney, New South Wales,
Australia walaupun namanya adalah Sydney Opera House, namun
didalamnya bukan hanyaopera namun juga tersedia gedung konser
yang sangat luas bahkan melebihi kapasitas gedung opera itu sendiri.
Sydney Opera House adalah salah satu bangunan abad ke-20 yang
paling unik dan terkenal.Gedung ini terletak di Bennelong Point di
Sydney Harbour Bridge dan pemandangan kedua bangunan ini
menjadi ikon tersendiri bagi Australia.
Rancangan gedung Sydney Opera House ini muncul dari hasil
kompetisi desain yang di menangkan oleh seorang arsitek asal
Denmark taitu John Utzon yang berusia 38 tahun kala itu.

Gambar2. 6 Sydney Opera House

Sumber :https://www.sydneyoperahouse.com

Berikut ini gambaran ruang-ruang yang terdapat di Sydney Opera House :

18
a) Ruang Konser

Gambar 2. 7 Ruang Dalam Ruang Konser

(Sumber : https://www.sydneyoperahouse.com)

Gedung ini digunakan untuk pertunjukan tari, berbagai


pertunjukan, seminar dan konfrensi, musik pop, jazz dan pertunjukan
besar.

b) Teater Opera

Gambar2.8 Ruang Dalam Teater Opera

Sumber : https://www.sydneyoperahouse.com

Gedung ini digunakan untuk pertunjukan opera besar atau


tempat produksi balet.

19
G. Tinjauan Khusus Gedung Kesenian Makassar
1. Pengertian Gedung Kesenian secara umum
Seperti yang diketahui bahwa karya seni lahir dari manusia untuk
mengekspresikan diri terhadap lingkungan, baik secara individu maupun
secara kolektif agar didapatkan keseimbangan lahir dan batin. Seni
sendiri merupakan proses yang berkembang terus menerus dari waku ke
waktu yang dapa akhirnya dapat menghasilkan kreativitas para seniman.
Melalui seni, manusia dapat memperoleh keleluasaan mengekspresikan
pengalaman rasa serta ide yang mencerdaskan batin.
Timbulnya hasrat dan keinginan manusia untuk menyaksikan
pertunjukan yang dipergelarkan oleh orang lain, serta keinginan dari para
seniman untuk disaksikan dan dipergelarkan hasil karya mereka, telah
dirasakan sebagai sebuah kebutuhan bagi masyarakat yang beradab dan
berbudaya. Oleh adanya tuntutan tersebut, maka diperlukan suatu wadah
untuk menampung kegiatan-kegiatan tersebut yaitu berupa gedung
kesenian untuk masyarakat.
Pembangunan gedung kesenian pada masa modern saat ini, dengan
tuntutan masyarakat yang semakin beragam dan selaras dengan
perkembangan seni budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi, maka juga
akan diperlukan suatu wadah seni Gedung Kesenian yang dapat menampung
berbagai kegiatan seni seperti seni teater/drama, seni tari, seni rupa, dan juga
seni music yang didukung dengan tatanan interior yang menunjang.
Gedung kesenian sendiri harus sesuai dengan lokasi, budaya, kondisi
fisik lingkungan setempat, pada tempat yang akan dibangun serta mendapat
dukungan dari masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
gedung sebagai sebuah bangunan sejarah budaya dan karakteristik
masyarakat di daerahnya.Bahkan gedung tersebut juga dapat menjadi suatu
"landmark" dari suatu daerah ataupun bangsa.
2. Perkembangan Gedung Kesenian di Dunia
Pada perkembangan awal musik banyak mendapat tempat di
lingkungan sekitar istana.Penggunaan ballroom untuk konser dan biasa

20
disebut dengan classical concert hall yang dapat dilihat sebagai
perkembangan dari tipe bangunan sejenis.Diperkirakan bahwa ballroom
mengkuti bentuk rencana rectangular. Bangunan opera house komersial
pertama dibuka di Venice pada tahun 1637, tetapi pertunjukan publik dari
instrumental music murni baru tiba setelahnya. Pertama kali di Inggris,
dimana music dipelihara sejak 15 abad, berdasar dari trauma perang sipil
Inggris dan kemungkinan mengembalikan bentuk Negara monarki.Cacatan
paling awal dari konser publik di Eropa mengambil tempat di London pada
tahun 1672. Selama ratusan tahun berikutnya, London telah menjadi Negara
dengan kegiatan paling capital untuk musik, dengan tujuan utama bangunan
concert room pada tahun 1680 dan diikuti banyak lainnya.
Pada tahun 1730an, mode untuk Musik Gardens berkembang,
dilengkapi musik yang bagus untuk semuanya. London misalnya,
diVauxhall and Renelagh Gardens yang mengcopy dari kata-kata Eropa
lainnya.
Kesempatan untuk menyelidiki sejarah pekerjaan dalam bidang
akustika adalah sangat jarang.Investigasi yang ada pernah dibuat Mayer
pada tahun 1978, dalam concert hall yang digunakan untuk pertunjukan
pertama dari Haydn's Symphonies dan menggabungkan komposisi dari
variasikaralderakustika dari beberapa tempat.Data yang diperoleh dari
Mayer menawarkan kesempatan untuk melihat kembali frekuensi
selama 18 abad auditoria.Selama pekerjaan Haydn's dengan keluarga
Esterhazy, prinsip dari sebuah hall untuk simponinya telah dikomposisikan
dalam SchlossEisentadt (Austria, 1760-65), dan SchlossEisentadt, Fertod
(Hungary, 1766-84).Kedua hall tersebut masih bertahan sampai 200 tahun
yang lalu.
Sedangkan di Indonesia sendiri saat ini telah memiliki beberapa
gedung kesenian besar di Jakarta, Yaitu Gedung Kesenian Jakarta,
KedungKesenian Taman Ismail Marzuki, dan yang terbaru adalah Teater
TanahAirku di Kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ketiga

21
gedung pertunjukan tersebut dirasakan hanya dapat menampung kegiatan
pertunjukan dalam cakupan regional.
3. Persyaratan Gedung Kesenian
eperti yang telah kita ketahui bahwa aktivitas utama dalam gedung
kesenian merupakan kegiatan yang kebanyakan tak lepas dari bunyi, oleh
karena itu penanganan akustik pada gedung kesenian merupakan sesuatu
yang perlu perlakuan secara khusus. Dikarenakan kondisi akustik dalam
ruangan yang menjadi tujuan utama, maka pada umumnya gedung kesenian
biasanya bersifat tertutup agar pengaruh bising dari lingkungan komunitas
dapat diredam.Dan karena ketertutupan tersebut, maka seharusnya gedung
kesenian dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan yang baik
sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, penontonnya
maupun pelaku seni untuk berkonsentrasi menyaksikan atau mendengarkan
pertunjukan yang sedang dipergelarkan.Ketertutupan tersebut juga
dimaksudkan agar pagelaran dan juga penonton tidak terganggu akibat
cuaca panas terik matahari atau hujan.Serta suara yang ada didalam gedung
pun tidak keluar dan mengganggu lingkungan di luar. Perkembangan
teknologi dalam bentuk alat musik elektronik ataupun sistem tata suara
elektronik akanmembant perkembangan rancangan gedung pertunjukan.
Namun, untuk pertunjukan dengan alat musik non-elektronik, apresiasi
terhadap gedung konser tanpa sistem tata suara elektroniknya tetap tinggi,
mengingat kealamian dan suara musik yang dihasilkan.

Gambar2.9 Komponen Utama Terjadinya Suara

Sumber : http://komang-merthayasa.blogspot.co.id/

22
Akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu
sumser suara, ruangan atau perantara, dan penerima.Jika salah satu dari
komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada.Ketiga
komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan
diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif.Penilaian objektif
tentunya berdasarkan kepada besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu
besaran-besaran fisika, misalnya besaran 'sound pressure level' dari sumber
suara, besarnya waktu dengung ruangan atau juga 'directivity'dari
microphone (microphone bertindak sebagaipenerimasuara). (Gambar 9)
Adapun persyaratan umum yang disarankan untuk gedung konser yang
terkait dengan kondisi fisik dari medan suara di dalam gedung konser yang
dapat memenuhi "keinginan" dari semua penonton di tempatduduknya
masing-masing, dapat disebutkan terdiri dan empat syarat utama, yaitu:
1. Tingkat kekerasan suara yang terdengar oleh masing-masing penonton
(Listening LevelI Ini sangat tergantung kepada karakteristik akustik dari
alat musiknya, posisi penempatannya di panggung, kondisi ruang dari
gedung konser dan eara memainkan alat musik tersebut.
2. Adanya waktu tunda dari sampainya suara pantulan (Initial Delay Time),
pertama akibat bidang bagian dalam ruangan gedung konser misalnya
dinding, panggung atau langit-langit dibandingkan suara langsung yang
diterima penonton dari masing-masing alat musiknya sendiri. Faktor ini
secara psikologis dapat menyebabkan penonton merasakan arah suara dan
juga „kelebaran" dari sumber suara itu sendiri.
3. Adanya waktu dengung ruangan yang dirasakan oleh masing - masing
penonton di tempat duduknya (Sub-sequent Reverberation Time).
Karakteristik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dimensi, ukuran,
kapasitas tempat duduk, jumlah penonton dan juga karakteristik material
bangunan pembentuk interior gedung konser itu sendiri. Penonton akan
merasakan dirinya di"selimuti" oleh keindahan dan keagungan musik
yang dipegelarkan, yang sebenarnya secara teknis tidak dapat mereka
rasakan selain mereka menghadiri atau menonton konser secara langsung.

23
4. Kondisi suara yang diterima berbeda antara telinga kiri dan kanan
masing-masing penonton (Inter-Aural Cross Correlation, I ACQ.
Perbedaan ini akan menyebabkan penonton dapat merasakan ruang dari
gedung konser itu sendiri.
Ketiga syarat di atas merupakan besaran fisik yang tergantung kepada
komponen temporal dan spectral dari medan suaranya. Perlu juga diketahui
bahwa secara spektral, kemampuan telinga manusia untuk mendengarkan
suara tidaklah linier untuk semua frekuensi.Hal ini dapat diketahui dengan
sensitivitas telinga kita yang berbeda untuk frekuensi rendah, frekuensi
medium dan frekuensi tinggi.Sedangkan syarat terakhir merupakan komponen
spatial yang sangat tergantung kepada kondisi ruangan sendiri, tidak
dipengaruhi oleh jenis atau karakteristik suara dari sumber suara, dalam hal ini
sumber suaranya adalah alat-alat musik yang dimainkan termasuk suara vokal
dari penyanyinya.Dalam hal ruangan dilengkapi dengan sistem tata suara,
maka karakteristik akustik loudspeaker dan juga penempatannya sangat
menentukan faktor spatial yang dirasakan dan dialami oleh setiap penonton.
Pemanfaatan kondisi akustik yang memenuhi persyaratan dan
berkualitas bagi pengunjung atau penghuni gedung atau setiap ruangan
sebenarnya mesti sudah tertanam di dalam rancangan awal dari arsitektur
bangunan gedung pertunjukan tersebut.Tetapi dalam kenyataan yang ada,
kemungkinan karena faktor biaya dan alasan teknis lainnya, sering sekali
kondisi akustik yang baik bagi suatu ruangan menjadi diabaikan.Misalnya hal
ini terjadi pada pembangunan suatu gedung pertunjukan dimana komponen
perancangan akustiknya sejak awal tidak dilibatkan.Hasilnya, adalah
teijadinya cacat akustik yang pada akhirnya menyebabkan dilakukannya
renovasi arsitektur atau desain interior ruangan.

H. Tinjauan Gedung Kesenian Makassar


1. Pengertian Gedung kesenian Makassar
Bangunan Gedung Kesenian Makassar yang akan dirancang di Kota
Makassar ini merupakan gedung pertunjukan atau sebuah ruangan tertutup

24
multifungsiberukurang luas yang di fungsikan sebagai tempat menggelar
beraneka pertunjukan seni secara langsung. Bangunan ini akan dibangun
untuk fungsi dalam jangka waktu yang lama dan bersifatmonumental demi
menunjang pengembangan dan kemajuan seni budaya khususnya di
wilayah Kota Makassar.
Gedung Kesenian Makassar ini akan mendukung pengadaan
pertunjukan seni budaya di Kota Makassar secara lebih berkualitas dari
segi akustika dan kenyamanan bangunannya. Akustika di dalam bangunan
akan didukung dengan alat-alat modern dan tata ruang dalam yang dibuat
sedemikian rupa untuk mendukung akustika yang ada di dalamnya.
Dilengkapi area penonton dengan tempat duduk bertrap, juga balkon
yang disesuaikan dengan kenyamanan secara audio maupun visual, untuk
menampung cukup banyak penonton yaitu sekitar 500-1000 kursi.Untuk itu
didalam gedung konser ini juga diperlukan dukungan perkuatan bunyi
buatan demi mendapatkan kualitas akustika yang maksimal.
Mengingat kondisi akustik di dilam ruangan menjadi tujuan
utamanya, maka pada umumnya gedung kesenian bersifat tertutup yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh bising dari lingkungan
komunitasnya.Karena ketertutupannya itu, gedung kesenian mesti
dilengkapi dengan sistem tata udara sehingga dapat memberikan
kenyamanan bagi penontonnya untuk berkonsentrasi menikmati
pertunjukan yang dipegelarkan.Factor kenyamanan ini juga menjadi salah
satu tujuan dari gedung kesenian tersebut, sehingga orang yang dating
untuk menonton pertunjukan benar terpenuhi tujuan utamanya.
2. Fungsi Gedung Kesenian Makassar
Secara umum gedung kesenian memiliki fungsi utama sebagai wadah
yang akan menampung berjalannya berbagai kegiatan pertunjukan seni
yang diadakan oleh para seniman dari awal hingga akhir pertunjukan.
Sekaligus mewadahi kegiatan-kegiatan lain yang mendukung seperti
persiapan, penataan, atau kegiatan, pameran, dan kegiatan yang
berorientasi seni lainnya.Dan untuk memenuhi fungsi tersebut rancangan

25
gedung kesenian diutamakan dalam aktivitas suara pada segi akustika
bangunan didalamnya agar menjaga kualitas yang dapat dihasilkan.
Selain itu Gedung Kesenian Makassar sendiri diharapkan mampu
mengembangkan dan meningkatkan daya cipta dalam karya seni para
seniman lokal. Kualitas gedung yang baik dan mendukung akan diharapkan
dapat meningkatkan ketertarikan, baik pada diri seniman- seniman untuk
menghasilkan sebuah kaiya maupun juga pada masyarakat Kota Makassar
untuk lebih menghargai dan turut dalam usaha pelestarian seni budaya. Dan
pada akhirnya Gedung Kesenian Makassar juga diharapkan mampu
mengembangkan dan melestarikan kesenian tradisional yang pada dasarnya
telah menjadi tanggungjawab kita semua sebagai generasi penerus.
Secara objektif Gedung Kesenian Makassar yang akan dirancang
adalah sebagai bangunan yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan dan
pagelaran seni dengan gambaran suasana pertunjukan tersendiri yang
modern tetapi tetap terasa nilai budaya di dalamnya. Sedangkan secara
subjektif, gedung kesenian merupakan konsep perancangan gedung
kesenian secara integral dapat mengingkatkan kualitas kesenian itu sendiri,
termaksuk dapat memberikan kualitas, kreativitas, dan inovasi.
Ruang pertunjukan itu sendiri merupakan ruang yang dipakai untuk
mempergelarkan pertunjukan seni seperti seni drama/teater, seni tari,
musik, dan juga seni rupa. Dimana para seniman akan menyuguhkan karya
yang terkait dengan suara yang dihasilkan dan fasilitas penunjang lainnya.
Jadi arsitektur tata ruang dalam dari gedung kesenian tersebut banyak
dituntutkan pada sisi akustiknya.
3. Kegiatan dalam Gedung Kesenian Makassar
Kegiatan utama yang akan berlangsung dalam gedung kesenian ini
adalah kegiatan pertunjukan seni yang disertai dengan kegiatan
pendukungnya seperti persiapan dan sebagainya. Jadi selama pertunjukan
berlangsung semua kebutuhan yang diperlukan atau dibutuhkan sebisa
mungkin dipenuhi dalam gedung tersebut, sehingga menghindari kesulitan
apabila harus keluar atau mencari tempat lain.

26
Gedung kesenian tersebut diharapkan mampu membuat nyaman
penyelenggara untuk menjalani semua rangkaian selama konser berjalan,
seperti kegiatan gladiresik, persiapan, pergantian kostum, cek alat, dan lain-
lain.
Adapun jenis-jenis pertunjukan yang akandiwadahi dalam Gedung
Kesenian Makassar ini diantaranya adalah penggabungan antara jenis
pertunjukan yang menggabungkan musik dan unsur tarian, baik yang
tradisional maupun modern. Hal tersebut dikarenakan Makassar sendiri
memiliki kebudayaan yang lekat dengan 2 (dua) jenis pertunjukan tadi,
yaitu musik dan tari. Gedung Pertunjukan ini akan mencoba mewadahinya
melalui pemilihan dan perancangan ruang pertunjukan yang tepat terkait
pemilihan jenis dan dimensi panggung yang akan digunakan.

Gambar2.10 Kegiatan Lengkap pada Panggung Prosenium

Sumber : Joseph de Chiara and Michael J. Crosbie, 2001 , Time Saver Standards for Building
Types, McGraw-Hill Book Co, Singapore, hlm. 743

Gambar2.11 Standar Dimensi Untuk Panggung Pertunjukan

Sumber : Joseph de Chiara and Michael J. Crosbie, 2001 , Time Saver Standards for Building
Types, McGraw-Hill Book Co, Singapore, hlm. 742

27
28
4. Fasilitas dalam Gedung Kesenian Makassar
Jeni Fasilitas Utama: Auditorium dan Open Stage
a. Panggung utama
b. Sayap/Serambi
c. Daerah belakang panggung/Backstage
d. Ruang latihan/Persiapan
e. Ruang ganti pakaian
f. Ruang tunggu
Fasilitas Pendukung :
a. Ruang mesin
b. Ruang mesin pendingin
c. Galeri seni rupa
d. Cafe and Resto
e. Receptionist
f. Ruang Tiket
Fasilitas Pengelola:
a. Ruang Kepala Manajemen Pengelola
b. Ruang Staff Pengelola
c. Ruang Kepala Bagian Pemasaran
d. Ruang Staff Pemasaran
e. Ruang Kepala Bagian Keuangan
f. Ruang Staff Keuangan
g. Ruang Penanggung Jawab
I. Tinjauan Akustik
1. Pengertian Bunyi dan Akustik
a. Bunyi
Bunyi memiliki dua definisi (Doelle, 1985), yaitu:
1) Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran
partikel dalam medium elastic seperti udara. Ini adalah bunyi
objektif.

29
2) Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang
disebabkan penyimpangan fisis yang digambarkan diatas. Ini adalah
bunyi subjektif.
b. Akustik
Akustik adalah ilmu pengetahuan tentang bunyi dan hubungan
dengan keaslian bunyi dan perambatannya, baik diruang terbuka, ataudi
dalam pipa-pipa dan saluran-saluran, atau di dalam ruangan tertutup
(Kuttruff, 2007)
2. Gejala Akustik dalam Ruang Tertutup
a. Pemantulan bunyi
Hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang
bunyi adalah kecil dibandingkan ukuran pemantul.Permukaan pemantul
cembung cenderung menyebarkan gelombang bunyi dan permukaan
cekung cenderung mengumpulkan bunyi pantul dalam ruang.Dalam
auditorium ukuran sedang dan besar, kondisi mendengar dapat banyak
diperbaiki dengan penggunaan pemantul-pemantul bunyi yang besar yang
di tempatkan di tempat yang sesuai.

Gamber2.12 Pemantulan Bunyi dari Permukaan-Permukaan dengan Bentuk Berbeda : (1)


Pemantulan Merata (2) Penyebaran Bunyi (3) Pemusatan Bunyi.

Sumber :Doelle, 1985

30
b. Penyerapan bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energy bunyi menjadi suatu
bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika
menumbuk suatu permukaan. Pengendalian akustik bangunan yang baik
membutuhkan penggunaan bahan-bahan yang dapat menunjang
penyerapan bunyi:
1) Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap
2) Isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak dan karpet.
3) Udara dalam ruang.
c. Difusi bunyi
Difusi bunyi atau penyerapan bunyi terjadi dalam ruang apabila
tekanan bunyi disetiap bagian suatu auditorium sama dan gelombang
bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan
serba sama atau homogen.
d. Disfraksi bunyi
Disfraksi bunyi adalah gejala akustik yang meneybabkan gelombang
bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut
(corner), kolom, tembok dan balok.
Pengalaman memberikan banyak bukti bahwa balkon yang dalam
mengakibatkan suatu bayangan akustik bagi penonton dibawahnya, dan
dengan jelas menyebabkan hilangnya frekuensi tinggi (panjang
gelombang pendek) yang tidak membelok sekitar tapi balkon yang
menonjol Hal ini menciptakan keadaan mendengar yang jelek dibawah
balkon.
e. Dengung
Bila bunyi tunak (steady) dihasilkan dalam suatu ruang, tekanan
bunyi membesar secara bertahap, dan dibutuhkan beberapa waktu (dalam
kebanyakan ruang sekitar 1 sekon) bagi bunyi untuk mencapai nilai
keadaan tunaknya. Dengan cara sama, bila sumber bunyi telah berhenti,
suatu waktu yang cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang

31
(meluruh) dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai
akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah
sumber bunyi dihentikan disebut dengung.
f. Resonasi ruang
Suatu ruang tertutup dengan permukaan interior pemantul bunyi
tanpa diinginkan menonjolkan frekuensi-frekusensi tertentu, yang disebut
ragam getaran normal (normal models of vibration) ruang tersebut.Ruang
mempunyai ragam normal dalam jumlah yang banyak, dan tergantung
pada bentuk dan ukurannya. Efek ragam normal yang mengganggu,
didistribusikan secara sama. Pengaruhnya yang merusak dapat dikurangi
dengan cara-cara berikut:
1) Membagi ruang yang secara akustik disukai.
2) Secara tidak teratur menempatkan dinding-dinding ruang.
3) Secara berlimpah-limpah menggunakan permukaan tak teratur
(penyebar/diffusers), atau
4) Mendistribusikan elemen penyerap secara merata pada dinding-
dinding atas.
3. Persyaratan akustik dalam rancangan auditorium
Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam
suatu auditorium:
a) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium
terutama tempat-tempat duduk yang jauh.
b) Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam ruang.
c) Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk
memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai oleh
penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.
d) Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan
yang berkepanjangan (long-delayed reflection),gaung, pemusatan bunyi,
distorsi, bayangan bunyi dan resonasi bunyi.

32
e) Bising dan gertaran yang akan mengganggu pendengaran atau
pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam
tiap bagian ruang.
4. Solusi untuk Mencapai Persyaratan Akustik dalam Perancangan Auditorium
Ruang pertunjukan musik ataupun opera yang baik dapat diwujudkan
apabila memiliki waktu dengung yang baik.Waktu dengung(RT/
Reverberation Time) dapat diukur dengan ramus Sabine (Doelle, 1985).
Sistem Inggris (untuk volume dalam satuan ft kubik).
0,05 V
RT =
A + xV
Sistem Metrik (untuk volume dalam satuan meter kubik)
0,16 V
RT¿
A + xV
Keterangan :
RT : waktu dengung (satuan detik).
V : volume ruang (satuan ft. kubik atau meter kubik).
A : penyerapan ruang total, (satuan sabin ft. persegi sabin meter persegi).
X : koefisien penyerapan udara.
Nilai A didapatkan dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai S
(luas permukaan bahan) dengan A (koefisien penyerapan bahan). Jadi,
A=S1á1 +S2á2 + S3á3 + . . . + Snán
Selain itu perlu juga diperhatikan standar-standar volume maupun nilai
RT yang direkomendasikan untuk menghasilkan suatu ruang auditorium yang
baik secara akustik (lihat tabel 1 dan 2).

33
Tabel2. 1 Nilai per tempat duduk yang direkomendasikan untuk
beberapa jenis auditorium
Jenis Volume/Tempat Duduk (m2)
No.
Auditorium Minimum Normal Maksimum
1. Rumah opera 4,5 5,7 7,4
2. Ruang Konser 6,2 7,8 10,8
3. Ruang Pidato 2,3 3,1 4,3
4. Auditorium Serbaguna 5,1 7,1 8,5
5. Gedung Bioskop 2.8 3,5 5,1
Sumber :Doelle, 1985
Tabel 2. 2 Nilai RT yang disarankan untuk beberapa jenis auditorium
No Jenis Auditorium Nilai RT yang disarankan (detik)
.
1. Ruang Opera 1,2 - 1,4
Sumber :Doelle,
2. Ruang 1985
Konser 1,0 - 2,0 a.K
ekerasan (Loudness) yang cukup
Masalah pengadaan kekerasan yang cukup, terutama dalam
auditorium ukuran sedang dan besar, teijadi karena energy yang hilang
pada perambatan gelombang bunyi dan karena penyerapan yang besar oleh
penonton da nisi ruang (tempat duduk empuk, karpet, tirai dan lain-
lain).Hilangnya energy bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup
dapat diadakan dengan cara-cara berikut.

1) Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkindengan


sumber bunyi.
2) Sumber bunyi dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga
menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas ke tiap
pendengar.
3) Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup landau atau miring.

32
Gambar2.13 Metode untuk garis pandang yang baik didasarkan

pada pandangan satu baris

Sumber :Doelle, 1985

4) Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul


bunyi (plaster, gypsum board, plexiglas, papan plastikkaku, dan lain-
lain) yang besar dan banyak.

Gambar2.14 Langit-langit pemantul yang diletakkan dengan

33
tepat menyumbang kekerasan yang cukup

Sumber :Doelle, 1985

34
Gambar2.15 Contoh detail penggunaan pemantul bunyi diarea panggung.

Sumber : Lord & Templeton, 2001


Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup kecil,
sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung da bunyi pantul
lebih pendek.
5) Permukaan pemantul bunyi yang parallel (horizontal maupun vertical),
terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus dihindari, untuk
menghilangkan pemantulan kembali yang tak diinginkan ke sumber
bunyi.
6) Penonton harus berada di daerah penonton yang menguntungkan.
Daerah tempat duduk yang sangat lebar harus dihindari. Lorong antar
tempat duduk jangan ditempatkan sepanjang sumbu longitudinal
auditorium.
7) Bila selain sumber bunyi utama (yang biasanya ditempatkan di bagian
depan auditorium), terdapat sumber bunyi tambahan, maka harus
dikelilingi juga oleh permukaan pemantul bunyi.
8) Harus disediakan pemantul untuk mengarahkan bunyi kembali ke
pementas.
b. Difusi
Difusi bunyi dapat diciptakan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam
jumlah yang banyak, seperti plaster, pier, balok-balok telanjang,
langit-langit yang terkotak, pagar balkon yang dipahat dan dinding-
dinding yang bergerigi.
2) Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi
secara bergantian.

35
3) Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur dan
acak.
c. Pengendalian langsung
Karakteristik dengung optimum suatu ruang dianggap baik apabila
memenuhi syarat berikut:
1) Karakteristik waktu dengung/ Rt terhadap frekuensi disukai,
2) Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang tiba di
penonton menguntungkan, dan
3) Pertumbuhan dan peluruhan bunyi optimum.
d. Gema, pemantulan yang berkepanjangan, dan gaung
Gema, pemantulan yang berkepanjangan dan gaung dapat dicegah
dengan cara.
1) Memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul yang
menyebabkan cacat ini.
2) Bla penggunaan lapisan akustik sepanjang daerah kritis ini tidak
memungkinkan, maka permukaan itu harus di buat difusif atau
miring, agar menghasilkan pemantulan yang ditunda secara singkat
dan menguntungkan.
3) Pemilihan dan pemasangan sistem penguat suara yang cocok dan
tepat.

e. Pemusatan bunyi
Pemusatan bunyi (titik panas/ hot spot) disebabkan oleh
pemantulanbunyipada permukaan-permukaan cekung. Eliminasi
terhadap cacat akustik ini dapat dilakukan dengan cara:

36
Gambar2.16 Solusi pada dinding belakang untuk meniadakan gema

Sumber :Doelle, 1985

1) Meniadakan atau melapisi dengan bahan penyerap bunyi dinding-


dinding cekung yang besar dan tak terputus, terutama yang berjari-
jari kelengkungan besar.
2) Bila permukaan cekung tidak dapat dihindari, maka permukaan ini
harus diletakkan sedemikian rupa sehingga permukaan tersebut
memusatkan bunyi diluar atau diatas daerah penonton.
3) Pemilihan dan pemasangan sistem penguat suara yang cocok
dantepat.
f. Ruang gandeng (couple space)
Gejala ini dapat diatasi dengan cara memisahkan ruang-ruang
gandeng tersebut secara akustik, dengan meniadakan RT yang hamper
sama atau dengan mengurangi RT kedua ruang.
g. Distorsi
Distorsi dapat dihindari bila lapisan-lapisan akustik yang
digunakan mempunyai karakteristik penyerapan yang seimbang pada
seluruh jangkauan frekuensi audio.
h. Resonasi ruang
Resonasi ruang lebih rawan dalam ruang kecil dibandingkan
dengan ruang besar.
i. Bayangan bunyi
Gejala ini dapat diamati dibawah balkon yang menonjol terlalu jauh ke
dalam ruang udara.Ruang di bawah balkon seperti itu, dengan
kedalaman melebihi dua kali tinggi harus dihindari.

37
j. Serambi bisikan (whispering gallery)
Frekuensi bunyi yang tinggi mempunyai
kecendrunganuntuk"merangkak" sepanjang permukaan-permukaan
cekung yang
besar,sepertikubah setengah bola. Suatu bunyi yang dangat lembut seperti
bisikan yang diucapkan didekatkubah tersebut secara mengherankan akan
terdengar disisi yang lain.
5. Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi
Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam
rancangan akustik suatu auditorium atau yang dipakai sebagai pengendali
bunyi dalam ruang-ruang yang memilki tingkat kebisingan dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Bahan berpori-pori
Bahan berpori-pori memilki karakteristik, yaitu penyerapan
bunyinyalebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan frekuensi
rendah dan efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi
rendah dengan bertambahnya tebal lapisan yang padat dan dengan
bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.
Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Unit akustik siap pakai
Penggunaan unit akustik siap pakai memberikan beberapa
keuntungan antara lain:
 Mereka mempunyai penyerapan yang dapat diandalkan dan
dijamin pabrik.
 Pemasangan dan perawatannya relative mudah dan murah.
 Beberapa unit dapat dihias kembali tanpa mempengaruhi jumlah
penyerapannya.
 Penggunaannya dalam sistem langit-langit dapat disatukan secara
fungsional dan secara visual dengan persyaratan penerangan,
pemanasan atau pengondisian udara; mereka membantu dalam
reduksi bising dan mempunyai fleksibilitas dalam penyekatan.

38
 Bila dipasang dengan tepat, penyerapannya dapat bertambah secara
menguntungkan.
 Di lain pihak, pemakaiannya menyebabkan beberapa masalah,
antara lain:
 Sukar untuk menyembunyikan sambungan-sambungan antara unit
yang berdampingan.
 Mereka umumnya mempunyai struktur yang lembut yang peka
terhadap kerusakan mekanik bila dipasang pada tempat-tempat
yang rendah di dinding.
 Penyatuhan keindahannya ke dalam tiap proyek auditorium
menuntut kerja berat.
 Penggunaan chat untuk tujuan dekorasi ulang dapat mengubah
penyerapan sebagian besar unit akustik siap pakai dalam artian
merusak kecuali bisa petunjuk-petunjuk pabrik diikuti.
Unit khas dari keompok bahan ini, yaitu:
 Jenis ubin selulosa dan serat mineral berlubang maupun tak
berlubang, bercelah (fissured), atau berstruktur,
 Panel penyisip, dan
 Lembaran logam berlubang dengan bantalan penyerap.

Gambar 2. 17 Ukuran-ukuran ubin akustik yang umum dipergunakan

Sumber :Doelle, 1985

39
Lapisan akustik ini digunakan terutama untuk reduksi bising
dan kadang-kadang digunakan dalam auditorium di mana usaha
akustik lain tidak dapat dilakukan karenabentuk permukaan yang
melengkung atau tidak teratur. Mereka dipakai dalam bentuk
semiplastik, dengan pistolpenyemprot atau dengan malapisi dengan
menggunakan tangan/ diplester (spreyed limpet asbestos, zonolite,
vermiculite, sound shield, glatex, dekoosto, dan lain-lain).
3) Selimut (Isolasi) akustik
Selimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool),
serat-serat gelas (glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut dan
sebagainya. Biasanya dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam,
dan digunakan untuk tujuan akustik dengan ketebalan yang bervariasi
antara 25 dan 125 mm. penyerapannya bertambah dengan tebal,
terutama pada frekuensi-frekuensi rendah. Karena selimut akustik
tidak menampilkan permukaan estetik yang memuaskan, maka
biasanya ditutupi dengan papan berlubang, woods slats, fly screening,
dan diletakkan diatasnya serta diikatkan pada sitemkerangkanya.
Selain bahan-bahan diatas, juga terdapat bahan yang menyerap
bunyi dan bising diudara (airborne), yaitu karpet dan kain.
b. Penyerap panel atau penyerap selaput
Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang
padat (solid backing) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan
berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertu,buk oleh
gelombang bunyi. Panel jenis ini merupakan penyerap frekuensi rendah
yang efisien.
Lapisan-lapisan dan konstruksi auditorium penyerap-penyerap
panel yang berperan pada frekuensi rendah, yaitu panel kayu dan
hardboard, gypsum board, langit-langit plateran yang
digantung.Plasteranberbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu,
lantai kayu, panggung, pelat-pelat logam (radiator), dan bahan berpori
yang diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang padat.

40
c. Resonator rongga (Helmholtz)
Terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-
dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/ celah sempit (disebut leher)
ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Resonator rongga dapat digunakan sebagai:
1) Resonator rongga individual
Jenis resonator berongga jaman sekarang terbuat dari balok
beton standar yang menggunakan campuran yang biasaiapi tetapi
dengan rongga yang telah ditetapkan, disebutkan unit soundblox.
Biasanya digunakan dalam ruang olahraga, kolam renang, jalur-jalur
bowling proyek industry, riang alat-alat mekanis, terminal kendaraan,
dan jalan raya yang padat, dimana penggunaan bahan penyerap bunyi
biasa yang lembut, artinya tidak tahan lama tidak memungkinkan.
2) Resonator panel berlubang
Panel berlubang, yang diberi jarak pis ah terhadap lapisan
penunjang padat, banyak digunakan dalam prinsip resonator rongga.
Mereka mempunyai jumlai leher yang banyak, yang membentuk
lubang-lubang panel, jadi berfungsi sebagai deretan resonator
rongga.Lubang biasanya berbentuk lingkaran (kadang-kadang celah
pipih).
3) Resonator celah
Dalam rancangan auditorium pengaruh akustik yang diinginkan
dapat dicapai/diperoleh dengan menggunakan selimut isolasi yang
relative tidak mahal, sepanjang permukaan-permukaan ruang.Namun,
karena poronitasnya, selimut isolasi membutuhkan perlindungan
terhadap goresan-goresan untuk merancang suatu lapisan permukaan
atau layar perlindungan yang dekoratif, dengan elemen-elemen
penampangnya relative kecil dan dengan jarak antara yang cukup
untuk memungkinkan gelombang bunyi menembus antara elemen-
elemen layar ke bagian belakangnya yang berpori.

41
BAB III
METODE PEMBAHASAN

A. Jenis Pembahasan

Jenis pembahasan adalah kualitatif.Setiap komponen bukan bagian yang


terpisah dari keseluruhan sistem. Oleh karena itu, pendekatan bukan ditekankan
pada komponen-komponen yang akan dibahas, melainkan bagaimana setiap
komponen berhubungan satu sama lain di dalam sistemnya, dan bagaimana
sistem tersebut berhubungan dengan sistem yang ada di luarnya. Bagaimana
konfigurasi atau pola-pola berhubungan dilakukan dengan pemetaan.

J. Waktu Pembahasan

Proses mulai pengumpulan data, analisis data, hingga kesimpulan


penelitian dilakukan bulan September - Desember 2016.

K. Pengumpulan Data

1. Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus
atau permasalahan yang ditemukan.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan atau sering disebut observasi yakni pengumpulan
data secara langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di
lapangan atau dilokasi penelitian.
3. Analisa
Analisa merupakan kegiatan mengurai, membedakan, memilah sesuatu
untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu
kemudian dicari kaitannyadan ditafsirkan maknanya.
L. Teknik Analisa Data

1. Melakukan studi pustaka mengenai tinjauan terhadap gedung kesenian.


2. Melakukan studi banding dengan mencari literatur tentang gedung kesenian.
3. Melakukan pengolahan data.

M. Sistematika Pembahasan

1. Pertama studi eksplorasi dan telaah pustaka untuk merumuskan masalah


dan memperkuat tentang alasan pentingnya topik dibahas.
2. Kedua, merumuskan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian
3. Ketiga, membuat rancangan dan prosedur pembahasan.
4. Keempat, melakukan tinjauan lapangan.
5. Kelima, melakukan pengumpulan data meliputi survey, wawancara,
dialog, dan lain-lain.
6. Keenam, melakukan analisis data.
BAB IV
TINJAUAN GEDUNG KESENIAN MAKASSAR

A. Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar


1. Keadaan Geografis
Kota Makassar adalah Ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan.Terletak
antara 119°241T7'38" bujur timur dan 5°8'6T9" lintang selatan. Luas wilayah
Kota Makassar seluruhnya berjumlah ±175,77 km2 daratan dan tcrmaksuk 11
pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan ±100 km 2 Batas-batas
geografis wilayah Kota Makassar secara lengkap adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara yang berbatasan dengan Kabupaten Maros.
b. Sebelah timur Kabupaten Maros.
c. Sebelah selatan Kabupaten Gowa.
d. Sebelah barat Selat Makassar.
Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 1-25 meter dai atas
permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan
kemiringan -5° kearah barat, diapit oleh dua sungai yakni, sungai Tallo yang
bermuara di bagian utara kota dan sungaJe'neberang yang bermuara di bagian
selatan kota. 2. Kondisi Iklim Kota Makassar
Berikut data iklim kota Makassar berdasarkan pencacatan Stasiun
Meteorologi Maritim Paotere. (BPS Kota Makassar, Kota Makassar dalam
Angka 2013).
a. Berada disckitarkhatulistiwa yang bcriklim tropis.
b. Arah angina dipengaruhi oleh angina Muson.
c. Mempunyai dua musim yaitu musim hujan pada bulan November-April
dan musim kemarau pada bulan Mei-Oktober.
d. Suhu udara pada tahun 2012 yaitu suhu rata-rata 17,8°C, suhu maksimum
31,9°C, dan suhu minimum 25°C.
e. Curah hujan sepanjang tahun 2012 adalah 3066 mm pertahun dan jumlah
hujan sepanjang tahun 2012 yaitu 200 hari.
f . Kelembaban udara rata-rata sepanjang tahun 2012 yaitu 82,7%.
g. Penyinaran matahari rata-rata sepanjang tahun 2012 yaitu 57,8%.
h. Kecepatan angin rata-rata sepanjang tahun 2012 yaitu 4,0 knot dan
kecepatan angina maksimum yaitu 27,8 knot.

N. Kondisi Non Fisik Kota Makassar


1. Jumlah Penduduk Kota Makassar
Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh badan pusat
statistic (BPS) Kota Makassar, jumlah penduduk Kota Makassar tahun
2013 tercatat sebanyak 1.408.072 jiwa, tahun 2014 sebanyak 1.429.242
jiwa dan tahun 2015 sebanyak 1.449.201 jiwa. Kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak 13,35% dari
penduduk Kota Makassar. Berikut merupakan table jumlah penduduk Kota
Makassar.

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Kota Makassar

(sumber: http://makassartabagus.blogspot.co.id/)
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2013-2015

Jumlah Pendud
No Kecamatan
2013 2014
(Sumber : Kota Makassar dalam angka 2010)

2. Tinjauan Rencana Tata Ruang Kota Makassar


Kota Makassar memiliki Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTR) dan sudah dimasukkan dalam Perda No. 02/1987 dan
mendapatkan pengesahan dari Mentri Dalam Negeri tanggal 17 September
1987.Selain luas wilayahnya, Kota Makassar juga dibagi menjadi beberapa
bagian dengan fungsi masing-masing peruntukan.

Gambar 4.2. Peta Per-wilayah Kota Makassar


(sumber: https://syafraufgisqu.wordpress.com)
Tabel 4.2
Penentuan fungsi detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar tahun 2012-2013

No DTRK Kecamatan Luas (Ha)


Ujung Pandang Wajo,
1 A Bontoala, dan 8, 97
Mamajang
10 J Tamalanrea
31,84
(sumber : Revisi DTRK Tahun 2012 Kota Maka
a) Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang Kota Makassar adalah untuk mewujudkan ruang
wilayah Kota Makassar sebagai kota tepian air kelas dunia yang didasari
keunggulan serta keunikan lokal menuju kemandirian lokal dalam rangka
persaingan global dan fungsi perkotaan ini KSN Perkotaan Mamminasata
demi ketahanan nasional dan wawasan nusantara yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.
b) Kebijakan Penataan Ruang
Untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota, maka ditetapkan
kebijakan penataan wilayah di Kota Makassar sebagai berikut:
1) Kebijakan pengembangan struktur ruang kota yang terdiri atas :
 Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah darat maupun laut serta merata dan berhirarki.
 Peningkatan derajat kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana telekomunikasi, sumber daya air, energy, dan infrastruktur
perkotaan lainnya secara terpadu dan merata diseluruh wilayah Kota
Makassar.
 Penyebaran pusat-pusat kegiatan perkotaan yang lebih tematik dan
terpadu.
 Pengembangan jaringan prasarana kota standar global meliputi jalan
laying, tol, sistem terpadu pelayanan (STP) kota, dan jaringan
monorail.
 Pengembangan sistem jaringan transportasi air dan sistem jaringan
transportasi darat yang terpadu dengan sistem pelayanan "satu hari satu
tiket" dan
 Pengembangan sistem intermodal transportasi yang terpadu dan
hierarkhis.
2) Kebijakan pengembangan pola ruang kota yang terdiri atas :
 Kebijakan pengembangan kawasan lindung, yang meliputi :
 Pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi pelestarian
sistem ekologi wilayah (ecoreion), termaksukekohidrolika DAS.
 Penguatan kegiatan mitigasi dan adaptasi lingkungan dikawasan
pesisir utara dan kota sungai-sungai dalam kota.
 Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terutama sektor
kehutanan, pertambangan, dan kelautan.
 Peningkatan derajat kualitas hijau ruang wilayah kota dengan rasio
tutupan hijau. dan
 peningkatan luas ruang terbuka kota mennjadi ruang terbuka hijau
(RTH).
 Kebijakan pengembangan kawasan Budidaya yang meliputi :
 Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
budidaya.
 Pengendalian perkembangan kegiatan Budidaya agar tidak
melampauai daya dukung dan daya tampung lingkungan.
 Pemantpan fungsi ruang kota sebagai kota maritim, niaga,
pendidikan, dan budaya,
 Penguatan atmosfir tata ruang yang berciri "Makassar" yang kuat.
 Pengembangan fungsi tematik ruang yang berdaya saing tinggi
berstandar global. Dan
 Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi budaya antar kawasan.
3) Strategi Penataan Ruang Kota Makassar
Strategi penataan ruang wilayah Kota Makassar merupaka
penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota kedalam langkah-
langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Strategi pengembangan struktur ruang kota yang terdiri atas :
 Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah.
 Strategi peningkatan derajat kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana telokomunikasi, sumber daya air, energi, dan
infrastruktur perkotaan lainnya secaraterpadu dan merata diseluruh
wilayah Kota Makassar.
 Strategi penyebaran pusat-pusat kegiatan perkotaan yang lebih
tematik dan terpadu.
 Strategi pengembangan jaringan prasarana kota standar global
meliputi jalan layang, tol, sistem terpadu pelayanan kota, dan
jaringan monorail.
 Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi darat yang
terpadu dengan sistem pelayanan "satu hari satu tiket" (one day one
tiket system)
 Strategi pengembangan sistem intermodal transportasi yang
terpadu dan hierarkhis.
 Strategi pengembangan pola ruang kota yang terdiri atas :
 Strategi pengembangan kawasan lindung meliputi:
■ Strategi pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi
pelestarian sistem ekologi wilayah (ecoregion).
■ Strategi penguatan kegiatan mitigasi dan adaptasi lingkungan di
kawasan pesisir barat, kawasan pesisir utara kota, dan sungai-
sungai dalam kota.
■ Strategi pencegahan dampak negative dampak negatif kegiatan
manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
terutama sektor kehutanan, pertambangan, dan kelautan.
■ Strategi peningkatan derajat kualitas hijau ruang wilayah kota
dengan rasio tutupan hijau.
■ Strategi peningkatan luas ruang terbuka kota menjadi ruang
terbuka hijau.
 Strategi pengembangan kawasan budi daya meliputi :
■ Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan
keterkaitan antar kegiatan budi.
■ Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya dukung
dan daya tamping lingkungan.
■ Strategi pemantapan fungsi ruang kota sebagai kota maritime,
niaga, pendidikan, dan budaya.
■ Strategi penguatan atmosfir tata ruang yang berciri "Makassar"
yang kuat.
■ Strategi pengembangan fungsi tematik ruang yang berdaya saing
tinggi berstandar global.
■ Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara.
 Strategi pengembangan kawasan strategis kota yang terdiri atas :
■ Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan untuk mempertahakan dan meningkatkan
keseimbangan ekosistem dan fungsi perlindungan kawasan,
melestarikan keanekaragaman hayati, keunikan rona alam, serta
warisan ragam budaya lokal.
■ Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian wilayah kota produktif, efisien,
dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional maupun
regional.
■ Strategi pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
■ Strategi pelestarian dan peningkatan kualitas social dan
budaya lokal yang beragam.
■ Strategi pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi
kesenjangan social ekonomi budaya antar kawasan.

O. Perkembangan Seni di Kota Makassar


1. Potensi seni dan seniman Kota Makassar
Kesenian Kota Makassar khususnya seni pertunjukan/teater mendapat
antusisasme yang cukup baik dari masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan keberadaan beberapa sanggar seni teater. Berdasarkan data Sub.
Dinas Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan,
terdapat beberapa sanggar seni teater di Makassar (tidak termaksuk teater
kampus) antara lain :
1) Lembaga Kesenian Batara
2) Sanggar Merah Putih Makassar
3) Sanggar Makassar Art
4) Sanggar Teater Pilar Makassar
5) Sanggar Yayasan Ajuwara
6) Sanggar Mekar
7) Sanggar Ikatan Remaja Kreatif
8) Sanggar Tari Pelangi
9) Sanggar Kondobuleng
10) Sanggar Percaya Makassar
2. Keadaan fasilitas/wadah pertunjukan di Kota Makassar
Wadah pertunjukan yang telah ada di Makassar yang biasanya
digunakan untuk pertunjukan opera dan teater pada dasarnya tidak dirancang
sebagai tempat pementasan opera dan teater, melainkan dirancang sebagai
auditorium serbaguna.Kondisi wadah pertunjukan di Kota Makassar dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 4.3
Kondisi Wadah pertunjukan di Kota Makassar

No Nama Wadah Jenis ruang Luas


Panggung m
P. Tujuan Pengadaan Gedung Kesenian Makassar
1. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Adapun dari pengadaan Gedung Kesenian Makassar adalah
sebagai berikut.
1) Menjadi titik tolak perkembangan kesenian di Kota Makassar
2) Menciptakan fasilitas pertunjukan seni opera dan teater serta
pertunjukan seni lainnya.
3) Menjadi fasilitas pembinaan kesenian di Kota Makassar
b. Sasaran
Sasaran dari pengadaan Gedung Kesenian Makassar antara lain:
1) Masyarakat umum yang ingin menyaksikan, mempelajari dan
terlibat dalam bidang seni.
2) Masyarakat seni yang telah bergabung dalam sanggar, baik
sanggar profesional, kampus, maupun sekolah sebagai sarana
pelatihan maupun pertunjukan.
3) Pemerintah daerah Kota Makassar secara khusus, untuk
pengembangan potensi seni masyarakat, serta sebagai media
promosi khususnya dibidang pariwisata.
2. Peranan
1. Peranan terhadap masyarakat
Adapun Gedung Kesenian Makassar ini harus memberi nilai dan
peranan bagi masyarakt, antaralain:
1) Gedung kesenian yang direncanakan adalah suatu fasilitas yang
terdiri dan teater opera, ruang pertunjukan, dan ruang pertunjukan
terbuka yang nantinya akan mewadahi masyarakat untuk
menyaksikan pertunjukan kesenian, baik opera, musik, tari, dan
kesenian lainnya.
2) Memberikan dampak langsung kepada masyarakat berupa
pembinaaterhadapseni pertunjukan yang akan diakomodasi di
dalamnya, melalui pengadaan fasilitas penunjang.
3) Memberikan kebanggaan bagi masyarakat melalui tampilan dan
daya tarik arsitektural bangunannya.
4) Memberi kenyamanan bagi masyarakat yang mengapreasiasi seni
opera, dan pertunjukan seni lainnya.
b. Peranan terhadap pemerintah
Adapun peranan terhadap pemerintah, antara lain:
1) Menjadi salah satu kebanggaan kepada pemerintah Kota Makassar
khususnya sebagai wadah yang dapat menampung kegiatan
pertunjukan besar kesenian.
2) Ikut membantu pemerintah dalam mempromosikan Kota Makassar
melalui program yang dijalankan oleh fasilitas tersebut
3) Menambah daya tank masyarakat luar Makassar untuk dating
melalui program/ kegiatan yang diadakan. Dengan demikian
menambah pendapatan Kota Makassar.
4) Sebagai salah satu sarana promosi Kota Makassar
Q. Analisis Pelaku Kegiatan Gedung Kesenian Makassar
Pelaku kegiatan yang ada di Gedung Kesenian Makassar adalah:
1. Pengelola
Pengelola adalahsekelompok pengurus yang mengorganisir hal-hal
yang berkaitan denganbangunan.Misalnya mencari dan menentukan staf-
staf untukmengelola administrasi, kebersihan, dan keamanan bangunan,
menentukan aturan-aturan yang berkaitan dengan kebutuhan staf maupun
pengguna/pengunjung Gedung Kesenian Makassar.
Beberapa kegiatan yang di lakukan oleh pengelola adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan administrasi
b. Kegiatan koordinasi perkembangan bangunan dan perawatan
c. Melayani pemberian informasi tentang mekanisme penggunaan gedung
kesenian
d. Mencari staf sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan
e. Menyiapkan dan merawat fasilitas-fasilitas bangunan
f. Menjalankan teknis operasional dalam bangunan, petugas kebersihan,
keamanan, dan satuan tugas ahli mesin dan kelistrikan.
Pengelola bangunan Gedung Kesenian Makassar terdiri atas dua
bagian, yaitu:
a. Bagian administrasi
Tabel 4. 4 Aktivitas Pengelola bagian administrasi
Tabel 4.4 Akt

No Aktivitas Kebutuhan ruang


1 Datang Tempat parkir
2 Melaksanakan dan mengatur kerja Ruang kerja
organisasi
3 Menerima tamu Front office
4 Berdiskusi antar pengelola Ruang rapat
5 Makan dan minum Kantin
6 Sholat Mushollah
7 Buang air Toilet

b. Bagian servis
Tabel 4.5 Aktivitas pengelola bagian servis

No Aktivitas Kebutuhan ruang


1 Datang Tempat parkir
2 Menjaga keamanan Possatpam
3 Mengontrol jaringan listrik Panel listrik
4 Mengontrol mesin Ruang kontrol
5 Mengurus kebersihan Seluruh ruangan
6 Mengurus makan dan minum Dapur
7 Menyiapkan makanan Pantri
8 Menyiapkan peralatan kebersihan Ruang Office boy
9 Sholat Mushollah
10 Buang Toilet
2. Pengunjung
a. Seniman
 Melakukan kegiatan seni yang berhubungan dengan sesama seniman
yang lain seperti diskusi, sarasehan, berkolaborasi/bekerja sama
dengan kegiatan seni lain yang berbeda dengan para seniman lain.
 Berbicara dan melihat-lihat aktivitas disekeliling gedung.
 Melakukan kegiatan seni.
b. Masyarakat umum Pengunjung Gedung Kesenian Makassar
 Mengunjungi Gedung Kesenian Makassar yang memiliki
keanekaragaman fasilitas yang mendukung kegiatan seni budaya yang
ada di Makassar, misalnya: Ruang pertunjukan kesenian, galeri seni
rupa, perpustakaan budaya, dan ruang terbuka hijau.
 Turut bergabung dalam komunitas dan menggunakan fasilitas- fasilitas
yang bersifat kreatif yang tersedia di Gedung Kesenian Makassar.
3. Pendekatan pengelompokan ruang
Pengelompokan ruang berdasarkan atas kedekatan aktivitas dalam
hubungan ruang, ruang-ruang yang memiliki hubungan aktivitas yang
terdekat dapat disatukan dalam satu massa atau pola ruang.
Kelompok kegiatan
a. Kelompok kegiatan pengelola dan manajemen
b. Kelompok kegiatan utama
1) Pertunjukan dan hiburan
2) Pendidikan kursus kesenian
c. Kelompok kegiatan penunjang
1) Penjualan produk kesenian
2) Toko musik dan ritel
3) Perpustakaan seni
4) Foodcourt
5) Cafe dan restoran
d. Kelompok kegiatan servis dan pelayanan
4. Pendekatan pola hubungan ruang
Tabel 4. 6 Hubungan ruang unit pertunjukan indoor

N Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0 0
1 RG. Perlengkapan
2 RG. Monitor
3 RG. Sound man
4 RG. Teknisi
5 Gudang alat
6 RG. Persiapan
7 RG. Backstage
8 Stage
9 RG. Penonton
10 Lobby/loket tiket

Tabel 4. 7 Hubungan ruang unit penjualan alat musik

N Ruang 1 2 3 4 5 6
o
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff keuangan
3 RG. Penjualan
4 RG. Tes Alat
5 RG. Kasir
6 Gudang alat

Tabel 4. 8 Hubungan ruang unit studio musik dan studio rekaman

No Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff keuangan
3 RG. Perlengkapan
4 RG. Tunggu
5 Studio musik/rekaman
6 RG. Operator
7 RG. Teknisi
8 Lavatory

Tabel 4. 9 Hubungan ruang cafe dan Restauran

N Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8 9
o
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff Keuangan
3 RG. Makan
4 Panggung
5 RG. Teknisi dan alat
6 Dapur/Pantry
7 Gudang Makanan
8 Kasir
9 Lavatory

Tabel 4. 10 Hubungan ruang unit servis

No Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Musholla
2 Pos jaga
3 Hall
4 Gudang alat
5 RG. M dan E
6 Parkiran
7 Plaza
8 Taman

Keterangan :
Hubungan erat
Hubungan kurang erat
Tidak ada hubungan

4. Kelembagaan dan Keorganisasian

a. Status Kelembagaan
Status kelembagaan dari gedung kesenian ini dapat dilihat pada
diagram berikut.

DEWAN PENGAWAS DAN PENASEHAT

PEMERINTAH INVESTOR SENIMAN


DAERAH

PENGURUS HARIAN
Keterangan :
: Garis koordinasi
: Garis komando

Gambar 4.3 Diagram Kelembagaan Gedung Kesenian Makassar

b. Keorganisasian
Keorganisasian dari gedung kesenian ini merupakan suatu struktur
yang telah tersusun berdasarkan fungsinya masing-masing yang bertugas
dalam pengelolahan kegiatan harian digedung kesenian ini.
BAB V
ACUAN PERANCANGAN

A. Konsep Dasar Perancangan Makro


1. Penentuan lokasi
Penentuan lokasi dalam perancangan Gedung Kesenian Makassar
menggunakan teknik overlay yaitu teknik penumpukan peta berdasarkan
dasar pertimbangan. Dasar pertimbangan dan masukan yang digunakan
dalam konseptual perancangan yaitu :
a. Dengan fungsi bangunan sebagai gedung kesenian, maka lokasi nya
yaitu berada di kawasan dengan fungsi bisnis pariwisata terpadu,
budaya terpadu, bisnis global terpadu.
b. Lokasi sesuai dengan RTRUK Kota Makassar dengan prospek kawasan
bisnis pariwisata terpadu, budaya terpadu, bisnis global terpadu dengan
fungsi bangunan sebagai fungsi penunjang kawasan

Gambar 5. 1 Peta pola pengembangan Kota Makassar

Berdasarkan analisis peta RUTRK Kota Makassar kawasan bisnis


pariwisata terpadu, budaya terpadu, bisnis global terpadu berada di
Kecamatan Tamalate.
c. Berada di kawasan yang dilalui angkutan umum kota
Gambar 5. 2 Peta trayek BRT di Makassar

Gambar 5. 3 Peta trayek Angkutan Umum Kota (Angkot) di


Makassar
Berdasarkan peta trayek BRT dan Angkot Kota Makassar semua
kecamatan dilalui oleh dua fasilitas transportasi umum, kecuali
Kecamatan Biringkanayya.
d. Dengan konsep bangunan sebagai landmark maka tersedia potensi
bangunan yang mampu mengekspos bangunan, seperti potensi jalan
raya yang intensitas kendaraan yang berlalu-lalang tinggi, potensi
lahan aliran sungai, dan tepi pantai.

Gambar 5. 4 Peta aliran sungai di Kota Makassar

Berdasarkan peta aliran sungai di atas, kecamatan yang memiliki


potensi aliran sungai yaitu kec. Tamalate, Kec. Mamajang, Kec.
Rappocini, Kec. Manggala, Kec. Makassar, Kec. Tallo, Kec.
Panakkukang dan Kec. Tamalanrea
Kesimpulan lokasi yang dijadikan alternatif
Berdasarkan beberapa dasar pertimbangan pemilihan lokasi maka
kecamatan yang menjadi alternatif yaitu Kecamatan Tamalate.Untuk
pemilihan lokasi berdasarkan tabel berikut.
Table Pemilihan lokasi Gedung Kesenian Makassar
No Dasar pertimbangan Alternatif 1 Alternatif 2 Keterangan
.
1 Berada dalam kawasan Berada di kawasan dengan Berada di kawasan dengan Lebih baik lokasi berada di
pusat kota yang menjadi fungsi bisnis pariwisata terpadu, fungsi bisnis pariwisata terpadu, Kecamatan Tamalate
pusat berbagai kegiatan budaya terpadu, bisnis global budaya terpadu, bisnis global dengan alasan di kecamatan
penduduk sehingga dapat terpadu. terpadu. tersebut merupakan satu
mendukung keberadaan satu pusat rekreasi,
bangunan. pariwisata, budaya, dan
bisnis terpadu.
2 Lokasi sesuai dengan Berdasarkan RTRUK Kota Berdasarkan RTRUK Kota Lebih baik lokasi berada di
RTRUK Kota Makassar Makassar tahun 2010-2030 Makassar tahun 2010-2030 Kec. Kec. Tamalanrea.
Kec. Tamalate memiliki fungsi Tamalate memiliki fungsi utama
utama sebagai kawasan dengan sebagai kawasan dengan fungsi
fungsi bisnis pariwisata terpadu, bisnis pariwisata terpadu, budaya
budaya terpadu, bisnis global terpadu, bisnis global terpadu.
terpadu.
3 Berada di kawasan yang Kec. Tamalate dilalui oleh Kec. Panakkukang dilalui oleh
dilalui angkutan umum transportasi umum kota baik transportasi umum kota baik
kota Angkutan Umum maupun BRT Angkutan Umum maupun BRT
4 Lokasi memiliki potensi Terdapat aliran Sungai Terdapat Danau Tanjung Bunga
yang mampu Jekneberang/Danau Tanjung
mengekspos bangunan
Bunga dan Pantai
seperti aliran
sungai/danau dan tepi
pantai.
Gambar 5. 5 Peta Kecamatan Tamalate

(Sumber: https://syafraufgisqu.files.wordpress.com/2014/12/jaringan-jalan-kec-
tamalate.png)

Berdasarkan tebel pemilihan lokasi maka yang terpilih yaitu


Kec.Tamalate.Kecamatan Tamalate memiliki potensi aliran Sungai
Jekneberang/Danau Tanjung Bunga, dan pantai yang direncanakan
menjadi transportasi air, dan memiliki fungsi utama sebagai kawasan
Rekreasi.
2. Penentuan dan analisis tapak
a. Alternatif tapak terdiri atas dua

Gambar 5. 6 Peta alternatif tapak


(Sumber: Google Earth)
Penentuan tapak gedung kesenian ditentukan berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Tapak mampu mengekspos bangunan yang direncanakan akan
menjadi Landmark.
Alternatif 1 Alternatif 2
Tapak mampu mengekspos Tapak mampu mengekspos
bangunan dari danau, laut, dan bangunan dari sungai.
Jl. Metro Tanjung Bunga

2) Ketersediaan lahan yang cukup berdasarkan total luas lahan yang


akan terbangun.
Alternatif 1 Alternatif 2
Tapak memiliki luas yang cukup Tapak memiliki luas yang cukup

3) Tapak tidak berdekatan dengan permukiman

Alternatif 1 Alternatif 2
1) Arah utara tapak berbatasan 1) Arah utara tapak berbatasan
dengan lahan kosong dengan lahan kosong
2) Arah barat tapak berbatasan 2) Arah barat tapak berbatasan
dengan laut dengan laut
3) Arah selatan tapak berbatasan 3) Arah selatan tapak berbatasan
dengan Danau Tanjungbunga dengan Sungai Jekneberang
4) Arah timur tapak berbatasan 4) Arah timur tapak berbatasan
dengan Trans Studio dengan lahan kosong
Makassar

4) Pencapaian yang mudah dari arah kota

Alternatif 1 Alternatif 2
Pencapaian yang mudah dari Pencapaian yang mudah dari
arah kota menuju tapak. Hal ini arah kota menuju tapak. Hal ini
dikarenakan tapak berada di jalur dikarenakan tapak berada di jalur
kananJL. Metro kananJL. Metro

69
Tanjungbungasehingga Tanjungbungasehingga
memepermudah pengunjung memepermudah pengunjung
menuju tapak. menuju tapak, tetapi jalur BRT
belum sampai pada lokasi tapak

Gambar 5. 7 Peta alternatif tapak yang terpilih


(Sumber: Google Earth)

Kesimpulan dari beberapa dasar pertimbangan di atas maka tapak yang


terpilih yaitu tapak alternatif 1.
b. Analisis tapak
1) Rona awal lingkungan tapak
Tapak berada di lingkungan Jl. Meto Tanjung Bunga. Batas-batas
tapak yaitu:
Utara :Tapak berbatasan dengan lahan kosong
Timur :Arah timur tapak berbatasan dengan Trans Studio
Makassar
Selatan :Tapak berbatasan dengan Waduk Sungai Jekneberang
Barat :Tapak berbatasan dengan laut

70
Gambar 5. 8 Peta tapak dan rona awal lingkungan tapak

2) Pencapaian
Pencapaian adalah cara menuju tapak yang melalui jalur
sirkulasi kendaraan atau jaringan jalan kota. Pencapaian erat
kaitannya dengan sirkulasi diluar tapak.

Gambar 5. 9 Analisis pencapaian menuju tapak

71
3) Analisis pandangan dari dan ke luar tapak
Pemandangan-pemandangan dari tapak meliputi posisi pada
tapak dimana pemandangan tidak terhalangi, apakah bentuk
pemandangan tersebut, apakah pemandangan tersebut bersifat
positif atau negatif. Pemandangan-pemandangan ke arah tapak dari
daerah di luar tapak, termasuk jalan, bangunan-bangunan lain,
danau, dan pemandangan langsung ke tapak tanpa terhalangi
bangunan lain.

Gambar 5. 10 Analisis Pandangan ke Luar Tapak

4) Analisis utilitas tapak


Gambar 5. 11 Analisis Pandangan Dari Luar Tapak

72
Analisis utilitas tapak yaitu penyediaan jaringan utilitas seperti air,
listrik dan telepon ke dalam tapak yang berasal dari utilitas kota.
untuk penyediaan jaringan air bersih bersumber dari PDAM dan
Danau Tanjung Bunga yang diolah melalui water treatment
sederhana. Untuk penyediaan jaringan listrik yaitu berasal dari
PLN dan genset. Sedangkan untuk penyediaan jaringan telepon
berasal dari jaringan telepon kota.

R. Konsep Dasar Perancangan Mikro


1. Konsep kebutuhan ruang
Sebagai salah satu proses perancangan, daftar kebutuhan /persyaratan
ruang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan program ruang.
Berikut ini merupakan persyaratan mengenai kebutuhan ruang berdasarkan
zona kegiatan atau fasilitas yang telah di bahas pada bab sebelumnya yang
digunakan pada perancangan gedung kesenian ini.
a. Pengelompokan yang jelas pada tiap jenis kegiatan/macam kegiatan
b. sifat kegiatan yang diwadahi
c. keseluruhan aktifitas yang berlangsung dalam ruang lingkup bangunan

Gambar 5. 12 Analisis Utilitas Tapak

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas serta pendekatan konsep


kebutuhan ruang pada bab sebelumnya, maka diperoleh perincian
kebutuhan ruang, yaitu:
1) Fasilitas pertunjukan
a) Area tempat masuk pertunjukan
 Lobby utama
- Luas 0,9 meter2/orang
- Lebar minimal sirkulasi koridor 2,4 meter
- Tinggi plafond minimal 4 meter
- Ruang bayi/anak (Creche), luas minimal 2,5 m2/anak

73
- Ruang medis
 Foyer
- Luas 0,6 meter2/orang
- Terdapat tempat duduk dan area penyegaran
- Penghubung antara lobby dan auditorium
b) Area pertunjukan
 Concert Hall
- Luas tribun penonton 0,9 m2/orang
- Dimensi panggung antara 6 x 9 x 0,9 m hingga 12 x 12
x1m
 Grand Theatre
- Luas tribun penonton 0,9 m2/orang
- Dimensi panggung antara 12 x 12 x 0,6 m hingga 20 x
24 x 1,1m
- Memiliki akses ke Orchestra Pit
- Posisi orchestra pit rata-rata 1,2 m2/orang, 5m2 untuk
pianis dan 10 m2 untuk pemain timpani
- Memiliki ketinggian langit-langit panggung 12 meter
 Outdoor Theatre
- Luas Auditorium sekitar 0,6 m2/orang
- Luas panggung sekitar 0,9 m2/orang
c) Area penampil
 Area masuk penampil
- Kanopi
- Lobby pemain
- Terdapat penjaga pintu (Security)
- Memiliki ruang tunggu (Lounge)
- Memiliki ruang komunikasi (telepon umum, internet,
dsb)
 Area persiapan konser musik klasik

74
- Ruang Conductor (single room), minimal 2 ruangan
- Ruang Soloist (shared room), minimal 2 ruangan
- Ruang ganti pria dan wanita (musisi dan paduan suara)
masing-masing minimal 1 ruang komunal
- Ruang tata rias, minimal 2 ruangan komunal
- KM/WC
- Ruang latihan orkestra
- Ruanng latihan paduan suara
- Greenroom
- Ruang alat musik
- Ruang penyimpanan piano
- Ruang partitur/skor musik
- Area loading barang
- Musholla
 Area persiapan pertunjukan opera/tari/drama
- Ruang Principal pria dan wanita, masing-masing
minimal 3 single room
- Ruang minor principal pria dan wanita, masing-masing
minimal 2 ruang komunal
- Ruang ganti penari pria dan wanita, minimal 1 ruang
komunal
- Ruang tata rias, minimal 4 ruang komunal
- Gudang kostum
- Loundry
- KM/WC
- Greenroom
- Area loading barang
- Musholla
 Area musisi orkestra
- Ruang Conductor, minimal 1 single room

75
- Ruang ganti Soloist, minimal 2 shared room
- Ruang ganti pria dan wanita, masing-masing minimal 1
ruang komunal
- Gudang alat musik
- Area loading barang
- Greenroom
- KM/WC
 Reheasal/recital studio
- lounge (Ruang tunggu)
- Ruang latihan, minimal seluas panggung
- KM/WC
- Ruang kontrol
d) Area manajemen pertunjukan
 Pertunjukan konser musik klasik
- Ruang manajer panggung
- Ruang teknisi
- Ruang kontrol suara
- Ruang kontrol pencahayaan
- Ruang siaran
- Ruang keterlambatan
 Pertunjukan Opera/drama/Tari
- Ruang peralatan musik
- Ruang peralatan suara
- Ruang teknisi
- Ruang kontrol suara
- Ruang kontrol pencahayaan
- Ruang siaran
- Ruang manajer panggung
- Ruang keterlambatan
2) Fasilitas pengelola

76
a) Manajemen Bangunan
 Ruang tunggu pengunjung
 Resepsionis
 Ruang sekretariat
 Ruang dewan pengelola
 Kantor keuangan
 Ruang rapat
 Gudang
 Ruang Manajer katering
b) Bagian hubungan masyarakat
 Ruang konferensi
 Ruang pimpinan desain dan humas
 Ruang staff
 Gudang
c) Bagian pelayanan
 Ruang pegawai kebersihan
 Ruang kontrol keamanan
 Ruang perawatan bangunan
 Gudang
d) Manajemen pertunjukan
 Ruang house manajer
 Ruang pemesanan Via telepon/internet
 Ruang pimpinan pertunjukan
 Ruang pengarah musik
 Ruang panitia pertunjukan
3) Fasilitas publik dan penunjang
a) Area publik
 Lobby utama (Enterance foyer)
- Kanopi (drop off mobil)

77
- Pusat informasi
- Pusat ATM
- Ruang penitipan barang
- KM/WC
- Box Office
 Foodcourt
- Tempat makan
- Stand penjual makanan
- Dapur
- Ruang karyawan
- Area cuci
 Toilet dan musholla umum
- Toilet pria dan wanita
- Tempat wudhu pria dan wanita
- Area musholla
- Tempat penitipan
b) Toko musik dan ritel
 Area penjualan
 Kasir
 Gudang
c) Kafe dan restoran
 Area makan
 Kasir
 Dapur
 Gudang
4) Fasilitas servis
a) Area servis
 Ruang genset
- Ruang harus cukup dimasuki dan menyimpan genset
- Sirkulasi minimal 0,75 meter

78
- Terpisah dari bangunan dengan ujung knalpot
mengarah, dan berjarak minimal 3 meter dari bangunan
lain
 Ruang AHU
- Berukuran minimal 12m2
- Berada disetiap lantai
- Material dinding yang digunakan harus kedap suara,
terutama jika diletakkan disebelah auditorium
 Ruang trafo dan panel
- Berada di lantai paling bawah
- Ukuran ruangan minimal 3 x 4 meter
- Pintu menghadap/membuka keluar
 Ruang chiller
- Berukuran minimal 50m2
- Plat lantai dan plat chiller terpisah jika di letakkan di
basement
 Ruang pompa
- Berukuran minimal 25m2
- Berada di lantai paling bawah/atas dari bangunan
 Ruang lift
- Sebaikinya diletakkan pada inti bangunan (core)
- Berukuran paling besar, agar cukup untuk penyandang
cacat
 Tangga darurat/kebakaran
- Berada di setiap 30-40 meter
- Memiliki pintu pelindung tangga yang menghadap
membuka keluar, menggunakan pengaman
 Ruang M/E
- Minimal 50m2
 Ruang jaga

79
 Eskalator
5) Fasilitas ruang luar
a) Parkir mobil pemain dan pengunjung
 Berukuran 2,5 x 5 meter setiap mobil
 Sirkulasi satu arah 5 meter, 10 meter untuk dua arah
b) Parkir mobil
 Berukuran minimal 0,9 x 2,5 meter setiap motor
 sirkulasi satu arah 1 meter, 3 meter untuk 2 arah
c) Parkir sepeda
 Berukuran 0,9 x 2 meter setiap sepeda
d) Parkir bus pengunjung
 Berukuran 3 x 12,5 meter setiap bus
e) Parkir taksi/angkutan umum
 Berukuran 2,5 x 5 meter setiap taksi/angkutan umum
f) Parkir mobil servis
 Berukuran 2,5 x 5 meter setiap mobil
 Ketinggian minimal 2,9 meter
g) Ruang supir, sekitar 0,8 m2/orang
6) Fasilitas servis
a) Lobby
 Drop off mobil
- Terletak di depan pintu masuk lobby
- Memuat 2-3 mobil di dalam badan drop off
 Pusat informasi
 Ruang lobby
- Luas 0,9 meter2/orang
- Lebar minimal sirkulasi koridor 2,4 meter
- Tinggi plafond minimal 4 meter
 Lounge
- Luas 1,3 meter2/orang

80
- Tinggi plafond minimal 4 meter
 Pusat ATM
- Berukuran sekitar 0,7 x 0,7meter/mesin ATM
 Musholla
- Luas 1,2 meter2/orang
 KM/WC khusus pengunjung
b) Auditorium
 Auditorium opera
- Berkapasitas minimal 1.000 penonton
 Auditorium Concert Hall
- Berkapasitas minimal 1000 penonton
- Memiliki balkon, jika memungkinkan
 Auditorium Teater Bioskop
- Berkapasitas minimal 500 penonton
- Menggunakan tirai di seluruh dinding agar dapat
meredam suara sinema
c) Area komersil
 Kafe/resto
- Tidak berdekatan dengan are auditorium, agar tidak
mengganggu pertunjukan yang sedang berlangsung
 Toko souvenir
- Berada di daerah lobby, di area keluar penonton dari
auditorium menuju bangunan.
d) Ruang terbuka
 Taman terbuka
 Teater terbuka
Tabel 5. 1 Luasan dan program ruang
Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang

81
Fasilitas n (m2)
A Fasilitas Pertunjukan 7429.5
1 Area tempat masuk pengunjung 2219.5
a Lobby Khusus 169.5
b Foyer/ pre-function 2050.0
2 Area pertunjukan 2532.0
a Concert hall 1044.0
b Grand theatre 1280.0
c Outdoor Theatre 444.0
3 Area penampil (performers 2280.1
spaces)
a Area masuk penampil 216.5
b Area persiapan konser 527.1
c Rehearsal space orkes 374.0
d Area persiapan opera 265.0
e Orchestra pit spaces 184.0
f Rachearsal/rectialstd 613.5
4 Area manajemen pertunjukan 397.9
a Pertunjukan konser 246.4
b Pertunjukan opera 151.5

Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
B Fasilitas pengelola 504.5
a Manajemen bangunan 241.5
b Bagian HUMAS 95.0
c Bagian pelayanan 92.0
d Manajemen 76.0
pertunjukan

Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
C Fasilitas publik dan penunjang 3956.9
a Lobby utama 1680.9
b Foodcourt/area PKL 698.5

82
c Toilet &musholla 1577.5
d Toko musik/retail 100.0
e Kafe/resto 600.0

Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
D Fasilitas servis 492.0
1 Area utilitas 412.0
a Genset 50.0
b AHU 36.0
c Pompa 30.0
d Chiller 50.0
e Trafo 30.0
f Kebakaran 100.0
g Lift 25.0
h R. Jaga utilitas 16.0
i Eskalator 75.0
2 Area karyawan-keamanan pusat 80.0
a Kebersihan 20.0
b Keamanan 20.0
c Karyawan lain 40.0

Luas
No Kelompo Area Bagian Total
k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
E Fasilitas ruang luar 2207.0
a Mobil tertutup 1250.0
b Mobil servis 120.0
c Motor 450.0
d Sepeda 80.0
e Bus 150.0
f Taksi 125.0
g Ruang supir 32.0

A Fasilitas pertunjukan 7429.5


B Fasilitas pengelola 504.5

83
C Fasilitas publik dan penunjang 3956.9
D Fasilitas Servis 492
E Fasilitas Ruang Luar 2207
Sub Total 14.589.9
Sirkulasi 20% 2917.98
TOTAL 17.507.88

2. Konsep sistem struktur


a. Sistem sub-structure
Sistem struktur ini berada di bawah tanah yang berfungsi
menerima beban dari sistem struktur di atasnya.Struktur yang
diterapkan yaitu pondasipoer flat pancang. Pondasi sumuran
digunakan karena cukup kuat untuk bangunan berlantai dua
sampai tiga dan lebih ekonomis.

b. Sistem super-strukture
Sistem ini merupakan sistem yang berada di atas sistem sub-struktur.
Struktur yang diterapkan yaitustruktur rangka yang terbuat dari beton
bertulang.
c. Sistem upper-structure
Sistem ini merupakan sistem struktur paling atas bangunan. Struktur
yang diterapkan yaitu strukturspace frame, shell, dan struktur tenda.
7. Sistem pencahayaan
a. Sistem pencahayaan alami
Kebutuhan pencahayaan rata-rata dalam ruangan adalah 300-500 lux,
sedangkan potensi cahaya langit global, mulai dari langit berawan
hingga lanit cerah berkisar 20,000-100.000 lux.
b. Sistem pencahayaan buatan
Seluruh fungsi penerangan buatan dapat diwujudkan dalam bentuk
spesifikasi jenis lampu, antara lain:

84
1) Spot light, dengan sinar langsung dan terarah dan dapat berputar ke
segala arah. Spot light terdiri atas freshner light yang fungsinya
sebagai pencahayaan di atas penonton

2) Foot light, lampu biasa untuk menghilangkan bayang-bayang


pemain di bawahnta, Introduksi sebelum layar dibuka dan sebelum
lampu spot dibuka

3) House light, adalah lampu diseluruh ruang pergelaran, kecuali


lampu darurat dan dikontrol melalui switchboard.

85
4) Work light, lampu penerang panggung yang dipasang saat bekerja
mempersiapkan dekor panggung

5) Emergency light, adalah lampu darurat yang memberi tanda


sepanjang jalur sirkulasi dan pintu darurat

6) Laser beam (sinar laser), lebih berfunsi sebagai estetika daripada


sebagai penerangan. Konser sinar laser sangat mungkin dilakukan
di dalam dan di luar bangunandengan efek yang spektakuler
8. Konsep sistem sirkulasi udara
Sistem sirkulasi udara atau penghawaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kenyamanan aktifitas manusia dalam ruang. Penghawaan
dalam ruangan terbagi atas:
a. Penghawaan alami

86
Penghawaan alami digunakan dengan sistem ventilasi silang (cross
ventilation) melalui bukaan-bukaan jendela, dan pemanfaatan berbagai
jenis vegetasi yaitu pepohonan yang dapat mereduksi panas.
b. Penghawaan buatan
Jenis penghawaan buatan yang digunakan adalah AC (Air
Conditioner). Adapun jenis-jenis sistem AC antara lain:
1) Self contained unit
Digunakan pada ruang kecil atau terbatas, semua unit berada pada
satu bagian.
2) Split (terpisah)
Digunakan pada ruang-ruang yang terpisah lokasinya atau
mempunyai lokasi penghunian terpisah.Dapat terdiri dari dua
bagian atau lebih (kondensor unit atau sisi panas terpisah dengan
evaporator unit atau sisi dalam), umumnya digunakan untuk
ruangan-ruangan yang tidak terlalu luas, misalnya pada ruang
pengelola dan ruang studio.
3) Central
Digunakan untuk ruang besar dan bangunan yang memerlukan
pengkondisian udara dalam jumlah besar. Kapasitas mesin lebih
besar dari 3 pk, terdiri dari: mesin pendingin (refrigerator unit) atau
chiller unit pengolah udara (AHU), cerobong udara (ducting) dan
diffuser. AC Central ini umumnya digunakan pada hal ruang
pameran, ruang serbaguna dan sebagainya.
Bangunan yang dirancang akan menggunakan sistem AC dan AC split,
yang penempatannya sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing
ruang. Penggunaannya dikontrol melalui ruang AHU.
9. Akustik
Pada ruang yang membutuhkan sistem akustik yang baik seperti pada
Auditorium, concert hall, grandtheatre, ruang rapat pengelola, ruang
studio, ruang serbaguna dan sebagainya digunakan material yang dapat
memantulkan suara dengan baik.Selain itu, penggunaan dinding pemantul

87
serta langit langit pemantul juga dibutuhkan untuk ruangan ini. Untuk
ruangan service seperti ruang AHU dan ruang genset yang didalamnya
terdapat mesin yang dapat menimbulkan suara bising yang dapat
mengganggu aktivitas, dibutuhkan sistem akustika penyerapan suara,
sehingga suara bising tidak mengganggu. Penyelesaian desain dengan
menggunakan material yang dapat menyerap bunyi, yaitu penyelesaian
interior dengan material kayu, bahan kaca yang dapat menyerap
bunyi.Untuk faktor kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan di luar
bangunan, vegetasi pada tapak dan jarak bangunan terhadap jalan yang
dapat meredamnya.
10. Konsep sistem utilitas
a. Kebutuhan air bersih dan pengolahan limbah
1) Sistem air bersih
a) Sumber air Gedung Kesenian Makassar yaitu PADM Kota
Makassar dan Sumur
b) Sistem distribusi air bersih
Sistem yang diterapkan yaitu sistem down feedmerupakan
sistem distribusi air yang mengandalkan gravitasi bumi. Sistem
ini menggunakan reservoir bawah sebagai tempat penampung
air dari sumber air yaitu air danau dan PDAM, kemudian
didistribusikan ke reservoir atas menggunakan pompa booster,
setelah itu air akan dipompa oleh pompa hydrophore ke tiap
ruangan yang membutuhkan air bersih.
2) Sistem pembuangan air limbah
Air limbah yang berasal dari air buangan toilet dan air
buangan dapur yang mengandung lemak, dialirkan melalui bak
penampungan terlebih dahulu kemudian diolah pada Sewage
Treatment Plant(STP) dengan proses aerasi dan clorinasi
sehingga kadar Biological Oxygen Demand (BOD) menjadi sangat
rendah dan kemudian diteruskan ke saluran pembuangan kota

88
(riol kota). Sedangkan limbah pada STP diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA) untuk diolah lebih lanjut.
11. Konsep sistem pengolahan sampah
Sistem pembuangan sampah dengan cara distribusi horizontal
melalui shaft sampah pada tiap unit hunian maupun ruangan kemudian
menuju penampungan sementara .Sebelum pengangkutan, sampah telah
dipisah menjadi 2 yaitu sampah organik dan sampah kering. Sampah
kering mencakup sampah yang dapat diolah kembali (recycle). Seperti
kayu, kertas tripleks dan lain-lain.
12. Konsep aliran listrik
Adanya kebutuhan listrik sebagai sumber-sumber pencahayaan
pada setiap ruang dan penggerak peralatan mekanikal. Untuk
mengoperasikan seluruh sistem tersebut dapat di butuhkan daya yang
dapat di peroleh dari jaringan listrik PLN. Sebagai cadangan dapat di
gunakan generator setting (genset) yang dapat menjadi sumber daya
alternatif apabila aliran dari sumber daya utama terputus dengan besar
daya sebanding dengan yang di peroleh dari PLN. Sistem kerja
jaringannya adalalah sambungan listrik dari PLN masuk ke ruang kontrol
yang di dalamnya terdapat travo yang berfungsi mengelola pembagian
daya listrik ke tiap sektor bangunan. Dengan generator set (genset)di
hubungkan dengan Automatic Transfer Switch (ATS). Kemudian dengan
Elektrical Main Distribution (EMD) atau panel induk, listrik di alirkan ke
fasilitas dalam bangunan.
13. Sistem komunikasi
a. Komunikasi internal (dalam bangunan). Digunakan alphone untuk
kemudahan penyampaian informasi dari satu unit bangunan ke unit
bangunan yang lain. Sedangkan untuk komunikasi penjagaan
keamanan di gunakan radia CB atau SSB.
b. Komunikasi internal (dalam bangunan). Digunakan alphone untuk
kemudahan penyampaian informasi dari satu unit bangunan ke unit

89
bangunan yang lain. Sedangkan untuk komunikasi penjagaan
keamanan di gunakan radia CB atau SSB.
14. Transportasi dalam bangunan
Sistem transportasi bagi pengunjung dalam bangunan terdiri atas:
a. Transportasi vertikal menggunakan tangga biasa dan lift. Penggunaan
lift ini juga untuk memudahkan penyandang cacat untuk mengakses
bangunan. Sedangkan sirkulasi barang dan materi koleksi
menggunakan lift barang.
b. Transportasi horizontal berupa selasar atau koridor. Selasar atau
koridor ini dapat juga difungsikan sebagai area pamer sehingga
pengunjung tidak bosan.
15. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dilakukan
berupa tindakan:
a. Penanggulangan pasif, yang berupa:
1) Tangga darurat/kebakaran
2) Pintu kebakaran/darurat
3) Penerangan darurat
4) Tanda pengarah menuju pintu dan tangga darurat
b. Penanggulangan aktif, yang berupa:
1) Smoke detector dan heat detector, alat pendeteksi rokok dan panas
2) Sprinkler air, memadamkan api dengan menyemprotkan air secara
otomatis pada ruang yang terbakar
3) Serbuk kimia kering, memadamkan api khususnya digunakan pada
ruang yang berisi berkas-berkas penting
4) Fire hydrant, memadamkan api secara manual dengan selang
5) Fire extinguisher, tabung pemadam kebakaran darurat. Api, asap
dan gas yang menimbulkan kebakaran akan langsung dideteksi
oleh detektor dan secara otomatis menyembunyikan alarm. Setelah
alarm berbunyi maka sistem akan mulai bekerja dan memompa air
ke spinkler dan fire extinguisher secara manual.

90
16. Sistem kemanan
Sistem keamanan terhadap kriminalitas dalam bangunan dilakukan

dengan menyediakan fasilitas pengamatan dan pencegahan:

a. Sistem CCTV untuk memonitor segala penjuru bangunan yang


diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya kriminalitas seperti
pencurian dan sebagainya.
b. Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas 24 jam.
c. Sisi luar tapak diberi pagar sebagai pembatas lingkungan bangunan
dan lingkungan sekitar tapak, juga untuk keamanan bangunan.

91
DAFTAR PUSTAKA
(2011). Travel Maps & South Sulawesi. Makassar: CV. Indo Sarana.
Bapeda, K. M. (2010). Makassar Dalam Angka 2010. Makassar: BPS.
Dahniar.(2013). Antropologi Seni.
Doelle, L. (1985). Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
Eagleton, T. (n.d).
Eagleton, T. (1987).Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar
Baru
Estes, M. (1987).Kesusasteraan:Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa
Gazalba, S. (1998).Islam dan Kesenian.Jakarta: Pusakata Al Husna.
Hamida.(2016). Zaenal Beta.
Harymawan, R. (1993). Dramaturgi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Haviland. (1999).
Herbert, R. (1959). The Meaning of Art.New York: Pelician Books.
Koentjaraningrat. (1985).
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.
Kuttruff.(2007). Acoustics.
Mangemba. (1995). Masyarakat dan Kesenian Indonesia. Makassar: Fakkultas Sastra
Universitas Hasanuddin
Poerwadarminta. (1976).
Raizali.(2003). Jurnal Wacana Seni Rupa Vol. 3. 6. SENI, ESTETIKA, ETIKA, DAN
LOGIKA.
Soedarsono.(1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Soeharto, M. (1978).Kamus Musik Indonesia.Gramedia
Sunarko.(1985). Pengantar Pengetahuan Musik.Jakarta: Dekdikbud.
Suyono. (2004).
Tolstoy. (1982).

92
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

GEDUNG KESENIAN MAKASSAR ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan..................................................................3

D. Lingkup Pembahasan....................................................................................4

E. Metode dan Sistematika Pembahasan...........................................................4

BAB II......................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA................................................................................................6

A. Tinjauan Umum Gedung Kesenian Makassar..............................................6

B. Tinjauan Umum Seni....................................................................................8

C. Tinjauan Khusus Gedung Kesenian Makassar...........................................19

D. Tinjauan Gedung Kesenian Makassar........................................................23

E. Tinjauan Akustik.........................................................................................27

BAB III..................................................................................................................41
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai per tempat duduk yang direkomendasikan untuk beberapa jenis
auditorium..........................................................................................................32

Tabel 2. 2 Nilai RT yang disarankan untuk beberapa jenis auditorium.............32

Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2013-2015.........................45

Tabel 4.2Penentuan fungsi detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar
tahun 2012-2013................................................................................................47

Tabel 4.3Kondisi Wadah pertunjukan di Kota Makassar..................................54

Tabel 4. 4 Aktivitas Pengelola bagian administrasi...........................................57

Tabel 4.5 Aktivitas pengelola bagian servis......................................................57

Table Pemilihan lokasi Gedung Kesenian Makassar.........................................62

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Karya seni dua dimensi dan tiga dimensi........................................11

Gambar2.2 Seni Pertunjukan.............................................................................12

Gambar2.3 Seni musik.......................................................................................13

Gambar2.4 Pusat Kesenian Jakarta "Taman Ismail Marzuki"...........................16

Gambar2.5 Interior Taman Ismail Marzuki.......................................................16

Gambar2. 6 Sydney Opera House......................................................................17

Gambar 2. 7 Ruang Dalam Ruang Konser........................................................18

Gambar2.8 Ruang Dalam Teater Opera.............................................................18

Gambar2.9 Komponen Utama Terjadinya Suara...............................................21

Gambar2.11 Standar Dimensi Untuk Panggung Pertunjukan...........................26

Gambar2.10 Kegiatan Lengkap pada Panggung Prosenium.............................26

GambAr2.12 Pemantulan Bunyi dari Permukaan-Permukaan dengan Bentuk


Berbeda : (1) Pemantulan Merata (2) Penyebaran Bunyi (3) Pemusatan
Bunyi .....................................................................................................................
.....28

Gambar2.13 Metode untuk garis pandang yang baik didasarkan pada


pandangan satu baris..........................................................................................33

Gambar2.14 Langit-langit pemantul yang diletakkan dengan tepat


menyumbang kekerasan yang cukup.................................................................33

Gambar2.15 Contoh detail penggunaan pemantul bunyi diarea panggung.......33

Gambar2.16 Solusi pada dinding belakang untuk meniadakan gema...............35

Gambar 2. 17 Ukuran-ukuran ubin akustik yang umum dipergunakan.............38

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Kota Makassar.....................................................44

Gambar 4.2. Peta Per-wilayah Kota Makassar..................................................46

viii
Gambar 4.3 Diagram Kelembagaan Gedung Kesenian Makassar.....................58

Gambar 5. 1 Peta pola pengembangan Kota Makassar......................................59

Gambar 5. 2 Peta trayek Angkutan Umum Kota (Angkot) di Makassar...........60

Gambar 5. 3 Peta trayek BRT di Makassar.......................................................60

Gambar 5. 4 Peta aliran sungai di Kota Makassar.............................................61

Gambar 5. 5 Peta Kecamatan Tamalate.............................................................64

Gambar 5. 6 Peta alternatif tapak.......................................................................64

Gambar 5. 7 Peta alternatif tapak yang terpilih.................................................66

Gambar 5. 8 Peta tapak dan rona awal lingkungan tapak..................................67

Gambar 5. 9 Analisis pencapaian menuju tapak................................................67

Gambar 5. 10 Analisis Pandangan ke Luar Tapak.............................................68

Gambar 5. 11Analisis Pandangan Dari Luar Tapak..........................................68

Gambar 5. 12 Analisis Utilitas Tapak................................................................69

ix
x

Anda mungkin juga menyukai