PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul
dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan
rasa manusia tersebut.Seni dan karyanya dapat terlahir dan berkembang,
karena pada intinya manusia senang pada kesenian.Seperti yang diungkapkan
oleh (koenjtaraningrat, 1985) kesenian adalah kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktifitas dan
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat biasanya berwujud benda-
benda hasil dari manusia.
Abraham Maslow dalam teori Hierarchy of Needs, membagi kebutuhan
manusia kedalam lima kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis atau dasar,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan
untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Di dalam kebutuhan
aktualisasi diri, terdapat tujuh belas mata kebutuhan dimana salah satunya
adalah keindahan atau kecantikan. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
setiap hasil karya seni itu mempunyai "keindahan" (Mangemba,1995), maka
dapat dikatakan bahwa kesenian merupakan salah satu kebutuhan manusia.
Di Negara-negara berkembang fungsi seni pertunjukan sebagai presentasi
estesis yang berkembang dengan pesat adalah seni pertunjukan yang
dipresentasikan kepada para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. J.
Maquet dalam (Soedarsono, 1998), mengajukan sebuah konsep seni
pertunjukan wisata sebagai art by metamorphosis. Agar produk seni yang
dihasilkan oleh seniman setempat itu laku dijual kepada para wisatawan, ia
harus berupaya untuk mengubah produksinya itu agar enak dinikmati oleh
wisatawan yang memerlukan. Maquet juga menyebutkan art by
metamorphosis sebagai seni akulturasi (art of acculturation) atau seni pseudo-
tradisional (pseudo-traditional art).
1
Brandon dalam bukunya Theatre in Southeast Asia (1967)
mengestimasikan bahwa tiga-perempat dari seni pertunjukan Asia Tenggara
adalah milik bangsa Indonesia.Sejalan dengan pendapat Maquet, maka
kekayaan seni pertunjukan ini perlu suatu metamorfosa agar dapat menarik
minat wisatawan mancanegara.Salah satu bentuk pertunjukan yang dapat
berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia adalah opera, karena dalam opera
terdapat beberapa seni yang lazim dalam kebudayaan masyarakat Indonesia,
seperti tari dan musik.
Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan dan juga pintu
gerbang utama ke wilayah timur Indonesia.Dengan demikian Makassar telah
mengalami banyak perkembangan.Salah satunya adalah jumlah penduduk
asing yang berkunjung baik sebagai wisatawan maupun tenaga keija.Mereka
tentunya membutuhkan hiburan yang sesuai dengan minat mereka, salah
satunya dengan pertunjukan seni atau pertunjukan opera.
Selain itu data menunjukkan bahwa, penduduk Kota Makassar tahun 2009
tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan
662.079 perempuan (Bapeda, 2010). Dengan semakin banyaknya jumlah
penduduk makaperlu diperbanyak bentuk fasilitas khususnya fasilitas hiburan
ditengah-tengah masyarakat.Menurut Neufert (Data Arsitek Jilid 2 Edisi
33), suatu daerah dengan jumlah penduduk > 1 juta orang membutuhkan suatu
gedung opera besar dengan jumlah tempat duduk sebanyak 1400-2000.
Perkembangan kesenian di Kota Makassar juga mengalami pertumbuhan
yang cukup baik.Terbukti dengan hadirnya sejumlah sanggar seni, baik yang
telah profesional maupun yang masih dalam lingkungan pendidikan.Halini
tentunya perlu suatu wadah untuk mengekspresikan hasil karya
mereka.Ditambah lagi bahwa kondisi wadah pertunjukan seni yang khusus
untuk pertunjukan kesenian belum terdapat di Makassar.
Beberapa alas an diatas merupakan suatu titik tolak yang
melatarbelakangi munculnya gagasan mengenai pengadaan Gedung Kesenian
Makassar.Dalam perencanaan nantinya, wadah ini diharapkan tidak hanya
berfungsi sebagai suatu tempat pertunjukan kesenian ataupun pengembangan
2
kesenian itu sendiri, tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu objek wisata
yang timbul karena adanya bentuk dan penampilan bangunan yang
menarik.Seperti halnya dengan beberapa gedung kesenian yang telah ada.
B. Rumusan Masalah
1.Non Arsitektural
a.Menganalisis kebutuhan gedung kesenian di Kota Makassar
b. Bagaiamana jenis aktivitas pada gedung kesenian.
2. Arsitektural
a.Bagaimana menentukan lokasi dan tapak bangunan gedung kesenian yang
sesuai dengan RUTRK Kota Makassar ?
b. Bagaimana merencanakan tata lingkungan pengaturan sirkulasi
pengendara dan pejalan kaki yang nyaman, aman dan teratur ?
c.Bagaimana merencanakan lansekap bangunan untuk kegiatan
outdoor/ruang terbuka?
d. Bagaimana merencanakan sarana pertunjukan yang sesuai dan
dapat melayani kebutuhan masyarakat ?
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan adalah mengumpulkan, mendeskripsikan serta
merumuskan segala potensi dan masalah-malasah yang nantinya akan di
jadikan sebagai acuan perancangan Gedung Kesenian Makassar.
2. Sasaran Pembahasan
a.Non arsitektural
1) Menganalisis kebutuhan gedung kesenian di Kota Makassar
2) Mengidentifikasi jenis aktivitas yang ada pada gedung kesenian.
b. Aristektural
1) Mengadakan studi tentang tata fisik makro meliputi:
a) Analisis lokasi
b) Penentuan site
c) Pola tata lingkungan
2) Mengadakan studi tentang tata fisik mikro meliputi:
3
a) Pengelompokan tata ruang
b) Kebutuhan dan besaran ruang
c) Pola organisasi ruang dan tata fisik bangunan
d) Sistem struktur
e) Akustik dalam gedung
D. Lingkup Pembahasan
1. Batasan masalah
Batasan masalah meliputi disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin
ilmu lain hanya sebatas pendukung, yang akan dibahas secara garis besar
dan diselaraskan dengan tujuan dan sasarannya.
2. Lingkup pembahasan
Lingkup pembahasan difokuskan pada proses kegiatan pada gedung
kesenian meliputi pembuatan, pelatihan, dan pameran karya seni.
Pembahasan masalah ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu
lain yang menunjang perencanaan dan perancangan.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
3. Metode pembahasan
a. Menggunakan analisa sintesa yaitu menguraikan masalah kedalam
komponen-komponen masalah, melihat kaitan-kaitannya berdasarkan
studi perpustakaan, wawancara serta peninjauan lapangan kemudian
hasilnya disimpulkan titik tolak menuju konsep dasar perancangan.
b. Studi literatur Mengumpulkan informasi melalui studi kepustakaan dan
mengkaji buku-buku serta referensi-referensi dari sumber lain
mengenaiseni dan kegiatannya atau yang memiliki kegiatan dengan
judul yang bersangkutan.
4. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahsan dibagi beberapa tahapan penulisan,
diantaranya:
a. Pertama :Mengemukakan tentang latar belakang
masalah,pengertian, batasan dan lingkup pembahasan,
4
tujuan dan sasaran serta metode dan sistimatika
pembahasan.
b. Kedua : Melakukan studi literatur dan studi banding untuk
mendapatkan wawasan tentang fasilitas Gedung
Kesenian Makassar, dan analisa pelaku kegiatan, analisa
kegiatan di Gedung Kesenian Makassar.
c. Ketiga : Mengemukakan mengenai pengungkapan Gedung
Kesenian Makassar yang direncanakan sebagai wadah/
fasilitas dan aktivitas yang ada sesuai dengan fungsi dan
potensi objek.
d. Keempat :Membuat kesimpulan dari pembahasan yang sebelumnya
menyangkut tentang arsitektural sebagai dasar kearah
program perancangan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Judul
Pengertian judul dari "Gedung Kesenian Makassar" adalah:
a. Gedung
1) Gedung atau bangunan adalah struktur buatan manusiayang terdiri
atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen disuatutempat.
(https://id.wikipedia.org/) (Doelle, 1985)
2) Gedung adalah suatu bangunan yang mempunyai elemen lantai,
dinding, atap, yang bersifat permanen dan berfungsi sebagai wadah
kegiatan manusia. Gedung adalah rumah besar yang berdinding batu.
(Poerwadarminta, 1976)
b. Kesenian
1) Kesenian atau seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat dapat
menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena
itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat
menimbulkan perasaan indah itulah seni. (Ki HajarDewantara)
2) Kesenian adalah aktivitas manusia secara sadar dengan pertolongan
symbol-simbol ekstern tertentu, menyatakan perasaan yang pernah
6
dialaminya ke orang lain tersebut lalu kejangkitan oleh perasaan ini
kemudian turut mengalaminya. (Tolstoy, 1982)
7
c. Makassar
Makassar atau Kota Makassar merupakan Ibu Kota Provensi
Sulawesi selatan, Kota Makassar terletak di pesisisr pantai barat bagian
selatan sulawesi selatan, pada koordinat antara 119° 18' 27 97"sampai
119° 32'31,03" bujur timur dan 5° 3018" - 5° 14' 49" lintang selatan.
Ketinggian kota ini bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut,
suhu udara antara 20°c - 32°c, memiliki garis pantai sepanjang 32 km
dan areal seluas 175,77 kilometer persegi, serta terdiri dari 14 kecamatan
dan 143 kelurahan.
Jadi Gedung Kesenian Makassar dapat diartikan sebagai, suatu
bangunan untuk mempertunjukkan hasil karya seni. Dimana nantinya
gedung ini akan menjadi tempat bagi semua kalangan yang
berkecimpung dalam dunia seni berkumpul, berkembang dan
meningkatkan kemajuan seni khususnya di Kota Makassar.
8
Fasilitas penunjang pada bangunan gedung kesenian ini adalah
fasilitas-fasilitas yang berfungsi sebagai wadah untuk menunjang
kegiatan-kegiatan pertunjukan antara lain.
1) Fasilitas ruang administrasi pengelola gedung
Fasilitas pengelola gedung merupakan wadah untuk
menjalankan segala administrasi pengelolaan gedung yang terpisah
dari fasilitas pertunjukan.
2) Fasilitas pembinaan atau pendidikan non formal
Fasilitas ini merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap
perkembangan seni pada umumnya di Kota Makassar.
3) Fasilitas public
Fasilitas public adalah wadah yang berfungsi untuk melengkapi
dan menunjang wadah lain yang telah ada. Wadah dalam fasilitas ini
antara lain ruang-ruang perantara/ peralihan serta yang berhubungan
dengan kegiatan peristirahatan dan kunsumsi.
F. Tinjauan Umum Seni
1. Pengertian Seni
Secara umum pengertian yang dikandung dalam kata seni atau
kesenian berasal dari kata art yang mempunyai arti yang luas, di antaranya
adalah suatu hasil kegiatan manusia yang indah secara individu atau
kelompok, berkualitas tinggi dalam konsep dan pembuatannya dalam
menghasilkan sesuatu yang indah, sesuatu yang bemilai estetis, suatu
keterampilan khusus dalam penampilan. Dengan demikian yang mutlak
harus ada dalam seni adalah keahlian, kecakapan, ketangkasan dan
kemahiran.Di samping perihal yang indah, serba indah, yaitu berarti elok,
bagus, benar, penting, bernilai dan berharga.Seni merupakan berbagai jenis
dari karya manusia yang dapat dijumpai di manapun, sehingga
mengundang beragam definisi. (Rizali, 2003)
9
Dalam bukunya yang berjudul Islam dan Kesenian (Gazalba, 1998)
Menyimpulkan seni kedalam lima hakikat, yaitu:
10
benda-benda untuk kepentingan estetik, berbeda dari seni guna atau seni
terapan yang maksudnya untuk egunaan. Seni untuk kepentingan estetik
itu adalah seni halus (fine art).
e. Pengertian seni yang dibatasi untung dipandang (visual art) Dewasa ini
banyak orang memaknakan seni sebagai hubungan dengan pandangan
mata. Ahli estetika, Eughene Johnson dalam Nazaruddin (2006)
menyatakan seni bermakna seni pandang (visual art% yaitu bidang-
bidang daya cipta seni yang mengadakan saluran terutama melalui mata.
2. Macam-Macam Seni
Seni secara garis besar terbagi atas empat bagian, yaitu:
a. Seni Rupa
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu
cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis,
bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut
tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu.Bentuk karya seni rupa
merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna. (Herbert, 1959)
Seni rupa adalah sebuah konsep atau nama salah satu cabang seni
yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang,
bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun
menjadi satu dalam sebuah pola tertentu.Bentuk karya seni rupa
merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna.
Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Karya seni rupa dua dimensi
Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya
memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat
dilihat dari satu arah pandang saja.Contohnya, seni lukis, seni gratis,
seni ilustrasi, relief dan sebagainva.
2) Seni rupa tiga dimensi
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya yang memiliki dimensi
panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan
11
menempati ruang. Contoh: seni patung, seni kriya, seni keramik, seni
arsitektur dan berbagai desain produk
b. Seni Teater
Teater berasal dari kata Yunani,"theatron" (bahasa Inggris, Seeing
Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam
perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkandi depan orang banyak. Dengan
demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya
ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, j anger, mamanda,
dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan
sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak
bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain
sebagainya. Selain itu, teater
merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan
yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat
maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal
12
dan bermakna filosofis.Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan
perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater
dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: "tidak ada teater tanpa
aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar
maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di
dalamnya merupakan realitas fiktif', (Harymawan, 1993).
c. Seni Musik
Gambar2.2 Seni Pertunjukan
13
Gambar2.3 Seni musik
d. Seni Sastra
14
keadaan pemain duduk dan alat diletakkan tegak berdiri didpean
pemain.
2) Kecapi salah satu alat musik tradisional Sulawesi selatan khususnya
suku Bugis, bugis Makassar, dan Bugis Mandar.
3) Gendang adalah alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar
yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.
4) Suling. Alat musik ini terdiri dari dua jenis yaitu suling panjang
(suling Lampe), memiliki lima lubang nada dan suling Calabai (suling
Ponco) sering di padukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama
penyanyi.
b. Tarian Tradisional
1) Tari Pelangi: Tarian PakbakkannaLajina atau biasa disebut dengan tari
meminta hujan.
2) Tari inninawa tarian yang menggambarkan sikap tabah dan sabar
sorang wanita Bugis Makassar dalam menghadapi berbagai macam
tantangan dan cobaan.
3) Tari Ma'dendang. Tarian adat yang menggambarkan kegembiraan dan
rasa syukur atas keberhasilan panen dan harapan semoga hasil panen
yang akan dating lebih berlimpah.
4) Tari Pakarena adalah tarian tradisional Sulawesi selatan yang diiringi
oleh dua pemain gendang (gandrang) dan sepasang alat musik yang
semacam sending (pui'-pui').
5) Tari GandrangBulo adalah kesenian rakyat yang menggabungkan
unsur music, tarian dan dialog krisis nankocak merupakan sebuah
tarian yang terkenal dengan gerak dinamis dan seringkali dipentaskn
dalam acara-acara perhelatan besar di Makassar.
6) Tari Paraga adalah tari Tradisional yang berasal dari kota Makassar,
Sulawesi selatan, Indonesia yang beranggitakan sebelas orang, tari
sepak raga (tari Paraga) sudah ada pada zaman kerajaan Gowa dan
dilestarikan sampai sekarang. Tari ini biasa di mainkan pada acara
penjemputan, peresmian, festival, dan acara-acara adat lainnya.
15
Kesenian di Kota Makassar tentu tidak hanya soal kekayaan seni
tradisional saja, kesenian-kesenian yang sifatnya kontemporer turut
menghiasi dunia seni di kota ini. Kota Makassar memiliki seniman yang
karyanya mampu menembus dunia seni internasional, dan telah dikukuhkan
sebagai pelukis tanah liat pertama di dunia oleh university of California.
Selain itu banyak kegiatan seni yang diadakan oleh baik itu oleh
pemerintah maupun organisasi yang ada di Kota Makassar yang tingkatnya
internasional, seperti yang baru-baru ini terlaksana yaitu "Internasional
Eight Makassar Festival dan Forum 2016", dan event seperti "Makassar
Internasional Writer Fest" yang tiap tahun di laksanakan oleh salah satu
organisasi/komunitas "Rumahta". Namun antusiasme masyarakat dalam
dunia seni tak akan mampu berkembang lebih baik lagi tanpa dukungan
penuh dari pemerintah kota, dalam perkembangannya Kota Makassar yang
saat ini yang memiliki tujuan menjadi Kota Dunia seharusnya telah
mempersiapkan diri untuk melengkapi segala fasilitas yang tentunya
menunjang terwujudnya Makassar sebagai Kota Dunia. Salah satunya
pengadaan gedung kesenian sebagai sarana pengembangan dan
pembelajaran seni bagi seluruh lapisan masyarakat kota yang
berkecimpung dalam dunia seni.
4. Studi Banding dan Studi Literatur
a. Studi Banding
1) Pusat Kesenian Jakarta "Taman Ismail Marzuki"
Taman Ismail Marsuki adalah pusat kesenian di Jakarta yang
berlokasi di Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat.Taman Ismail
Marzuki merupakan pusat kesenian dan kebudayaan terlengkap dan
terbesar di Indonesia. Taman ini memakai nama Ismail Marzuki,
komponis terkenal asal Jakarta, sebagai penghargaan atas jasa-
jasanya.
Gagasan mendirikan taman Ismail Marzuki bermula dari gagasan
para seniman senen untuk mendirikan pusat kesenian. Ide tersebut
16
kemudian disetujui oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta saat itu,
yang menunjuk lokasi saat ini.
Taman Ismail Marzuki berdiri diatas tanah seluas 8,3 hektar, di
atas tanah bekas Kebun Binatang Cikini yang telah dipindahkan ke
Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di dalam kompleks Taman
Ismail Marzuki ini tersedia berbagai gedung untuk menampung
berbagai kegiatan kesenian, baik tradisional maupun modern, yang
meliputi berbagai jenis bidang kesenian seperti seni teater, musik,
sastra, seni rupa, serta apresiasi seni budaya
Sumber: https://ramdhany578.files.wordpress.eom/2016/02/8.png
17
1. Sydney Opera House (New South Wales, Australia)
Sydney Opera House terletak di Sydney, New South Wales,
Australia walaupun namanya adalah Sydney Opera House, namun
didalamnya bukan hanyaopera namun juga tersedia gedung konser
yang sangat luas bahkan melebihi kapasitas gedung opera itu sendiri.
Sydney Opera House adalah salah satu bangunan abad ke-20 yang
paling unik dan terkenal.Gedung ini terletak di Bennelong Point di
Sydney Harbour Bridge dan pemandangan kedua bangunan ini
menjadi ikon tersendiri bagi Australia.
Rancangan gedung Sydney Opera House ini muncul dari hasil
kompetisi desain yang di menangkan oleh seorang arsitek asal
Denmark taitu John Utzon yang berusia 38 tahun kala itu.
Sumber :https://www.sydneyoperahouse.com
18
a) Ruang Konser
(Sumber : https://www.sydneyoperahouse.com)
b) Teater Opera
Sumber : https://www.sydneyoperahouse.com
19
G. Tinjauan Khusus Gedung Kesenian Makassar
1. Pengertian Gedung Kesenian secara umum
Seperti yang diketahui bahwa karya seni lahir dari manusia untuk
mengekspresikan diri terhadap lingkungan, baik secara individu maupun
secara kolektif agar didapatkan keseimbangan lahir dan batin. Seni
sendiri merupakan proses yang berkembang terus menerus dari waku ke
waktu yang dapa akhirnya dapat menghasilkan kreativitas para seniman.
Melalui seni, manusia dapat memperoleh keleluasaan mengekspresikan
pengalaman rasa serta ide yang mencerdaskan batin.
Timbulnya hasrat dan keinginan manusia untuk menyaksikan
pertunjukan yang dipergelarkan oleh orang lain, serta keinginan dari para
seniman untuk disaksikan dan dipergelarkan hasil karya mereka, telah
dirasakan sebagai sebuah kebutuhan bagi masyarakat yang beradab dan
berbudaya. Oleh adanya tuntutan tersebut, maka diperlukan suatu wadah
untuk menampung kegiatan-kegiatan tersebut yaitu berupa gedung
kesenian untuk masyarakat.
Pembangunan gedung kesenian pada masa modern saat ini, dengan
tuntutan masyarakat yang semakin beragam dan selaras dengan
perkembangan seni budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi, maka juga
akan diperlukan suatu wadah seni Gedung Kesenian yang dapat menampung
berbagai kegiatan seni seperti seni teater/drama, seni tari, seni rupa, dan juga
seni music yang didukung dengan tatanan interior yang menunjang.
Gedung kesenian sendiri harus sesuai dengan lokasi, budaya, kondisi
fisik lingkungan setempat, pada tempat yang akan dibangun serta mendapat
dukungan dari masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
gedung sebagai sebuah bangunan sejarah budaya dan karakteristik
masyarakat di daerahnya.Bahkan gedung tersebut juga dapat menjadi suatu
"landmark" dari suatu daerah ataupun bangsa.
2. Perkembangan Gedung Kesenian di Dunia
Pada perkembangan awal musik banyak mendapat tempat di
lingkungan sekitar istana.Penggunaan ballroom untuk konser dan biasa
20
disebut dengan classical concert hall yang dapat dilihat sebagai
perkembangan dari tipe bangunan sejenis.Diperkirakan bahwa ballroom
mengkuti bentuk rencana rectangular. Bangunan opera house komersial
pertama dibuka di Venice pada tahun 1637, tetapi pertunjukan publik dari
instrumental music murni baru tiba setelahnya. Pertama kali di Inggris,
dimana music dipelihara sejak 15 abad, berdasar dari trauma perang sipil
Inggris dan kemungkinan mengembalikan bentuk Negara monarki.Cacatan
paling awal dari konser publik di Eropa mengambil tempat di London pada
tahun 1672. Selama ratusan tahun berikutnya, London telah menjadi Negara
dengan kegiatan paling capital untuk musik, dengan tujuan utama bangunan
concert room pada tahun 1680 dan diikuti banyak lainnya.
Pada tahun 1730an, mode untuk Musik Gardens berkembang,
dilengkapi musik yang bagus untuk semuanya. London misalnya,
diVauxhall and Renelagh Gardens yang mengcopy dari kata-kata Eropa
lainnya.
Kesempatan untuk menyelidiki sejarah pekerjaan dalam bidang
akustika adalah sangat jarang.Investigasi yang ada pernah dibuat Mayer
pada tahun 1978, dalam concert hall yang digunakan untuk pertunjukan
pertama dari Haydn's Symphonies dan menggabungkan komposisi dari
variasikaralderakustika dari beberapa tempat.Data yang diperoleh dari
Mayer menawarkan kesempatan untuk melihat kembali frekuensi
selama 18 abad auditoria.Selama pekerjaan Haydn's dengan keluarga
Esterhazy, prinsip dari sebuah hall untuk simponinya telah dikomposisikan
dalam SchlossEisentadt (Austria, 1760-65), dan SchlossEisentadt, Fertod
(Hungary, 1766-84).Kedua hall tersebut masih bertahan sampai 200 tahun
yang lalu.
Sedangkan di Indonesia sendiri saat ini telah memiliki beberapa
gedung kesenian besar di Jakarta, Yaitu Gedung Kesenian Jakarta,
KedungKesenian Taman Ismail Marzuki, dan yang terbaru adalah Teater
TanahAirku di Kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ketiga
21
gedung pertunjukan tersebut dirasakan hanya dapat menampung kegiatan
pertunjukan dalam cakupan regional.
3. Persyaratan Gedung Kesenian
eperti yang telah kita ketahui bahwa aktivitas utama dalam gedung
kesenian merupakan kegiatan yang kebanyakan tak lepas dari bunyi, oleh
karena itu penanganan akustik pada gedung kesenian merupakan sesuatu
yang perlu perlakuan secara khusus. Dikarenakan kondisi akustik dalam
ruangan yang menjadi tujuan utama, maka pada umumnya gedung kesenian
biasanya bersifat tertutup agar pengaruh bising dari lingkungan komunitas
dapat diredam.Dan karena ketertutupan tersebut, maka seharusnya gedung
kesenian dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan yang baik
sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, penontonnya
maupun pelaku seni untuk berkonsentrasi menyaksikan atau mendengarkan
pertunjukan yang sedang dipergelarkan.Ketertutupan tersebut juga
dimaksudkan agar pagelaran dan juga penonton tidak terganggu akibat
cuaca panas terik matahari atau hujan.Serta suara yang ada didalam gedung
pun tidak keluar dan mengganggu lingkungan di luar. Perkembangan
teknologi dalam bentuk alat musik elektronik ataupun sistem tata suara
elektronik akanmembant perkembangan rancangan gedung pertunjukan.
Namun, untuk pertunjukan dengan alat musik non-elektronik, apresiasi
terhadap gedung konser tanpa sistem tata suara elektroniknya tetap tinggi,
mengingat kealamian dan suara musik yang dihasilkan.
Sumber : http://komang-merthayasa.blogspot.co.id/
22
Akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu
sumser suara, ruangan atau perantara, dan penerima.Jika salah satu dari
komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada.Ketiga
komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan
diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif.Penilaian objektif
tentunya berdasarkan kepada besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu
besaran-besaran fisika, misalnya besaran 'sound pressure level' dari sumber
suara, besarnya waktu dengung ruangan atau juga 'directivity'dari
microphone (microphone bertindak sebagaipenerimasuara). (Gambar 9)
Adapun persyaratan umum yang disarankan untuk gedung konser yang
terkait dengan kondisi fisik dari medan suara di dalam gedung konser yang
dapat memenuhi "keinginan" dari semua penonton di tempatduduknya
masing-masing, dapat disebutkan terdiri dan empat syarat utama, yaitu:
1. Tingkat kekerasan suara yang terdengar oleh masing-masing penonton
(Listening LevelI Ini sangat tergantung kepada karakteristik akustik dari
alat musiknya, posisi penempatannya di panggung, kondisi ruang dari
gedung konser dan eara memainkan alat musik tersebut.
2. Adanya waktu tunda dari sampainya suara pantulan (Initial Delay Time),
pertama akibat bidang bagian dalam ruangan gedung konser misalnya
dinding, panggung atau langit-langit dibandingkan suara langsung yang
diterima penonton dari masing-masing alat musiknya sendiri. Faktor ini
secara psikologis dapat menyebabkan penonton merasakan arah suara dan
juga „kelebaran" dari sumber suara itu sendiri.
3. Adanya waktu dengung ruangan yang dirasakan oleh masing - masing
penonton di tempat duduknya (Sub-sequent Reverberation Time).
Karakteristik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dimensi, ukuran,
kapasitas tempat duduk, jumlah penonton dan juga karakteristik material
bangunan pembentuk interior gedung konser itu sendiri. Penonton akan
merasakan dirinya di"selimuti" oleh keindahan dan keagungan musik
yang dipegelarkan, yang sebenarnya secara teknis tidak dapat mereka
rasakan selain mereka menghadiri atau menonton konser secara langsung.
23
4. Kondisi suara yang diterima berbeda antara telinga kiri dan kanan
masing-masing penonton (Inter-Aural Cross Correlation, I ACQ.
Perbedaan ini akan menyebabkan penonton dapat merasakan ruang dari
gedung konser itu sendiri.
Ketiga syarat di atas merupakan besaran fisik yang tergantung kepada
komponen temporal dan spectral dari medan suaranya. Perlu juga diketahui
bahwa secara spektral, kemampuan telinga manusia untuk mendengarkan
suara tidaklah linier untuk semua frekuensi.Hal ini dapat diketahui dengan
sensitivitas telinga kita yang berbeda untuk frekuensi rendah, frekuensi
medium dan frekuensi tinggi.Sedangkan syarat terakhir merupakan komponen
spatial yang sangat tergantung kepada kondisi ruangan sendiri, tidak
dipengaruhi oleh jenis atau karakteristik suara dari sumber suara, dalam hal ini
sumber suaranya adalah alat-alat musik yang dimainkan termasuk suara vokal
dari penyanyinya.Dalam hal ruangan dilengkapi dengan sistem tata suara,
maka karakteristik akustik loudspeaker dan juga penempatannya sangat
menentukan faktor spatial yang dirasakan dan dialami oleh setiap penonton.
Pemanfaatan kondisi akustik yang memenuhi persyaratan dan
berkualitas bagi pengunjung atau penghuni gedung atau setiap ruangan
sebenarnya mesti sudah tertanam di dalam rancangan awal dari arsitektur
bangunan gedung pertunjukan tersebut.Tetapi dalam kenyataan yang ada,
kemungkinan karena faktor biaya dan alasan teknis lainnya, sering sekali
kondisi akustik yang baik bagi suatu ruangan menjadi diabaikan.Misalnya hal
ini terjadi pada pembangunan suatu gedung pertunjukan dimana komponen
perancangan akustiknya sejak awal tidak dilibatkan.Hasilnya, adalah
teijadinya cacat akustik yang pada akhirnya menyebabkan dilakukannya
renovasi arsitektur atau desain interior ruangan.
24
multifungsiberukurang luas yang di fungsikan sebagai tempat menggelar
beraneka pertunjukan seni secara langsung. Bangunan ini akan dibangun
untuk fungsi dalam jangka waktu yang lama dan bersifatmonumental demi
menunjang pengembangan dan kemajuan seni budaya khususnya di
wilayah Kota Makassar.
Gedung Kesenian Makassar ini akan mendukung pengadaan
pertunjukan seni budaya di Kota Makassar secara lebih berkualitas dari
segi akustika dan kenyamanan bangunannya. Akustika di dalam bangunan
akan didukung dengan alat-alat modern dan tata ruang dalam yang dibuat
sedemikian rupa untuk mendukung akustika yang ada di dalamnya.
Dilengkapi area penonton dengan tempat duduk bertrap, juga balkon
yang disesuaikan dengan kenyamanan secara audio maupun visual, untuk
menampung cukup banyak penonton yaitu sekitar 500-1000 kursi.Untuk itu
didalam gedung konser ini juga diperlukan dukungan perkuatan bunyi
buatan demi mendapatkan kualitas akustika yang maksimal.
Mengingat kondisi akustik di dilam ruangan menjadi tujuan
utamanya, maka pada umumnya gedung kesenian bersifat tertutup yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh bising dari lingkungan
komunitasnya.Karena ketertutupannya itu, gedung kesenian mesti
dilengkapi dengan sistem tata udara sehingga dapat memberikan
kenyamanan bagi penontonnya untuk berkonsentrasi menikmati
pertunjukan yang dipegelarkan.Factor kenyamanan ini juga menjadi salah
satu tujuan dari gedung kesenian tersebut, sehingga orang yang dating
untuk menonton pertunjukan benar terpenuhi tujuan utamanya.
2. Fungsi Gedung Kesenian Makassar
Secara umum gedung kesenian memiliki fungsi utama sebagai wadah
yang akan menampung berjalannya berbagai kegiatan pertunjukan seni
yang diadakan oleh para seniman dari awal hingga akhir pertunjukan.
Sekaligus mewadahi kegiatan-kegiatan lain yang mendukung seperti
persiapan, penataan, atau kegiatan, pameran, dan kegiatan yang
berorientasi seni lainnya.Dan untuk memenuhi fungsi tersebut rancangan
25
gedung kesenian diutamakan dalam aktivitas suara pada segi akustika
bangunan didalamnya agar menjaga kualitas yang dapat dihasilkan.
Selain itu Gedung Kesenian Makassar sendiri diharapkan mampu
mengembangkan dan meningkatkan daya cipta dalam karya seni para
seniman lokal. Kualitas gedung yang baik dan mendukung akan diharapkan
dapat meningkatkan ketertarikan, baik pada diri seniman- seniman untuk
menghasilkan sebuah kaiya maupun juga pada masyarakat Kota Makassar
untuk lebih menghargai dan turut dalam usaha pelestarian seni budaya. Dan
pada akhirnya Gedung Kesenian Makassar juga diharapkan mampu
mengembangkan dan melestarikan kesenian tradisional yang pada dasarnya
telah menjadi tanggungjawab kita semua sebagai generasi penerus.
Secara objektif Gedung Kesenian Makassar yang akan dirancang
adalah sebagai bangunan yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan dan
pagelaran seni dengan gambaran suasana pertunjukan tersendiri yang
modern tetapi tetap terasa nilai budaya di dalamnya. Sedangkan secara
subjektif, gedung kesenian merupakan konsep perancangan gedung
kesenian secara integral dapat mengingkatkan kualitas kesenian itu sendiri,
termaksuk dapat memberikan kualitas, kreativitas, dan inovasi.
Ruang pertunjukan itu sendiri merupakan ruang yang dipakai untuk
mempergelarkan pertunjukan seni seperti seni drama/teater, seni tari,
musik, dan juga seni rupa. Dimana para seniman akan menyuguhkan karya
yang terkait dengan suara yang dihasilkan dan fasilitas penunjang lainnya.
Jadi arsitektur tata ruang dalam dari gedung kesenian tersebut banyak
dituntutkan pada sisi akustiknya.
3. Kegiatan dalam Gedung Kesenian Makassar
Kegiatan utama yang akan berlangsung dalam gedung kesenian ini
adalah kegiatan pertunjukan seni yang disertai dengan kegiatan
pendukungnya seperti persiapan dan sebagainya. Jadi selama pertunjukan
berlangsung semua kebutuhan yang diperlukan atau dibutuhkan sebisa
mungkin dipenuhi dalam gedung tersebut, sehingga menghindari kesulitan
apabila harus keluar atau mencari tempat lain.
26
Gedung kesenian tersebut diharapkan mampu membuat nyaman
penyelenggara untuk menjalani semua rangkaian selama konser berjalan,
seperti kegiatan gladiresik, persiapan, pergantian kostum, cek alat, dan lain-
lain.
Adapun jenis-jenis pertunjukan yang akandiwadahi dalam Gedung
Kesenian Makassar ini diantaranya adalah penggabungan antara jenis
pertunjukan yang menggabungkan musik dan unsur tarian, baik yang
tradisional maupun modern. Hal tersebut dikarenakan Makassar sendiri
memiliki kebudayaan yang lekat dengan 2 (dua) jenis pertunjukan tadi,
yaitu musik dan tari. Gedung Pertunjukan ini akan mencoba mewadahinya
melalui pemilihan dan perancangan ruang pertunjukan yang tepat terkait
pemilihan jenis dan dimensi panggung yang akan digunakan.
Sumber : Joseph de Chiara and Michael J. Crosbie, 2001 , Time Saver Standards for Building
Types, McGraw-Hill Book Co, Singapore, hlm. 743
Sumber : Joseph de Chiara and Michael J. Crosbie, 2001 , Time Saver Standards for Building
Types, McGraw-Hill Book Co, Singapore, hlm. 742
27
28
4. Fasilitas dalam Gedung Kesenian Makassar
Jeni Fasilitas Utama: Auditorium dan Open Stage
a. Panggung utama
b. Sayap/Serambi
c. Daerah belakang panggung/Backstage
d. Ruang latihan/Persiapan
e. Ruang ganti pakaian
f. Ruang tunggu
Fasilitas Pendukung :
a. Ruang mesin
b. Ruang mesin pendingin
c. Galeri seni rupa
d. Cafe and Resto
e. Receptionist
f. Ruang Tiket
Fasilitas Pengelola:
a. Ruang Kepala Manajemen Pengelola
b. Ruang Staff Pengelola
c. Ruang Kepala Bagian Pemasaran
d. Ruang Staff Pemasaran
e. Ruang Kepala Bagian Keuangan
f. Ruang Staff Keuangan
g. Ruang Penanggung Jawab
I. Tinjauan Akustik
1. Pengertian Bunyi dan Akustik
a. Bunyi
Bunyi memiliki dua definisi (Doelle, 1985), yaitu:
1) Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran
partikel dalam medium elastic seperti udara. Ini adalah bunyi
objektif.
29
2) Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang
disebabkan penyimpangan fisis yang digambarkan diatas. Ini adalah
bunyi subjektif.
b. Akustik
Akustik adalah ilmu pengetahuan tentang bunyi dan hubungan
dengan keaslian bunyi dan perambatannya, baik diruang terbuka, ataudi
dalam pipa-pipa dan saluran-saluran, atau di dalam ruangan tertutup
(Kuttruff, 2007)
2. Gejala Akustik dalam Ruang Tertutup
a. Pemantulan bunyi
Hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang
bunyi adalah kecil dibandingkan ukuran pemantul.Permukaan pemantul
cembung cenderung menyebarkan gelombang bunyi dan permukaan
cekung cenderung mengumpulkan bunyi pantul dalam ruang.Dalam
auditorium ukuran sedang dan besar, kondisi mendengar dapat banyak
diperbaiki dengan penggunaan pemantul-pemantul bunyi yang besar yang
di tempatkan di tempat yang sesuai.
30
b. Penyerapan bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energy bunyi menjadi suatu
bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika
menumbuk suatu permukaan. Pengendalian akustik bangunan yang baik
membutuhkan penggunaan bahan-bahan yang dapat menunjang
penyerapan bunyi:
1) Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap
2) Isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak dan karpet.
3) Udara dalam ruang.
c. Difusi bunyi
Difusi bunyi atau penyerapan bunyi terjadi dalam ruang apabila
tekanan bunyi disetiap bagian suatu auditorium sama dan gelombang
bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan
serba sama atau homogen.
d. Disfraksi bunyi
Disfraksi bunyi adalah gejala akustik yang meneybabkan gelombang
bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut
(corner), kolom, tembok dan balok.
Pengalaman memberikan banyak bukti bahwa balkon yang dalam
mengakibatkan suatu bayangan akustik bagi penonton dibawahnya, dan
dengan jelas menyebabkan hilangnya frekuensi tinggi (panjang
gelombang pendek) yang tidak membelok sekitar tapi balkon yang
menonjol Hal ini menciptakan keadaan mendengar yang jelek dibawah
balkon.
e. Dengung
Bila bunyi tunak (steady) dihasilkan dalam suatu ruang, tekanan
bunyi membesar secara bertahap, dan dibutuhkan beberapa waktu (dalam
kebanyakan ruang sekitar 1 sekon) bagi bunyi untuk mencapai nilai
keadaan tunaknya. Dengan cara sama, bila sumber bunyi telah berhenti,
suatu waktu yang cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang
31
(meluruh) dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai
akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah
sumber bunyi dihentikan disebut dengung.
f. Resonasi ruang
Suatu ruang tertutup dengan permukaan interior pemantul bunyi
tanpa diinginkan menonjolkan frekuensi-frekusensi tertentu, yang disebut
ragam getaran normal (normal models of vibration) ruang tersebut.Ruang
mempunyai ragam normal dalam jumlah yang banyak, dan tergantung
pada bentuk dan ukurannya. Efek ragam normal yang mengganggu,
didistribusikan secara sama. Pengaruhnya yang merusak dapat dikurangi
dengan cara-cara berikut:
1) Membagi ruang yang secara akustik disukai.
2) Secara tidak teratur menempatkan dinding-dinding ruang.
3) Secara berlimpah-limpah menggunakan permukaan tak teratur
(penyebar/diffusers), atau
4) Mendistribusikan elemen penyerap secara merata pada dinding-
dinding atas.
3. Persyaratan akustik dalam rancangan auditorium
Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam
suatu auditorium:
a) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium
terutama tempat-tempat duduk yang jauh.
b) Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam ruang.
c) Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk
memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai oleh
penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.
d) Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan
yang berkepanjangan (long-delayed reflection),gaung, pemusatan bunyi,
distorsi, bayangan bunyi dan resonasi bunyi.
32
e) Bising dan gertaran yang akan mengganggu pendengaran atau
pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam
tiap bagian ruang.
4. Solusi untuk Mencapai Persyaratan Akustik dalam Perancangan Auditorium
Ruang pertunjukan musik ataupun opera yang baik dapat diwujudkan
apabila memiliki waktu dengung yang baik.Waktu dengung(RT/
Reverberation Time) dapat diukur dengan ramus Sabine (Doelle, 1985).
Sistem Inggris (untuk volume dalam satuan ft kubik).
0,05 V
RT =
A + xV
Sistem Metrik (untuk volume dalam satuan meter kubik)
0,16 V
RT¿
A + xV
Keterangan :
RT : waktu dengung (satuan detik).
V : volume ruang (satuan ft. kubik atau meter kubik).
A : penyerapan ruang total, (satuan sabin ft. persegi sabin meter persegi).
X : koefisien penyerapan udara.
Nilai A didapatkan dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai S
(luas permukaan bahan) dengan A (koefisien penyerapan bahan). Jadi,
A=S1á1 +S2á2 + S3á3 + . . . + Snán
Selain itu perlu juga diperhatikan standar-standar volume maupun nilai
RT yang direkomendasikan untuk menghasilkan suatu ruang auditorium yang
baik secara akustik (lihat tabel 1 dan 2).
33
Tabel2. 1 Nilai per tempat duduk yang direkomendasikan untuk
beberapa jenis auditorium
Jenis Volume/Tempat Duduk (m2)
No.
Auditorium Minimum Normal Maksimum
1. Rumah opera 4,5 5,7 7,4
2. Ruang Konser 6,2 7,8 10,8
3. Ruang Pidato 2,3 3,1 4,3
4. Auditorium Serbaguna 5,1 7,1 8,5
5. Gedung Bioskop 2.8 3,5 5,1
Sumber :Doelle, 1985
Tabel 2. 2 Nilai RT yang disarankan untuk beberapa jenis auditorium
No Jenis Auditorium Nilai RT yang disarankan (detik)
.
1. Ruang Opera 1,2 - 1,4
Sumber :Doelle,
2. Ruang 1985
Konser 1,0 - 2,0 a.K
ekerasan (Loudness) yang cukup
Masalah pengadaan kekerasan yang cukup, terutama dalam
auditorium ukuran sedang dan besar, teijadi karena energy yang hilang
pada perambatan gelombang bunyi dan karena penyerapan yang besar oleh
penonton da nisi ruang (tempat duduk empuk, karpet, tirai dan lain-
lain).Hilangnya energy bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup
dapat diadakan dengan cara-cara berikut.
32
Gambar2.13 Metode untuk garis pandang yang baik didasarkan
33
tepat menyumbang kekerasan yang cukup
34
Gambar2.15 Contoh detail penggunaan pemantul bunyi diarea panggung.
35
3) Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur dan
acak.
c. Pengendalian langsung
Karakteristik dengung optimum suatu ruang dianggap baik apabila
memenuhi syarat berikut:
1) Karakteristik waktu dengung/ Rt terhadap frekuensi disukai,
2) Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang tiba di
penonton menguntungkan, dan
3) Pertumbuhan dan peluruhan bunyi optimum.
d. Gema, pemantulan yang berkepanjangan, dan gaung
Gema, pemantulan yang berkepanjangan dan gaung dapat dicegah
dengan cara.
1) Memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul yang
menyebabkan cacat ini.
2) Bla penggunaan lapisan akustik sepanjang daerah kritis ini tidak
memungkinkan, maka permukaan itu harus di buat difusif atau
miring, agar menghasilkan pemantulan yang ditunda secara singkat
dan menguntungkan.
3) Pemilihan dan pemasangan sistem penguat suara yang cocok dan
tepat.
e. Pemusatan bunyi
Pemusatan bunyi (titik panas/ hot spot) disebabkan oleh
pemantulanbunyipada permukaan-permukaan cekung. Eliminasi
terhadap cacat akustik ini dapat dilakukan dengan cara:
36
Gambar2.16 Solusi pada dinding belakang untuk meniadakan gema
37
j. Serambi bisikan (whispering gallery)
Frekuensi bunyi yang tinggi mempunyai
kecendrunganuntuk"merangkak" sepanjang permukaan-permukaan
cekung yang
besar,sepertikubah setengah bola. Suatu bunyi yang dangat lembut seperti
bisikan yang diucapkan didekatkubah tersebut secara mengherankan akan
terdengar disisi yang lain.
5. Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi
Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam
rancangan akustik suatu auditorium atau yang dipakai sebagai pengendali
bunyi dalam ruang-ruang yang memilki tingkat kebisingan dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Bahan berpori-pori
Bahan berpori-pori memilki karakteristik, yaitu penyerapan
bunyinyalebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan frekuensi
rendah dan efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi
rendah dengan bertambahnya tebal lapisan yang padat dan dengan
bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.
Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Unit akustik siap pakai
Penggunaan unit akustik siap pakai memberikan beberapa
keuntungan antara lain:
Mereka mempunyai penyerapan yang dapat diandalkan dan
dijamin pabrik.
Pemasangan dan perawatannya relative mudah dan murah.
Beberapa unit dapat dihias kembali tanpa mempengaruhi jumlah
penyerapannya.
Penggunaannya dalam sistem langit-langit dapat disatukan secara
fungsional dan secara visual dengan persyaratan penerangan,
pemanasan atau pengondisian udara; mereka membantu dalam
reduksi bising dan mempunyai fleksibilitas dalam penyekatan.
38
Bila dipasang dengan tepat, penyerapannya dapat bertambah secara
menguntungkan.
Di lain pihak, pemakaiannya menyebabkan beberapa masalah,
antara lain:
Sukar untuk menyembunyikan sambungan-sambungan antara unit
yang berdampingan.
Mereka umumnya mempunyai struktur yang lembut yang peka
terhadap kerusakan mekanik bila dipasang pada tempat-tempat
yang rendah di dinding.
Penyatuhan keindahannya ke dalam tiap proyek auditorium
menuntut kerja berat.
Penggunaan chat untuk tujuan dekorasi ulang dapat mengubah
penyerapan sebagian besar unit akustik siap pakai dalam artian
merusak kecuali bisa petunjuk-petunjuk pabrik diikuti.
Unit khas dari keompok bahan ini, yaitu:
Jenis ubin selulosa dan serat mineral berlubang maupun tak
berlubang, bercelah (fissured), atau berstruktur,
Panel penyisip, dan
Lembaran logam berlubang dengan bantalan penyerap.
39
Lapisan akustik ini digunakan terutama untuk reduksi bising
dan kadang-kadang digunakan dalam auditorium di mana usaha
akustik lain tidak dapat dilakukan karenabentuk permukaan yang
melengkung atau tidak teratur. Mereka dipakai dalam bentuk
semiplastik, dengan pistolpenyemprot atau dengan malapisi dengan
menggunakan tangan/ diplester (spreyed limpet asbestos, zonolite,
vermiculite, sound shield, glatex, dekoosto, dan lain-lain).
3) Selimut (Isolasi) akustik
Selimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool),
serat-serat gelas (glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut dan
sebagainya. Biasanya dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam,
dan digunakan untuk tujuan akustik dengan ketebalan yang bervariasi
antara 25 dan 125 mm. penyerapannya bertambah dengan tebal,
terutama pada frekuensi-frekuensi rendah. Karena selimut akustik
tidak menampilkan permukaan estetik yang memuaskan, maka
biasanya ditutupi dengan papan berlubang, woods slats, fly screening,
dan diletakkan diatasnya serta diikatkan pada sitemkerangkanya.
Selain bahan-bahan diatas, juga terdapat bahan yang menyerap
bunyi dan bising diudara (airborne), yaitu karpet dan kain.
b. Penyerap panel atau penyerap selaput
Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang
padat (solid backing) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan
berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertu,buk oleh
gelombang bunyi. Panel jenis ini merupakan penyerap frekuensi rendah
yang efisien.
Lapisan-lapisan dan konstruksi auditorium penyerap-penyerap
panel yang berperan pada frekuensi rendah, yaitu panel kayu dan
hardboard, gypsum board, langit-langit plateran yang
digantung.Plasteranberbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu,
lantai kayu, panggung, pelat-pelat logam (radiator), dan bahan berpori
yang diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang padat.
40
c. Resonator rongga (Helmholtz)
Terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-
dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/ celah sempit (disebut leher)
ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Resonator rongga dapat digunakan sebagai:
1) Resonator rongga individual
Jenis resonator berongga jaman sekarang terbuat dari balok
beton standar yang menggunakan campuran yang biasaiapi tetapi
dengan rongga yang telah ditetapkan, disebutkan unit soundblox.
Biasanya digunakan dalam ruang olahraga, kolam renang, jalur-jalur
bowling proyek industry, riang alat-alat mekanis, terminal kendaraan,
dan jalan raya yang padat, dimana penggunaan bahan penyerap bunyi
biasa yang lembut, artinya tidak tahan lama tidak memungkinkan.
2) Resonator panel berlubang
Panel berlubang, yang diberi jarak pis ah terhadap lapisan
penunjang padat, banyak digunakan dalam prinsip resonator rongga.
Mereka mempunyai jumlai leher yang banyak, yang membentuk
lubang-lubang panel, jadi berfungsi sebagai deretan resonator
rongga.Lubang biasanya berbentuk lingkaran (kadang-kadang celah
pipih).
3) Resonator celah
Dalam rancangan auditorium pengaruh akustik yang diinginkan
dapat dicapai/diperoleh dengan menggunakan selimut isolasi yang
relative tidak mahal, sepanjang permukaan-permukaan ruang.Namun,
karena poronitasnya, selimut isolasi membutuhkan perlindungan
terhadap goresan-goresan untuk merancang suatu lapisan permukaan
atau layar perlindungan yang dekoratif, dengan elemen-elemen
penampangnya relative kecil dan dengan jarak antara yang cukup
untuk memungkinkan gelombang bunyi menembus antara elemen-
elemen layar ke bagian belakangnya yang berpori.
41
BAB III
METODE PEMBAHASAN
A. Jenis Pembahasan
J. Waktu Pembahasan
K. Pengumpulan Data
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus
atau permasalahan yang ditemukan.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan atau sering disebut observasi yakni pengumpulan
data secara langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di
lapangan atau dilokasi penelitian.
3. Analisa
Analisa merupakan kegiatan mengurai, membedakan, memilah sesuatu
untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu
kemudian dicari kaitannyadan ditafsirkan maknanya.
L. Teknik Analisa Data
M. Sistematika Pembahasan
(sumber: http://makassartabagus.blogspot.co.id/)
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2013-2015
Jumlah Pendud
No Kecamatan
2013 2014
(Sumber : Kota Makassar dalam angka 2010)
b. Bagian servis
Tabel 4.5 Aktivitas pengelola bagian servis
N Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0 0
1 RG. Perlengkapan
2 RG. Monitor
3 RG. Sound man
4 RG. Teknisi
5 Gudang alat
6 RG. Persiapan
7 RG. Backstage
8 Stage
9 RG. Penonton
10 Lobby/loket tiket
N Ruang 1 2 3 4 5 6
o
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff keuangan
3 RG. Penjualan
4 RG. Tes Alat
5 RG. Kasir
6 Gudang alat
No Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff keuangan
3 RG. Perlengkapan
4 RG. Tunggu
5 Studio musik/rekaman
6 RG. Operator
7 RG. Teknisi
8 Lavatory
N Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8 9
o
1 RG. Supervisor
2 RG. Staff Keuangan
3 RG. Makan
4 Panggung
5 RG. Teknisi dan alat
6 Dapur/Pantry
7 Gudang Makanan
8 Kasir
9 Lavatory
No Ruang 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Musholla
2 Pos jaga
3 Hall
4 Gudang alat
5 RG. M dan E
6 Parkiran
7 Plaza
8 Taman
Keterangan :
Hubungan erat
Hubungan kurang erat
Tidak ada hubungan
a. Status Kelembagaan
Status kelembagaan dari gedung kesenian ini dapat dilihat pada
diagram berikut.
PENGURUS HARIAN
Keterangan :
: Garis koordinasi
: Garis komando
b. Keorganisasian
Keorganisasian dari gedung kesenian ini merupakan suatu struktur
yang telah tersusun berdasarkan fungsinya masing-masing yang bertugas
dalam pengelolahan kegiatan harian digedung kesenian ini.
BAB V
ACUAN PERANCANGAN
(Sumber: https://syafraufgisqu.files.wordpress.com/2014/12/jaringan-jalan-kec-
tamalate.png)
Alternatif 1 Alternatif 2
1) Arah utara tapak berbatasan 1) Arah utara tapak berbatasan
dengan lahan kosong dengan lahan kosong
2) Arah barat tapak berbatasan 2) Arah barat tapak berbatasan
dengan laut dengan laut
3) Arah selatan tapak berbatasan 3) Arah selatan tapak berbatasan
dengan Danau Tanjungbunga dengan Sungai Jekneberang
4) Arah timur tapak berbatasan 4) Arah timur tapak berbatasan
dengan Trans Studio dengan lahan kosong
Makassar
Alternatif 1 Alternatif 2
Pencapaian yang mudah dari Pencapaian yang mudah dari
arah kota menuju tapak. Hal ini arah kota menuju tapak. Hal ini
dikarenakan tapak berada di jalur dikarenakan tapak berada di jalur
kananJL. Metro kananJL. Metro
69
Tanjungbungasehingga Tanjungbungasehingga
memepermudah pengunjung memepermudah pengunjung
menuju tapak. menuju tapak, tetapi jalur BRT
belum sampai pada lokasi tapak
70
Gambar 5. 8 Peta tapak dan rona awal lingkungan tapak
2) Pencapaian
Pencapaian adalah cara menuju tapak yang melalui jalur
sirkulasi kendaraan atau jaringan jalan kota. Pencapaian erat
kaitannya dengan sirkulasi diluar tapak.
71
3) Analisis pandangan dari dan ke luar tapak
Pemandangan-pemandangan dari tapak meliputi posisi pada
tapak dimana pemandangan tidak terhalangi, apakah bentuk
pemandangan tersebut, apakah pemandangan tersebut bersifat
positif atau negatif. Pemandangan-pemandangan ke arah tapak dari
daerah di luar tapak, termasuk jalan, bangunan-bangunan lain,
danau, dan pemandangan langsung ke tapak tanpa terhalangi
bangunan lain.
72
Analisis utilitas tapak yaitu penyediaan jaringan utilitas seperti air,
listrik dan telepon ke dalam tapak yang berasal dari utilitas kota.
untuk penyediaan jaringan air bersih bersumber dari PDAM dan
Danau Tanjung Bunga yang diolah melalui water treatment
sederhana. Untuk penyediaan jaringan listrik yaitu berasal dari
PLN dan genset. Sedangkan untuk penyediaan jaringan telepon
berasal dari jaringan telepon kota.
73
- Ruang medis
Foyer
- Luas 0,6 meter2/orang
- Terdapat tempat duduk dan area penyegaran
- Penghubung antara lobby dan auditorium
b) Area pertunjukan
Concert Hall
- Luas tribun penonton 0,9 m2/orang
- Dimensi panggung antara 6 x 9 x 0,9 m hingga 12 x 12
x1m
Grand Theatre
- Luas tribun penonton 0,9 m2/orang
- Dimensi panggung antara 12 x 12 x 0,6 m hingga 20 x
24 x 1,1m
- Memiliki akses ke Orchestra Pit
- Posisi orchestra pit rata-rata 1,2 m2/orang, 5m2 untuk
pianis dan 10 m2 untuk pemain timpani
- Memiliki ketinggian langit-langit panggung 12 meter
Outdoor Theatre
- Luas Auditorium sekitar 0,6 m2/orang
- Luas panggung sekitar 0,9 m2/orang
c) Area penampil
Area masuk penampil
- Kanopi
- Lobby pemain
- Terdapat penjaga pintu (Security)
- Memiliki ruang tunggu (Lounge)
- Memiliki ruang komunikasi (telepon umum, internet,
dsb)
Area persiapan konser musik klasik
74
- Ruang Conductor (single room), minimal 2 ruangan
- Ruang Soloist (shared room), minimal 2 ruangan
- Ruang ganti pria dan wanita (musisi dan paduan suara)
masing-masing minimal 1 ruang komunal
- Ruang tata rias, minimal 2 ruangan komunal
- KM/WC
- Ruang latihan orkestra
- Ruanng latihan paduan suara
- Greenroom
- Ruang alat musik
- Ruang penyimpanan piano
- Ruang partitur/skor musik
- Area loading barang
- Musholla
Area persiapan pertunjukan opera/tari/drama
- Ruang Principal pria dan wanita, masing-masing
minimal 3 single room
- Ruang minor principal pria dan wanita, masing-masing
minimal 2 ruang komunal
- Ruang ganti penari pria dan wanita, minimal 1 ruang
komunal
- Ruang tata rias, minimal 4 ruang komunal
- Gudang kostum
- Loundry
- KM/WC
- Greenroom
- Area loading barang
- Musholla
Area musisi orkestra
- Ruang Conductor, minimal 1 single room
75
- Ruang ganti Soloist, minimal 2 shared room
- Ruang ganti pria dan wanita, masing-masing minimal 1
ruang komunal
- Gudang alat musik
- Area loading barang
- Greenroom
- KM/WC
Reheasal/recital studio
- lounge (Ruang tunggu)
- Ruang latihan, minimal seluas panggung
- KM/WC
- Ruang kontrol
d) Area manajemen pertunjukan
Pertunjukan konser musik klasik
- Ruang manajer panggung
- Ruang teknisi
- Ruang kontrol suara
- Ruang kontrol pencahayaan
- Ruang siaran
- Ruang keterlambatan
Pertunjukan Opera/drama/Tari
- Ruang peralatan musik
- Ruang peralatan suara
- Ruang teknisi
- Ruang kontrol suara
- Ruang kontrol pencahayaan
- Ruang siaran
- Ruang manajer panggung
- Ruang keterlambatan
2) Fasilitas pengelola
76
a) Manajemen Bangunan
Ruang tunggu pengunjung
Resepsionis
Ruang sekretariat
Ruang dewan pengelola
Kantor keuangan
Ruang rapat
Gudang
Ruang Manajer katering
b) Bagian hubungan masyarakat
Ruang konferensi
Ruang pimpinan desain dan humas
Ruang staff
Gudang
c) Bagian pelayanan
Ruang pegawai kebersihan
Ruang kontrol keamanan
Ruang perawatan bangunan
Gudang
d) Manajemen pertunjukan
Ruang house manajer
Ruang pemesanan Via telepon/internet
Ruang pimpinan pertunjukan
Ruang pengarah musik
Ruang panitia pertunjukan
3) Fasilitas publik dan penunjang
a) Area publik
Lobby utama (Enterance foyer)
- Kanopi (drop off mobil)
77
- Pusat informasi
- Pusat ATM
- Ruang penitipan barang
- KM/WC
- Box Office
Foodcourt
- Tempat makan
- Stand penjual makanan
- Dapur
- Ruang karyawan
- Area cuci
Toilet dan musholla umum
- Toilet pria dan wanita
- Tempat wudhu pria dan wanita
- Area musholla
- Tempat penitipan
b) Toko musik dan ritel
Area penjualan
Kasir
Gudang
c) Kafe dan restoran
Area makan
Kasir
Dapur
Gudang
4) Fasilitas servis
a) Area servis
Ruang genset
- Ruang harus cukup dimasuki dan menyimpan genset
- Sirkulasi minimal 0,75 meter
78
- Terpisah dari bangunan dengan ujung knalpot
mengarah, dan berjarak minimal 3 meter dari bangunan
lain
Ruang AHU
- Berukuran minimal 12m2
- Berada disetiap lantai
- Material dinding yang digunakan harus kedap suara,
terutama jika diletakkan disebelah auditorium
Ruang trafo dan panel
- Berada di lantai paling bawah
- Ukuran ruangan minimal 3 x 4 meter
- Pintu menghadap/membuka keluar
Ruang chiller
- Berukuran minimal 50m2
- Plat lantai dan plat chiller terpisah jika di letakkan di
basement
Ruang pompa
- Berukuran minimal 25m2
- Berada di lantai paling bawah/atas dari bangunan
Ruang lift
- Sebaikinya diletakkan pada inti bangunan (core)
- Berukuran paling besar, agar cukup untuk penyandang
cacat
Tangga darurat/kebakaran
- Berada di setiap 30-40 meter
- Memiliki pintu pelindung tangga yang menghadap
membuka keluar, menggunakan pengaman
Ruang M/E
- Minimal 50m2
Ruang jaga
79
Eskalator
5) Fasilitas ruang luar
a) Parkir mobil pemain dan pengunjung
Berukuran 2,5 x 5 meter setiap mobil
Sirkulasi satu arah 5 meter, 10 meter untuk dua arah
b) Parkir mobil
Berukuran minimal 0,9 x 2,5 meter setiap motor
sirkulasi satu arah 1 meter, 3 meter untuk 2 arah
c) Parkir sepeda
Berukuran 0,9 x 2 meter setiap sepeda
d) Parkir bus pengunjung
Berukuran 3 x 12,5 meter setiap bus
e) Parkir taksi/angkutan umum
Berukuran 2,5 x 5 meter setiap taksi/angkutan umum
f) Parkir mobil servis
Berukuran 2,5 x 5 meter setiap mobil
Ketinggian minimal 2,9 meter
g) Ruang supir, sekitar 0,8 m2/orang
6) Fasilitas servis
a) Lobby
Drop off mobil
- Terletak di depan pintu masuk lobby
- Memuat 2-3 mobil di dalam badan drop off
Pusat informasi
Ruang lobby
- Luas 0,9 meter2/orang
- Lebar minimal sirkulasi koridor 2,4 meter
- Tinggi plafond minimal 4 meter
Lounge
- Luas 1,3 meter2/orang
80
- Tinggi plafond minimal 4 meter
Pusat ATM
- Berukuran sekitar 0,7 x 0,7meter/mesin ATM
Musholla
- Luas 1,2 meter2/orang
KM/WC khusus pengunjung
b) Auditorium
Auditorium opera
- Berkapasitas minimal 1.000 penonton
Auditorium Concert Hall
- Berkapasitas minimal 1000 penonton
- Memiliki balkon, jika memungkinkan
Auditorium Teater Bioskop
- Berkapasitas minimal 500 penonton
- Menggunakan tirai di seluruh dinding agar dapat
meredam suara sinema
c) Area komersil
Kafe/resto
- Tidak berdekatan dengan are auditorium, agar tidak
mengganggu pertunjukan yang sedang berlangsung
Toko souvenir
- Berada di daerah lobby, di area keluar penonton dari
auditorium menuju bangunan.
d) Ruang terbuka
Taman terbuka
Teater terbuka
Tabel 5. 1 Luasan dan program ruang
Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
81
Fasilitas n (m2)
A Fasilitas Pertunjukan 7429.5
1 Area tempat masuk pengunjung 2219.5
a Lobby Khusus 169.5
b Foyer/ pre-function 2050.0
2 Area pertunjukan 2532.0
a Concert hall 1044.0
b Grand theatre 1280.0
c Outdoor Theatre 444.0
3 Area penampil (performers 2280.1
spaces)
a Area masuk penampil 216.5
b Area persiapan konser 527.1
c Rehearsal space orkes 374.0
d Area persiapan opera 265.0
e Orchestra pit spaces 184.0
f Rachearsal/rectialstd 613.5
4 Area manajemen pertunjukan 397.9
a Pertunjukan konser 246.4
b Pertunjukan opera 151.5
Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
B Fasilitas pengelola 504.5
a Manajemen bangunan 241.5
b Bagian HUMAS 95.0
c Bagian pelayanan 92.0
d Manajemen 76.0
pertunjukan
Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
C Fasilitas publik dan penunjang 3956.9
a Lobby utama 1680.9
b Foodcourt/area PKL 698.5
82
c Toilet &musholla 1577.5
d Toko musik/retail 100.0
e Kafe/resto 600.0
Luas
N Kelompo Area Bagian Total
o k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
D Fasilitas servis 492.0
1 Area utilitas 412.0
a Genset 50.0
b AHU 36.0
c Pompa 30.0
d Chiller 50.0
e Trafo 30.0
f Kebakaran 100.0
g Lift 25.0
h R. Jaga utilitas 16.0
i Eskalator 75.0
2 Area karyawan-keamanan pusat 80.0
a Kebersihan 20.0
b Keamanan 20.0
c Karyawan lain 40.0
Luas
No Kelompo Area Bagian Total
k Kegiata Ruang
Fasilitas n (m2)
E Fasilitas ruang luar 2207.0
a Mobil tertutup 1250.0
b Mobil servis 120.0
c Motor 450.0
d Sepeda 80.0
e Bus 150.0
f Taksi 125.0
g Ruang supir 32.0
83
C Fasilitas publik dan penunjang 3956.9
D Fasilitas Servis 492
E Fasilitas Ruang Luar 2207
Sub Total 14.589.9
Sirkulasi 20% 2917.98
TOTAL 17.507.88
b. Sistem super-strukture
Sistem ini merupakan sistem yang berada di atas sistem sub-struktur.
Struktur yang diterapkan yaitustruktur rangka yang terbuat dari beton
bertulang.
c. Sistem upper-structure
Sistem ini merupakan sistem struktur paling atas bangunan. Struktur
yang diterapkan yaitu strukturspace frame, shell, dan struktur tenda.
7. Sistem pencahayaan
a. Sistem pencahayaan alami
Kebutuhan pencahayaan rata-rata dalam ruangan adalah 300-500 lux,
sedangkan potensi cahaya langit global, mulai dari langit berawan
hingga lanit cerah berkisar 20,000-100.000 lux.
b. Sistem pencahayaan buatan
Seluruh fungsi penerangan buatan dapat diwujudkan dalam bentuk
spesifikasi jenis lampu, antara lain:
84
1) Spot light, dengan sinar langsung dan terarah dan dapat berputar ke
segala arah. Spot light terdiri atas freshner light yang fungsinya
sebagai pencahayaan di atas penonton
85
4) Work light, lampu penerang panggung yang dipasang saat bekerja
mempersiapkan dekor panggung
86
Penghawaan alami digunakan dengan sistem ventilasi silang (cross
ventilation) melalui bukaan-bukaan jendela, dan pemanfaatan berbagai
jenis vegetasi yaitu pepohonan yang dapat mereduksi panas.
b. Penghawaan buatan
Jenis penghawaan buatan yang digunakan adalah AC (Air
Conditioner). Adapun jenis-jenis sistem AC antara lain:
1) Self contained unit
Digunakan pada ruang kecil atau terbatas, semua unit berada pada
satu bagian.
2) Split (terpisah)
Digunakan pada ruang-ruang yang terpisah lokasinya atau
mempunyai lokasi penghunian terpisah.Dapat terdiri dari dua
bagian atau lebih (kondensor unit atau sisi panas terpisah dengan
evaporator unit atau sisi dalam), umumnya digunakan untuk
ruangan-ruangan yang tidak terlalu luas, misalnya pada ruang
pengelola dan ruang studio.
3) Central
Digunakan untuk ruang besar dan bangunan yang memerlukan
pengkondisian udara dalam jumlah besar. Kapasitas mesin lebih
besar dari 3 pk, terdiri dari: mesin pendingin (refrigerator unit) atau
chiller unit pengolah udara (AHU), cerobong udara (ducting) dan
diffuser. AC Central ini umumnya digunakan pada hal ruang
pameran, ruang serbaguna dan sebagainya.
Bangunan yang dirancang akan menggunakan sistem AC dan AC split,
yang penempatannya sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing
ruang. Penggunaannya dikontrol melalui ruang AHU.
9. Akustik
Pada ruang yang membutuhkan sistem akustik yang baik seperti pada
Auditorium, concert hall, grandtheatre, ruang rapat pengelola, ruang
studio, ruang serbaguna dan sebagainya digunakan material yang dapat
memantulkan suara dengan baik.Selain itu, penggunaan dinding pemantul
87
serta langit langit pemantul juga dibutuhkan untuk ruangan ini. Untuk
ruangan service seperti ruang AHU dan ruang genset yang didalamnya
terdapat mesin yang dapat menimbulkan suara bising yang dapat
mengganggu aktivitas, dibutuhkan sistem akustika penyerapan suara,
sehingga suara bising tidak mengganggu. Penyelesaian desain dengan
menggunakan material yang dapat menyerap bunyi, yaitu penyelesaian
interior dengan material kayu, bahan kaca yang dapat menyerap
bunyi.Untuk faktor kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan di luar
bangunan, vegetasi pada tapak dan jarak bangunan terhadap jalan yang
dapat meredamnya.
10. Konsep sistem utilitas
a. Kebutuhan air bersih dan pengolahan limbah
1) Sistem air bersih
a) Sumber air Gedung Kesenian Makassar yaitu PADM Kota
Makassar dan Sumur
b) Sistem distribusi air bersih
Sistem yang diterapkan yaitu sistem down feedmerupakan
sistem distribusi air yang mengandalkan gravitasi bumi. Sistem
ini menggunakan reservoir bawah sebagai tempat penampung
air dari sumber air yaitu air danau dan PDAM, kemudian
didistribusikan ke reservoir atas menggunakan pompa booster,
setelah itu air akan dipompa oleh pompa hydrophore ke tiap
ruangan yang membutuhkan air bersih.
2) Sistem pembuangan air limbah
Air limbah yang berasal dari air buangan toilet dan air
buangan dapur yang mengandung lemak, dialirkan melalui bak
penampungan terlebih dahulu kemudian diolah pada Sewage
Treatment Plant(STP) dengan proses aerasi dan clorinasi
sehingga kadar Biological Oxygen Demand (BOD) menjadi sangat
rendah dan kemudian diteruskan ke saluran pembuangan kota
88
(riol kota). Sedangkan limbah pada STP diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA) untuk diolah lebih lanjut.
11. Konsep sistem pengolahan sampah
Sistem pembuangan sampah dengan cara distribusi horizontal
melalui shaft sampah pada tiap unit hunian maupun ruangan kemudian
menuju penampungan sementara .Sebelum pengangkutan, sampah telah
dipisah menjadi 2 yaitu sampah organik dan sampah kering. Sampah
kering mencakup sampah yang dapat diolah kembali (recycle). Seperti
kayu, kertas tripleks dan lain-lain.
12. Konsep aliran listrik
Adanya kebutuhan listrik sebagai sumber-sumber pencahayaan
pada setiap ruang dan penggerak peralatan mekanikal. Untuk
mengoperasikan seluruh sistem tersebut dapat di butuhkan daya yang
dapat di peroleh dari jaringan listrik PLN. Sebagai cadangan dapat di
gunakan generator setting (genset) yang dapat menjadi sumber daya
alternatif apabila aliran dari sumber daya utama terputus dengan besar
daya sebanding dengan yang di peroleh dari PLN. Sistem kerja
jaringannya adalalah sambungan listrik dari PLN masuk ke ruang kontrol
yang di dalamnya terdapat travo yang berfungsi mengelola pembagian
daya listrik ke tiap sektor bangunan. Dengan generator set (genset)di
hubungkan dengan Automatic Transfer Switch (ATS). Kemudian dengan
Elektrical Main Distribution (EMD) atau panel induk, listrik di alirkan ke
fasilitas dalam bangunan.
13. Sistem komunikasi
a. Komunikasi internal (dalam bangunan). Digunakan alphone untuk
kemudahan penyampaian informasi dari satu unit bangunan ke unit
bangunan yang lain. Sedangkan untuk komunikasi penjagaan
keamanan di gunakan radia CB atau SSB.
b. Komunikasi internal (dalam bangunan). Digunakan alphone untuk
kemudahan penyampaian informasi dari satu unit bangunan ke unit
89
bangunan yang lain. Sedangkan untuk komunikasi penjagaan
keamanan di gunakan radia CB atau SSB.
14. Transportasi dalam bangunan
Sistem transportasi bagi pengunjung dalam bangunan terdiri atas:
a. Transportasi vertikal menggunakan tangga biasa dan lift. Penggunaan
lift ini juga untuk memudahkan penyandang cacat untuk mengakses
bangunan. Sedangkan sirkulasi barang dan materi koleksi
menggunakan lift barang.
b. Transportasi horizontal berupa selasar atau koridor. Selasar atau
koridor ini dapat juga difungsikan sebagai area pamer sehingga
pengunjung tidak bosan.
15. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dilakukan
berupa tindakan:
a. Penanggulangan pasif, yang berupa:
1) Tangga darurat/kebakaran
2) Pintu kebakaran/darurat
3) Penerangan darurat
4) Tanda pengarah menuju pintu dan tangga darurat
b. Penanggulangan aktif, yang berupa:
1) Smoke detector dan heat detector, alat pendeteksi rokok dan panas
2) Sprinkler air, memadamkan api dengan menyemprotkan air secara
otomatis pada ruang yang terbakar
3) Serbuk kimia kering, memadamkan api khususnya digunakan pada
ruang yang berisi berkas-berkas penting
4) Fire hydrant, memadamkan api secara manual dengan selang
5) Fire extinguisher, tabung pemadam kebakaran darurat. Api, asap
dan gas yang menimbulkan kebakaran akan langsung dideteksi
oleh detektor dan secara otomatis menyembunyikan alarm. Setelah
alarm berbunyi maka sistem akan mulai bekerja dan memompa air
ke spinkler dan fire extinguisher secara manual.
90
16. Sistem kemanan
Sistem keamanan terhadap kriminalitas dalam bangunan dilakukan
91
DAFTAR PUSTAKA
(2011). Travel Maps & South Sulawesi. Makassar: CV. Indo Sarana.
Bapeda, K. M. (2010). Makassar Dalam Angka 2010. Makassar: BPS.
Dahniar.(2013). Antropologi Seni.
Doelle, L. (1985). Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
Eagleton, T. (n.d).
Eagleton, T. (1987).Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar
Baru
Estes, M. (1987).Kesusasteraan:Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa
Gazalba, S. (1998).Islam dan Kesenian.Jakarta: Pusakata Al Husna.
Hamida.(2016). Zaenal Beta.
Harymawan, R. (1993). Dramaturgi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Haviland. (1999).
Herbert, R. (1959). The Meaning of Art.New York: Pelician Books.
Koentjaraningrat. (1985).
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.
Kuttruff.(2007). Acoustics.
Mangemba. (1995). Masyarakat dan Kesenian Indonesia. Makassar: Fakkultas Sastra
Universitas Hasanuddin
Poerwadarminta. (1976).
Raizali.(2003). Jurnal Wacana Seni Rupa Vol. 3. 6. SENI, ESTETIKA, ETIKA, DAN
LOGIKA.
Soedarsono.(1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Soeharto, M. (1978).Kamus Musik Indonesia.Gramedia
Sunarko.(1985). Pengantar Pengetahuan Musik.Jakarta: Dekdikbud.
Suyono. (2004).
Tolstoy. (1982).
92
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
D. Lingkup Pembahasan....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................6
E. Tinjauan Akustik.........................................................................................27
BAB III..................................................................................................................41
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai per tempat duduk yang direkomendasikan untuk beberapa jenis
auditorium..........................................................................................................32
Tabel 4.2Penentuan fungsi detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar
tahun 2012-2013................................................................................................47
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.3 Diagram Kelembagaan Gedung Kesenian Makassar.....................58
ix
x