Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“METODE ANALISA DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF”

Dosen Pengampu : Fitriaman,SE.,M.S.A,CSRS.CSRA

OLEH

NUR NISA SA’BAN

B1C120165

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

-2023-

i
KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas


limpahan rahmat,sehat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.Penulis bersyukur atas sudah selesainya pengerjaan makalah yang
menjadi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian dengan judul “Metode Analisa Data
dalam Penelitian Kualitatif”.Disamping itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak dan beberapa sumber yang menjadi referensi dalam pengerjaan
makalah,terutama kepada Dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang telah
membimbing kami dalam proses pengerjaan makalh ini hingga selesai tepat pada
waktunya.Penulis berharap dengan adanya makalah ini memiliki manfaat untuk
menambah pengetahuan khususnya pembaca dan makalah ini mudah dimengerti
oleh para pembacanya.

Akhir kata,penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata atau


kalimat.Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna,maka dari itu penulis
berharap masukkan dan kritikan yang bersifat membangun agar terciptanya makalah
yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

Kendari,02 April 2023

Nur Nisa Sa’ban

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2

Bab II Pembahasan....................................................................................................3

2.1 Pengertian Analisis Data.............................................................................3

2.2 Fenomenologi.............................................................................................4

2.2.1 Pengertian Fenomenologi.............................................................4

2.2.2 Ciri atau Karakter Utama Fenomenologi.......................................4

2.2.3 Langkah-Langkah Penelitian Fenomenologis...............................4

2.2.4 Fokus Penelitian Studi Fenomenologis........................................5

2.3 Etnografi Dan Etnometodologi....................................................................6

2.3.1 Pengertian Etnografi.....................................................................6

2.3.2 Ciri-Ciri Penelitian Etnografi..........................................................6

2.3.3 Prosedur Penelitian Etnografi.......................................................7

2.3.4 Jenis Penelitian Etnografi..............................................................7

2.3.5 Pengertian Etnometodologi...........................................................8

2.3.6 Diversifikasi Etnometodologi.........................................................8

2.3.7 Langkah-Langkah Penelitian Etnometodologi..............................9

2.4 Dramaturgi................................................................................................10

2.4.1 Pengertian Dramaturgi................................................................10

2.4.2 Karakteristik Teori Dramaturgi....................................................10

2.5 Hermenetika..............................................................................................11

iii
2.5.1 Pengertian Hermenetika.............................................................11

2.5.2 Ruang Lingkup Hermeneutika....................................................12

2.5.3 Cara Kerja Metode Analisis Hermeneutika.................................13

2.5.4 Analisis Data Hermeneutika.......................................................13

Bab III Penutup........................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...............................................................................................14

Daftar Pustaka

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Bodgan dan Taylor,metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller (1986, Reni, 2006: 7) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang data-datanya bersifat deskriptif berupa:


kata-kata, catatan lapangan (pengamatan), foto/gambar, dokumen, dan sejenisnya.
Penelitian ini bersifat lentur, flexibel sesuai dengan perolehan data di lapangan.
Peneliti berperan menjadi kendali di lapangan. Karakteristik atau ciri penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut: latar ilmiah, manusia sebagai alat (instrumen),
metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar (grounded theory),
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya “batas” yang ditentukan
oleh “fokus”, ada kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang sementara, serta
hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Penelitian ini berusaha memahami secara personal dorongan dan keyakinan yang
mendasari tindakan manusia. Penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami
fenomena sosial dari pandangan pelakunya. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi secara berpartisipasi, wawancara secara mendalam, dan metode lain yang
menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses
terjadinya peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif ada atau tidaknya suatu atribut dalam suatu analisis isi
lebih penting daripada frekuensi atau bilangan yang diberikan kepada atribut tersebut.
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai
dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik
makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan
enumerasi, dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa
dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi
dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu, dan situasi tertentu. Realitas
berdimensi jamak, berubah dan saling berinteraksi, sehingga peneliti dituntut waktu
yang cukup lama di lapangan.

Data penelitian kualitatif diperoleh dengan berbagai cara. Analisa data


kualitatifpun berbeda dengan analisi penelitian kuantitatif. Analisa data kualitatif bisa
digunakan dengan berbagai cara. Makalah ini akan menjelaskan tentang analisa data
kualitatif.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari adanya latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Apa pengertian analisis data?


2. Apa itu Fenomenologi?
3. Apa itu Etnografi dan Etnometodologi?
4. Apa itu Dramaturgi?
5. Apa itu Hermeneutika?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian analisis data.


2. Untuk mengetahui tentang Fenomenologis.
3. Untuk mengetahui tentang Etnografi dan Etnometodologi.
4. Untuk mengetahui tentang Dramaturgi.
5. Untuk mengetahui tentang Hermeneutika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan
menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif.Catatan deskriptif lebih
menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan
kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih menampilkan komentar peneliti
terhadap fenomena yang dihadapi.

Adapun tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan data sehingga
bisa di pahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai
data yang didapatkan dari sampel. Biasanya ini dibuat berdasarkan pendugaan dan
pengujian hipotesis.

2.2 Fenomenologi

2.2.1 Pengertian Fenomenologi

Studi fenomenologi merupakan salah satu metodologi penelitian atau


riset.Dalam buku Fenomenologi sebagai Filsafat dan Metode (2018) karya
Muhammad Farid, dijelaskan bahwa studi fenomenologi pertama kali diusung oleh
Edmund Husserl, filsuf asal Jerman. Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani
"pahainomenon", berarti sebuah gejala atau menampakkan diri.Lewat pemaknaan
istilah ini, sebuah peristiwa terlihat nyata dan ada untuk dipahami secara mendasar
serta menyeluruh. Peristiwa ini kerap terjadi pada subyek penelitian atau
manusia.Tujuan utama studi fenomenologi adalah mendalami fenomena berdasarkan
pengalaman seseorang akan suatu permasalahan.

Dikutip dari jurnal Phenomenology: A Philosophy and Method of Inquiry (2018)


karya Sadruddin Bahadur Qutoshi, guna mendapatkan hasil riset studi ini, peneliti
harus melakukan wawancara mendalam, observasi, dan diskusi bersama subyek
penelitiannya.Tiga hal tersebut membantu peneliti memahami secara detail
pengalaman subyek terhadap permasalahan yang dialaminya.

2.2.2 Ciri atau Karakter Utama Penelitian Fenomenologi

Karakteristik penelitian fenomenalogis diantaranya adalah:

3
1. Menggambarkan makna dari pengalaman yang telah dijalani oleh seseorang
atau beberapa orang sehubungan dengan konsep tertentu.
2. Fenomenologi tidak tertarik pada suatu penjelasan, melainkan berkaitan
dengan aspek esensial dan pengalaman hidup.
3. Fenomenologi merupakan studi sistematis tentang subyektivitas.
4. Fenomenologi berupaya untuk menggambarkan apa yang mendasari cara
orang, biasanya menggambarkan tentang pengalaman.
5. Fenomenologi mempelajari koeksistensi antara seseorang dengan suatu
kelompok.
6. Fenomenologi memiliki reduksi transcendental.
7. Fenomenologi secara metodis mengarah pada penentuan dan analisis hal-hal
atau obyek penelitian di dunia.
8. Fenomenologi berusaha untuk memahami bagaimana orang membangun
makna sesuatu.
9. Kebenaran krisis tentang realitas didasarkan pada pengalaman orang-orang.
10. Peneliti dan informan penelitian seringkali dianggap sebagai partisipan
sekunder.

2.2.3 Langkah-Langkah Penelitian Fenomenologis

Langkah-Langkah penelitian dengan menggunaan fenomenologi Husserl


Walaupun Spiegelberg (1978) telah memberikan gambaran secara mendetail
tentang elemen-elemen fenomenologi, gambaran tersebut belum merupakan
langkah-langkah terstruktur yang mudah diikuti oleh seorang peneliti pemula.
Carpenter (1999) mencoba memberikan langkah-langkah terstruktur yang mudah
untuk diikuti dengan tetap mengunakan fenomenologi Husserl dan elemen-elemen
fenomenologi menurut Spiegelberg sebagai dasar. Langkah-langkah tersebut
meliputi:

1. Menentukan fenomena yang ingin diteliti dan peran peneliti dalam penelitian
tersebut. Menentukan fenomena yang menjadi fokus penelitian memerlukan
beberapa pertimbangan, antara lain keefektifan fenomenologi Husserl untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena (Strauss &
Corbin, 1998). Selanjutnya, peran peneliti juga harus jelas. Sesuai dengan
filosofi fenomenologi Husserl, peneliti adalah seseorang yang mampu
mentransformasikan data yang berasal dari partisipan menjadi gambaran yang
murni dan utuh dari fenomena.
2. Pengumpulan data Proses pengumpulan data meliputi proses pemilihan
partisipan atau sampel dan metode pengumpulan data. Pada umumnya,
fenomenologi menggunakan teknik purposeful sampling, di mana setiap
orang yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti
berhak untuk menjadi partisipan (Carpenter, 1999). Teknik pengumpulan
data yang sering digunakan adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan
dapat berbentuk wawancara terbuka atau semi-terstruktur. Proses wawancara

4
direkam dan pada umumnya dilakukan lebih dari satu kali untuk melengkapi
atau memvalidasi data yang diperlukan.
3. Perlakuan dan Analisis data Analisis data didahului dengan proses
transkripsi hasil wawancara secara verbatim atau apa adanya. Setiap transkrip
diberi identitas, diperiksa keakuratannya, dan dianalisis. Terdapat
bermacam-macam prosedur analisis yang dianggap cocok dan sesuai,
seperti metode Colaizzi (1978) yang meliputi membaca transkrip berulang-
ulang untuk dapat menyatu dengan data, mengekstrak pernyataan-pernyataan
spesifik, memformulasi makna dari pernyataan spesifik, memformulasi tema
dan kluster tema, memformulasi deskripsi lengkap dari fenomena dan
memvalidasi deskripsi lengkap dengan cara memberikan deskripsi kepada
partisipan.
4. Studi literatur Setelah proses analisis data selesai maka peneliti melakukan
studi literatur secara mendalam untuk mengetahui hubungan dan posisi
hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah ada.
5. Mempertahankan kebenaran hasil penelitian Seperti halnya penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif juga menuntut adanya validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya validitas dan reliabilitas dikenal
sebagai credibility, auditability, and fittingness (Guba and Lincoln, 1982;
Leininger, 1994; Streubert, 1995).
6. Petimbangan etik Pertimbangan etik yang harus diperhatikan meliputi
pemberian informasi tentang sifat penelitian, keikutsertaan yang bersifat
sukarela, ijin untuk merekam interview, kerahasiaan identitas partisipan
baik pada rekaman, transkrip maupun pada deskripsi lengkap.

2.2.4 Fokus Penelitian Studi Fenomenologi

Studi fenomenologi memiliki dua fokus utama, yakni textural description dan
structural description.

1. Textural description
Dilansir dari jurnal Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian
dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi (2008) karya O. Habiansyah, textural
description berfokus pada aspek obyektif dari pengalaman subyek penelitian,
yakni manusia. Aspek obyektif bisa diperoleh melalui peristiwa atau fenomena
yang dialami seseorang. Pada aspek ini, peneliti akan mencari tahu terlebih
dahulu gambaran nyata fenomena tersebut, secara mendasar.Misalnya,
peneliti ingin meriset tentang pemaknaan etika jurnalisme gaya hidup di suatu
media cetak. Aspek obyektif yang didapat berupa pemaknaan etika dari sudut
pandang jurnalis gaya hidup tersebut. Hal ini dibutuhkan supaya peneliti bisa
menyesuaikan sudut pandangnya, dan berada pada lingkup diskusi yang sama
dengan subyek penelitian.
2. Structural Description
Structural Description berfokus pada aspek subyektif yang lebih mendalam.
Fokus penelitian studi fenomenologi ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana

5
subyek penelitian memaknai dan menanggapi sebuah pengalaman atau
peristiwa.Lebih tepatnya, fokus structural description ada pada penilaian serta
pendapat subyek mengenai sebuah fenomena yang terjadi pada dirinya. Dalam
hal ini, peneliti diharapkan mampu mengulik serta memperoleh jawaban
terperinci dari subyek penelitiannya.
Contohnya, penelitian pemaknaan etika bagi jurnalis gaya hidup di media
cetak. Aspek subyektif yang diperoleh, yakni bagaimana jurnalis memaknai
etika jurnalisme gaya hidup tersebut. Jurnalis, sebagai subyek, bisa
memaknainya dengan memberi penilaian tersendiri. Misalnya etika peliputan
berita apakah sudah sesuai atau belum dengan peraturan. Fokus structural
description membantu peneliti mendapatkan hasil riset yang lebih faktual.
Sebab, informasi diperoleh langsung dari subyek atau orang yang mengalami
fenomena secara nyata.

2.3 Etnografi dan Etnometodologi

2.3.1 Pengertian Etnografi

Kata etnografi berasal dari bahasa yunani “ethos” yang artinya suku bangsa
dan “graphos” yang artinya sesuatu yang ditulis. Menurut Juliansyah Noor etnografi
adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Etnografi
merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengaatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan ini peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut.

Menurut Emzir, etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada
makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural.
Para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak
selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan, pengangguran, dan
masyarakat lainnya), pemilihan informan yang mengetahui yang memiliki suatu
pandangan/ pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.

Jadi, penelitian etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana
peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah
untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam
hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu
melalui observasi dan wawancara.

2.3.2 Ciri-Ciri Penelitian Etnografi

Menurut Nur Syam, ciri-ciri penelitian etnografi adalah sebagai berikut.

1. Deskripsi etnografis sepenuhnya disusun sesuai dengan pandangan,


pengalaman warga pribumi (emic view).
2. Memanfaatkan metode wawancara mendalam dan observasi terlibat.

6
3. Peneliti tinggal di lapangan untuk belajar tentang budaya yang dikajinya.
4. Analisis datanya bercorak menyeluruh (holistik) yaitu menghubungkan
antarasuatu fenomena budaya dengan fenomena budaya lainya atau
menghubungkan antara suatu konsep dengan konsep lainnya.

2.3.3 Prosedur Penelitian Etnografi

Menurut Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam meneliti etnografi namun
secara umum prosedur penelitian etografi adalah sebagai berikut.

1. Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati


dengan studi etnogafi. Seperti telah kita bahas di atas bahwa etnografi
menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan,
bahasa dan perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai
kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
2. Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan
diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam
waktu yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran
dan kepercayaan yang dianut secara bersama.
3. Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok.
Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
4. Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya
tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
5. Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut.
6. Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei,
wawancara, analisa konten, audiovisual, pemetaan dan penelitian jaringan.
Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
7. Yang terakhir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari
kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari
sudut pandang peneliti itu sendiri.

2.3.4 Jenis Penelitian Etnografi

Menurut Creswell, penelitian etnografi dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu etnografi


realis dan etnografi kritis.

1. Etnografi Realis
Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan
laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke-3.
Seorang etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa
yang diamati dan didengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas peneliti.
2. Etnografi Kritis

7
Pendekatan etnografi kritis ini merupakan penelitian yang mencoba merespon
isu-isu sosial yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah gender,
emansipasi,kekuasaan,ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain sebagainya.

2.3.5 Pengertian Etnometodologi

Etnometodologi (ethnomethodology) berasala dari bahasa Yunani, yaitu ethno


yang berti manusia, methode yang berarti cara, dan logos yang berti ilmu. Pengertian
ini dugunakan oleh sejumlah orang untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Etnometodologi pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan
berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan (metode) yang
denagnnya masyarakat dapat memahami, mencari, dan bertindak berdasarkan situasi
dimana mereka menemukan dirinya sendiri.

Teori etnometodologi ditemukan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat yang


bernama Garfinkel di akhir tahun 1940. Teori ini baru di akui menjadi teori yang
sistematis setelah di terbitkan karyanya yang berjudul studies in ethnomthodology
pada tahun 1967. Setelah beberapa tahun etnometodilogi berkembang pesat ke
berbagai arah yang berbeda. Hanya selang satu dekade setelah diterbitkannya
ethnomethodology memelurkan beberapa jenis etnometodologi, yaitu etnometodoli
yang mencakup sejumlah penyelidikan yang kurang lebih berbeda dan ada kalanya
yang bertentangan.

Grafinkel memiliki pandangan tentang fakta sosial sebagai fenomena sosiologi


fundamental. Namun menurut Grafinkel, pengertian fakta sosiol yaitu berada di luar
dan cenderung memaksa individu. Pandangan ini identik dengan aktor yang di paksa
atau di tentukan oleh struktur dan pranata sosial. Kemungkinan sedikit sekali
kemampuan untuk mempunyai kebebasan untuk membuat pertimbangan. Sebaliknya
etnometodologi membuat obyektifitas fakta sosial sebagai prestasi anggota dengan
produk aktivitas metodologi kelompok. Dengan demikian etnometodologi
memusatkan perhatian pada organisasi-organisasi kehidupan sehari-hari. Maka
etnometodologi bukanlah sosiologi makro. Etnometodologi memiliki tiga dasar
asumsi, yaitu:

1. Kehidupan sosial pada dasarnya tidaklah pasti atau tidak menentu.


2. Aktor tidak menyadari.
3. Aktor memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat dunia sebagai
tempat yang teratur.

2.3.6 Diversifiksi Etnometodologi

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kehidupan sosial tidaklah statis tetapi
dinamis, selalu berubah-ubah seiring perkembangan globalisasi, dan setiap
perkembangan itu selalu ada perubahan. Maka sangat wajar jika dalam perubahan
tersebut selalu ada kesulitan-kesulitan, begitu juga dalam pengembangan
etnometodologi menjadi tak terbatas. Akhirnya menimbulkan banyak diversifiksi

8
dalam pengembangan etnometodologi. Ada dua jenis studi etnometodologi, yaitu
setting institusional dan analisis percakapan.

1. Studi setting institusional


Varietas pertama dapat dilihat dari “studi atas latar kelembagaan”. Varietas ini
lebih mempelajari tentang bagaimana memahami prosedur-prosedur resmi
yang berada dikelembagaan itu sendiri. Bagi para etnometodologi, batasan
eksternal tidaklah cukup untuk menjelaskan tentang aturan-aturan, prosedur,
dan struktur lembaga. Misalnya pada saat pembuatan arsip.Tujuan studi
setting institusional adalam memahami cara orang dalam setting institusional,
yaitu melakasanakan tugas kantor dan proses yang terjadi di dalam institusi
tersebut. Studi ini memusatkan perhatian pada struktur, aturan formal, dan
prosedur resmi untuk menerangkan apa yang dilakukan orang di dalamnya.
Dalam hal ini aktor menggunakan prosedur yang berguna untuk kehidupan
sehari-hari dan untuk menghasilak produk institusi.
2. Analisis percakapan
Analisis percakan yaitu, suatau aktivitas interaksional dengan memperlihatkan
sifat-sifat secara teratur yang merupaka prestasi dari orang yang saling
berbicara. Karena tujuan dari analisis percakapan yaitu mempelajari cara-cara
pengaturan percakapan yang sudah di anggap pakem atau benar. Para
analisis percakapan melihat hubungan-hubungan di antara ucapan-ucapan di
dalam suatu percakapan daripada melihat hubungan antara pembicara dan
pendengar.Fokus analisis percakapan adalah kekuatan-kekuatan yang berda
di dalam internal. Sedangkan kekuatan-kekuatan eksternal tidak menjadi tolak
ukur bagi etnometodologi.Menurut Zimerman terdapat empat prinsip
percakapan internal, yaitu:
1. Analisis percakapan memerlukan himpunan data yang sangat rinci.
2. Rincian yang paling baik dari suatau percakapan harus di anggap sebagai
suatu percapaian yang rapi
3. Interaksi pada umumnya dan ieteraksi pada khususnya mempunyai sifat-sifat
stabil.
4. Kerangka fundamental percakapan adalah pengaturan sekuensial.

2.3.7 Langkah-Langkah Penelitian Etnometodologi


langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian metodologi,yaitu:
1. Latihan Responsif
Latihan Responsif,adalah meminta orang-orang tersebut menuliskan apa
yang pernah mereka dengar dari para familinya lalu membuat
tanggapannya.
2. Latihan Provokatif
Latihan Provokatif,adalah dilakukan dengan meminta orang-orang
bercakap-cakap dengan lawannya dan memperhatikan setiap reaksi yang
diberikan oleh lawan mereka tersebut. Latihan provokatif sedikit mendekati
kepada Analisis Percakapan.

9
3. Latihan Subersif
Latihan Subersif,adalah dengan menyuruh orang untuk tinggal dirumahnya
sendiri namun dengan perilaku seperti tinggal bukan dirumah sendiri.

2.4 Dramaturgi

2.4.1 Pengertian Dramaturgi

Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris yaitu “dramaturgy”, dari kata “drama” yang
berarti seni atau teknik drama dalam bentuk teater.

Menurut Goffman (1959), dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan


oleh manusia. Situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai
ilustrasi untuk menggambarkan individu-individu dan interaksi yang dilakukan mereka
dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, dramatugi merupakan pandangan tentang


kehidupan sosial sebagai bentuk alur cerita pertunjukan drama dalam sebuah pentas.

Teori yang dikembangkan oleh Goffman ini tidak lepas dari teori looking-glass self
oleh Charles Cooley. Teori tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Seseorang mengembangkan bagaimana ia tampil bagai orang lain.


2. Seseorang membayangkan bagaimana penilaian orang lain atas
penampilannya.
3. Seseorang mengembangkan perasaan diri sebagai akibat mengembangkan
penilaian orang lain.

Menurut Goffman seperti dikutip oleh Deddy Mulyana pada buku Metodologi
Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (2008),
kehidupan sosial dapat dibagi menjadi “wilayah depan” dan “wilayah
belakang”.Wilayah depan diibaratkan panggung sandiwara bagian depan (front stage)
tempat pemain berperan atau bersandiwara. Front stage merupakan panggung yang
terdiri dari bagian pertunjukan atas penampilan dan gaya.Di panggung ini individu
membangun dan menunjukan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam
interaksi sosialnya.Sedangkan wilayah belakang ibarat panggung bagian belakang
(back stage) atau ruang rias tempat pemain bersantai, mempersiapkan diri atau
berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.Back stage merupakan
bagian tersembunyi dari pertunjukan. Bagian ini dimaksudkan untuk melindungi
rahasia pertunjukan dan menjadi tempat individu tampil seutuhnya dalam arti identitas
aslinya.Teori ini menggambarkan manusia yang tidak tampil “apa adanya” di dalam
kehidupan bersosial. Manusia ingin menampilkan pertunjukan terbaiknya untuk
mendapatkan citra yang baik pula dalam bersosial.

2.4.2 Karakteristik Teori Dramaturgi

10
Karakteristik teori dramaturgi diantaranya yaitu:

1. Tidak bersifat makro dan mikro


Dramaturgi hanya menekankan pada bagaimana actor melakukan
perannya.Tidak menekankan pada faktor-faktor lain diluar selain hal tersebut.
2. Tidak menekankan sebab-akibat
Fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa yang orang lakukan,
bukanapa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka melakukan,
melainkan bagaimana mereka melakukannya. Berdasarkan pandangan
Kenneth Burke bahwa pemahaman yang layak atas perilaku manusia harus
bersandar pada tindakan,dramaturgi menekankan dimensi ekspresif/impresif
aktivitas manusia.Burke melihat tindakan sebagai konsep dasar dalam
dramatisme.
3. Cenderung Pada Positivisme
Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positivisme.Penganut paham ini
menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam,yakni
aturan.Aturan adalah paham yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh
atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.
4. Institut Lokal
Insititut Lokal maksudnya adalah institut yang memiliki karakter didambakan
oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang
terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-
ordinat yang manasangat tergantung kepada organisasi dan orang yang
berwenang atasnya. Ciri-ciriinstitusi total antara lain dikendalikan oleh
kekuasan (hegemoni) dan memilikihierarki yang jelas. Contohnya, sekolah
asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp
konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi
(termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara,institusi pemerintah dan lainnya.

2.5 Hermeneutika

2.5.1 Pengertian Hermeneutika

Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata kerja
hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, yang berarti
“intepretasi”.Dalam mitologi yunani, sering dikaitkan dengan tokoh yang bernama
Hermes, seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Jupiter kepada
manusia. Tugas menyampaikan pesan inilah yang mengalih bahasakan dari bahasa
dewa ke bahasa manusia.

Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi dari para ahli :

1. Friedrich Schleiermacher
Hermeneutika adalah seni memahami secara benar bahasa orang lain,
khususnya bahasa tulis.

11
2. Franz-Peter Burkand
Hermeneutika adalah seni menafsirkan, dan dalam arti yang lebih luas
hermeneutika adalah refleksi teoritis tentang metode-metode dan syarat-syarat
pemahaman.
3. Nurcholis Majid
Hermeneutika adalah pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta
tekstual dari sumber-sumber suci (kitab suci atau sesuatu yang “murni”)
sedemikian rupa, sehingga yang diperlihatkan bukanlah hanya makna lahiriah
dari kata-kata teks suci itu, tetapi lebih-lebih “makna dalam” yang dikandung.

Meskipun, terdapat banyak perbedaan namun, para ahli sepakat bahwa definisi
hermeneutika :

1) Dalam arti sempit, hermeneutika membahas metode-metode yang tepat untuk


memahami dan menafsirkan hal-hal yang perlu ditafsirkan.
2) Dalam arti luas, hermeneutika adalah cabang ilmu pengetahuan yang
membahas hakekat, metode, dan syarat penafsiran.

Dari semua definisi yang ada, dapat diambil kata kunci bahwa hermeneutika
merupakan proses mengubah dari ketidaktahuan menjadi mengerti. Mengubah dari
sesuatu yang abstrak menjadi suatu ungkapan yang jelas dalam bahasa yang dapat
dipahami manusia, atau cara menafsirkan teks untuk mengungkap makna yang tidak
tampak secara literal dalam teks tersebut.

2.5.2 Ruang Lingkup Hermeneutika

Ruang lingkup merupakan wilayah kajian. Maka akan memunculkan sebuah


pertanyaan “apakah yang dibahas (wilayah kajian) hermeneutika?”, sebagian ada
yang menjawabnya dengan sederhana bahwa hermeneutika berusaha menjawab
pertanyaan, “apa yang akan dibuat oleh sebuah makna kepada yang memiliki
makna?”.Bisa jadi sesuatu itu berupa bait syair atau teks undang-undang, perbuatan
manusia bahasa, kultur asing atau personal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ruang lingkup hermeneutika adalah segala sesuatu yang memiliki makna tersembunyi
didalamnya.

Ada tiga pendapat mengenai hermeneutika :

1) Hermeneutika khusus (regional hermeneutics) yaitu hermeneutika sebagai


cabang dari disiplin ilmu. Setiap medan ilmu mempunyai hermeneutikanya
masing-masing dan digunakan untuk medannya yang khusus sesuai bidang
ilmunya.
2) Hermeneutika umum (general hermeneutics) yaitu hermeneutika yang tidak
terkait dengan cabang ilmu-ilmu tertentu. Hermeneutika ini menggabungkan
semua cabang ilmu untuk memahami. Pelopornya adalah Freidrich
Schleirmacher (1768-1834 M). Hermeneutika ini tersusun dari kaidah-kaidah

12
dan dasar-dasar umum yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
mengontrol proses pemahaman secara benar.
3) Hermeneutika filsafat (hermeneutical philosophy). Obyeknya bukan teks yang
dipahami, tetapi pemahaman itu sendiri yang ditempuh dengan perenungan
filosofis. Hermeneutika ini tidak mengenal kaidah-kaidah untuk mencapai
kebenaran pemahaman, melainkan tidak mengenal kebenaran melalui metode
ilmiah.

2.5.3 Cara Kerja Metode Analisis Hermeneutika

Pengasosiasian hermeneutika dengan Hermes secara sekilas menunjukkan


adanya tiga unsur yang pada akhirnya menjadi variabel utama pada kegiatan manusia
dalam memahami, tiga unsur itu adalah; Tanda, atau teks yang menjadi sumber atau
bahan dalam penafsiran yang diasosiasikan dengan pesan yang dibawa oleh Hermes.
Perantara atau penafsir (Hermes) Penyampaian pesan oleh sang perantara agar bisa
dipahami dan sampai kepada penerima.

2.5.4 Analisis Data Hermeneutika

Analisis data hermenetika melibatkan tiga tahap utama: deskripsi, interpretasi, dan
evaluasi.

1. Tahap deskripsi melibatkan pembacaan dan pemahaman terhadap teks secara


menyeluruh. Pembacaan dilakukan berulang-ulang untuk memastikan bahwa
analis memahami secara menyeluruh konsep dan ide yang ada dalam teks.
Pada tahap ini, analis juga mencatat semua kesan awal dan pengamatan
tentang teks yang akan digunakan sebagai bahan analisis lebih lanjut.
2. Tahap interpretasi adalah langkah selanjutnya dalam analisis data
hermenetika. Pada tahap ini, analis melakukan analisis terhadap konsep dan
ide yang ditemukan pada tahap deskripsi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menghasilkan pemahaman mendalam tentang makna yang terkandung dalam
teks. Analis mencari pola, motif, dan tema yang menghasilkan pengertian baru
tentang data.
3. Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dalam analisis data hermenetika. Pada
tahap ini, analis menggunakan pemahaman yang telah didapatkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan menghasilkan temuan. Evaluasi juga
melibatkan pertimbangan tentang bagaimana temuan tersebut dapat
diterapkan kembali pada fokus penelitian dan/atau konteks yang lebih luas.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani "pahainomenon", berarti


sebuah gejala atau menampakkan diri.Lewat pemaknaan istilah ini, sebuah peristiwa
terlihat nyata dan ada untuk dipahami secara mendasar serta menyeluruh. Peristiwa
ini kerap terjadi pada subyek penelitian atau manusia.Tujuan utama studi
fenomenologi adalah mendalami fenomena berdasarkan pengalaman seseorang
akan suatu permasalahan.

Penelitian Etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti
melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah untuk
mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal
kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu
melalui observasi dan wawancara.

Etnometodologi (ethnomethodology) berasala dari bahasa Yunani, yaitu ethno


yang berti manusia, methode yang berarti cara, dan logos yang berti ilmu. Pengertian
ini dugunakan oleh sejumlah orang untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.

Dramatugi merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai bentuk


alur cerita pertunjukan drama dalam sebuah pentas.

Hermeneutika merupakan proses mengubah dari ketidaktahuan menjadi


mengerti. Mengubah dari sesuatu yang abstrak menjadi suatu ungkapan yang jelas
dalam bahasa yang dapat dipahami manusia, atau cara menafsirkan teks untuk
mengungkap makna yang tidak tampak secara literal dalam teks tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

www.anekamakalah.com

www.google.com

www.studocu.com

meseptiandrianiiskandar.blogspot.com

http://afriarengki.blogspot.com

http://dwiaprilia24.blogspot.com

https://www.studocu.com

http://banyugroup.blogspot.com

https://www.academia.edu

15

Anda mungkin juga menyukai