Anda di halaman 1dari 16

ANJUNGAN CERDAS

1.1.1 Pengertian Anjungan Cerdas


Pada dasarnya Anjungan Cerdas (AC) atau Anjungan Pelayanan Jalan (APJ) atau
ROSSITA (Roadside Station) merupakan lokasi singgah untuk beristirahat sejenak
untuk melepas lelah akibat perjalanan jauh atau "rest area" multifungsi di tepi jalan
nasional non tol yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas pendukung dan dikemas
secara modern yang berfungsi sebagai area istirahat sejenak untuk melepas lelah akibat
perjalan jauh untuk mengurangi angka kecelakan yang semakin tinggi setiap tahun,
sebagai tempat wisata, penyebarluasan informasi, penghubung antar wilayah, dan
inkubator bisnis. Rest area tersebut serupa dengan yang biasanya dilokasikan di sisi
jalan tol, dengan fasilitas beragam seperti tempat makan, pusat informasi, bengkel,
SPBU, motel, gerai traveler dan ATM, ruang terbuka hijau, amphi teater, sarana
edukasi, area rekreasi, serta gerai produk lokal unggulan (Dikutip dari siaran pers Biro
Komunikasi Publik Kementerian PUPR, 21 Mei 2017)
Tempat istirahat pertama kali dibangun pada tahun 1959 di Ohio Amerika Serikat
(Dowling 2008). Sebelum tempat istirahat dibangun, pengguna jalan beristirahat pada
bahu jalan atau taman-taman terbuka. Untuk menfasilitasi kebutuhan pengguna jalan
beristirahat, pada tahun 1928 dibangun taman rekreasi untuk pertama kali pada rute
16,3 miles dari desa Saranac Michigan, Amerika Serikat. Tingginya permintaan
penyediaan taman rekreasi dan untuk mengendalikan penyediaannya, penyelenggaraan
taman rekreasi diambil alih oleh Departemen Jalan Raya Negara Bagian Michigan.
Taman rekreasi dalam perkembangannya pada tahun 1950an berubah menjadi tempat
istirahat (rest area) dengan menambahkan fasilitas kebutuhan dasar diantaranya
tempat makan, tempat duduk, dan toilet (Dowling 2008).
Di Indonesia, tempat untuk beristirahat umumnya ditemukan di sepanjang koridor
jalan, baik pada sistem jaringan jalan primer maupun sekunder. Tempat yang dapat
dimanfaatkan untuk beristirahat diantaranya rumah makan, penginapan, stasiun
pengisian Bahan Umum (SPBU), tempat ibadah, dan bahu jalan. Tempat untuk
beristirahat yang disediakan oleh masyarakat atau badan usaha umumnya belum
memenuhi persyaratan teknis jalan (Indonesia 2011). Hal ini berdampak, pada
peningkatan ketidakteraturan, kemacetan, kecelakaan, dan permasalahan lainnya.
Untuk mengatasi eksternalitas tersebut, sudah seharusnya penyediaan tempat istirahat
dilaksanakan oleh penyelenggara jalan, hal ini sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal
23 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Melalui penyediaan tempat istirahat yang
dilaksanakan oleh penyelenggara jalan, diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan
dan penyediaannya memenuhi prinsip keamanan, kemudahan, keselamatan, dan
kenyamanan.
a. Syarat Pembangunan Anjungan Cerdas
Berikut ini adalah syarat pembangunan Anjungan Cerdas atau rest area pada jalan
umum non tol yang diadopsi dari Michi no eki Jepang (Housing Resource Center,
2017 ).
1. Lokasi terdapat di tepi jalan raya dan mudah di akses oleh pengguna jalan;
2. Pelayanan meliputi tempat parkir, toilet, telepon umum, ruang informasi;
3. Konfigurasi dari Anjungan Cerdas antara lain terdapat tempat parkir yang luas
yang bisa digunakan pengendara secara gratis, toilet yang bersih, ruang informasi
yang menyediakan mengenai informasi lalu lintas dan komunitas serta fasilitas
penunjang seperti restoran, SPBU, bengkel, mini market yang menyediakan
produk-produk lokal seperti produk pertanian, kerajinan dan lain-lain yang di
operasikan oleh masyarakat/komunitas lokal;
4. Penanggung jawab fasilitas yang dioperasikan oleh komunitas adalah pemerintah
daerah atau lembaga kemasyarakatan;
5. Pertimbangan pendirian Anjungan Cerdas adalah akses yang mudah baik oleh
anak -anak, orang dewasa, orang tua maupun difable serta memperhatikan tata
ruang setempat.
b. Sasaran Anjungan Cerdas
Anjungan cerdas dapat dimanfaatkan oleh pengguna jalan pengemudi,
penumpang dan masyarakat sekitar sebagai tamu untuk beristirahat dan kegiatan
lain selama berhenti sejenak dari perjalanan, untuk pengenalan dan pemasaran
berbagai produksi dan budaya lokal kepada pengguna jalan nasional . Anjungan
Cerdas kadang digunakan untuk beberapa tujuan lain diantaranya layanan pom
bensin / SPBU, makanan atau restoran, penginapan, tempat wisata dan pusat
informasi sehingga di dalam rest area juga terdapat pelaku usaha dan penyedia jasa.
Selain itu dikelola oleh pengelola setempat (Kementerian Pekerjaan umum dan
Perumahan Rakyat,2016).

Sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan utama pengguna Anjungan


Cerdas yaitu :
1. Pengelola
2. Tamu / pemakai ( traveller)
a.Pengemudi kendaraan bermotor :
pemakai kendaraan pribadi maupun bus dan angkutan berat antar provinsi.
b. Penumpang kendaraan bermotor :
penumpang kendaraan pribadi maupun bus dan sopir serta kernet angkutan
berat antar provinsi.
3. Penyedia jasa dan pelaku usaha.
c. Kegiatan di dalam Anjungan Cerdas
Seperti yang telah disebutkan bahwa terdapat 3 golongan pengguna Rest Area
dimana masing-masing golongan melakukan aktivitas yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhannya.
1. Kegiatan pengelola
a. Datang menggunakan kendaraan pribadi maupun umum diwadahi oleh jalan /
alur kendaraan
b. Parkir kendaraan diwadahi oleh halaman parkir
c. Mengerjakan tugas kantor diwadahi oleh kantor pengelola
d. Tugas lapangan seperti mengatur lalu lintas alur transportasi dalam kawasan
Anjungan Cerdas diwadahi oleh pos-pos
e. Berkoordinasi antar anggota pengelola seperti rapat dan pertemuan rutin
diwadahi oleh hall atau ruang pertemuan
f. Makan & Minum diwadahi oleh restoran, warung makan, pedagang kaki lima,
asongan
g. Metabolisme diwadahi oleh KM/WC
h. Sholat diwadahi oleh Masjid atau Mushola
2. Pemakai atau Tamu
a. Datang menggunakan kendaraan pribadi maupun umum diwadahi oleh jalan /
alur kendaraan
b. Parkir kendaraan diwadahi oleh halaman parkir
c. Istirahat (duduk, rebahan, tiduran) diwadahi oleh gazebo khusus, gazebo
umum, teras dan play ground
d. Makan & Minum diwadahi oleh restoran, warung makan, pedagang kaki lima,
asongan
e. Sholat diwadahi oleh Masjid atau Mushola
f. Mengecek kendaraan mengganti bagian yang rusak diwadahi oleh bengkel
g. Metabolisme diwadahi oleh KM/WC
h. Mengisi bahan bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Pertalite, Solar, Gas
diwadahi oleh SPBU
i. Belanja kebutuhan untuk perjalanan / oleh-oleh diwadahi oleh toko-toko pusat
oleh-oleh
j. Menelepon diwadahi oleh warung telekomunikasi (wartel) dan counter hp dan
voucher
k. Berekreasi diwadahi oleh area rekreasi dan fasilitas penunjangnya
3. Penyediaan Jasa dan Pelaku Usaha
a. Datang menggunakan kendaraan pribadi maupun umum diwadahi oleh jalan /
alur kendaraan
b. Parkir kendaraan diwadah oleh halaman parkir
c. Menyiapkan dagangan diwadahi oleh kios-kios atau blok pertokoan
d. Transaksi bisnis jual beli dan tawar menawar diwadahi oleh kios-kios atau
blok pertokoan
e. Makan & Minum diwadahi oleh restoran, warung makan, pedagang kaki lima,
asongan
d. Pengelolaan dan Standar Pelayanan Anjungan Cerdas
Ditinjau dari aspek standar pelayanan, umumnya pengelolaan infrastruktur public
belum memiliki standar pelayanan yang jelas dan terkuantifikasi. Standar pelayanan
masih bersifat umum dan kualitatif, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi
penilaian. Namun mengacu kepada hasil analisis dan wawancara, setidaknya
terdapat beberapa komponen yang perlu diatur standar pelayanannya diantaranya
perkerasan jalan dan tempat parkir, perlengkap jalan, utilitas (telekomunikasi,
listrik, sanitasi dan air bersih, dan limbah atau persampahan), dan fasilitas (taman,
toilet, tempat ibadah, pusat informasi, SPBU, toko atau outlet, rumah makan,
bengkel, kantor pengelola, ruang serba guna, pos keamanan, dan sarana pemadam
kebakaran). Standar pelayanan yang diperlukan perlu dikuantifikasi terutama terkait
volume, tingkat kerusakan, waktu respon, dan periode pengecekan ulang.
Penyusunan standar pelayanan harus mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan (Indonesia 2014).
Standar pelayanan untuk tempat istirahat pada jalan umum secara garis besar
dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Tabel 1. Standar Pelayanan Minimal Tempat Istirahat pada Jalan Umum

Item Pelayanan Standar Pelayanan Minimal

Indikator Cakupan Kriteria Tolak ukur

Perkerasan jalan Fungsi structural Seluruh permukaan jalan Waktu toleransi


dantempat parkir dan fungsional (tidak ada lubang, retak, pemenuhan
seluruh perkerasan pecah, bleding, dan lain 1x24 jam
jalan lain). Berfungsi, nyaman
dan aman.

Perlengkapan Fungsi dan manfaat Lokasi, struktur, Waktu toleransi


Jalan arsitektur, bahan, pemenuhan
mekanikal dan elektrikal. 1x24 jam
Berfungsi, nyaman,
aman, dan berestetika

Utilitas Fungsi dan manfaat Lokasi, struktur, Waktu toleransi


arsitektur, bahan, pemenuhan
mekanikal dan elektrikal. 1x24 jam
Berfungsi, nyaman,
aman, sehat, dan mudah

Fasilitas Fungsi dan manfaat Struktur, arsitektur, Waktu toleransi


bahan, mekanikal dan pemenuhan
elektrikal. Berfungsi, 2x24 jam
nyaman, aman, sehat,
mudah, dan berestetika.
Sumber : Olahan data penulis berdasarkan sumber dari Pangihutan dan Hendrawa. 2016.

1.1.2 Fasilitas Anjungan Cerdas


Fasilitas adalah kebutuhan yang mendukung Anjungan Cerdas tersebut,
kebutuhan yang maksimal akan membuat bangunan lebih bermanfaat banyak bagi
pengunjung. Dalam Anjungan Cerdas fasilitas yang sangat berperan adalah area yang
memanjakan diri untuk beristirahat dengan tenang, seperti area istirahat dengan
memasukkan pemandangan alam, nuansa alami yang dipertahankan, sirkulasi yang
tidak membingungkan, area bermain dan taman terbuka, resto dan kafe, area keluarga.
Ketika fasilitas pendukung sudah terpenuhi pengunjung akan lebih suka dengan
kegiatan yang mereka lakukan, kegiatan yang tidak membosankan membuat
pengunjung dapat memulihkan kondisi yang menurun akibat perjalanan.
Berikut ini adalah fasilitas pada Anjungan Cerdas yang di kelompokan berdasarkan
fungsi Anjungan Cerdas.
1. Fungsi Utama (Pangihutan dan Hendrawan. 2016)
a. Tempat Istirahat (Penginapan, Toilet, Parkiran, Tempat Duduk dan
rebahan, Open Space, Tempat Ibadah)
1) Tempat Istirahat
Tempat istirahat yang berada dalam lalu lintas dan angkutan jalan terdapat
ketentuan yang menyebutkan bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama
empat jam harus istirahat selama sekurang-kurangnya setengah jam, untuk
melepaskan kelelahan, tidur sejenak ataupun untuk minum kopi, makan
ataupun ke kamar kecil/toilet. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan
bermotor umum paling lama 8 (delapan) jam sehari, sehingga tempat istirahat
juga digunakan untuk tempat pergantian pengemudi ( Kurnia, 2018 ).
Demi meningkatkan keselamatan lalu lintas, kendaraan yang keluar masuk
ke tempat istirahat harus direncanakan, sehingga konflik dapat diminimalisir,
terutama pada tempat istirahat yang ditempatkan pada pada salah satu sisi di
jalan dua arah karena akan terjadi konflik bersilangan untuk kendaraan yang
memotong jalan masuk ke tempat istirahat. Keadaan ini menjadi masalah
besar di jalan arteri nasional yang arus lalu lintasnya sudah tinggi tetapi belum
ada median jalannya. Apalagi terdapat tempat istirahat yang tidak terlalu
ramai, munculnya masalah kriminal, di mana dilakukan pencurian ataupun
pemerasan terhadap pengguna tempat istirahat, tempat istirahat dijadikan
tempat untuk melakukan Rendezvous (pacaran yang strategis). Keadaan
Anjungan Cerdas yang tidak terpakai akan menarik orang yang tidak
bertanggung jawab menjadi hunian asik untuk wadah kegiatan mereka.
Perencanaan tempat istirahat seharusnya mengikuti kriteria sebagai berikut
(Noel,2019):
1. Jalur mobil penumpang harus dipisah dari jalur mobil barang
2. Pemisahan tempat pengisian bahan bakar antara mobil penumpang dengan
truk
3. Parkir mobil penumpang harus dilengkapi fasilitas pejalan kaki yang aman
4. Parkir mobil penumpang dipisah dari parkir truk
5. Khusus jalur truk agar sedapat mungkin satu arah.

Fungsi Tempat istirahat di bagi lagi menjadi beberapa fasilitas penunjangnya,


yaitu :

1. Tempat Parkir (Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996).


Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir
yang menggunakan tepi jalan. Pengertian lain Tempat parkir adalah
tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau lama,
sesuai dengan kebutuhan pengendara. Parkiran merupakan salah satu
unsur prasarana transportasi yang tidak terpisahkan dari system jaringan
transportasi, sehingga pengaturan parkir akan mempengaruhi kinerja suatu
jaringan, terutama jaringan jalan raya.
a. Standar Fasilitas Parkir
Standar fasilitas parkir adalah suatu pedoman untuk menentukan suatu
ukuran petak parkir (stall) menurut berbagai bentuk penyediaannya.
Penggunaan standar fasilitas parkir diperlukan karena tidak
terdapatnya marka dari petak parkir pada daerah studi. Sehingga untuk
menentukan jumlah petak parkir yang terdapat pada daerah studi
didasarkan pada standar.
b. Standar Kebutuhan Parkir
Standar kebutuhan parkir adalah suatu ukuran yang dapat
dipergunakan untuk jumlah kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan
fasilitas dan fungsi dari tataguna lahan. Kebutuhan parkir untuk setiap
tata guna lahan berbeda-beda, begitu pula untuk setiap negara bahkan
daerah mempunyai standar yang berbeda-beda.
c. Fasilitas Parkir
Penyusunan tata letak lapangan parkir harus dibuat berdasarkan
pengaturan dan manajemen tersendiri sehingga luas areal lapangan
parkir yang dibuat menjadi lebih efisien dan optimal sehingga terjadi
kelancaran arus lalu lintas keluar masuk dari dan/atau menuju
lapangan parkir.
1. Konfigurasi lapangan parkir
Konfigurasi areal lapangan parkir yang dibuat secara umum ada 3
macam, yaitu: konfigurasi parkir paralel, parkir sudut (umumnya
sudut parkir 30º dan 45º), dan parkir tegak lurus (parkir 90º).

a. Pola parkir mobil penumpang (Keputusan Dirjen Perhubungan


Darat,1996).
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit
1) Membentuk sudut 90º
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola parkir jenis lain, tetapi kemudahan
dan kenyamanan pengemudi melakukan maneuver masuk
dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan
dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 90º.

Gambar 1. Pola parkir tegak lurus untuk mobil penumpang


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
2) Membentuk sudut 30 º, 45 º, dan 60 º.
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan maneuver masuk dan
keluar ke ruangan parkir lebih besar jika dibandingkan
dengan pola parkir dengan sudut 90º.

Gambar 2. Pola parkir sudut untuk mobil penumpang


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
b. Pola parkir 2 sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
memadai.
1) Membentuk sudut 90 º.
Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan
dapat satu arah atau dua arah.

Gambar 3. Pola parkit tegak lurus yang berhadapan


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
2) Membentuk sudut 30 º, 45 º, dan 60 º.

Gambar 4. Pola parkir sudut yang berhadapan


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
c. Pola Parkir Pulau
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
luas.
1. Membentuk sudut 90º.

Gambar 5. Pola parkir tegak lurus dengan 2 gang untuk mobil penumpang
Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
2. Membentuk sudut 30º, 45º, dan 60º.
a) Bentuk tulang ikan Tipe A

Gambar 6. Pola parkir sudut dengan 2 gang Tipe A


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
b) Bentuk tulang ikan Tipe B

Gambar 7. Pola parkir sudut dengan 2 gang Tipe B


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
c) Bentuk tulang ikan Tipe C

Gambar 8. Pola parkir sudut dengan 2 gang Tipe C


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996

b. Pola Parkir Bus mpang (Keputusan Dirjen Perhubungan


Darat,1996).
Posisi kendaraan dapat dibuat menyudut 60º ataupun 90º,
tergantung dari luas areal parkir. Dari segi efektivitas ruang,
posisi sudut 90º lebih menguntungkan. Ilustrasi pola parkir
bus/truk ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 9. Pola parkir satu sisi untuk parkir bus/truk


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996

Gambar 10. Pola parkir 2 sisi untuk parkir bus/truk


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996

c. Pola Parkir Sepeda Motor mpang (Keputusan Dirjen Perhubungan


Darat,1996).
Pada umumnya posisi kendaraan adalah 90. Dari segi efektifitas
ruang, posisi sudut 90º paling menguntungkan.
1) Pola Parkir 1 Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit.

Gambar 11. Pola parkir satu sisi untuk parkir Sepeda Motor
Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
2) Pola Parkir 2 Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
memadai (lebar ruas > 5,6 m )
Gambar 12. Pola parkir 2 sisi untuk parkir Sepeda Motor
Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
3) Pola Parkir Pulau
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
luas.

Gambar 13. Pola parkir 2 gang untuk parkir Sepeda Motor


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
Keterangan gambar:
h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w = lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b = lebar jalur gang

2. Penentuan satuan parkir (Keputusan Dirjen Perhubungan


Darat,1996).
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk
meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda
motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-hal
tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil
penumpang.
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) didasari atas hal berikut:
a) Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang.
Gambar 14. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
b) Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan
longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan
pada saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari
ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di
sampingnya.Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi
benturan antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di
sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan. Ruang
bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk
menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang
lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil
sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.

c) Lebar bukaan pintu kendaraan


Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik
pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir.Sebagai
contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor akan
berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung
pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam hal ini, karakteristik
pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih
menjadi tiga.
Tabel 2. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis Pintu Pengguna dan/atau peruntukan Gol
fasilitas parkir

Pintu  Karyawan/pekerja kantor


depan/belakan  Tamu/pengunjung pusat kegiatan
g terbuka perkantoran,perdagangan, I
tahap awal 55 pemerintahan, universitas
cm

Pintu  Pengunjung tempat olahraga, pusat


depan/belakan hiburan/rekreasi,hotel,pusat II
g terbuka perdagangan eceran/swalayan, rumah
penih 75 cm sakit, bioskop

Pintu depan  Orang cacat


terbuka penuh
dan ditambah
untuk III
pergerakan
kursi roda

Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996


Berdasarkan Berdasarkan bagian a dan b, penentuan satuan ruang
parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan
bagian c, penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan
menjadi tiga golongan,
Tabel 3. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2)

1. a. Mobil Penumpang Gol I 2,30 x 5,00


b. Mobil Penumpang Gol II 2,50 x 5,00
c. Mobil Penumpang Gol III 3,00 x 5,00

2.Bus/truk 3,40 x 12,5

3.Sepeda motor 0,75 x 2,00

Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah


sebagai berikut:
1) Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang
Gambar 15. Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang
Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996
Keterangan:
B = lebar total kendaraan
L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu
a1,a2 = jarak bebas arah longitudinal
R = jarak bebas arah lateral
Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 230 = B+O+R
O = 55 L = 470 Lp = 470 = L+a1+a2
R=5 a2 = 20
Gol II : B = 170 a1 = 10 Bp = 250 = B+O+R
O = 75 L = 470 Lp = 500 = L+a1+a2
R=5 a2 = 20
Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B+O+R
O = 80 L = 470 Lp = 500 = L+a1+a2
R = 50 a2 = 20

2) Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk

Gambar 16. Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk


Sumber. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat,1996

Anda mungkin juga menyukai