Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas nikmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kaidah Fiqhiyah yang berjudul Adh-Dharuriyah dan keturunannya. Shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada nabi agung kita yakni nabi Muhamad SWT yang mana sesosok manusia
sempurna yang telah memperjuangkan agama Islam sehingga sampai sejaya ini .Dan tak lupa kami
berterima kasih kepada dosen pengajar kami bapak Muhamad Miqdam Makfi,Lc., MIRKH yang
mana telah membimbing kami selama materi ini berlangsung dan juga telah mempercayakan tugas
ini kepada kami,sehingga kami dapat mengambil pengetahuan dan pembelajarannya.

Makalah ini dirancang dan ditulis sebagai tugas kelompok begitu pula bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami cara penyelesaian tentang permasalahan yang didalam kehidupan selain
bersumber dari Al-Quran dan Hadist karena masih ada permasalahan yang baru yang tidak ada dalam
dua sumber tersebut khususnya permasalahan mengenai kemudharatan, Sehingga
mahasiswa/mahasiswi dapat mengambil kesimpulan atas apa yang kami bahas pada makalah ini
kemudian dapat pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan Kami pun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya khususnya bagi mahasiswa maupun mahasiswi
jurusan Ekonomi islam.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................... 4

A. PENGERTIAN DHARAR...........................................................................................................................................4
B. CONTOH KAIDAH ADH-DHARURIYAH..................................................................................................................4
C. DASAR HUKUM KAIDAH ADH-DHARURIYAH.......................................................................................................4
D. TURUNAN KAIDAH ADH-DHARURIYAH.................................................................................................................5
E. PENGECUALIAN DHARAR.......................................................................................................................................7
F. PERBEDAAN ANTARA MASYAQQAH DENGAN DHARAR........................................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN..........................................................................................................................................................8
B. SARAN.................................................................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................ 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai manusia khususnya umat muslim yang hidup bermasyarakat tentunya sangat banyak
permasalahan baru yang timbul didalam kehidupan bahkan cara penyelesaiannya pun tidak terdapat
didalam Al-Qur’an dan Hadits.Sehingga membuat para ulama merasa terusik dan berijtihad untuk
mencari solusinya.Meskipun demikian,mereka berijtihad bukan hanya untuk mencari solusi tetapi
mereka juga berpegang teguh pada dasar-dasar umum yang terdapat didalam Al-Qur’an dan Hadist
sehinggga ijtihad yang mereka hasilnya tidak menyimpang dari ajaran yang diturunkan oleh Allah
SWT melalui nabi Muhamad SAW.Dari beberapa ijtihad yang dilakukan para Ulama dapat diambil
suatu kaidah-kaidah demi menyelesaikan masalah yang dihadapi,yang mana salah satu dari
kaidahnya yaitu kaidah Adh-dharuriyah atau Adh-dhararu yudzalu.
Kaidah Adh-dharuriyah ini meruapakan kaidah asasiyyah yang mana membahas tentang
kemudharatan yang harus dihilangkan akan tetapi jika seseorang itu didalam keadaan darurat maka
yang haram pun diperbolehkan.Akan tetapi,keadaan darurat dalam hal ini yang benar-benar berakibat
fatal jika tidak diatasi dengan cara-cara yang membawa kemudharatan.Oleh karena itu, dalam islam
memperbolehkan untuk meninggalkan hal-hal yang wajib jika dalam keadaan yang sangat darurat.
Maka disini kami sebagai penulis mencoba untuk mengkaji tentang kaidah Adh-Dharuriyah
beserta keturunannya. Apa pengertiannya,dasar hukum yang melandasinya dan juga turunan-turunan
yang terkait dengan kaidah Adh-dhararu yudzalu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kaidah Adh-Dharuriyah?
2. Dasar Hukum apa yang melandasi kaidah Adh-Dharuriyah?
3. Contoh apa yang berkaitan dengan kaidah Adh-Dharuriyah!
4. Jelaskan turunan dari kaidah Adh-Dharuriyah !

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dharar
Arti dari kaidah “ ‫ “ ال ضر ر وال ضرار‬adalah Tidak boleh ada penderitaan dari penindasan, baik
oleh dirinya maupun orang lain.
Namun Dharar (Dharar) secara etimologi adalah berasal dari kalimat " Dharar" yang berarti
mendatangkan kesulitan dan kerusakan kepada pihak lain. Dalam segala hal yang mengakibatkan
kemudharatan, penderitaan, kesulitan itu tidak boleh ada. Maka upayanya bagaimana untuk
mencegah kemunculannya, ketika kenyataannya telah muncul maka hal tersebut harus dihilangkan.
Dan setelahnya harus dihindari keberulangannya.1

B. Contoh Kaidah Adh-Dharuriyah

‫ﻻﻀﺮﺭﻮﻻﺿﺮار‬
Kaidah Adh-Dharuriyah ini tidak boleh memuat mudarat pada dirinya sendiri dan tidak boleh
membuat mudarat pada orang lain. Atas dasar kaidah ini,tidak boleh seorang muslim berbuat sesuatu
yang dapat membahayakan dirinya, kehormatannya, atau harta bendannya.2
Sebagaimana juga seorang musim tidak boleh mengganggu, meyakiti, merugikan, atau
membahayakan orang lain. Karena itu agama tidak membolehkan seorang memaksa dirinya
melakukan pekerjaan yang diluar kemampuannya, minum-minum keras, ganja/narkotika. Demikian
pula mengambil hak orang lain,menyuap,menipu dan sebagainya. Atas dasar kaidah ini pula,fuqaha
membolehkan orang tidak pergi shalat Jum’at karena ia menderita penyakit-penyakit yang menular
yang bisa membahayakan kesehatan orang lain. Misalnya sakit lepra atau sakit TBC.3
Muhammad Abduh di dalam kitabnya Al-Islam baina al llm wal Madaniyah menyatakan
bahwa pergi ke masjid untuk shalat jumat adalah wajib kecuali jika ada banjir atau hujan lebat atau
ada hal-hal yang bisa menimbulkan kepayahan/kerepotan, maka gugurlah kewajiban shalat Jum’at.
Dijelaslah bahwa dengan kaidah ini,Islam bermaksud menjaga keselamatan badan di
samping keselamatan jiwa dan bahwa dan jiwa orang didahulukan dari pada pelaksanaan kewajiban
agama.Demikian pula, menurut pandangan Allah (Islam) bagi orang yang sedang mengalami
kesulitan atau kesukaran apabila mempergunakan hukum rukhshah atau tetap melakukan hukum
‘azimah (sama baiknya) adalah sama saja4

C. Dasar Hukum Kaidah Adh-Dharuriyah


Dasar-dasar dari nash yang berkaitan dengan kaidah Adh-Dharuriyah ini seperti firman Allah
SWT:

1
Muhamad Miqdam Makfi, laa dharaara wa laa dhiraara, Power Point, slide ke 2
2
Drs.Masjfuk Zuhdi (1987), Pengantar Hukum Syariah, Jakarta:CV Haji Masagung
3
Masjfuk Zuhdi (1987), Pengantar Hukum Syariah, Jakarta: CV Haji Masagung
4
Masjfuk Zuhdi (1987), Pengantar Hukum Syariah,Jakarta: CV Haji Masagung

4
ْ َ ََ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ‫اَل‬
‫َو ت ْم ِسك ْو ُه َّن ِض َر ًارا ِلت ْعت ُد ْوأ َو َم ْن َيف َع ُل ذ ِل َك فق ْد ظل َم نف َس ُه‬
Artinya: Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka”(Al-Baqarah : 231)

َ‫هللا ُيح ُّب امْل ُ ْفسد ْين‬


َ ‫ان‬ َّ
ِ ِ ِ
Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-
Qashash:77)5
Yang dimaksud ayat diatas menunjukan bahwa menyulitkan orang lain itu tidak boleh,apalagi
menyulitkan diri sendiri.

Kaidah Adh-Dharuriyah ini berasal dari hadits yang berbunyi:


َ َ ‫اَل‬
‫ض َر َر َوال ِض َر َار‬
Artinya: Tidak boleh membuat kemudharatan dan membalas kemudharatan. (HR. Ibnu Majjah
ra ditakhrijkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas)6

D. Turunan kaidah Adh-Dharuriyah


َ ُ ُ َ َّ
1. ‫الض َر ُار ال َيك ْون ق ِد ًيما‬
Artinya : “Kemudharatan yang terjadi tidak dapat dianggap sesuatu yang telah lama adanya”

Kaidah ini adalah yang membatasi kaidah:


َ َ ْ ‫اَل‬ َ
‫الق ِد ْي ُم ُيت َر ُك َعلى ق ِد ِم ِه‬
Artinya: “Yang telah ada dari Tuhan tidak ditinggalkan atas kedahuluannya”

Maksud dari kaidah ini yaitu bahwa manfaat dan kegunaan yang dihargai adalah yang
tidak terdapat kemudharatan yang dilarang oleh syara’, jika halnya demikian haruslah
kemudharatan itu dihilangkan dan tidak boleh dibiarkan walaupun telah ada sejak dulu atau
semua hal yang membawa kemudharatan harus dihilangkan,walaupun hal tersebut sudah ada
sejak dahulu atau pun tidak.
Contohnya: Di ibaratkan ada seseorang yang dari dulunya suka membohongi orang lain
( suka berbohong), sampai ia dikatakan orang-orang sebagai pembohong. Maka orang
tersebut harus ditegur/dinasehati agar dia sadar atas kelakuannya yang salah walaupun dia
suka berbohong sudah dari dulu.7

َ ْ َ َ ْ َّ
ِ ‫الض َر ُر ُيد ف ُع ِبقد ِر‬
2. ‫اال ْمكا ِن‬
Artinya : “Kemudharatan itu harus dihindarkan sedapat mungkin”
5
Http://www.abdulhelim.com/2012/05/kaidah-asasiyah-tentang-adh-dhararu.html
6
Kamal muchtar, dkk (1995), Ushul Fiqh jilid 2, Kaidah ketiga, yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf, hlm.203
7
Kamal muchtar,dkk (1995), Ushul Fiqh jilid 2, kaidah Ketiga, yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf, hlm.204

5
Yang dimaksud dari kaidah ini adalah kewajiban menghindarkan terjadinya suatu
kemudharatan atau usaha mencegah hal-hal terebut agar tidak terjadi suatu kemudharatan
dengan segala upaya yang dapat diusahakan.8
Contohnya: Jika ada seseorang yang membuat saluran air dijalan kemudian saluran air
tersebut menggangu orang yang lewat,maka ia wajib membuang saluran air tersebut dan
mengganti atau memperbaiki kerusakan akibat saluran airnya.9

ْ َ َ
ُ ‫الض َر ُر ال ُيز‬َّ
3. ‫ال ِب ِمث ِل ِه‬
Artinya: “Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang sebanding”

Yang dimaksud dari kaidah ini adalah suatu kemudharatan tidak boleh dihilangkan
dengan cara melakukan kemudharatan lain yang sepadan dengannya.
Contohnya: Tidak boleh seseorang yang kelaparan mengambil makanan orang lain yang akan
mati jika makanan tersebut diambil.10

َّ َ ‫اَل‬
ُ ‫الض َر ُار ُيز‬ َّ
4. ‫ال ِبا لض َر ِر‬
Artinya: “Kerusakan tidak dihilangkan dengan yang merusak”

Yang dimaksud dari kaidah ini adalah tidak boleh seseorang melakukan suatu
kemudharatan dengan cara melakukan kemudharatan kepada orang lain.
Contohnya: Seseorang yang mempunyai penyakit kanker,sedangkan ia ingin menyumbangkan
darahnya kepada orang yang sedang membutuhkan darah dengan alasan ia ingin
menolongnya, Maka ia tidak diperbolehkan karena penyakit yang ia derita dapat menular
kepada orang lain melalui darah yang ia terima.11

ْ ُ َ ُ ُ َّ
5. ‫الض ُر ْو َرات ت ِب ْي ُح امل ْحظ ْو َرات‬
Artinya: “Keterpaksaan dapat memperbolehkan hal-hal yang dilarang”

Dalam kaidah ini jika seseorang dalam keadaan lapar dan terpaksa harus memakan
bangkai atau darah atau hal-hal yang diharamkan,maka ia boleh memakannya,atau jika
seseorang mempunyai hutang akan tetapi orang yang berhutang tersebut enggan membayar
hutangnya,maka bisa diambil hartanya tanpa seizin darinya.12

8
Kamal Muchtar,dkk (1995), Ushul Fiqh Jilid 2, Kaidah Ketiga, Yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf, hlm.205
9
Http://almanhaj.or.id/content/3447/slash/0/tidak-boleh-membahayakan-orang-lain/
10
Kamal Muhktar,dkk (1995), Ushul Fiqh Jilid 2, Yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf, hlm.206
11
Jalaluddin Abdurrahman (1986),Lima Kaidah Pokok dalam Fiqih Madzhad Syafi’i, Surabaya: PT Bina Ilmu,hlm.155
12
Abdul Wahhab Khallaf (1983), Kaidah-kaidah Hukum Islam,Tartib Hukum Syara’ Menurut Tujuannya,Bandung: Risalah bandung, Yogyakarta:
BalaiIlmu Yogyakarta,hlm.151-152

6
6. ‫الضرر يزال‬
Artinya :” Penderitaan harus dihilangkan”
Contohnya: Khiyar, ihtikar, dll atau hal-hal yang membawa kemudharatan yang akan
mengakibatkan penderitaan bagi diri sendiri atau orang lain itu harus dihilangkan.

7. ‫درء املفاسد مقدم على جلب املصالح‬


Artinya: “Mencegah kebrukan didahulukan dari pada mencari kebikan”
Contohnya: mengalokasikan dana kependidikan lebih baik dari pada membeli rumah mewah

8. ‫يتحمل الضرر الخاص لدفع الضرر العام‬


Artinya : “Penderitaan khusus ditolerir demi mencegah penderitaan yang lebih umum”
Contohnya : Membeli barang muhtakir, mencetak uang secukupnya13

E. Pengecualian Dharar
Kemudharatan yang kecil boleh tidak dihilangkan demi menghilangkan kemudharata yang
lebih besar. Contohnya : Orang miskin Ghosob tanah kosong untuk tempat tinggal atau usaha, ketika
orang yang mempunyai tanah tersebut meminta maka ia harus pergi dengan membawa barang-
barangnya walaupn ia akan terkena kemudharatan14

F. Perbedaan Antara Masyaqqah dengan Dharar


Masyaqqah adalah suatu kesulitan yang menghendaki adanya kebutuhan (hajat) tentang
sesuatu,dan jika tidak terpenuhi akan mempengaruhi eksistensi manusia. Sedangkan Dharar adalah
kesulitan yang sangat menentukan eksistensi anusia, karena jika tidak terselesaikan akan mengancam
agama, jiwa, nasab, harta serta kehormatan manusia.
Masyaqqah waktu terjadinya relatif lama dan biasa terjadisecara terus menerus.Sedangkan
Dharar relatif singkat. Masyaqqah solusi alternatifnya banyak, sedangkan Dharar hanya ada satu.
Dan dengan adanya Masyaqqah mendatangkan kemudahan dan adanya Dharar akan adanya
penghapusan hukum.15

13
Muhamad Miqdam Makfi, laa dharaara wa laa dhiraara, Power Point, Slide ke 10
14
Muhamad Miqdam Makfi, laa dharaara wa laa dhiraara, Power Point, slide ke 11
15
Http:// almutaqaddimin.blogspot.com/2012/10/adhdhararu-yuzalukesulitan-itu-harus.html

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Arti dari kaidah “ laa dharaara wa laa dhiraara “ adalah Tidak boleh ada penderitaan dari penindasan,
baik oleh dirinya maupun orang lain . kalimat " Dharar" yang berarti mendatangkan kesulitan dan
kerusakan kepada pihak lain segala hal yang mengakibatkan kemudharatan, penderitaan, kesulitan
itu tidak boleh ada. Maka upayanya bagaimana untuk mencegah kemunculannya, ketika
kenyataannya telah muncul maka hal tersebut harus dihilangkan. Dan setelahnya harus dihindari

8
keberulangannya. Dan dasar hukum yang melandasi kaidah ini yang terdapat dalam firman Allah
surat Al-Qashash ayat 77 dan menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah ra ditakhrijkan
oleh Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas yang berbunyi “Tidak boleh membuat kemudharatan dan
membalas kemudharatan”.
Dan turunan yang dapt diambil dari kaidah ini adalah Kemudharatan yang terjadi tidak dapat
dianggap sesuatu yang telah lama adanya, Kemudharatan itu harus dihindarkan sedapat mungkin,
Kemudharatan yang lebih berat dapat dihilangkan dengan mengerjakan kemudharatan yang lebih
ringan, Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang sebanding, Kerusakan
tidak dihilangkan dengan yang merusak, Keterpaksaan dapat memperbolehkan hal-hal yang dilarang,
dan Menolak bahaya didahulukan dari pada menarik keuntungan.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, dari penulis berharap agar para pembaca khususnya
mahasiswa dapat mengerti dan memahamidan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari tentang
kaidah Adh-Dharuriyah dan keturunannya yang mana cakupan dari kaidah Asasiyyah.
Dalam makalah ini mungkin sangat banyak sekali kesalahan-kesalahan dari segi penulisan
ataupun hal yang lainnya. Dengan demikian kami sebagai penulis mohon maaf dan juga kami
mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan memotivasi kami agar
membuat tulisan jauh lebih baik lagi

9
DAFTAR PUSTAKA

 Abdurrahman, Jalaluddin. Lima Kaidah Pokok dalam Fiqih Mazhab Syafi’i. Surabaya:
PT Bina Ilmu. 1986
 Masjfuk, Zuhdi. Pengantar Hukum Syariah. Jakarta: CV Haji Masagung. 1987
 Muchtar, Kamal, dkk. Ushul Fiqh Jilid 2. Yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf. 1995
 Miqdam Makfi, Muhamad. laa dharaara wa laa dhiraara.Power Point
 Wahhab Khallaf, Abdul. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Bandung: Risalah Bandung.
Yogyakarta: Balai Ilmu Yogyakarta. 1983
 ‫ مكتبة املعا رف للنث و التو ريع‬,‫ سنن ابن ما جه‬,)‫ ه‬1417( ,‫محمد نا صر الدين االلبا ن‬
 Http://almutaqaddimin.blogspot.com/2012/10/adhdhararu-yuzalukesulitan-itu-harus.html
 Http://almanhaj.or.id/content/3447/slash/0/tidak-boleh-membahayakan-orang-lain/
 Http://www.abdulhelim.com/2012/05/kaidah-asasiyah-tentang-adh-dhararu.html

10

Anda mungkin juga menyukai