disusun:
Putri Tri Cahyani NIM 1193020099
Rifal Lutfi Azis NIM 1193020104
Rifani Juliana Salsabila NIM 1193020105
Risna Nurjanah NIM 1193020106
Rizal Hilal Alfain NIM 1193020107
Salsabila Khairunnisa NIM 1193020113
Selvi Apriliani NIM 1193020119
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam
makalah ini. Dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas
berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Kaidah Ad-Dhararu Yuzalu............................................................................3
B. Dasar Hukum Kaidah Ad-Dhararu Yuzalu.......................................................................3
C. Cabang-Cabang dan Contoh Kasus Kaidah Ad-Dhararu Yuzalu......................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................12
A. Simpulan........................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
iii
ABSTRAK
Dari kaidah “ad-Dhararu yuzalu” adalah kemudharatan/kesulitan harus
dihilangkan. Jadi, konsepsi kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus
dijauhkan dari idhrar (tindak menyakiti), baik oleh dirinya maupun orang lain, dan tidak
semestinya ia menimbulkan bahaya (menyakiti) pada orang lain.
Al-dharar dapat membahayakan orang lain secara mutlak, sedangkan al-dhirar adalah
membahayakan orang lain dengan cara yang tidak disyariatkan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman muncul beberapa pertanyaan mengenai
permasalahan-permasalahan yang timbul di kalangan masyarakat dikarenakan
situasi dan kondisi yang berubah-ubah,seperti masalah ibadah, masalah pribadi,
keluarga, ekonomi,hukum,sosial dan lain-lain. Islam merupakan agama Rahmatan
Lil ‘Alamin yang dianugrahkan kepada seluruh manusia karena mampu menjawab
berbagai permasalahan sesuai dengan zamannya.
Banyak fatwa ulama dibuat dengan menyesuaikan dengan tujuan syari’at untuk
menjawab permasalah tersebut, demi terwujudnya kehidupan yang tenang dan
kemaslahatan umat, serta mencegah terjadinya berbagai kerusakan bagi manusia.
Sebagai suatu totalitas ajaran, disyari’atkan untuk mewujudkan kemaslahatan umat
manusia dengan seimbangnya semua aspek dalam kehidupan , kemaslahatan secara
faktual terus berkembang menuju bentuknya yang lebih baik dan ideal dengan
perkembangan zaman dan laju modernisasi, kemaslahatan dituntun oleh
perkembangan zaman dan modernisasi dan satu pihak kemaslahatan dituntut oleh
Al-Qur’an dan Sunnah.
Kaidah fiqih dapat dijadikan landasan aktifitas umat Islam dalam usaha,
memahami maqasid Syari’ah ( tujuan syari’ah ) dengan menyeluruh, keberadaanya
penting, termasuk dalam kehidupan ekonomi,sosial,agama, dan budaya. Kaidah
Fiqhiyah diperlukan untuk melakukan suatu ijtihad atau pembaruan pemikiran
dalam berbagai masalah. Ulama melakukan ijtihad dengan menggali peraturan
umum (al-qawanin al-‘ammah) dan prinsip universal (al- mabadi’ al-kulliyah) yang
terdapat pada Al-Qur’an dan Sunnah. Itulah yang disebut al-qawanin al- fiqhiyah
(kaidah-kaidah Fiqh ) . Manfaat dari qawaid fiqiyyah adalah menyediakan panduan
yang lebih praktis yang diturunkan dari nash asalnya yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kaidah al-dharar yuzal
2. Untuk mengetahui dasar hukum kaidah al-dharar yuzal
3. Untuk mengetahui cabang-cabang dan contoh kasus kaidah al-dharar yuzal
D. Manfaat
Bagi mahasiswa, diharapkan materi yang telah di tulis ini dapat menambah ilmu
pengetahuan mengenai kaidah asasiyah keempat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaidah Ad-Dhararu Yuzalu
Arti dari kaidah “ad-Dhararu yuzalu” adalah kemudharatan/kesulitan harus
dihilangkan. Jadi, konsepsi kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus
dijauhkan dari idhrar (tindak menyakiti), baik oleh dirinya maupun orang lain, dan
tidak semestinya ia menimbulkan bahaya (menyakiti) pada orang lain. Namun
Dharar (Kemudharatan) secara etimologi adalah berasal dari kalimat “adh Dharar”
yang berarti sesuatu yang turun tanpa ada yang dapat menahannya. Asal dari kaidah
ِ َر ُر َواَل%ض
ini adalah hadits Nabi: La Darar wa La Dirar " َرا َر%ض َ "اَل. Darar adalah
menimbulkan kerusakan pada orang lain secara mutlak. Sedangkan dirar adalah
membalas kerusakan dengan kerusakan lain atau menimpakan kerusakan pada
orang lain bukan karena balas dendam yang dibolehkan
Al-dharar dapat membahayakan orang lain secara mutlak, sedangkan al-
dhirar adalah membahayakan orang lain dengan cara yang tidak disyariatkan.
Dalam al-Quran, seluruh ayat yang mengandung kata “dharar” menyuruh
mengusahakan kebaikan dan melarang tindakan merugikan. Menurut para ulama,
dharar adalah kesulitan yang sangat mementukan eksistensi manusia, karena jika
tidak diselesaikan maka akan mengancam agama, jiwa, nasab harta serta
kehormatan manusia.
ََواَ ۡنفِقُ ۡوا فِ ۡى َسبِ ۡي ِل هّٰللا ِ َواَل تُ ۡلقُ ۡوا بِا َ ۡي ِد ۡي ُكمۡ ِالَى التَّ ۡهلُ َك ِة ۚ َواَ ۡح ِسنُ ۡوا ۚ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke
dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik”
۟ ُضيِّق
وا َعلَ ْي ِه َّن َ ُضٓارُّ وه َُّن لِت
َ ُ…ۚ واَل ت
َ
“dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.”
َض بَ ْع َد اِصْ اَل ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ َخوْ فًا َّوطَ َمع ًۗااِ َّن َرحْ َمتَ هللاِ قَ ِريْبٌ ِّمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين
ِ ْواَل تُ ْف ِس ُدوْ ا فِى ااْل َر.
َ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S
Al-Qashash/28: 77)
5
Contoh penerapannya :
2. Kaidah kedua:
ِ ت يُقَ َد ُربِقَد
َرهَا َ َماأُبِ ْي َع لل
ِ ضرُو َرا
Darurat
Hajah
Manfaat
Fudu
Contoh penerapannya :
3. Kaidah ketiga:
َجا َز لِع ُْذ ٍر بَطَ َل بَ َز َوالِ ِه َما
Artinya: “Apa yang diizinkan karena adanya udzur, maka keizinan itu hilang
manakala udzurnya hilang”.
Contoh penerapannya :
4. Kaidah keempat:
1
Jaih, Sejarahan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 1, h.
بِا ْل َم ْعسُوْ ِر ُاَ ْل َم ْيسُوْ ُرالَيُ ْسقَط
Seorang yang terpotong bagian tubuhnya maka tetap ajib baginya membasuh
anggota badan yang tersisa ketika bersuci.
Seseorang yang mampu menutup sebagian auratnya, maka ia ajib menutup aurat
sesuai dengan kemampuannya tersebut.
5. Kaidah kelima:
ق ْال َغي ِْر
َ اَاْل ِ ضْ طَ َرا ُريُ ْب ِط ُل َح
Contoh penerapannya :
Berkumur dengan mengocok air yang berada didalam mulut sampai kepangkal
tenggorokan dan menghirup air lewat hidung dalam melaksanakan wudhu
adalah disunnahkan. Tetapi hal itu dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa
2
Jaih, Sejarahan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 1, h.
(HR.Bukhari dan Muslim)
dimakruhkan, sebab untuk menjaga jangan sampai air tersebut terus masuk
sampai keperut hingga membatalkan puasa.
8
Bersuci dengan menekan-nekankan jari basah di sela-sela pangkal rambut
disunnahkan. Tetapi hal itu dimakruhkan bagi orang yang sedang menjalankan
ihram, untuk menjaga jangan sampai menggugurkan rambut yang menjadi
pantangan dalam ihram.
6. Kaidah keenam:
ض َم ْف َس َدةٌ َو َمصْ لَ َحةٌ قُ ِد َم َد ْف ُع ْال َم ْف َس َد ِة غَا لِبًا َ َدرْ ُء ْال َمفَا ِس ِداَوْ لَى ِم ْن َج ْلبِى ْال َم
َ صالِ ِع فَا ِ َذا تَ َعا َر
Menurut qaidah ini jika satu perbuatan mempunyai dua kemudharatan atau
lebih, hendaklah dipilih manakah diantara kemudharatan-kemudharatan itu yang
lebih ringan. Walaupun sebenarnya kemudharatan itu ringan maupun berat harus
dihindarkan, sesuai dengan firman Allah SWT (QS. Al-A’raf: 56)3
َض بَ ْع َد إِصْ اَل ِحهَا َوا ْدعُوهُ خَ وْ فًا َوطَ َمعًا ۚ ِإ َّن َرحْ َمتَ هَّللا ِ قَ ِريبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِين
ِ َْواَل تُ ْف ِسدُوا فِي اأْل َر
Namun karena tidak ada jalan lain untuk menghindarkannya selain dengan
memilih yang paling sedikit mudharatnya, maka itulah yang tepat.
3
Jaih, Sejarahan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 1, h.
(QS. Al-A’raf: 56)
Contoh penerapannya :
7. Kaidah ketujuh:
َ اَل
َ ض َر ُرالَيُ َزا ُل بِا
لض َر ِر
Maksud kaidah ini ialah sesuatu yang berbahaya tidak boleh dihilangkan
dengan suatu bahaya lain yang setingkat kadarnya bahayanya, atau yang lebih
besar kadar bahayanya. Oleh karena sebab itu untuk menghilangkan suatu
bahaya disyaratkan harus tidak menimbulkan bahaya lain jika hal itu
dimungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, maka bahaya yang timbulkan
harus diminilimasir sekecil mungkin.4
4
Jaih, Sejarahan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 1, h. 153
10
Contoh penerapannya :
8. Kaidah kedelapan:
Contoh penerapannya :
9. Kaidah kesembilan:
Contoh penerapannya :
Dalam jual beli, objek yang di jual telah wujud. Akan tetapi, demi untuk
kelancaran transaksi, boleh menjual barang yang belum berwujud asal sifat-
sifatnya atau contohnya telah ada.5
5
Jaih, Sejarahan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 1, h. 153
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa, arti dari kaidah “ad-Dhararu yuzalu” adalah
kemudharatan/kesulitan yang harus dihilangkan. Menurut para ulama, dharar adalah
kesulitan yang sangat menentukan eksistensi manusia, karena jika tidak diselesaikan
maka akan mengancam agama, jiwa, nasab harta serta kehormatan manusia.
Dasar hukum kaidah al-dhararu Yuzalu yaitu, Q.S Al-A’raf ayat 56, Q.S Al-
Qashash ayat 77 dan hadits nabi yang artinya, “Tidak boleh memudharatkan dan di
mudaratkan, barang siapa yang memudharatkan, maka Allah akan
memudharatkannya, dan barang siapa saja yang menyusahkan, maka Allah akan
menyusahkannya.” (HR.Imam Malik).
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Usman, H Muchlis, 2002, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta : PT Raja
Grafindo