Abstract: ‘Talisman (‘Azimah) and dispensation (Rukhshah) were a study in Islamic law that
brought the principles of law (general and optional principles). In normal condition,
Talisman (‘Azimah) could be done, and dispensation (Rukhshah) could be done
optionally when condition did not support it. The concept of Talisman (‘Azimah) and
dispensation (Rukhshah) presented that Islamic law was flexible and dinamic based on
one’s condition. Therefore, all of Allah’s command to do or to do not do something
could be done. This was in line with the demand of developed era.
* Penulis adalah Asisten Ahli dalam Mata Kuliah Ushul Fiqh Pada STAIN Batusangkar
115
JURIS Volume 13, Nomor 2 (Desember 2014) 116
maka ulama ushul memberikan tanpa alasan yang benar) dalam hal
berapa syarat yaitu: ini terbagi kepada dua yaitu: ikrah
1. Pemaksa mampu merealisasikan yang haram seperti membunuh dan
ancamannya, baik melalui sarana berzina, kemudian ikrah yang mubah
kekuasaan atau intimidasi. memaksa seorang merusak harta
2. Orang yang dipaksa tidak mam- orang lain. (Abdul haq, 2006: 188)
pu menolak dengan cara apapun. Dari beberapa penjelasan di
3. Orang yang dipaksa menduga atas dapat dipahami bahwa obyek
kuat jika dia menolak maka ia paksaan dalam bentuk membunuh
akan melaksanakan ancamannya. dan berzina tetap diharamkan apa-
4. Objek paksaan adalah sesuatu pun kondisinya. Karena ini sangat
yang diharamkan dan meng- terkait dengan memelihara jiwa dan
akibatkan kerusakan. (Muham- keturunan. Berbeda dengan paksaan
mad Abu Zahrah, t. th: 321, Amir seperti merusak harta orang lain,
Syarifuddin, 2000: 380, Abdul meminum khamar dan memakan
Haq, 2006: 186) bangkai dalam hal ini keterpaksaan
masih mendapat Rukhshah.
Kalangan ulama hanafiyah se-
cara kualitatif membagi jenis paksa- b. Nisyan (Lupa)
an dalam dua bentuk yaitu, pertama; Nisyan (lupa) adalah tidak
ikrah mulja’ yaitu suatu paksaan yang mampu menampilkan sesuatu dalam
tidak mungkin melepaskan diri dari ingatan pada waktu diperlukan.
ancaman. Jenis ancamannya berupa Ketidakmampuan ini menyebabkan
pembunuhan dan pemotongan tu- tidak ingat akan beban hukum yang
buh. Kedua: ikrah ghairu mulja’; yaitu dipikulkan kepadanya.
suatu paksaan yang seseorang dapat Berkaitan dengan masalah
menghindarkan diri dari paksaan rukhshah dan konseksekwensi hu-
tersebut, dalam atrian bukan paksa- kumnya, nisyan dipilah kepada tiga
an dengan ancaman pembunuhan bagian:
atau pemotongan anggota tubuh. 1.) Jika lupa dalam bentuk mening-
Barangkali hanya dalam bentuk pe- galkan suatu kewajiban, maka
mukulan, pemenjaraan, perampasan hakikatnya kewajiban tersebut
harta benda. (Wahbah al-Zuhaily, belum gugur
1996: 187, Abdul haq, 2006: 187) 2.) Apabila lupa adalah melakukan
Kalangan ulama Syafi’iyyah le- suatu larangan, maka akan me-
bih sederhana membagi ikrah kepada nimbulkan dua akibat: pertama;
dua jenis yang mempunyai konsek- jika berhubungan dengan pe-
wensi hukum yang berbeda. Per- rusakan harta benda maka tidak
tama: ikrah bi al-haq (paksaan yang berdosa tetapi wajib membayar
dibenarkan) contohnya pemaksaan ganti rugi. Kedua; jika tidak
terhadap orang yang berhutang berkaitan dengan ganti rugi maka
untuk menjual barang-barangnya tidak ada dosa dan ganti rugi.
agar dapat melunasi hutangnya. 3.) Lupa terjadi pada sesuatu yang
Kedua; ikrah bi ghair al-haq (paksaan berakibat fatal, seperti hukuman
JURIS Volume 13, Nomor 2 (Desember 2014) 122
nyata keadaan sakit tidak meng- darah bisul, lalat, jerawat adalah hal
hilangkan kecakapan dalam berbuat yang sangat sulit untuk dihindari
hukum. Karena cakap terkait dengan karena kadarnya sedikit sehingga
akal. Sementara orang yang sakit kondisi ini masuk kategori yang
akalnya masih tetap utuh. dimaafkan. (Abdul haq, 2006: 191)
Syariat yang mulia memberi- g. Naqish (nilai minus)
kan keringanan kepada orang-orang
yang sakit dalam menjalankan ke- Yang termasuk dalam kategori
wajibannya. Tetapi tidak semua jenis ini adalah anak-anak, orang gila,
penyakit mendapat keringanan da- idiot (safih), dan hamba sahaya.
lam hukum. Karena itu fuqaha Ketidaksempurnaan yang dimaksud
memberikan batasan bahwa sakit bukan berati cacat badan atau
yang mendapat keringanan adalah minusnya intelektualitas melainkan
sakit yang membahayakan dirinya nilai minus yang bersifat insting
jika ia melakukan kewajiban syariat psikologis ( tabiat Kejiwaan).
sesuai dengan ketentuan umum Anak kecil, idiot dan orang gila
yang berlaku. Contohya orang yang nilai minusnya terletak pada daya
sakit boleh berbuka puasa pikir yang kurang memadai di-
Ramadhan, boleh mengganti banding daya nalar orang normal
wudhu’ dengan tayamum, boleh dan dewasa. Sementara nilai minus
duduk dalam shalat atau berbaring, hamba sahaya terletak pada ke-
dan juga berobat dengan sesuatu dudukannya yang masih berada di
yang najis. bawah kekuasaan orang lain. Syariat
memberikan rukhshah bagi mereka
f. Al-‘Usr (kesulitan) dalam pelaksanaan hukum. (Abdul
Kehidupan manusia tidak akan haq, 2006: 194)
lepas dari keadaan yang mengharus- Hukum Mengamalkan Rukhshah
kannya melakukan pilihan-pilihan
yang serba sulit dan dilematis. Hal Pada dasarnya rukhshah adalah
ini pasti akan terjadi dalam dinamika pembebasan seorang mukallaf dari
kehidupan sehari-hari. Hukum Islam melakukan tuntutan hukum ‘azimah
bukanlah hukum yang ekstrim, dalam keadaan darurat. Dengan sen-
hukum Islam memiliki elastisitas diri hukumnya boleh. Baik menger-
hukum yang disesuaikan dengan jakan yang dilarang maupun me-
konteks permasalahan yang terjadi. ninggalkan yang disuruh. Namun
Contohnya ketika turun hujan, dalam hal menggunakan Rukhshah
biasanya percikan air akan bercam- ulama berbeda pendapat.
pur dengan najis dan hal ini sangat Menurut jumhur ulama hukum
sulit untuk dihindarkan. Namun rukhshah tergantung kepada bentuk
karena percikan ini timbul dari uzur yang menyebabkan adanya
keadaan yang sulit untuk dihindari rukhshah. Dengan demikian adakala-
maka hukumnya dimaafkan. Demi- nya rukhshah itu wajib, sunat, mak-
kian juga dengan hal lain seperti ruh dan mubah sesuai dengan kon-
JURIS Volume 13, Nomor 2 (Desember 2014) 124
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Abdul Karim bin Ali bin
Hoeve
Muhammad al-Namlah, 2001,
Rakhshu al-Syar’iyyah wa Kasmidin, 2011, al-Qawaed al-
Istbatuha bi al-Qiyas, Riyadh: Fiqhiyyah, Batusangkar: STAIN
Maktabah Rusyd Baqatusangkar Press
Abdul Haq, dkk, 2006, Formulasi Mukhtar Yahya, dkk, 1997, Dasar-
Nalar Fiqih; Telah Kaidah Fiqh dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Konseptual, Surabaya: Khalista Islami, Bandung: Al-Ma’arif
Abu Zahrah, t. th, Ushul Fiqh, Kairo: Amir Syarifuddin, 2000, Ushul Fiqh I,
Daa al-Fikr al-‘Arabi Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Abdul Aziz Dahlan (Ed), 1999, Wahbah al-Zuhaily, 1996, Ushul al-
Ensiklopedi Hukum Islam, Fiqh al-Islamy, Damaskus: Dar
al-Fikr.