Anda di halaman 1dari 6

QOIDAH KEENAM

Pengertian Kaidah

‫الُحُد ْو ُد َتْس ُقُط ِباالُّش ُبَهاِت‬

Arti dari qoidah keenam ini adalah “ Tuntutan Hukum ( had ) itu bisa gugur sebab adanya syubhat
( perkara yang tidak jelas ) ”

Arti dari qoidah ini adalah Hukuman menjadi hilang sebab ada perkara yang tidak jelas.

Terjadinya ketidakjelasan akan menjadi sebab bagi hilangnya sebuah ketentuan hukum. Syubhat adalah
suatu kondisi dan situasi adanya ketidakjelasan atau kesamaran, sehingga tidak bisa diketahui halal
haramnya sesuatu secara jelas. Syubhat muncul karena ketidaktahuan.

Dalil Kaidah

Dasar qoidah ini ada di beberapa hadits

‫إْد َر ُؤا الُحُد ْو َد ِبالُّش ُبهاِت‬

“ Tolaklah beberapa had sebab syubhat ”

‫إْدَفُعواالُحُد ْو َد ِبالُّش ُبهاِت َع ِن المسلميَن ما اْسَتَطْع ُتْم‬

“ Hindari hukuman-hukuman dari orang-orang islam semampumu”

Ada tiga macam syubhat yang dapat menggugurkan sanksi had :

Contoh Kaidah

Apabila seseorang laki-laki berzina dengan Wanita lain yang dikira istrinya dan mengambil harta orang
lain yang dikira miliknya, maka dalam hal ini sang pelaku tersebut tidak bisa dikenakan had. syubhat ini
muncul akibat kesalahdugaan pelaku.

Penerapan qoidah

Orang yang mengambil sepeda motor yang ada diparkiran, tetapi sepeda motor yang diambil tersebut
bukan miliknya, disebabkan karena motor yang diambil warna catnya mirip miliknya.
Menikahi saudara sepesusuan, dimana hal ini baru diketahui setelah terjadinya persetubuhan, jadi
contoh kasus tersebut karena pada saat melakukan akad nikah para pelaku merasa yakin bahwa
pernikahannya adalah sah, berdasarkan keyakinan tersebut maka mereka meyakini pula bahwa mereka
telah halal melakukan persetubuhan, dan keharaman melakukan persetubuhan baru diketahui setelah
perbuatan itu dilakukan.

Seorang sedang berpuasa Ramadhan melakukan hubungan suami istri karena lupa, atau mengira bahwa
matahari sudah terbenam ( waktu berbuka ) atau saat itu masih malam ( belum imsak ), padahal
kenyataannya dugaannya adalah salah. Maka puasanya menjadi batal, tetapi tidak perlu membayar
kaffarat tetapi wajib mengqodlo puasanya.

Catatan dalam penerapan

Imam At-Tajjuddin as Subky mengatakan bahwa syubhat yang bisa menggugurkan had harus kuat atau
benar benar nyata maksudnya bisa menunjukkan adanya syubhat tersebut berdasarkan bukti bukti
argumentative yang bisa diterima oleh berbagai pihak.

QOIDAH KETUJUH

Pengertian Kaidah

‫الُحُّر َال َيْدُخ ُل َتْح َت الَيد‬

“ Orang yang Merdeka itu tidak berada di bawah kekuasaan ”

Orang merdeka adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kewenangan penuh atas segala hal yang
berkaitan dengan pribadinya, tanpa dapat dipengaruhi orang lain secara hokum.ia berhak dan berkuasa
untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Oleh karena itu secara yuridis formal, segala bentuk penguasaan atas kebebasan dan kemerdekaan
tidak dibenarkan, baik dalam bekerja maupun dalam mengambil sikap terhadap apa yang dialaminya.
Hal ini sangat berbeda dengan yang dialami oleh hamba sahaya, dimana setiap aspek kehidupannya
selalu terikat secara hukum pada wewenang dan kehendak tuan nya (sayyid nya).

Contoh Qoidah

Andaikan laki laki mewathi Perempuan Merdeka dengan jalan syubhat. Kemudian Perempuan tersebut
hamil dan akhirnya mathi sebab melahirkan, maka laki-laki tersebut tidak wajib membayar diyat.
Sedangkan jika Wanita tersebut adalah amat, maka wajib mengganti harga amat kepada sayyidanya.
Penerapan Qoidah

Misalnya seorang Merdeka di penjara karena melakukan kesalahan, dan ketika di penjara mati karena
reruntuhan, maka kematiannya tersebut tidak mewajibkan ganti rugi pihak keamanan, namun apabila
yang mati tersebut seorang hamba sahaya maka pihak keamanan harus memberi ganti rugi kepada
tuannya.

QOIDAH KEDELAPAN

Pengertian Kaidah

‫الَح ِريُم لُه ُح ْك ُم ما هو َح ِريٌم َلُه‬

“ Sesuatu yang mengelilingi itu memiliki hukum seperti yang dikelilingi ”

Kata “al-harim” berasal dari bahasa arab yang artinya adalah suatu batasan yang membatasi sesuatu.
Kata “al-harim” dalam kaidah di atas memiliki cakupan makna yang umum, yaitu meliputi batasan
sesuatu yang wajib, batasan sesuatu yang haram maupun batasan sesuatu yang dimakruhkan,

sebagaimana penjelasan yang diuraikan oleh Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam sebuah karangan
beliau mengutip pernyataan dari Imam Al-Zarkasyi sebagai berikut:

‫ َو اْلَح َر اُم َو اْلَم ْك ُروُه‬،‫ اْلَح ِريُم َيْدُخ ُل ِفي اْلَو اِج ِب‬: ‫َقاَل الَّز ْر َك ِش ُّي‬

Artinya: “Berkatalah Al-Zarkasyi: Batasan (dalam kaidah ini) termasuk pada sesuatu yang wajib, haram
dan makruh”.

Adapun maksud dari Batasan sesuatu yang diharamkan adalah batasan yang membatasi sesuatu dan
apabila seseorang melewatinya maka akan jatuh kedalam perbuatan yang diharamkan.

Sedangkan batasan wajib maksudnya adalah batasan yang menyempurnakan sesuatu perbuatan yang
wajib, sehingga batasan tersebut harus dilewati untuk mencapai kesempurnaan hukum wajib tersebut.

kaidah “al-harim lahu hukm ma huwa harim lahu” adalah batasan sesuatu mempunyai ketentuan hukum
seperti apa yang dibatasinya, maka bila yang dibatasinya adalah sesuatu yang wajib, maka batasan
tersebut pun dihukumkan wajib, bila yang dibatasi humumnya haram maka batas tersebut pun
dihukumi haram.

Perkara yang mengelilingi itu masuk kepada perkara yang wajib, sebagaimana wajibnya membasuh
Sebagian leher dan sebagian kepala, karena wajibnya membasuh wajah dalam wudlu.

Dan juga perkara yang mengelilingi itu masuk pada haram, sebagaimana haramnya istimta’ pada
anggota tubuh di antara pusar dan lutut istri yang haid karena haramnya farji. Begitupula istimta’ pada
dua pupu istri ketika sedang haid, karena keduanya adalah mengelilingi aurot kubro.

Aurat secara Bahasa adalah kurang dan sesuatu yang dianggap kotor. Sedangkan menurut syara’ adalah
sesuatu yang wajib ditutupi di waktu shalat, dan juga diartikan pada sesuatu yang haram dilihat, juga
bisa diartikan sesuatu yang haram diistima’ tatkala haid.

Aurot ada 2 macam, yaitu aurot besar dan aurot kecil. Adapun aurod besar adalah dua kejelekan saja,
yaitu kubul dan dubur. Sedang aurot kecil adalah selain anggota itu, yaitu anggota antara pusar dan
lutut.

Dalil Kaidah

‫ و بينهما ُم ْش َتِبهاٌت ال‬, ‫ إَّن الَح الل َبّيٌن َو إَّن الحرم بِّيٌن‬: ‫عن أبي عبد هللا الُّنْع َم اِن ْبِن َبِش يٍر رِض ي هللا عنهما قال سمعُت رسول هللا يقول‬
‫ َكاالَّراِع ي َيْر عى َح وَل الِح مى‬, ‫ و من َو َقَع في الُّش ُبهاِت وقع في الَح َر ِم‬, ‫ َفَمِن اَّتَقى الُّش ُبهاِت اْسَتْبَر أ ِلِد يِنِه وِع ْر ِضِه‬, ‫َيْع َلُم ُهَّن َك ِثيٌر ِم َن الَّناِس‬
‫ُيو ِش ُك أْن َيْر َتَع فيه ز اال و إَّن ِلُك ِّل ماِلٍك ِحًم ى اال و إَّن ِح َم ى ِهلل َم َح ا ِرُم ُه اال و إَّن في الَج َسِد ُم ْض َغ ًة إَذ َص ُلَح ْت َص ُلَح الَج َس ُد ُك ُّلُه َو إَذ‬
‫َفَسَد ْت َفَسَد الَجَس ُد ُك ُّلُه اال و ِهَي الَقلُب‬

( ‫) رواه البخاري ومسلم‬

Hadits Riwayat dari Abu Abdillah Nu’am bin Basyir beliau berkata : saya mendengar Rasulullah Saw
bersabda : “ sesunggunya perkara yang halal itu jelas dan sesunguhnya perkara yang haram itu jelas, dan
barangsiapa yang takut akan syubhat berarti dia telah membebakan agama dan harga dirinya, dan
apabila ia masuk ke dalamnya makai a jatuh ke dalam haram, sebagaimana penggembala kambing yang
menggembala kambing di sekitar tanah larangan maka lama-lama akan menggembala di dalamnya.
Ingatlah semua raja pasti memiliki bumi larangan sedangkan bumi larangan Allah adalah hal-hal yang
diharamkan Allah. Ingatlah bahwasannya dalam jasad ini terdapat segumpal daging. Apabila daging itu
rusak maka rusaklah seluruh jasadnya ingatlah segumpal daging itu adalah hatu .” ( HR. Bukhori dan
Muslim ).
Contoh Kaidah

Wajib membasuh bagian dari kepala yang membatasi bagian wajah, ketika membasuh wajah, karena
sebagaimana hukum membasuh muka adalah wajib maka wajib pula membasuh batasan muka walau
sudah termasuk merupakan bagian kepala.

Wajib juga melebihkan basuhan tangan sampai melewati siku saat berwudhu’, agar yakin batasan
tangan pun sudah terkena, karena sebagaimana basuh tangan adalah wajib maka batasan tangan yaitu
siku juga diwajibkan.

Haram bersenggama dengan bagian antara pusat dan lutut istri (sekitar paha) disaat masa haidh, karena
saat itu bagian paha merupakan batasan haram jima’, maka sebagaimana diharamkan jimak pada faraj,
begitu juga dihukumi haram pada batasan sekelilingnya, dan lain sebagainya.

Penerapannya

Tanah yang asalnya mati, kemudian dihidupkan menjadikan kepemilikan kepada tanah yang mengelilingi
tanah mati ( tanah yang belum ada pemiliknya ).

Contoh : ada sepetak tanah yang tidak ada pemiliknya, kemudian zaid merawatnya dengan membangun
sumur, maka tanah yang mengelilingi sumur adalah milik zaid.

QOIDAH KESEMBILAN

Pengertian Kaidah

‫ َد َخ َل أَح ُدُهَم ا في األ َخ ِر غاِلًبا‬,‫إَذ اْج َتَم َع أْم راِن ِم ْن ِج ْنٍس واِحٍد َو َلْم َيْخ َتِلْف َم ْقُصْو ُدُهما‬

“ Apabila bersatu dua perkara dari satu jenis, dan maksudnya tidak berbeda, maka hukum salah satunya
dimasukkan kepada hukum yang lain”.

Maksudnya apabila dua perkara itu, jenis dan tujuannya sama, maka cukup dengan melakukan salah
satunya.

Amal ibadah yang dilakukan manusia, tidak sedikit yang memiliki persamaan maksud dan hukum.
Contohnya seperti mandi wajib dari nifas dan haid, sunah mandi hari raya dan jumat dll.

Para ulama’ memberi penjelasan hukum terkait hal itu dengan memperbolehkan niat salah satu
diantaranya. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi di dalam kitab Majmu’ : “bila seorang wanita
ingin mandi haid dan janabat maka boleh niat hanya pada salah satu diantaranya.”
Contoh

Seorang wanita setelah melahirkan kemudian nifas, maka cukup satu kali mandi dari nifas ( tanpa mandi
wiladah )

Penerapan

seorang wanita setelah dijima' suaminya kemudian sebelum mandi mengalami haid maka setelah suci
cukup mandi dari haid.

seseorang yang terbiasa berpuasa senin kamis kemudian di tujuh hari pertama bulan syawal berpuasa,
maka kedua puasa itu dianggap sah dan mempunyai dua pahala.

Anda mungkin juga menyukai