Anda di halaman 1dari 15

MAHKUM FIH dan MAHKUM ALAIH

I.PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari hari kita tidak bisa hidup seenaknya sendiri, semuanya sudah diatur oleh Alloh.Dia-lah sang pembuat hukum yang dititahkan kepada seluruh mukallaf, baik yang berkait dengan hukum taklifi (seperti:wajib,sunnah,haram,makruh,mubah,maupun yang terkait) dengan hukum wadI (seperti:sebab,syarat,halangan,sah,batal,fazid,azimah dan rukhsoh).untuk menyebut istilah hukum atau objek hukum dalam ushul fiqih disebut mahkum fih,karena didalam peristiwa itu ada hukum seperti hukum wajib dan hukum haram.atau lebih mudahnya adalah perbuatan seorang mukallaf yang terkait dengan perintah syari itu adalah mahkum fih,sedangkan seseorang yang di kenai khitob itulah yang disebut mahkum alaih (mukallaf) berikut penjelasan masing-masing II.PEMBAHASAN 1.MAHKUM BIH A.Pengertian Mahkum fih Menurut Usuliyyin,yang dimaksud dengan Mahkum fih adalah obyek hukum,yaitu perbuatan seorang mukalllaf yang terkait dengan perintah syari(Alloh dan Rosul-Nya), baik yang bersifat tuntutan mengerjakan; tuntutan meninggalkan; tuntutan memilih suatu pekerjaan. Para ulama pun sepakat bahwa seluruh perintah syari itu ada objeknya yaitu perbuatan mukallaf. Dan terhadap perbuatan mukallaf tersebut ditetapkannya suatu hukum: Contoh: 1.Firman Alloh dalam surat al baqoroh:43 ( ) Artinya:Dirikanlah Sholat Ayat ini menunjukkan perbuatan seorang mukallaf,yakni tuntutan mengerjakan sholat,atau kewajiban mendirikan sholat. 2.Firman Alloh dalam surat al anam:151 ( ) Artinya:Jangan kamu membunuh jiwa yang telah di haramkan oleh Alloh melainkan dengan sesuatu (sebab)yang benar

Dalam ayat ini terkandung suatu larangan yang terkait dengan perbuatan mukallaf,yaitu larangan melakukan pembunuhan tanpa hak itu hukumnya haram. 3.Firman Alloh dalam surat Al-maidah:5-6 6-5 Artinya:Apabila kamu hendak melakukan sholat,maka basuhlah mukamu dan tangan mu sampai siku siku Dari Ayat diatas dapat diketahui bahwa wudlu merupakan salah satu perbuatan orang mukallaf,yaitu salah satu syarat sahnya sholat. Dengan beberapa contoh diatas,dapat diketahui bahwa objek hukum itu adalah perbuatan mukallaf. B.Syarat syarat mahkum fih a. Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang akan di lakukan.sehingga tujuan dapat tangkap dengan jelas dan dapat dilaksanakan.Maka seorang mukallaf tidak tidak terkena tuntutan untukk melaksanakan sebelum dia tau persis. Contoh:Dalam Al quran perintah Sholat yaitu dalam ayat Dirikan Sholat perintah tersebut masih global,Maka Rosululloh menjelaskannya sekaligus memberi contoh sabagaimana sabdanyasholatlah sebagaimana aku sholatbegitu pula perintah perintah syara yang lain seperti zakat,puasa dan sebagainya.tuntutan untuk melaksanakannya di anggap tidak sah sebelum di ketahui syarat,rukun,waktu dan sebagainya. b. .Mukallaf harus mengetahui sumber taklif. seseorang harus mengetahui bahwa tuntutan itu dari Alloh SWT.Sehingga ia melaksanakan berdasarkan ketaatan dengan tujuan melaksanakan perintah Alloh semata.berarti tidak ada keharusan untuk mengerjakan suatu perbuatan sebelum adanya suatu peraturan yang jelas.hal ini untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan sesuai tuntutan syara. c. Perbuatan harus mungkin untuk dilaksanakan atau ditinggalkan,berkait dengan hal ini terdapat dengan beberapa syatat yaitu: 1. tidak syah suatu tuntutan yang dinyatakan mustahil untuk dikerjakan atau di tinggalkan.

2. tidak syah hukumnya seseorang melakukan perbuatan yang di taklifkan untuk dan atas nama orang lain. 3. tidak sah suatu tuntutan yang berhubungan dengan perkara yang berhubungan dengan fitrah manusia.

4. tercapaianya syarat taklif tersebut, seperti iman dalam masalah ibadah,suci dalam masalah sholat. C .Al masyaqqoh Perlu diketahui bahwa salah satu syarat tuntutan harus bisa dilakukan, tidak terlepas dari itu dalam melaksanakannya pasti ada ada suatu kesulitan. untuk itu akan kami jelaskan yang dimaksud adalah masyaqqoh (halangan) serta pembagiannya Masyaqqoh itu ada dua macam yaitu: 1. Masyaqqoh mutadah Yaitu kesulitan yang mampu diatasi oleh manusia tanpa menimbulkan bahaya bagi dirinya kesulitan seperti ini tidak bisa di jadikan alasan untuk tidak mengerjakan taklif,karena setiap perbuatan itu tidak mungkin terlepas dari kesulitan.contohnya:Diwajibkannya adanya sholat ini buakan bermaksud agar badan capek atau bagaimana,akan tetapi untuk melatih dirinya diantaranya bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar 2 Masyaqqoh goiru mutadah

Yaitu suatu kesulitan/kesusahan yang diluar kekuasaan manusia dalam mengatasinya dan akan merusak jiwanya bila di paksakan.Alloh tidak tidak menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang menyebabkan kesusahan.seperti puasa yang terus menerus sehingga mewajibkan selalu bangun malam untuk sahur. Artinya:Alloh menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu(al baqoroh 185) D.Macam macam mahkum bih Dilihat dari segi yang terdapat dalam perbuatan itu maka mahkum fih di bagi menjadi empat macam: 1. Semata mata hak Alloh,yaitu sesuatu yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan.dalam hak ini seseorang tidak di benarkan melakukan pelecehan dan melakukan suatu tindakan yang mengganggu hak ini.hak ini semata mata hak Alloh.dalam hal ini ada delapan macam: a. ibadah mahdhoh (murni) seperti iman dan rukun iman yang lima

b. ibadah yang di dalamnya mengandung makna pemberian dan santunan,seperti:zakat fitrah,karena si syaratkan niat dalam zakat fitrah

c. bantuan/santunan yang mengandung mana ibadah seperti: zakat yang dikeluarkan dari bumi d. biaya/santunan yang mengandung makna hukuman,seperti: khoroj (pajak bumi) yang di anggap sebagai hukuman bagi orang yang tidak ikut jihad. e. hukuman secara sempurna dalam berbagai tindak pidana sperti hukuman orang yang berbuat zina f. hukuman yang tidak sempurna seperti seseorang tidak diberi hak waris,karena membunuh pemilik harta tersebut. g. hukuman yang mengandung makna ibadah seperti:kafarat orang yang melakukan senggama disiang hari pada bulan ramadhan h hak hak yang harus di bayarkan,seperti: kewajiban mengeluarkan seperlima harta tependam dan harta rampasan. 2. Hak hamba yang berkait dengan kepentingan pribadi seseorang seperti ganti rugi harta seseorang yang di rusak. 3. Kompromi antara hak Alloh dengan hak hamba,tetapi hak alloh didalamnya lebih dominan,seperti hukuman untuk tindak pidana. 4. Kompromi antara hak Alloh dan hak hamba,tetapi hak hamba lebih dominan,seperti masalah qishos. 2. MAHKUM ALAIH A.Pengertian mahkum alaih Menurut ushuliyyin yang di maksud mahkum alaih secara bahasa adalah seseorang yang perbuatannya dikenai khitob Alloh SWT yaitu yang di sebut mukallaf.dalam arti bahasa yaitu yang di bebani hukum,sedangkan dalam istilah ushul fiqih mukallaf sering di sebut subjek hukum. B.Dasar Taklif Orang yang dikenai taklif adalah mereka yang sudah di anggap mampu untuk mengerjakan tindakan hukum atau dalam kata lain seseorang bisa di bebani hukum apabila ia berakal dan dapat memahami secara baik taklif. Maka orang yang belum berakal di anggap tidak bisa memahapi taklif dari syari(Allod dan Rosulnya) sebagai sabda nabi: ( )

Artinya:Di anggat pembebanan hukum dari 3(jenis orang) orang tidur sampai ia bangun,anak kecil sampai baligh,dan orang gila sampai sembuh.(HR.Bukhori.Tirmdzi,nasai.ibnu majah dan darut Quthni dari Aisyah dan Aly ibnu Abi Thalib) C.Syarat syarat taklif Syarat taklif ada 2 yaitu: 1. orang itu telah mampu memahami khitob syari(tuntutan syara) yang terkandung dalam Al quran dan sunnah baik langsung maupun melalui orang lain.Kemampuan untuk memahami taklif ini melalui akal manusia,akan tetapi akan adalah sesuatu yang abstrak dan sulit di ukur ,indikasi yang kongkrit dalam menentukan seseorang berakal atau belun.indikasi ini kongkrit itu adalah balighnya seseorang yaitu dengan di tandai dengan keluarnya haid pertama kali bagi wanita dan keluarnya mani bagi pria melalui mimpi yang pertama kali atau sempurnanya umur lima belas tahun. 2. Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum,atau dalam ushul fiqh di sebut Ahliyyah.maka seseorang yang belum mampu bertindak hukum atau belum balighnya seseorang tidak dikenakan tuntutan syara.begitu pula orang gila,karena kecakapan bertindak hukumnya hilang. C.Pengertian Ahliyyah Secara harfiyyah ahliyyah adalah kecakapan menangani sesuatu urusan Adapun Ahliyyah secara terminologi adalah suatu sifat yang di miliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh syariuntuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara Pembagian ahliyyah 1. Ahliyyah ada Yaitu kecakapan bertindak hukum bagi seseorang yang di anggap sempurna untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya,baik yang bersifat positif maupun negatif.ukuran untuk menentukan seseorang telah memiliki ahliyyah adaadalah aqil baligh dan cerdas 2. Ahliyyah Al-wajib Yaitu sifat kecakapan seseorang untuk menerima hak hak yang menjadi haknya,tetapi belum mampu untuk di bebani seluruh kewajiban, Para usuliyyin membagi ahliyyah al wujub ada 2 bagian: 1 .Ahliyyah al wujub an-naqishoh.

Yaitu anak yang masih berada dalam kandungan ibunya(janin)janin inilah sudah dianggap mempunyai ahliyyah wujub akan tetapi belum sempurna. 2. Ahliyyah al wujub al kamilah

Yaitu kecakapan menerima hak bagi seseorang anak yang telah lahir ke dunia sampai dinyatakan baligh dan berakal,sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila -Halangan ahliyyah Dalam pembahasan awal bahwa seseorang dalam bertindak hukum di lihat dari segi akal,tetapi yang namanya akal kadang berubah atau hilang sehingga ia tidak mampu lagi dalam bertindak hukum.seseorang kecakapannya bisa berubah karena di sebabkan oleh hal hal berikut: 1. Awaridh samawiyyah yaitu halangan yang datangnya dari Alloh bukan di sebabkan oleh manusia seperti: gila, dungu, perbudakan, sakit yang berkelanjutan kemudian mati dan lupa 2. Al awaridh al muktasabah yaitu halangan yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti mabuk,terpaksa,bersalah,dibawah pengampunan dan bodoh. III. SIMPULAN Semua perbuatan mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara` dinamakan dengan Mahkum Fiih. Akan tetapi ada beberapa syarat tertentu agar perbuatannya dapat dijadikan objek hukum. Dalam mengerjakan tuntutan tersebut tentu mukallaf mengalami kesulitan-kesulitan (masyaqqah).Ada yang mampu diatasi manusia seperti : sholat, puasa dan haji. Meskipun pekerjaan ini terasa berat, tapi masih bisa dilakukan oleh mukallaf.Ada kesulitan yang tidak wajar yang munusia tidak sanggup melakukannya seperti puasa terus menerus dan mewajibkan untuk bangun malam, atau suatu pekerjaan sangat berat seperti perang fi- sabilillah, karena hal ini memerlukan pengorbanan jiwa, harta dan sebagainya.Mukallaf yang telah mampu mengetahui khitob syari(tuntutan syara) maka sudah di kenakan taklif. Semoga bermanfaat. wallohu alam bissowab. Al Mahkum Alaih adalah mukallaf yang perbuatannya berhubungan dengan hukum syari, seorang mukallaf dianggap sah menanggung beban menurut syara harus memenuhi dua syarat: 1. Mukallaf mampu memahami dalil taklif (pembebanan). Seperti jika dia mampu memahami Nash Nash hukum yang dibebankan kepadanya dari Al Quran dan As Sunnah secara langsung atau dengan perantara. Karena orang yang tidak mampu memahamimemahami dalil taklif, tentu tidak dapat melaksanakan tuntutan itu dan tujuan pembebanan tidak akan tercapai. Kemampuan memahami dalil taklif hanya dapat terwujud dengan akal, sedangkan nash yang dibebankan kepada orang-orang yang berakal hanya dapat dipahami oleh akal mereka, karena akal adalah alat memahami dan menemukan, dan dengan akal suatu keinginan itu dapat diarahkan untuk mengikuti. Namun karena akal adalah suatu yang samar yang tidak dapat diketahui oleh indera lahir maka syari mengikat pembebanan itu dengan suatu yang diketahui oleh indera, yaitu

tempat dugaan akal, yakni usia baligh (dewasa). Siapa yang sampai masa baligh tanpa ada tanda-tanda kerusakan pada kekuatan akalnya, maka dia dianggap mampu untuk diberikan beban hukum. Oleh karena itu orang gila, anak kecil tidak boleh diberi beban karena tidak mempunyai akal sebagai sarana memahami dalil taklif. Begitu juga orang lupa, tidur dan mabuk karena pada saat lupa, tidur itu mereka tidak mampu memahami. 2. Mukallaf adalah ahli dengan sesuatu yang dibebankan kepadanya. Ahli menurut bahasa artinya layak dan pantas, seperti jika dikatakan si polan ahli dalam memelihara wakaf artinya layak atau pantas baginya. Sedangkan menurut istilah ulama ushul, keahlian itu terbagi menjadi dua, yaitu kelahlian wajib dan kelahlian melaksanakan. 1. Keahlian wajib adalah kelayakan seseorang untuk mendapatkan hak dan kewajiban. Dasarnya adalah suatu yang diciptakan Allah SWT. Pada manusia dan yang dapat dibedakan diantara makhluk yang laun, dan dengan suatu itu, manusia layak mendapatkan hak dan menerima kewajiban. Keistimewaan ini oleh ulama fikih disebut adz dzimmah (hak dan kehormatan) adz dzimmah adalah sifat naluri manusia yang dengan itu ia menerima hak bagi orang lain dan kewajiban untuk orang lain pula. 2. Sedangkan keahlian melaksanakan adalah kelayakan seorang mukallaf agar ucapan dan perbuatannya diperhitungkan menurut syara. Artinya, jika ucapan atau perbuatan itu menimbulkan akad atau pengelolaan, maka akan diperhitungkan menurut syara dan akan berakibat hukum. Jika ia melaksanakan sholat, puasa, haji atau melaksanakan suatu kewajiban, maka yang dilakukan itu diperhatikan oleh syara dan gugurlah kewajiban itu baginya. Jika ia melakukan kriminal atas jiwa, harta atau harga diri orang lain, maka ia berdosa akibat tindakannya dan diberi hukuman pada fisik atau hartanya. Keahlian melaksanakan inilah yang dimintai pertanggungjawaban. Dasar yang ada pada manusia adalah kemampuan membedakan dengan akal.

1) Keadaan manusia dihubungkan dengan keahlian wajib. Keadaan manusia jika dihubungkan dengan keahlian wajib ada dua

Keahlian wajib yang tidak sempurna jika mukallaf itu layak mendapatkan hak tetapi tidak harus menunaikan kewajiban atau sebaliknya Keahlian wajib yang sempurna jika mukallaf layak menerima hak dan melaksanakan kewajiban

2) Keadaan manusia dihubungkan dengan keahlian melaksanakan. Manusia dalam hubungannya dengan keahlian melaksanakan memiliki tiga keadaan. Yaitu:

Terkadang tidak memiliki keahlian melaksanakan sama sekali Terkadang manusia memiliki keahlian melaksanakan yang tidak sempurna. Yaitu seorang mumayyiz yang belum sampai usia dewasa. Terkadang manusia memiliki keahlian melaksanakan yang sempurna, yaitu orang baligh yang berakal. Jadi keahlian melaksanakan sempurna itu dibuktikan dengan usia baligh dan akal sehat.

Hal-hal yang menghalangi keahlian melaksanakan ini diantaranya dapat menghilangkan keahlian itu sama sekali seperti gila, tidur dan pingsan. Orang yang gila, tidur atau pingsan sama sekali tidak memiliki keahlian melaksanakan. Sehingga pengel0olaan yang dilakukan sama sekali tidak mempunyai akibat syari. Orang gila menurut keahlian wajibnya tidak wajib melaksanakan kewajiban pada harta yang ditunaikan oleh walinya. Orang tidur dan pingsan menurut keahlian wajibnya tidak wajib melaksanakan kewajiban pada tubuh dan hartanya yang ditunaikan setelah mereka tersadar. Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2241292-al-mahkum-alaihmukallaf/#ixzz1rhNbqEAf

21ini,Rasulullahsaw.melaluisunnahnyabertugasmenjelaskan,mengkhususkan,danmembatasinya. Hal inilah yang diungkapkan Alquran dalan surat al-Nahl : 44 B. Al-Sunnah Sumber Hukum Islam Kedua1. Tinjauan Bahasa Sunnah secara bahasa berarti 'cara yang dibiasakan' atau 'cara yang terpuji'. Sunnahl e b i h u m u m d i s e b u t h a d i s , y a n g b e r a r t i : = d e k a t , = b a r u , = b e r i t a . Secaraistilahmenurutulamaushulfiqh: Semua yang bersumber dari Nabi saw. selain Alquran baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. 2. Kehujjahan Sunnah Dalil-dalilyangmenetapkanSunnahdapatjadihujjahsebagaisumberhukum:a. DalilAlquran,misalnyadalamAliImran:32: b. Dalil Al-Sunnah, di antaranya :c. Ijma Shahabat. Setelah wafatnya Rasulullah saw, para sahabat jika mendapatkan satupermasalahan,merekamencarinya dariAlquran,danjikatidakmendapatkandariAlquran,merekabertanyakepadasahabatlainmungkindiantaramerekaadayanghafaldan ingat.Kemudianhaltersebutdijadikanketetapanhukumsesuaiyangdisampaikansahabat kepadanya. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar, juga Umar bin Khatab dan parasahabat lain serta para Tabi'in. Tidak ada seorang pun dari antara mereka yang menolak danmengingkaribahwasunnahRasulullahwajibdiikuti.

22d. Logika.Alquranmemerintahkankepadamanusiabeberapakewajiban,padaumumnyabersipat global, tidak terperinci baik caranya maupun syarat-syaratnya. Hal ini perlupadapenjelasansehinggatidaksalahdalammelaksanakannya,makakehadiran sunnahmerupakan penjelas terhadap kemujmalan Alquran.

3. Kedudukan Al-Sunnah terhadap Alquran a. Sebagai Muaqqid . Yaitu menguatkan hukum suatu peristiwa yang telah ditetapkanAlquran, dikuatkan dan dipertegas lagi oleh AlSunnah. b. Sebagai Bayan . Yaitu al-Sunnah menjelaskan terhadap ayat-ayat Alqur,an yang belum jelas,dalamhaliniadatigahal:1) Memberikanperincianterhadapayat-ayatAlquranyangmasihmujmal,misalnyaperintahshalatdalamAlquranyangmujmal,diperjelas denganSunnah.2) Membatasikemutlakan( taqyid al-muthlaq ).Misalnya,Alquranmemerintahkanberwasiat, dengan tidak dibatasi berapa jumlahnya. Lalu Al-Sunnah membatasinya.3) Mentakhshishkankeumuman.Misalnya,Alquranmengharamkantentangbangkai,darahdandagingbabi,kemudianal-Sunnah mengkhususkandenganmemberikanpengecualian kepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa.4) Menciptakanhukumbaru.Misalnya,Rasulullahmelaranguntukbinatangbuasdanyang bertaring kuat, dan burung yang berkuku kuat, dimana hal ini tidak disebutkandalamAlquran. 4. Macam-macam Sunnah a. Sunnah Qauliyah . Sunnah Qauliyah ini sering juga dinamakan khabar, atau berita berupa perkataan Nabisaw. yang didengar atau disampaikan oleh seorang atau beberapa orang sahabat kepadayanglain.Sunnah Qauliyah dapat dibedakan kepada tiga hal :1) Diyakinibenarnya,sepertikhabaryangdatangdariAllahdandariRasulullahdiriwayatkan oleh orang yang dipercaya dan khabar mutawatir.2) Diyanikidustanya,sepertiduaberitayangberlawanandanberitayangmenyalahiketentuan-ketentuan syara. 233)

Yang tidak diyakini benarnya, dan juga tidak diyakini dustanya, hal ini ada tiga:a) Tidak kuat benarnya dan tidak kuat pula dustanya.b) Khabar yang lebih dikuatkan benarnya daripada dustanya.c) Khabar yang lebih dikuatkan dustanya daripada benarnya.b. Sunnah Fi'liyah YaitusetiapperbuatanyangdilakukanNabisaw.yangdiketahuidandisampaikanolehsahabat kepada orang lain. Sunnah fi'liyah terbagi kepada beberapa bentuk, ada yang harusdiikuti oleh umatnya, dan ada yang tidak harus diikuti, yaitu:1) Gharizah atauNafsuyangterkendalikanolehkeinginandangerakankemanusiaan. Sunnah fi'liyah ini menunjukkan tidak ada kewajiban untuk diikuti (bersifat mubah).2) SesuatuyangtidakberhubungandenganIbadah,yangolehsebagianahliushuldisebut al-Jibilah . Ini lebih pada urusan keduniaan, budaya dan kebiasaan Padabagianinitidakadaperintahuntukdiikutidandiperhatikan. Jumhurulamamemandangnya kepada jenis Mubah.3) Perangai yang membawa kepada syara' menurut kebiasaan yang baik dan tertentu.Ini lebih dari sekedar urusan jibilah , tapi sebawah dari urusan al-qurbah / ibadah .4) Sesuatu yang bersifat khusus bagi Nabi saw. dan tidak boleh diikuti oleh umatnya.Adapun urusan al-Qurbah ibadahyangbersifatumumtidakhanyabagiNabisaw,itu harus diikuti oleh orang muslim.5) Apa yang dilakukan Nabi saw. berupa penjelasan terhadap sesuatu yang bersifatmujmal/samar tidak jelas. Maka hukumnya sama dengan hukum mujmal tersebut.6) Apa yang dilakukan Nabi saw. menjelaskan akan kebolehan / jawaz .c. Sunnah Taqririyah Yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan Nabi saw. atausepengetahuanNabi,namunNabidiam dantidakmencegahnya,makasikapdiamdantidakmencegahnya, menunjukan persetujuan Nabi. Hal ini karena kalau Nabi tidak setuju, tentuNabi tidak akan membiarkan sahabatnya berbuat atau mengatakan yang salah, karena Nabiitu

Ma'sum (terjaga dari berbuan dan menyetujuan sahabat berbuat kemunkaran, karenamembiarkan dan menyetujuan atas kemunkaran sama dengan berbuat kemunkaran.

Anda mungkin juga menyukai