OLEH
B1C120165
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
-2023-
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan....................................................................................................1
Bab II Pembahasan....................................................................................................3
2.2 Fenomenologi.............................................................................................4
2.4 Dramaturgi................................................................................................10
2.5 Hermenetika..............................................................................................11
iii
2.5.1 Pengertian Hermenetika.............................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................................14
Daftar Pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini berusaha memahami secara personal dorongan dan keyakinan yang
mendasari tindakan manusia. Penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami
fenomena sosial dari pandangan pelakunya. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi secara berpartisipasi, wawancara secara mendalam, dan metode lain yang
menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses
terjadinya peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ada atau tidaknya suatu atribut dalam suatu analisis isi
lebih penting daripada frekuensi atau bilangan yang diberikan kepada atribut tersebut.
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai
dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik
makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan
enumerasi, dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa
dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi
dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu, dan situasi tertentu. Realitas
berdimensi jamak, berubah dan saling berinteraksi, sehingga peneliti dituntut waktu
yang cukup lama di lapangan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan
menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif.Catatan deskriptif lebih
menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan
kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih menampilkan komentar peneliti
terhadap fenomena yang dihadapi.
Adapun tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan data sehingga
bisa di pahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai
data yang didapatkan dari sampel. Biasanya ini dibuat berdasarkan pendugaan dan
pengujian hipotesis.
2.2 Fenomenologi
3
1. Menggambarkan makna dari pengalaman yang telah dijalani oleh seseorang
atau beberapa orang sehubungan dengan konsep tertentu.
2. Fenomenologi tidak tertarik pada suatu penjelasan, melainkan berkaitan
dengan aspek esensial dan pengalaman hidup.
3. Fenomenologi merupakan studi sistematis tentang subyektivitas.
4. Fenomenologi berupaya untuk menggambarkan apa yang mendasari cara
orang, biasanya menggambarkan tentang pengalaman.
5. Fenomenologi mempelajari koeksistensi antara seseorang dengan suatu
kelompok.
6. Fenomenologi memiliki reduksi transcendental.
7. Fenomenologi secara metodis mengarah pada penentuan dan analisis hal-hal
atau obyek penelitian di dunia.
8. Fenomenologi berusaha untuk memahami bagaimana orang membangun
makna sesuatu.
9. Kebenaran krisis tentang realitas didasarkan pada pengalaman orang-orang.
10. Peneliti dan informan penelitian seringkali dianggap sebagai partisipan
sekunder.
1. Menentukan fenomena yang ingin diteliti dan peran peneliti dalam penelitian
tersebut. Menentukan fenomena yang menjadi fokus penelitian memerlukan
beberapa pertimbangan, antara lain keefektifan fenomenologi Husserl untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena (Strauss &
Corbin, 1998). Selanjutnya, peran peneliti juga harus jelas. Sesuai dengan
filosofi fenomenologi Husserl, peneliti adalah seseorang yang mampu
mentransformasikan data yang berasal dari partisipan menjadi gambaran yang
murni dan utuh dari fenomena.
2. Pengumpulan data Proses pengumpulan data meliputi proses pemilihan
partisipan atau sampel dan metode pengumpulan data. Pada umumnya,
fenomenologi menggunakan teknik purposeful sampling, di mana setiap
orang yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti
berhak untuk menjadi partisipan (Carpenter, 1999). Teknik pengumpulan
data yang sering digunakan adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan
dapat berbentuk wawancara terbuka atau semi-terstruktur. Proses wawancara
4
direkam dan pada umumnya dilakukan lebih dari satu kali untuk melengkapi
atau memvalidasi data yang diperlukan.
3. Perlakuan dan Analisis data Analisis data didahului dengan proses
transkripsi hasil wawancara secara verbatim atau apa adanya. Setiap transkrip
diberi identitas, diperiksa keakuratannya, dan dianalisis. Terdapat
bermacam-macam prosedur analisis yang dianggap cocok dan sesuai,
seperti metode Colaizzi (1978) yang meliputi membaca transkrip berulang-
ulang untuk dapat menyatu dengan data, mengekstrak pernyataan-pernyataan
spesifik, memformulasi makna dari pernyataan spesifik, memformulasi tema
dan kluster tema, memformulasi deskripsi lengkap dari fenomena dan
memvalidasi deskripsi lengkap dengan cara memberikan deskripsi kepada
partisipan.
4. Studi literatur Setelah proses analisis data selesai maka peneliti melakukan
studi literatur secara mendalam untuk mengetahui hubungan dan posisi
hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah ada.
5. Mempertahankan kebenaran hasil penelitian Seperti halnya penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif juga menuntut adanya validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya validitas dan reliabilitas dikenal
sebagai credibility, auditability, and fittingness (Guba and Lincoln, 1982;
Leininger, 1994; Streubert, 1995).
6. Petimbangan etik Pertimbangan etik yang harus diperhatikan meliputi
pemberian informasi tentang sifat penelitian, keikutsertaan yang bersifat
sukarela, ijin untuk merekam interview, kerahasiaan identitas partisipan
baik pada rekaman, transkrip maupun pada deskripsi lengkap.
Studi fenomenologi memiliki dua fokus utama, yakni textural description dan
structural description.
1. Textural description
Dilansir dari jurnal Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian
dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi (2008) karya O. Habiansyah, textural
description berfokus pada aspek obyektif dari pengalaman subyek penelitian,
yakni manusia. Aspek obyektif bisa diperoleh melalui peristiwa atau fenomena
yang dialami seseorang. Pada aspek ini, peneliti akan mencari tahu terlebih
dahulu gambaran nyata fenomena tersebut, secara mendasar.Misalnya,
peneliti ingin meriset tentang pemaknaan etika jurnalisme gaya hidup di suatu
media cetak. Aspek obyektif yang didapat berupa pemaknaan etika dari sudut
pandang jurnalis gaya hidup tersebut. Hal ini dibutuhkan supaya peneliti bisa
menyesuaikan sudut pandangnya, dan berada pada lingkup diskusi yang sama
dengan subyek penelitian.
2. Structural Description
Structural Description berfokus pada aspek subyektif yang lebih mendalam.
Fokus penelitian studi fenomenologi ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana
5
subyek penelitian memaknai dan menanggapi sebuah pengalaman atau
peristiwa.Lebih tepatnya, fokus structural description ada pada penilaian serta
pendapat subyek mengenai sebuah fenomena yang terjadi pada dirinya. Dalam
hal ini, peneliti diharapkan mampu mengulik serta memperoleh jawaban
terperinci dari subyek penelitiannya.
Contohnya, penelitian pemaknaan etika bagi jurnalis gaya hidup di media
cetak. Aspek subyektif yang diperoleh, yakni bagaimana jurnalis memaknai
etika jurnalisme gaya hidup tersebut. Jurnalis, sebagai subyek, bisa
memaknainya dengan memberi penilaian tersendiri. Misalnya etika peliputan
berita apakah sudah sesuai atau belum dengan peraturan. Fokus structural
description membantu peneliti mendapatkan hasil riset yang lebih faktual.
Sebab, informasi diperoleh langsung dari subyek atau orang yang mengalami
fenomena secara nyata.
Kata etnografi berasal dari bahasa yunani “ethos” yang artinya suku bangsa
dan “graphos” yang artinya sesuatu yang ditulis. Menurut Juliansyah Noor etnografi
adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Etnografi
merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengaatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan ini peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut.
Menurut Emzir, etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada
makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural.
Para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak
selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan, pengangguran, dan
masyarakat lainnya), pemilihan informan yang mengetahui yang memiliki suatu
pandangan/ pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.
Jadi, penelitian etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana
peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah
untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam
hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu
melalui observasi dan wawancara.
6
3. Peneliti tinggal di lapangan untuk belajar tentang budaya yang dikajinya.
4. Analisis datanya bercorak menyeluruh (holistik) yaitu menghubungkan
antarasuatu fenomena budaya dengan fenomena budaya lainya atau
menghubungkan antara suatu konsep dengan konsep lainnya.
Menurut Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam meneliti etnografi namun
secara umum prosedur penelitian etografi adalah sebagai berikut.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan
laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke-3.
Seorang etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa
yang diamati dan didengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas peneliti.
2. Etnografi Kritis
7
Pendekatan etnografi kritis ini merupakan penelitian yang mencoba merespon
isu-isu sosial yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah gender,
emansipasi,kekuasaan,ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kehidupan sosial tidaklah statis tetapi
dinamis, selalu berubah-ubah seiring perkembangan globalisasi, dan setiap
perkembangan itu selalu ada perubahan. Maka sangat wajar jika dalam perubahan
tersebut selalu ada kesulitan-kesulitan, begitu juga dalam pengembangan
etnometodologi menjadi tak terbatas. Akhirnya menimbulkan banyak diversifiksi
8
dalam pengembangan etnometodologi. Ada dua jenis studi etnometodologi, yaitu
setting institusional dan analisis percakapan.
9
3. Latihan Subersif
Latihan Subersif,adalah dengan menyuruh orang untuk tinggal dirumahnya
sendiri namun dengan perilaku seperti tinggal bukan dirumah sendiri.
2.4 Dramaturgi
Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris yaitu “dramaturgy”, dari kata “drama” yang
berarti seni atau teknik drama dalam bentuk teater.
Teori yang dikembangkan oleh Goffman ini tidak lepas dari teori looking-glass self
oleh Charles Cooley. Teori tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu:
Menurut Goffman seperti dikutip oleh Deddy Mulyana pada buku Metodologi
Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (2008),
kehidupan sosial dapat dibagi menjadi “wilayah depan” dan “wilayah
belakang”.Wilayah depan diibaratkan panggung sandiwara bagian depan (front stage)
tempat pemain berperan atau bersandiwara. Front stage merupakan panggung yang
terdiri dari bagian pertunjukan atas penampilan dan gaya.Di panggung ini individu
membangun dan menunjukan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam
interaksi sosialnya.Sedangkan wilayah belakang ibarat panggung bagian belakang
(back stage) atau ruang rias tempat pemain bersantai, mempersiapkan diri atau
berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.Back stage merupakan
bagian tersembunyi dari pertunjukan. Bagian ini dimaksudkan untuk melindungi
rahasia pertunjukan dan menjadi tempat individu tampil seutuhnya dalam arti identitas
aslinya.Teori ini menggambarkan manusia yang tidak tampil “apa adanya” di dalam
kehidupan bersosial. Manusia ingin menampilkan pertunjukan terbaiknya untuk
mendapatkan citra yang baik pula dalam bersosial.
10
Karakteristik teori dramaturgi diantaranya yaitu:
2.5 Hermeneutika
Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata kerja
hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, yang berarti
“intepretasi”.Dalam mitologi yunani, sering dikaitkan dengan tokoh yang bernama
Hermes, seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Jupiter kepada
manusia. Tugas menyampaikan pesan inilah yang mengalih bahasakan dari bahasa
dewa ke bahasa manusia.
1. Friedrich Schleiermacher
Hermeneutika adalah seni memahami secara benar bahasa orang lain,
khususnya bahasa tulis.
11
2. Franz-Peter Burkand
Hermeneutika adalah seni menafsirkan, dan dalam arti yang lebih luas
hermeneutika adalah refleksi teoritis tentang metode-metode dan syarat-syarat
pemahaman.
3. Nurcholis Majid
Hermeneutika adalah pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta
tekstual dari sumber-sumber suci (kitab suci atau sesuatu yang “murni”)
sedemikian rupa, sehingga yang diperlihatkan bukanlah hanya makna lahiriah
dari kata-kata teks suci itu, tetapi lebih-lebih “makna dalam” yang dikandung.
Meskipun, terdapat banyak perbedaan namun, para ahli sepakat bahwa definisi
hermeneutika :
Dari semua definisi yang ada, dapat diambil kata kunci bahwa hermeneutika
merupakan proses mengubah dari ketidaktahuan menjadi mengerti. Mengubah dari
sesuatu yang abstrak menjadi suatu ungkapan yang jelas dalam bahasa yang dapat
dipahami manusia, atau cara menafsirkan teks untuk mengungkap makna yang tidak
tampak secara literal dalam teks tersebut.
12
dan dasar-dasar umum yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
mengontrol proses pemahaman secara benar.
3) Hermeneutika filsafat (hermeneutical philosophy). Obyeknya bukan teks yang
dipahami, tetapi pemahaman itu sendiri yang ditempuh dengan perenungan
filosofis. Hermeneutika ini tidak mengenal kaidah-kaidah untuk mencapai
kebenaran pemahaman, melainkan tidak mengenal kebenaran melalui metode
ilmiah.
Analisis data hermenetika melibatkan tiga tahap utama: deskripsi, interpretasi, dan
evaluasi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Penelitian Etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti
melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah untuk
mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal
kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu
melalui observasi dan wawancara.
14
DAFTAR PUSTAKA
www.anekamakalah.com
www.google.com
www.studocu.com
meseptiandrianiiskandar.blogspot.com
http://afriarengki.blogspot.com
http://dwiaprilia24.blogspot.com
https://www.studocu.com
http://banyugroup.blogspot.com
https://www.academia.edu
15