Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Arsitektur merupakan proses perancangan bangunan atau lingkungan binaan.

Pemrograman sebagai tahapan mendasar dari proses perancangan, keberhasilannya sangat tergantung dari ketepatan informasi sesuai tujuan perancangan. Kajian perilaku merupakan kajian sistematis tentang hubungan-hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia sebagai pengguna. Seorang Arsitek Belanda yang menjadi salah satu tokoh desain kontekstual di Eropa, Herzberger (1982) menyatakan: "Designing is nothing more than finding out what the person and object want to be: form then makes itself. There is really no need for inventionyou must just listen carefully." Kepekaan untuk menganalisa dan menyimpulkan perilaku yang telah berjalan dan menjadi budaya ataupun kebiasaan masyarakat lingkungan binaan yang akan dirancang menjadi syarat penting untuk keberhasilan desain. Tidak sedikit karya arsitektur yang lahir dari arsitek luput dari malfungsi, bahkan dari arsitek sekaliber Le Corbusier sekalipun (misalnya di Candigardh, India). Tidak adanya perhitungan mendalam terhadap perilaku yang akan diwadahi oleh sebuah bejana arsitektur menjadikan karya tersebut tidak tepat guna.

Universitas Sumatera Utara

Kesalahan-kesalahan dalam prediksi perilaku di dalam suatu lingkungan seringkali disebabkan ketidaktahuan arsitek akan adanya pola perilaku tertentu yang dimiliki oleh orang-orang yang akan mendiami dan menggunakan lingkungan binaan yang dirancangnya. Prediksi perilaku seringkali didasarkan pada sebuah fenomena kenyamanan ruang umumnya sehingga tidak jarang didapati desain yang seragam akibat predikasi perilaku yang digeneralisasi. Hal semacam ini tentu disayangkan, karena kesalahan-kesalahan semacam ini sebenarnya dapat dihindari dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai perilaku manusia, baik perilaku yang tampak maupun yang tersembunyi. Prasarana jalan raya merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas darat. Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan ekonomi suatu daerah. Apabila prasarana jalan diibaratkan sebagai urat nadi, prasarana angkutan umum adalah ibarat darah yang mengalir melalui urat nadi tersebut. Jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang signifikan, seirama dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan pesatnya pertumbuhan penduduk. Jadi dapat diambil kesimpulan, salah satu penunjang aktivitas untuk kegiatan di dalam sebuah kota adalah masalah transportasi. Sudah dapat dipastikan kebutuhan masyarakat akan alat transportasi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dengan makin meningkatnya jumlah kenderaan bermotor dengan angka yang cukup signifikan. Seiring dengan perkembangan zaman, diperlukan suatu fasilitas yang dapat

Universitas Sumatera Utara

mempermudah para pengguna Jalan Raya untuk memenuhi kebutuhannya selama di perjalanan. Seperti pengisian bahan bakar, istirahat, Shalat, makan, tempat pembelian oleh-oleh, dan tempat membeli keperluan selama di perjalanan. Untuk mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan bermotor (tabel 1.1) dan kebutuhan atas efisiensi waktu selama diperjalanan maka diperlukan adanya suatu rest area atau tempat peristirahatan yang terpadu dan dapat mempermudah bagi pengendara dan penumpang untuk melakukan kegiatannya. Kebutuhan akan efisiensi waktu istirahat bagi pengendara dan penumpang kendaraan bermotor yang sedang melakukan perjalanan, sehingga tidak perlu terlalu lama berhenti. Tabel 1.1 Banyaknya kendaraan bermotor menurut jenis kendaraan Mobil Penumpang 192.596 207.614 226.043 240.066 Mobil Gerobak 144.233 154.420 166.221 172.999 Sepeda Motor 1.300.995 1.568.048 1.864.980 2.113.772

Tahun 2006 2007 2008 2009

Bus 27.106 27.621 28.160 28.616

Total 1.664.930 1.957.703 2.285.404 2.555.453

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2010 Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk tentunya akan juga mempengaruhi pertambahan jumlah kendaraan sebagai kebutuhan utama bagi masyarakat. Kenaikan jumlah kendaraan memastikan pertambahan jumlah pengguna kendaraan baik umum maupun pribadi. Untuk mengantisipasi itu semua tentu diperlukan tempat peristirahatan yang dilengkapi fasilitas-fasilitas yang dapat

Universitas Sumatera Utara

mempermudah para pengendara dan penumpang kendaraan bermotor yang sedang melakukan perjalanan. Tingkat kesibukan masyarakat juga mengharuskan agar suatu Sarana itu dapat memfasilitasi para pengguna agar dapat efisien dalam menggunakan waktu. Persaingan yang semakin besar mengharuskan agar Pemilik tempat peristirahatan melengkapi fasilitas yang dapat mendukung kemajuan usahanya dan membangun rest area yang memenuhi syarat.

1.2

Kebutuhan akan Rest Area Tempat istirahat atau dikenal secara lebih luas sebagai rest area adalah tempat

beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan jarak jauh. Tempat istirahat ini banyak ditemukan di jalan tol ataupun dijalan nasional dimana para pengemudi jarak jauh beristirahat. Di jalan arteri primer juga banyak ditemukan restoran yang berfungsi sebagai tempat istirahat. Restoran-restoran ini banyak digunakan oleh pengemudi truk jarak jauh ataupun bus antar kota untuk beristirahat (Neufert, 1978). Dalam peraturan perundangan mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ada ketentuan yang menyebutkan bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama 4 jam harus istirahat selama sekurang-kurangnya setengah jam, untuk melepaskan kelelahan, tidur sejenak ataupun untuk minum kopi, makan ataupun ke kamar kecil/toilet. Untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dari kendaraan yang melewati

Universitas Sumatera Utara

tempat istirahat dengan kendaraan yang keluar masuk ke tempat istirahat harus direncanakan sedemikian sehingga konflik dapat diminimalisasi, terutama pada tempat istirahat yang ditempatkan pada pada salah satu sisi di jalan dua arah karena akan terjadi konflik bersilangan untuk kendaraan yang memotong jalan masuk ke tempat istirahat. Keadaan ini menjadi masalah besar di jalan arteri nasional yang arus lalu lintasnya sudah tinggi tetapi belum ada median jalannya. Masalah lain yang juga ditemukan ditempat istirahat yang tidak terlalu ramai adalah masalah kriminal, dimana dilakukan pencurian ataupun pemerasan terhadap pengguna tempat istirahat, ataupun tempat istirahat dijadikan tempat untuk melakukan pertemuan, pacaran yang strategis. Fasilitas ditempat istirahat bervariasi menurut besar kecilnya tempat atau besar kecilnya lalu lintas yang dilewati tempat istirahat seperti: 1. Toilet 2. Kursi dan meja istirahat 3. Musola/Mesjid 4. Kantin/cafe/restoran 5. SPBU/Pompa bensin 6. Tempat perbelanjaan 7. ATM

Universitas Sumatera Utara

Jalan lintas Sumatera yang melintang dari Aceh sampai Bandar Lampung, dan melintasi daerah Sumatera Utara melalui jalur timur dan jalur barat (gambar 1.1) memberikan potensi pengembangan fasilitas rest area yang sangat besar. Kebutuhan para pengendara dan penumpang akan adanya tempat beristirahat sejenak membuka peluang pengembangan rest area.

Gambar 1.1 Peta jalur lintas Sumatera Sumber: PT. PUSRI

Universitas Sumatera Utara

1.3

Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan perancangan Rest Area ini adalah: 1. Merancang fasilitas fungsi jasa Peristirahatan yang terpadu berdasarkan aspek-aspek perilaku pengendara dan penumpang dengan tujuan untuk menciptakan sebuah kesatuan hubungan fungsional dan unsur-unsur fungsi ruang yang terdapat didalamnya. 2. Merancang pusat komersil yang dapat mendukung dan mempermudah para pengendara dan penumpang yang sedang melakukan perjalanan dan juga mendukung fungsi Rest Area. 3. Merancang Tempat peristirahatan yang sesuai standar dan layak memenuhi syarat dengan tidak mengesampingkan perilaku pengendara dan

penumpang yang ada.

1.4

Masalah Perancangan Masalah - masalah yang perlu ditelaah dan diselesaikan dalam kasus

proyek ini adalah: 1. Bagaimana menciptakan bangunan rest area yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para pengendara dan penumpang sehingga dapat menarik konsumen. 2. Bagaimana menciptakan sebuah bangunan yang menunjang terciptanya efisiensi kerja staf dan personel serta kenyamanan konsumen.

Universitas Sumatera Utara

3. Bagaimana menciptakan pola hubungan yang baik sehingga fasilitas yang ada didalam bangunan dapat mewadahi baik untuk pekerja maupun konsumen sehingga kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalamnya dapat berlangsung dengan baik. Masalah perancangan yang berhubungan dengan tema antara lain: 1. Bagaimana menerapkan tema Arsitektur Perilaku secara keseluruhan pada bangunan rest area dan fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya berdasarkan analisa perilaku yang telah dilakukan sehingga perancangan dapat tepat sasaran (gambar 1.2).

Gambar 1.2 Skema kemungkinan alasan terbentuknya rest area Sumber: Analisa Penulis

Ada tiga kemungkinan alasan terbentuknya rest area. Secara konvensional, prediksi masa depan, dan secara normatif. Evaluasi desain yang berbasis perilaku dan kepuasan pengguna menitik beratkan kepada rest area yang

Universitas Sumatera Utara

timbul secara konvensional yaitu rest area yang telah terbentuk dimana nilai-nilai perilaku yang timbul secara alami dan unik tanpa berdasarkan aturan-aturan baku yang telah ada sehingga menarik untuk diamati dan dilakukan penelitian.

1.5

Pendekatan Adapun pendekatan yang dilakukan adalah: 1. Studi literatur untuk mempelajari: a. b. Karakteristik dan citra sebuah Rest Area. Standar ruangruang untuk fasilitas peristirahatan dan Komersil beserta ruang penunjang. c. Tipologi bangunan Rest Area, fasilitas komersil, dan tipologi fasilitas penunjang dikaitkan dengan tema perilaku. d. Studi banding tema sejenis: Sebagai perbandingan ke dalam perancangan proyek nantinya. Dan untuk data ini kebanyakan diambil dari internet. e. Standar peraturan dan kebijakan yang berlaku di daerah sekitar tapak.

2. Survey lapangan: a. Ke lokasi tapak: Untuk mengetahui kondisi tapak, permasalahan dan potensi yang dapat menjadi prospek bangunan peristirahatan yang direncanakan.

Universitas Sumatera Utara

b. Studi banding proyek sejenis: Melakukan survey yang berhubungan dengan proyek sejenis, sehingga dapat melihat potensi pasar yang ada. Sebagian data diambil dari literatur tertulis (buku dan majalah sebagai referensi) dan data internet. c. Melakukan wawancara dan kuisioner kepada narasumber yang diperlukan.

1.6

Lingkup dan Batasan Yang menjadi lingkup dan batasan perancangan dalam bangunan ini yaitu: 1. Menyangkut masalah pemilihan tapak, asumsi dan peraturan yang berlaku di sekitar tapak. 2. Fokus perancangan Rest Area dengan fasilitas pendukung seperti restoran, ritel, mushala, bengkel, dan toilet umum. 3. Fokus perancangan hanya dikaitkan dengan pengertian mengenai tema Arsitektur Perilaku. 4. Secara umum akan memadukan perancangan bangunan fasilitas peristirahatan dan fungsi jasa komersil. Untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dari kendaraan yang melewati

tempat istirahat dengan kendaraan yang keluar masuk ke tempat istirahat harus direncanakan sedemikian sehingga konflik dapat diminimalisasi. Masalah lain yang juga ditemukan ditempat istirahat yang tidak terlalu ramai adalah masalah kriminal, dimana dilakukan pencurian ataupun pemerasan terhadap pengguna tempat istirahat.

Universitas Sumatera Utara

I.7

Kerangka Berpikir Secara garis besar keseluruhan kegiatan di dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan suatu kerangka berfikir (gambar 1.3).

Gambar 1.3 Kerangka berpikir Sumber: Analisa Penulis

Universitas Sumatera Utara

I.8

Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan Menguraikan latar belakang, tujuan, lingkup dan batasan, yang mendasari dilakukannya studi. Kerangka berpikir yang digunakan dan pembahasan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Menguraikan tentang tinjauan teoritis dari kasus pengamatan, tinjauan terhadap teori arsitektur perilaku, dan kepustakaan yang berhubungan dengan kasus. Bab 3 Metodologi Perancangan Menguraikan langkah-langkah proses penelitian yang dilakukan di dalam menganalisa kasus penelitian. Bab 4 Tinjauan Umum Proyek Menguraikan tentang deskripsi proyek, pemilihan serta studi banding proyek sejenis. Bab 5 Tinjauan Kasus Penelitian Menguraikan tentang analisa-analisa perilaku, tabulasi kegiatan, pemetaan perilaku, analisaanalisa fisik tapak dan lingkungan sekitar. Bab 6 Pembahasan dan Konsep Menguraikan tentang konsep-konsep dari deskripsi kegiatan, analisa hubungan aktivitas, hubungan antar ruang, serta kriteria dan kebutuhan ruang. Bab 7 Kesimpulan Menguraikan dan mengambil nilai-nilai hasil pengamatan kasus penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai